Buletin Narasimha No. 06-VI-2013 (Repositori - Kemdikbud.go - Id)
Buletin Narasimha No. 06-VI-2013 (Repositori - Kemdikbud.go - Id)
6 / VI / 2013
Pengantar Redaksi
Pujian dan Rasa syukur sepantasnyalah kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
karunia dan berkah-Nya kepada kita semua. Terutama atas telah diterbitkannya kembali Buletin Narasimha
pada tahun 2013 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Berbagai gagasan, ide-ide, dan pemikiran
tentang upaya pelestarian cagar budaya dan mengekspose signifikansi yang terkandung di dalamnya telah
dapat dituangkan dalam buletin ini.
Pada buletin edisi saat ini beberapa tulisan yang diekspose yaitu tentang berbagai dinamika
kesejarahan, keberadaan bangunan warisan budaya, dan signifikansinya. Keberadaan bangunan warisan
budaya tersebut terutama yang didirikan pada periode masa kolonial antara akhir abad ke-19 sampai awal
abad ke-20 M. Eksistensi bangunan tersebut mempunyai corak dan gaya sesuai dengan ikatan zamannya
yaitu indis. Selain itu sebagai objek juga mempunyai fungsi dan peran penting sebagai wadah aktivitas dalam
proses penyejarahan pada masanya. Di samping itu, juga ada berbagai tulisan pendukung tentang berbagai
aktivitas kerja kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta di dalam upaya pelestarian Cagar Budaya.
Besar harapan kami buletin edisi ini dapat menjadi bahan kepustakaan dan bermanfaat bagi para
pembaca, baik pelajar, mahasiswa, serta masyarakat umum. Demikian terima kasih atas perhatiannya dan
selamat membaca.
Redaksi
1
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Catatan Redaksi:
Redaksi
2
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Kapanewon Tempel :
Signifikansi dan Pelestariannya
Oleh:
Ign. Eka Hadiyanta, M.A. , Dra. Sri Muryantini Romawati, dan
Himawan Prasetyo, S.S. *
I. Birokrasi Pemerintahan di Kasultanan Yogyakarta Pada masa pemerintahan Hamengku Buwana VII
yaitu tahun 1916 M terjadi perubahan pembagian
Latar belakang sejarah pemerintahan daerah
wilayah sesuai Rijksblad van Jogjakarta No. 11 Tahun
Kabupaten Sleman erat hubungannya dengan sejarah
1916 M tanggal 15 Mei 1916 M yang membagi
Pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten,
khususnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada
yakni Kalasan, Bantul, dan Sleman, dengan seorang
umumnya. Daerah Kabupaten Sleman merupakan
bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad
daerah negaragung atau negara gedhe yaitu wilayah
tersebut juga disebutkan bahwa Kabupaten Sleman
kerajaan yang berada di sekeliling pusat kerajaan
terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5
(kuthagara). Daerah ini merupakan tempat tinggal
onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng
para pejabat keraton atau para bangsawan kerajaan.
(terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik
Dalam daerah ini terdapat tanah apanage (tanah
Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan),
lungguh) dari para bangsawan dan pejabat keraton.
Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55
Pada tahun 1905 M daerah Kasultanan dibagi kalurahan). Pada tahun yang sama, berturut-turut
menjadi tiga kawasan, yaitu: dikeluarkan Rijksblad van Jogjakarta No.12 tahun
A. Mataram yang terletak di Yogyakarta bagian 1916, yang menempatkan Gunung Kidul sebagai
tengah antara Kali Progo dan Kali Opak sebagai kabupaten keempat wilayah Kasultanan Yogyakarta.
negaragung diperuntukkan tanah lungguh Kemudian disusul dengan Rijksblad van Jogjakarta
keraton. Wilayah Mataram terdiri atas lima No. 16 tahun 1916 M yang mengatur keberadaan
daerah, yaitu : Kabupaten Kota, Kabupaten Kabupaten Kota, sedangkan Rijksblad van Jogjakarta
Pakualaman, Kabupaten Bantul, Kabupaten No. 21 tahun 1916 M mengatur keberadaan
Kalasan, dan Kabupaten Sleman. Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian, pada
tahun tersebut wilayah Kasultanan Yogyakarta
B. Kulon Progo yang terletak di barat Sungai Progo
berkembang dari 3 kabupaten menjadi 6 Kabupaten.
yang diperuntukkan sebagai tanah lungguh bagi
Setiap distrik dikepalai oleh panji, sedangkan tiap
adipati Pakualam dan tanah pemajegan dalem.
distrik dibagi lagi menjadi sejumlah onderdistrik yang
C. Gunung Kidul diperuntukkan sebagai tanah diperintah oleh seorang asisten panji. Sebelum tahun
pemajegan dalem. 1918 M tiap-tiap asisten panji memerintah suatu
Menurut pembagian Kabupaten Sleman daerah kabekelan yang luasnya meliputi 20-30 bekel.
terdiri atas 7 wilayah distrik, yaitu : Distrik Godean, Bekel tidak mempunyai tanggung jawab memerintah
Joemeneng, Mlati, Ngijon, Gamping, Klegoeng, dan hanya bertugas mengumpulkan pajak. Pada tahun
Balong. Kabupaten Kalasan terbagi atas 5 wilayah 1918 M, panji dan asisten panji diganti menjadi
distrik, yaitu : Distrik Berbah, Kejambon, Krapyak, wedana dan asisten wedana. Setiap kawedanan
Prambanan, dan Kotagede. dipimpin oleh seorang wedana yang bertanggung
3
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
jawab kepada bupati dan sultan. Dengan pembagian C. Kabupaten Gunungkidul dengan Bupati KRT.
tersebut membawa perubahan terhadap status Djojodiningrat, dibagi menjadi 3 kawedanan,
wilayah kekuasaan karena daerah yang semula yaitu Wonosari, Playen, dan Semanu.
berbentuk kabupaten menjadi daerah kawedanan
D. Kabupaten Kulonprogo dengan Bupati
yang berada di bawah kabupaten.
KRT. Pringgohadiningrat, dibagi menjadi 2
Pada tahun 1927 M, Sultan Hamengku Buwana VIII kawedanan, yaitu Nanggulan dan Sentolo.
mengubah pembagian daerah wilayah administratif
Dalam perkembangannya, Kawedanan Kalasan
yang semula ada 6 kabupaten (Mataram/Yogyakarta,
dan Sleman menjadi satu wilayah Kabupaten
Bantul, Sleman, Kalasan, Kulon Progo, dan Gunung
Sleman ditambah Kawedanan Godean yang semula
Kidul) mengalami penyederhanaan menjadi 4
merupakan bagian dari Kabupaten Bantul. Pada tahun
kabupaten berdasarkan Rijksblad van Jogjakarta
1945 terjadi perubahan besar dalam pemerintahan
No. 1 tahun 1927 M. Dalam hal ini, Kabupaten
di Indonesia yaitu adanya Proklamasi Kemerdekaan
Sleman mengalami penurunan status menjadi distrik
1945. Pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengku
Kabupaten Yogyakarta. Berdasarkan Rijksblad van
Buwana IX melakukan penataan kembali wilayah
Jogjakarta Nomor 13 tahun 1940, pada tanggal 18
Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei
Maret 1940 masa Pemerintahan Hamengku Buwana
IX, wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi 4 angka 2 (dua). Dalam Koorei tersebut dinyatakan
Kabupaten, yaitu: wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi
lima Kabupaten yakni Kabupaten Kota Yogyakarta
A. Kabupaten Yogyakarta, terbagi atas 4 (empat)
(Yogyakarta Syi), Kabupaten Sleman (Sleman Ken),
distrik, yaitu Distrik Kota dan Distrik Sleman.
Kabupaten Bantul (Bantul Ken), Kabupaten Gunung
B. Kabupaten Bantul, terbagi atas 4 (empat) distrik. Kidul (Gunung Kidul Ken), dan Kabupaten Kulon Progo
C. Kabupaten Kulonprogo, terbagi atas 2 (dua) (Kulon Progo Ken). Penataan ini menempatkan Sleman
distrik. pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten.
D. Kabupaten Gunungkidul, terbagi atas 3 (tiga) Jogjakarta Koorei angka 2 (8 April 1945) menjadikan
distrik. Sleman sebagai pemerintahan Kabupaten untuk
Pembagian wilayah berdasarkan Rijksblad van kedua kalinya dengan KRT Pringgodiningrat sebagai
Jogjakarta Nomor 13 Tahun 1940 ternyata tidak bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi
berlangsung lama. Pada masa pendudukan Jepang 17 kapanewon (Son) yang terdiri dari 258 kelurahan
tahun 1942 dengan Jogjakarta Kooti, Kasultanan (Ku).
Yogyakarta lebih memerinci lagi kewilayahannya, II. Kapanewon Tempel
dan reorganisasi ini pun tidak jauh berbeda dengan
Pada awalnya keberadaan bangunan Kapanewon
peraturan sebelumnya, yaitu:
Tempel merupakan bangunan Kantor Bekel atau
A. Kabupaten Yogyakarta dengan Bupati KRT. setingkat kelurahan. Dalam perkembangannya,
Harjodiningrat pada waktu itu, dibagi menjadi bangunan ini menjadi kantor distrik yang dikepalai
3 kawedanan, yaitu Kota, Sleman dengan
oleh seorang panji. Oleh karena itu, bangunan itu
penguasa R. Ng, Pringgosumadi, dan Kalasan
terkenal dengan sebutan “Kapanjen” (“ka-panji-
dengan penguasa R. Ng. Pringgobiyono.
an” = tempat kediaman seorang panji). Pada tahun
B. Kabupaten Bantul dengan Bupati KRT. 1943, sistem pemerintahan distrik dihapuskan dan
Dirjokusumo, dibagi menjadi 4 kawedanan, yaitu tahun 1945 bangunan ini digunakan sebagai kantor
Bantul, Kotagede, Godean, Pandak.
4
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Foto No. D150110, Situasi bangunan Kapanewon Tempel menghadap ke arah selatan, tampak barat daya
Kapanewon Tempel dengan Panewu Pangreh Praja tersebut juga untuk melaksanakan pemerintahan
pertama adalah Raden Prakosodiningrat. Setiap Kecamatan Tempel. Bangunan bekas Kapanewon
kapanewon membawahi sejumlah kalurahan dan Tempel pada saat ini digunakan untuk sekolah TK
dikepalai seorang lurah. Sedangkan kelurahan Ngudirini, Tempel, sedangkan kantor Kecamatan
merupakan gabungan atau afiliasi dari beberapa Tempel sekarang bertempat di sebelah selatannya
dusun atau “pa-dukuh-an” yang di kepalai oleh kurang lebih 200 meter.
dukuh. III. Data Fisik Bangunan Kapanewon Tempel
Struktur organisasi pemerintahan kapanewon Bangunan Kapanewon Tempel (Eks Kantor
terdiri atas Panewu Pangreh Praja (Sontyoo), Kecamatan Tempel) secara administratif terletak di
Panewu Anom Pangreh Praja (Huku Sontyoo) dan Desa Lumbungrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten
tiga kelompok pegawai yaitu : seorang juru tulis Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Titik koordinat
dan dua orang opas, seorang juru tulis kelas 1, dan bangunan Kapanewon Tempel yaitu Zona 49,
seorang ahli pertanian. Pada tahun 1964 Pemerintah UTM X : 0425767, dan Y : 9154186. Lahan bekas
Daerah DIY mengeluarkan Surat Keputusan No. 24 Kapanewon Tempel sudah mengalami perubahan
Tahun 1964 yang isinya mengubah nama panewu dan semakin sempit karena sebagian dimanfaatkan
menjadi asisten wilayah dan tahun 1968 sebutan untuk sekolahan (selatan) dan Kantor Urusan Agama
asisten wilayah berdasarkan Surat Keputusan (barat). Oleh karena itu, batas-batas lingkungan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta No. 72 bekas Kapanewon Tempel saat ini adalah:
Tahun 1968 diganti menjadi camat yang mengepalai
Masjid Ar- Raudhoh Bustanul
pemerintahan kecamatan. Pada sat ini, Kecamatan - Sisi utara :
Arifin
Tempel terbagi atas 8 desa atau kelurahan, yaitu - Sisi timur : Pemukiman penduduk
: Desa Banyurejo, Lumbungrejo, Margorejo, - Sisi selatan : SD N Klegung II Tempel
Merdikorejo, Mororejo, Pondokrejo, Sumberejo, dan Kantor Departemen Agama
- Sisi barat :
Tambakrejo. Oleh karena itu, bangunan kapanewon Kecamatan Tempel
5
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
A. Pendapa
6
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
7
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
barat sebagai pintu keluar. Kedua pintu ruangan dinding. Langit-langit ruangan (plafon) terbuat
ini berbentuk kupu tarung dengan lubang angin di dari anyaman bambu, dan lantai ruangan terbuat
atas ambang pintu. Pintu berukuran sama, lebar dari tegel warna abu-abu berukuran 20 cm x 20
120 cm dan tinggi 290 cm. Tidak terdapat jendela cm.
di ruangan ini. Kondisi ruang II sudah rusak dan
Ruangan IV terletak di sebelah selatan
sudah tidak dipakai lagi. Di sudut barat laut
Ruangan III berukuran 4,59 m x 4,15 m, digunakan
ruangan ini terdapat almari besi dengan kondisi
sebagai ruangan kelas. Pintu masuk ruangan ini
sudah karatan, berukuran 80 cm x 60 cm dan
terletak di sebelah barat dan selatan, berbentuk
tinggi 106 cm. Plafon atap ruangan terbuat dari
kupu tarung dengan lubang angin di atas ambang
anyaman kulit bambu, tetapi sudah rusak.
pintu. Pintu berukuran lebar 120 cm dan tinggi
Ruangan bagian tengah dari bangunan utama 290 cm. Jendela terletak di dinding timur ruangan,
ini kosong berupa lorong berdinding tembok berbentuk kupu tarung dan berukuran 120 cm
yang sekaligus merupakan tembok pembatas x 212 cm. Langit-langit ruangan (plafon) terbuat
antara ruangan-ruangan di sisi barat dan timur. dari anyaman bambu, dan lantai ruangan terbuat
Pada dinding tembok pembatas antara ruangan dari tegel warna abu-abu berukuran 20 cm x 20
terdapat tiang kayu yang tertanam pada dinding cm.
tembok. Sebagian dinding sudah mengelupas
C. Paviliun
sehingga tampak pasangan batanya. Di ujung
utara lorong terdapat pintu berbentuk model Bangunan paviliun terletak di sebelah
kupu tarung, sebagai pintu keluar bangunan barat bangunan utama yang dihubungkan
utama menuju dapur. Pada dinding kanan kiri lorong terbuka beratap (doorloop) dari
lorong tengah ini terdapat pintu untuk masuk pendapa sepanjang 560 cm dan lebar 172 cm,
ruangan-ruangan di kanan kirinya. Plafon atap yang disangga dua buah tiang. Bangunan ini
dahulu terbuat dari anyaman bambu namun saat menghadap ke arah selatan berukuran 432 cm x
ini sudah rusak sehingga yang tampak sekarang 172 cm, dengan 3 buah anak tangga naik. Tinggi
tinggal kerangkanya. Lantai berbuat dari tegel lantai teras dari muka tanah 52 cm dan bangunan
abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. ini menggunakan atap berbentuk atap kampung.
Pintu masuk utama berupa pintu berbentuk kupu
Dua buah ruangan di bagian timur merupakan
tarung dengan ukuran 120 cm x 220 cm. Pada
ruangan guru dan kepala sekolah (Ruangan
dinding timur bangunan ini terdapat dua buah
III) dan ruangan kelas (Ruangan IV). Ruangan
jendela kayu, krepyak berbentuk kupu tarung
III berukuran 4,59 m x 4,15 m, dengan pintu
dengan ukuran (sampai boven) lebar 120 cm dan
masuk di sebelah barat berbentuk kupu tarung
tinggi 207 cm, dan sebuah pintu masuk dari sisi
dengan lubang angin di atas ambang pintu.
timur berbentuk satu daun pintu berukuran 96
Pintu berukuran lebar 120 cm dan tinggi 290
cm x 220 cm.
cm, Jendela terletak di dinding utara dan dinding
timur ruangan, berbentuk kupu tarung, masing- Ruangan paviliun berukuran 875 cm x 372
masing berukuran sama yaitu 120 cm x 212 cm. cm, dengan lantai terbuat dari tegel abu-abu
Pada dinding selatan ruangan ini terdapat lubang berukuran 20 x 20 cm, dan langit-langit atap dari
sebagai pintu tembusan masuk ke ruangan IV di eternit.
sebelah selatannya. Tampaknya, lubang pintu ini Penambahan bangunan/ruangan baru pada
dibuat masa kemudian, yaitu dengan menjebol sisi barat dengan ukuran 298 cm x 975 cm, pintu
8
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
kayu dan jendela kaca berbentuk nako. Di bagian timur saat ini dalam kondisi rusak. Di sisi selatan
utara ruangan tambahan ini dahulu merupakan bangunan ini terdapat sumur timba berdiameter
kamar mandi/wc, yang kemudian dibongkar 96 cm dengan tebal bibir 27 cm.
dan diberi penambahan ke arah selatan dengan
E. Garasi
meninggikan tembok setinggi 90 cm.
Garasi terletak di sebelah timur bangunan
Dahulu bangunan ini dipakai sebagai ruang
induk berdenah empat persegi panjang dengan
telepon, dan sekarang digunakan sebagai gudang.
ukuran 5,24 m x 4,04 m. Arah hadap bangunan
D. Dapur garasi menghadap ke arah selatan. Atap
Dapur terletak di sebelah utara bangunan berbentuk kampung dengan empyak setangkep.
utama/induk yang dihubungkan dengan lorong Pintu masuk garasi dengan dua buah daun pintu
beratap (doorloop) sepanjang 816 cm. Lantai di berbentuk atau dengan model kupu tarung dan
bagian doorloop menggunakan plesteran semen terbuat dari bahan kayu.
warna abu-abu. Doorloop berbentuk bangunan
terbuka tanpa dinding yang disangga 4 buah tiang
kayu, dengan model atap kampung. Atap ditutup
dengan genteng dan bubungan model vlaam. Di
ujung usuk terdapat listplank dicat warna biru.
Bangunan dapur berdenah persegi
panjang berukuran 12,88 m x 3.40 m, dengan
menggunakan atap kampung. Lantai dapur
menggunakan plesteran semen warna abu-abu.
Dinding dapur berupa tembok pasangan batu
bata berplester dicat warna putih dengan pilar
semu pada dinding pembatas antarruang/kamar.
Bangunan dapur terbagi 4 bagian yang terdiri
dari 2 buah kamar, satu ruang dapur, dan kamar
mandi/WC. Ruangan paling barat berukuran
343 cm x 340 cm, dua buah ruangan di sebelah
timurnya berukuran sama 324 cm x 340 cm. Pada
masing-masing ruangan/kamar terdapat sebuah
pintu dan sebuah jendela berdaun satu, serta
terdapat ventilasi di bagian atasnya. Pintu pada
bagian kusen dan panil terbuat dari kayu dicat
warna biru. Kamar mandi/WC berukuran 297 cm
x 340 cm, plafon dari eternit dan saat ini dalam
kondisi rusak.Di sebelah selatan bangunan dapur
ini terdapat sumur.
Atap menggunakan genteng dan bubungan Scan No. SC01140
model vlaam tanpa cat. Genteng menumpu pada Denah bangunan Kapanewon Tempel
reng yang dipasang di atas usuk. Kondisi atap sisi
9
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
10
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
permasalahan dalam berbagai bidang keilmuan berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana
tertentu. Bidang keilmuan tertentu tersebut pendidikan masyarakat tentang masa lampau
adalah arkeologi, sejarah, antropologi, ilmu- dan cara penelitiannya, menyadarkan tentang
ilmu sosial, arsitektur dan teknik sipil. Bangunan keberadaan manusia sekarang, berpotensi atau
Kapanewon Tempel merupakan data yang penting telah menjadi fasilitas yang dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui keberadaan bangunan Indis, untuk kepentingan umum (Tanudirdjo, DA., 2004).
arsitektur bangunannya merupakan perpaduan
D. Nilai Penting Pendidikan
antara arsitektur tradisional Jawa dengan
arsitektur Eropa, yang disesuaikan dengan kondisi Eksistensi bangunan ini mempunyai arti
lingkungan iklim tropis. Gaya arsitektur semacam penting bagi upaya pembelajaran generasi
ini banyak dijumpai sebagai tinggalan Belanda muda pada umumnya dan pelajar – mahasiswa
di Yogyakarta. Seperti pada umumnya bangunan khsusnya. Nilai-nilai penting yang dimiliki menjadi
Indis, ciri-ciri yang menonjol pada bangunan ini urgensi untuk disampaikan dan disosialisasikan
antara lain : bangunannya tinggi, besar, jendela kepada generasi penerus. Beberapa hal yang perlu
dan pintu berukuran panjang dan besar, variasi disampaikan atau sebagai trasnfer of knowledge
daun pintu rangkap dengan krepyak, dan langit- adalah terkait dengan aspek pembelajaran untuk
langit tinggi. Bangunan Kapanewon Tempel juga mengetahui (learn to know) baik yang terkait
merupakan sumber data yang sangat penting kognitif dan afektif. Hal itu untuk menggugah
bagi sejarah lokal pemerintahan Kabupaten kesadaran kesejarahan, rasa bangga, rasa
Sleman, karena merupakan salah satu bangunan memiliki, dan kepedulian kepada aspek sejarah
kapanewon pertama di Kabupaten Sleman. budaya bangsa.
11
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
paviliun, akan tetapi secara keseluruhan masih bidang kebudayaan, baik di Kabupaten Sleman
dapat dikenali unsur-unsur dan desain aslinya. maupun Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Bangunan dialihfungsikan dari peruntukan untuk 4. Perlunya mendapatkan ketetapan hukum dari
Kantor Kapanewon atau Kecamatan Tempel Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman untuk
menjadi Taman Kanak-kanak. Kapanewon Tempel, Sleman agar bangunan
bersejarah tersebut mempunyai landasan
4. Kondisi bangunan di beberapa bagian bangunan
hukum dalam rangka upaya pelestariannya.
sudah mengalami keausan dan kerusakan.
5. Nilai penting cagar budaya tersebut perlu
5. Di beberapa bagian lahan lingkungannya sudah
disosialisasikan kepada masyarakat luas
mengalami perubahan mengingat adanya
khususnya peserta didik di tingkat pelajar di
beberapa bangunan baru di sisi selatan dan
Yogyakarta.
barat.
6. Hasil pendataan merupakan bagian dari upaya
B. Saran
pelestarian dokumen (preserve by record) yang
Secara garis besar bangunan bekas Kecamatan mempunyai arti penting bagi sejarah bangunan,
Tempel, Sleman masih dipertahankan keberadaan upaya perencanaan dan pengelolaan bangunan
maupun keasliannya, walaupun fungsinya pada masa datang.
sekarang telah berubah. Terkait dengan beberapa
Daftar Pustaka
permasalahan tersebut, maka ada beberapa
rekomendasi yang diajukan untuk pengelolaan Daud Aris Tanudirdjo, 2004. “Penetapan Nilai
warisan budaya tersebut, yaitu sebagai berikut. Penting dalam Pengelolaan Benda Cagar Budaya”
Makalah dalam Rapat Penyusunan Standarisasi
1. Bangunan lama yang ada harus tetap
Kriteria (Pembobotan) Bangunan Benda Cagar
dipertahankan, sebagaimana prinsip pelestarian
Budaya di Rumah Joglo Rempoa, Ciputat,
dinamis yang diatur dalam UU RI No. 11 tahun
Jakarta, 26 – 28 Mei 2004. Jakarta : Direktorat
2010 tentang Cagar Budaya.
Jenderal Kebudayaan.
2. Pemeliharaan bangunan-bangunan cagar budaya
Soemardjan, Selo. 1984. Perubahan Sosial di
harus dilakukan untuk menghambat proses
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University
kerusakan lebih lanjut. Pelaksanaan rehabilitasi
Press.
bangunan dimungkinkan dengan tetap mengacu
kepada prinsip-prinsip pemugaran bangunan Suwarno, P.J. 1994. Hamengku Buwana IX dan Sistem
cagar budaya, baik menjaga keaslian bentuk, Birokrasi Pemerintah Yogyakarta 1942-1974,
material, setting bangunan, dan keaslian Sebuah Tinjauan Historis. Yogyakarta : Kanisius.
pengerjaan. Perubahan yang ada harus
Wahana, Paulus. 2004. Nilai Etika Aksiologi Max
dikendalikan semaksimal mungkin, artinya harus
Scheler. Yogyakarta: Kanisius.
dilakukan secara tidak frontal, sehingga tidak
mengurangi secara drastis nilai penting sebagai Sejarah Kabupaten Sleman
bangunan cagar budaya.
3. Setiap perencanaan pembangunan yang
berpotensi mengubah bangunan harus
dikonsultasikan kepada Balai Pelestarian Cagar
*) Penulis adalah Staf di Balai Pelestarian Cagar Bu-
Budaya Yogyakarta maupun instansi terkait daya Yogyakarta
12
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
13
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Rumah Sakit Santo Jusup Boro pada tahun 1931 (Sumber : St Claverbond, 1931)
pengobatan dengan jalan pemotongan gaji mereka. cita pelayanan kesehatan secara penuh kepada
Selain pemotongan ongkos pengobatan atas gaji, orang-orang miskin, semakin tampak jelas dengan
makanan yang didapat buruh pada waktu dirawat dibukanya Rumah Sakit Santo Jusuf di Boro Kulon
di rumah sakit tersebut dianggap utang yang harus Progo pada tahun 1931. Rumah sakit yang dibangun
dibayar pada saat menerima gaji mereka. Pada di tengah-tengah masyarakat miskin itu dikelola oleh
tindakan yang ekstrem pemilik perusahaan tidak suster-suster Santo Fransiskus, yang sebelumnya
segan untuk memulangkan para buruh atau kuli yang telah mengelola rumah sakit bagi orang-orang
sudah dikontrak jika mereka diindikasikan mengidap pribumi di Muntilan, Kabupaten Magelang.
penyakit yang menyebabkan produktivitasnya
Boro adalah desa kecil di lereng bukit menoreh,
rendah. Menurut pandangan pengusaha para buruh
kurang lebih 35 km sebelah barat laut dari Kota
tersebut hanya akan membuat pengeluaran besar
Yogyakarta. Pada waktu itu Boro merupakan tanah
untuk biaya perawatan mereka di rumah sakit.
misi, dengan perintis pertama Romo J Prennthaler,
Sementara itu munculnya rumah sakit keagamaan SJ. Pada saat itu, Boro merupakan bagian dari
seperti yang didirikan oleh para misionaris Katolik distrik Kalibawang yang dilingkupi oleh pegunungan
membawa perbedaan dalam pelayanan kesehatan yang tandus dengan penduduk yang mayoritas
terhadap masyarakat sipil. Rumah sakit yang didirikan petani ladang. Mereka pada saat itu adalah
oleh para misionaris Katolik merupakan rumah orang-orang yang miskin dan bersahaja. Keadaan
sakit yang terbuka dan tidak mengenal perbedaan- kesehatan sangat memprihatinkan sehingga mereka
perbedaan. Rumah sakit tersebut menerima pasien memerlukan prioritas pelayanan kesehatan.
dari semua golongan, tanpa membedakan unsur
Romo J. Prennthaler, SJ seorang misionaris
kelompok, etnisitas, dan agama.
yang pada waktu itu bertugas di Boro selain
Penyelenggaraan rumah sakit merupakan mendukung pengembangan persekolahan juga
salah satu pelayanan sosial dalam kegiatan misi. memikirkan kesehatan masyarakat. Pada awalnya
Bagi lembaga misi rumah sakit dipandang sebagai Romo J Prennthaler, SJ dengan cara bersepeda
ungkapan komitmen sosial terhadap sesama sekaligus mengunjungi desa-desa untuk membagikan obat-
mendukung kegiatan pewartaan. Aktualisasi cita- obatan. Pelayanan medis ketika itu memang masih
14
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
15
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Indonesia mengalami penderitaan. Rumah Sakit St. 1. dr. Sr. M Celine, OSF (1965)
Jusuf Boro tidak terhindar dari penderitaan ini. Pada
2. dr. Antono (1967-1970)
masa pendudukan Jepang, keadaan rumah sakit
semakin miskin. Rumah sakit menerima bantuan 3. dr. RA. Kresman dan dr Sutaryo (1970-1972)
dari dokter sentral untuk 4 bulan, meskipun Jepang bergantian tiap Senin
berjanji akan memberikan bantuan obat-obatan. Pada tahun 1972 dr. Leni Kushadi mulai berkarya
Bahkan mobil rumah sakit yang merupakan sarana di rumah sakit Santo Yusup Boro sebagai dokter
transportasi untuk pertolongan disita oleh Jepang. penuh waktu dan sebagai Direktur Utama. Menurut
Pada saat itu keadaan keuangan rumah sakit benar- keterangan narasumber bahwa tahap demi tahap
benar menyedihkan, sehingga pasien tidak digratiskan Rumah Sakit Santo Yusup Boro dilengkapi dengan
lagi. Keluarga para pasien diminta sedikit bantuannya fasilitas-fasilitas yang sebaiknya dimiliki sebuah
berupa hasil bumi yang tersedia, misalnya kelapa, rumah sakit diantaranya peralatan medis, maupun
gori, dan lain lain. Jumlah pasien rumah sakit juga bangunan-bangunan bangsal dan poliklinik.
berkurang, karena mereka takut bepergian.
Semenjak didirikan pada tanggal 15 Desember
Pada masa Agresi Belanda II Kelurahan 1930 rumah sakit ini sudah mengalami perubahan
Banjarasri menjadi salah satu tempat penting dalam maupun penambahan di beberapa tempat.
usaha melakukan taktik perang gerilya. Rumah
Pada tahun 1980 ada beberapa renovasi yang
Sakit Santo Yusup Boro pada masa revolusi phisik
dilakukan oleh RS Santo Yusup Boro di antara yaitu:
tahun 1948-1949 dijadikan rumah sakit tentara.
Ruang perawatan atau bangsal Fransiskus dan Maria,
Serangan yang sering dilakukan tentara Belanda,
ruang tunggu, dan ruang Fransiskus dan Maria
terutama pemboman terhadap wilayah pertahanan
pejuang Republik Indonesia seperti di Dekso, Poros, Pada tahun 1980 juga dilakukan penambahan
dan Samigaluh mengakibatkan semakin banyak fasilitas bangunan perawatan bagi pasien yaitu: ruang
penduduk sipil maupun militer yang menjadi korban. A1, ruang A2, ruang Magdalena yang digunakan
Rumah Sakit Santo Jusuf di Boro yang didirikan oleh untuk perawatan ruang ibu setelah melahirkan,
para misionaris tersebut, pada masa pemerintahan ruang unit Fisioterapi, Unit Gawat Darurat (UGD), dan
Belanda memberikan andil yang cukup besar penambahan pagar besi di depan ruang Fransiskus
pada masa itu. Para korban perang dari Cebongan, dan Maria. Pada tahun 1991 ada penambahan unit
Borobudur, Godean, Kebon Agung, Samigaluh, radiologi / rontgen.
daerah utara Kota Yogyakarta, dan daerah lain di Rumah Sakit Santo Yusup Boro pada tahun
sekitarnya, dibawa ke Rumah Sakit Santo Jusuf Boro 1992 diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk
oleh para pemuda pejuang militer maupun para mengadakan kegiatan penyuluhan dan pengobatan
anggota palang merah sukarela. Di bawah pimpinan di berbagai wilayah. Dengan adanya 5 dokter paruh
Suster Coleta OSF, Pastur Zervatius, dr Kusen, waktu dan 1 dokter purna waktu, kegiatan tersebut
dr Hoetagaloeng yang bersedia menjadi palang dapat terlaksana dengan lancar dan pada tanggal
merah sukarela, mereka memberikan pertolongan 5 November 1992 Rumah Sakit Santo Yusup Boro
pengobatan kepada para pejuang dan pengungsi ditetapkan sebagai juara pertama dalam lomba
yang menjadi korban pertempuran. Rumah Sakit Se-DIY. Pada tanggal 6 Agustus 1995
Beberapa nama dokter yang pernah berkarya di unit kamar operasi mulai difungsikan kembali dan
RS Santo Yusup Boro dari tahun 1965 sampai 1972 dilaksanakan operasi yang perdana dan pada bulan
yaitu: Desember dibuka Poli Spesialis.
16
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Ada berbagai fasilitas pelayanan yang terdapat adalah Panti Wredha Santa Monika, dan sebelah
di Rumah Sakit Santo Yusup Boro sampai saat ini timur berbatasan dengan sungai. Di luar kompleks
antara lain: bangunan rumah sakit ini juga terdapat gereja,
sekolahan, dan panti asuhan.
- UGD - Instalasi Farmasi
- Poli Gigi - Pelayanan KB Luas tanah kompleks rumah sakit dan susteran
yang merupakan satu kesatuan adalah 16060 m2,
- Poli Mata - Pemeriksaan Radiologi
bangunan 4106,06 m2, tanah kosong 3413,04 m2,
- Poli THT - Pemeriksaan EEG
tempat tinggal suster 8540 m2. Kompleks rumah
- Poli Penyakit - Pemeriksaan Laboratorium
Dalam sakit terdiri dari 12 bangunan, 5 buah di antaranya
merupakan bangunan cagar budaya.
- Poli Anak - Fisioterapi
- Poli Kandungan - Imunisasi BCG, DPT, Anti Po Bangunan cagar budaya di kompleks Rumah
- Poli Umum lio, Hepatitis B, dan Campak Sakit St. Yusuf terdiri dari:
1. Bangunan Induk,
Perkembangan Rumah Sakit Santo Yusup Boro
sampai sekarang mengalami pasang surut. Namun 2. Bangsal Maria dan Fransiskus,
dengan berakar pada iman yang mendalam dan 3. Bangsal Theresia dan Yohanes,
dikobarkan semangat cinta kasih kepada sesama,
4. Aula,
berpihak pada yang miskin serta menderita dan
dengan ketulusan hati menanggapi tantangan 5. Ruang Perawatan Jenazah. (lihat gambar no.1)
zaman dengan penuh ketangguhan serta ketegaran, A. Deskripsi Bangunan
Rumah Sakit Santo Yusup Boro dapat bertahan dan
1. Bangunan Induk
berkembang hingga saat ini.
III. DESKRIPSI ARKEOLOGI
Foto no D152712
Rumah sakit St Yusuf Boro tampak timur laut
Foto no. D152782
Pintu gerbang Rumah Sakit St. Yusuf Boro Bangunan induk terletak paling utara,
berukuran 13,20 m x 15,23 m, membujur utara
Kompleks Rumah Sakit St. Yusuf terletak di
- selatan. Bangunan ini terdiri dari dua bagian
Dusun Boro, Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang,
yaitu bagian barat berukuran 5,65 m x 15,23 m
Kabupaten Kulon Progo. Kompleks rumah sakit ini
dan bagian timur berukuran 5,65 m x 15,23 m
sebelah utara merupakan jalan umum, sebelah barat
dengan koridor di bagian tengah berukuran 1,90
adalah Susteran Santo Fransiskus, sebelah selatan
m.
17
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Bangunan Induk Rumah Sakit St. Yoseph bangunan berupa pasangan bata berplester
Boro terdiri dari 7 buah ruang, yaitu: ruang setinggi 422 cm dengan ketebalan 30 cm, dan
Poli Ahli Gigi, ruang BKIA, ruang Bersalin, ruang dinding penyekat 15 cm.
Tunggu, ruang Farmasi, ruang Gudang Obat,
Bangsal Maria dan Fransiskus berukuran
ruang Gudang Tabung Gas Oksigen, dan Kamar
860 cm x 5715 cm membujur utara - selatan.
Mandi.
dan terdiri dari 7 bagian berturutan dari utara
Ketinggian lantai kompleks rumah sakit yaitu: Ruang Maria 2, Ruang Maria 1, Ruang
tidak sama antara bangunan satu dengan Keperawatan, Ruang Fransiskus 1, Ruang
bangunan lainnya. Lantai bangunan induk lebih Fransiskus 2, dan Ruang Isolasi.
tinggi 60 cm dari lantai bangunan di sebelah
timurnya (bangunan UGD) dan lantai di sebelah
barat bangunan induk lebih tinggi 70 cm dari
lantai bangunan induk. Lantai bangunan induk
berupa tegel warna abu-abu ukuran 20 cm x 20
cm.
Tinggi dinding utara bangunan induk 80 cm,
Foto No D 152750
tebal dinding bagian bawah 40 cm dan bagian Koridor ke bangsal
atas 30 cm. Di antara dinding bagian timur dan Maria dan Fran-
siscus
barat bangunan induk terdapat jalan selebar
1,90 m.
Tinggi atap bangunan 367 cm, berbentuk
limasan yang puncak atap bagian depan serta
belakangnya dipotong sehingga bagian tersebut
berbentuk atap kampung.
2. Bangsal Maria dan Fransiscus Foto No D152781
Bangsal Maria dan
Bangsal Maria dan Fransiskus terletak Fransiscus tampak
di sebelah selatan bangunan induk yang tenggara
dihubungkan oleh koridor selebar 190 cm. Atap
koridor ditopang tiang kayu berukuran 10 cm x Pintu- pintu yang ada di bangsal ini
10 cm, tinggi 300 cm dan berdiri di atas umpak kebanyakan berbentuk kupu tarung, model
semen setinggi 12 cm. Atap koridor berbentuk jendelanya rangkap yaitu bagian luar dari kayu
kampung dengan genting kripik. model krepyak dan bagian dalam berupa
Bangunan bangsal Maria dan Fransiskus jendela kaca yang terdiri dari 3 panil dan di atas
berdiri di atas fondasi setinggi 70 cm. jendela terdapat boven.
Permukaan luar fondasi ditempel batu andesit 3. Bangsal Theresia dan Yohanes
dicat warna hitam, di antara batu andesit
Di sebelah timur ruang Maria 1 dan Maria
satu dengan lainnya dicat warna putih. Lantai
2 terdapat bangunan Bangsal Theresia dan
bangunan sisi timur lebih tinggi 70 cm dari
Yohanes. Bangunan ini berdenah huruf T, bagian
permukaan tanah, lantai bangsal berupa tegel
depan berukuran 644 cm x 808 cm dan bagian
warna abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. Dinding
18
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Foto No
D152615
Bagian
dalam aula
19
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
20
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
tindakan pelestariannya menjadi kurang atau Carik Partadikrama, diasuh Ibu Hendrika.
tidak perlu dilakukan. Diharapkan setelah mendapatkan pendidikan
yang cukup dari sana, anak-anak bisa mandiri
Nilai penting menurut Undang-Undang
dan bekerja, bahkan dapat pulang kembali
Republik Indonesia No 11 Tahun 2010, tentang
untuk membantu keluarga. Pada tahun ini pula
Cagar Budaya pada Bab I, Pasal 1, ayat 1
banyak orang kena mabuk tempe, sehingga
disebutkan sebagai berikut:
rumah sakit penuh, sehingga menjalar sampai
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud susteran. Tercatat pasien sebanyak 120 orang.
dengan: Pada tahun 1934 panti asuhan sederhana
Cagar Budaya adalah warisan budaya mulai dibangun di dekat rumah sakit dan bulan
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Desember mulai ditempati, mendapatkan
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur bantuan pengasuh yaitu suster Dominika, OSF.
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Tercatat pula peran pemerintah pada saat itu,
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/ yaitu pada tahun 1935 mendapatkan subsidi
atau di air yang perlu dilestarikan karena dari pemerintah sebesar f 50 perbulan.
memiliki nilai penting bagi sejarah, Pada tahun 1938 (25 November 1938)
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, Rumah sakit yang semula ada 2 bangsal,
dan/atau kebudayaan melalui proses ditambah dengan ruang anak dan kamar
penetapan bersalin. Dr Pujasuwarna menggantikan Dr
Berdasarkan uraian di atas dan dengan kajian Sahrir sebagai kepala rumah sakit.
lebih lanjut, tentang nilai penting dari Rumah Tahun 1942 Jepang datang ke Indonesia
Sakit Santo Yusup Boro adalah sebagai berikut: membuat rumah sakit dan panti asuhan
A. Nilai Penting Sejarah semakin miskin, rakyat tidak lagi bisa berobat
gratis, mereka harus membayar dengan
Nilai penting sejarah Rumah Sakit Santo
hasil bumi, seperti gori, kelapa, dan lain lain.
Yusup yang terletak di Boro, Banjarasri,
Anak-anak panti asuhan banyak yang diminta
Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon
kembali oleh keluarganya karena situasi panti
Progo lebih didominasi dengan keterkaitannya
asuhan yang semakin memburuk.
dengan peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi dan merupakan masa lalu dari rumah Pada tahun ini mobil rumah sakit
sakit itu sendiri. Kondisi pedesaan yang tidak diminta oleh pihak Jepang dan dijanjikan
bersahabat serta jauh dari berbagai fasilitas akan diganti dengan uang. Situasi sulit juga
minimal yang dibutuhkan oleh penduduk, menimpa sekolahan. Karena sulitnya situasi,
maka atas ijin dari Bapak Bradjapawiro sekolah hampir dibubarkan karena tidak
yang pada saat itu menjabat sebagai lurah kuat membayar guru, dan sampai Jepang
didirikanlah rumah sakit ini pada tanggal 15 meninggalkan Indonesia, keadaan belum ada
Desember 1930. perbaikan.
Pada Tahun 1932 Romo Prennthaler, SJ dan Tahun 1949 pecah perang
Sr. Aufrida, OSF berunding untuk menampung mempertahankan kemerdekaan, peran rumah
anak-anak yang membutuhkan perawatan sakit semakin nyata, Yogyakarta dan Muntilan
dan pendidikan, dan ditempatkan di Bapak dalam keadaan genting, banyak pasien terkena
21
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
peluru, sehingga rumah sakit menjadi penuh. setempat yang juga diadaptasikan terhadap
Mulai tahun inilah Rumah Sakit Santo Yusup alam di sekitar bangunan tersebut.
Boro mempunyai peran yang sangat penting
Rumah Sakit Santo Yusup, Boro dapat
dalam membantu perang mempertahankan
pula menjadi objek penelitian terkait dengan
kemerdekaan.
struktur bangunan yang dibuatnya. Bangunan
B. Nilai Penting Ilmu Pengetahuan besar tanpa rangka besi namun cukup kuat
untuk ukuran bangunan pada masanya dan
Rumah Sakit Santo Yusup Boro memiliki
dapat bertahan sampai saat ini, tentu memiliki
potensi untuk dapat diteliti lebih lanjut dalam
teknik tersendiri dalam pembangunannya.
rangka menjawab masalah-masalah dalam
Hal inilah yang dapat dikembangkan melalui
bidang keilmuan tertentu. Bidang-bidang
penelitian, khususnya pada ilmu teknik sipil.
keilmuan yang dapat dikembangkan terkait
dengan keberadaan Rumah Sakit Santo Yusup C. Nilai Penting Kebudayaan
Boro antara lain ilmu arkeologi, ilmu teknik
Nilai penting kebudayaan yang dimiliki
arsitektur, maupun ilmu teknik sipil.
oleh Rumah Sakit Santo Yusup Boro, dapat
Rumah Sakit Santo Yusup Boro telah dirinci melalui aspek estetik dan publik. Aspek
berdiri sejak 15 Desember 1930 tentunya estetis adalah aspek yang berkaitan dengan
dengan kondisi yang berbeda dengan yang keindahan. Keberadaan Rumah Sakit Santo
ada sekarang, lingkungannya juga telah Yusup, Boro telah menawarkan keindahan
berubah dari kondisi semula ketika rumah tersendiri yaitu pada arsitektur bangunannya,
sakit dibangun. Bentang lahan sekitar kawasan komposisi letak bangunan yang ada di
Rumah Sakit Santo Yusup Boro setelah dalamnya, serta kawasan sekitarnya dengan
berproses selama puluhan tahun akan menjadi bangunan-bengunan pendukung seperti
kawasan arkeologis atau bahkan kawasan susteran, gereja, bahkan beberapa bangunan
cagar budaya. tradisional penduduk yang berada di kawasan
tersebut. Aspek publik sebagai rumah sakit
Kawasan Cagar Budaya menurut Undang-
tentu saja sangat dibutuhkan dan hal lain yang
Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun
mendukung adalah ditetapkanya Desa Banjar
2010, Pasal 1 ayat 6 menyebutkan:
asri sebagai desa wisata.
Kawasan cagar budaya adalah
V. PENUTUP
satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih A. Kesimpulan
yang letaknya berdekatan dan/atau
Berdasarkan hasil perekaman data yang
memperlihatkan ciri tata ruang yang
telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
khas.
berikut:
Dari sudut pandang arsitektur, Rumah
1. Bangunan Rumah Sakit Santo Yusup Boro
Sakit Santo Yusup Boro memiliki nilai dalam
memiliki tampilan khas yang menunjukkan
perkembangan sejarah arsitektur. Tampilan
fungsi sebagai bangunan publik dan memiliki
khas yang menunjukan fungsi sebagai
karakteristik bergaya campuran (indis),
bangunan publik dan memiliki karakteristik
antara Eropa dan gaya setempat yang juga
bergaya campuran, antara Eropa dan gaya
22
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
diadaptasikan terhadap alam di sekitar Anton Haryono, Awal Mulanya adalah Muntilan:
bangunan tersebut. Misi Jesuit di Yogyakarta 1914-1940, Yogyakarta:
Kanisius, 2009
2. Bangunan tersebut mempunyai nilai penting
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Baha’uddin, “Nasionalisasi Rumah Sakit Zending di
Yogyakarta dan Jawa Tengah Tahun 1946-1950:
3.
Beberapa bangunan telah mengalami
Sebuah Perbandingan”, dalam Lembaran Sejarah
perubahan bentuk dan fungsi tetapi tidak
Volume 8 No 2, Yogyakarta: Jurusan Sejarah dan
mengubah bentuk dasarnya. Dengan demikian
Program Pasca Sarjana Program Sudi Sejarah
corak bangunan masih dapat dikenali
Fakultas Ilmu Budaya UGM, 2005.
otensitasnya.
________, Perubahan dan Keberlanjutan: Pelayanan
B. Rekomendasi
Kesehatan Swasta di Jawa Sejak Kolonial Sampai
1. Sebagai tinggalan budaya, bangunan Rumah Pasca kemerdekaan dalam Sri Margono, ed.,
Sakit Santo Yusup Boro wajib dilestarikan Kota-kota di Jawa : Identitas Gaya Hidup dan
keberadaannya, sebagaimana diamanatkan Permasalahan Sosial. Yogyakarta: Penerbit
UURI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Ombak, 2010.
2. Dalam pelaksanaan pemugaran maupun Darto Harnoko, Peran Rakyat Kulon Progo Pada
rehabilitasi harus sesuai dengan prinsip- Masa Revolusi Phisik 1948-1949, makalah,
prinsip pemugaran yaitu prinsip keaslian yang Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
meliputi keaslian bentuk, desain, tata letak, Tradisional, 2009
bahan, dan pengerjaannya.
Kenangan 70 tahun Biara OSF dan RS. ST. Yusup Boro
3. Pelaksanaan pengembangan dan pemanfaatan – Kulon Progo
rumah sakit harus menjaga keberlanjutannya,
Robert Hardawiryana, SJ., Romo JB. Prennthaler SJ,
oleh karena itu perlu membangun komunikasi
Perintis Misi di Perbukitan Menoreh: Kenangan
sinergis di antara pihak terkait (stakeholder)
Penuh Syukur Hut Ke 75 Paroki Santo. Theresia
yaitu Pemerintah Daerah (DIY – Kabupaten
Lisieux Boro, 2002.
Kulon Progo), BPCB, Swasta, Akedemisi, LSM,
serta masyarakat luas.
Daftar Pustaka
Pearson, Michael dan Sharon Sulivan, 1995.”Looking
After Heritage Places: The Basic of Heritage
Planning for Manangers, Landowners and
Administrators”, Melbourne University Press
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang
Cagar Budaya
23
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
24
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Oleh:
Shinta Dwi Prasasti, S.Hum. dan Himawan Prasetyo, S.S. *
25
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Jembatan Sepur NIS diatas kali Progo 1896 Tahun (Sumber : KITLV)
dari pemerintah Hindia Belanda karena terdapat Keberadaan pabrik gula tersebut mampu
banyak pabrik gula di wilayah kota Yogyakarta menarik sejumlah pihak pengusaha swasta untuk
bagian selatan. Daerah ini adalah daerah yang kaya mengajukan konsesi pembangunan jalur trem. NISM
akan komoditas ekspor. Mereka berani mengajukan mengadakan perluasan jalur yang menghubungkan
permohonan konsesi itu atas dasar pertimbangan Yogyakarta dengan Brosot (Tim Telaga Bakti
bahwa wilayah yang akan dilalui oleh jalan rel itu, Nusantara, 1997: 71). Jalur ini dimulai dari Stasiun
yaitu daerah – daerah Semarang Selatan, Surakarta, Tugu dan berakhir di Kabupaten Adikarto (Brosot).
dan Yogyakarta merupakan daerah penghasil barang Kusumaningsih (2006 : 59) menyebutkan “Jalur KA
ekspor yang kaya seperti kayu, tembakau, dan Yogyakarta – Brosot merupakan jalur trem NISM
gula. Barang – barang ekspor itu perlu diangkut ke dari jalur utama Semarang – Vorstelanden. Lebar rel
pelabuhan Semarang (Tim Telaga Bakti Nusantara, yang digunakan disesuaikan dengan standar Eropa
1997 : 53). yaitu berukuran 1.435 mm. Pembangunan jalur
itu berdasarkan Gouvernement Besluit No.9 tahun
Potensi agraris ini pula yang mendorong
1893 tanggal 20 April 1893 untuk pengajuan konsesi
berdirinya sejumlah pabrik gula di kawasan Bantul.
selama 50 tahun”.
Tercatat ada 4 pabrik gula di Bantul. Kusumaningsih
(2006 : 59) menyatakan bahwa pabrik – pabrik gula Pembangunan jalur ini berlangsung secara
di Kabupaten Bantul berada di Bantul, Gesikan, bertahap. Tahap pertama jalur yang dibangun adalah
Pundong dan Gondang Lipuro. jalur Jogja – Srandakan dan jalur kedua Srandakan –
Brosot. Tahap ini diungkapkan dalam Kusumaningsih
Pada pertengahan abad ke-19 jalur kereta api
( 2006 : 59) “Pembangunan jalur trem Yogya – Brosot,
dirasakan sebagai kebutuhan mendesak oleh karena
terbagi menjadi 2 bagian pembangunan, bagian
kebutuhan pengangkutan hasil perkebunan sudah
pertama dibangun dari Yogyakarta ( Stasiun Tugu) ke
tidak dapat dipenuhi lagi oleh gerobag dan kereta
Srandakan sepanjang 23 km, mulai beroperasi pada
kuda lewat transportasi lewat jalan pos (postweg),
tahun 1895. Bagian kedua dari Srandakan ke Brosot
karena jenis trnsportasi tersebut sangat lambat.
sepanjang 2 km, dengan lebar rel yang digunakan
Akibatnya, gudang-gudang penuh sesak hingga tidak
berukuran 1.435 mm dan mulai beroperasi pada
dapat menampung hasil perkebunan.
26
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Emplasemen kereta dekat Pabrik Gula Bantul Tahun 1898 Sementara rumah dinas di Stasiun Winongo ada
(Sumber : KITLV)
3 buah. Dua rumah dinas kemungkinan dibangun
pada tahun 1956. Hal ini dibuktikan dengan adanya
tahun 1915. Tahapan pembangunan tersebut
prasasti yang terpahat pada lubang hawa, di
dimuat juga dalam peta tahapan pembangunan rel
septitank salah satu rumah tersebut. Sedangkan satu
di Jawa yang terdapat pada lampiran buku Sejarah
rumah dinas yang lain tidak diketahui pasti karena
Perkeretapian Indonesia Jilid 1. Peta pertama tahun
bangunannya telah berubah. Tahun pendirian dari
1899 memuat jalur Jogja – Srandakan. Pada peta
kedua rumah itu memiliki keterkaitan dengan pabrik
tahun 1925 memuat jalur Jogja – Sewu Galur.
gula Madukismo (sekarang PT. Madubaru). Pabrik
Jalur yang cukup panjang ini tentunya Gula Madukismo berdiri pada tahun 1955 (www.
membutuhkan sejumlah stasiun. Maka didirikanlah madubaru.com). Fungsi dari rumah dinas ini adalah
sejumlah stasiun kecil untuk memperpendek sebagai tempat tinggal petugas perkebunan, untuk
jalur pengangkutan. Kusumaningsih (2006 : memantau pengangkutan bahan produksi.
70) menyebutkan bahwa sepanjang jalur trem
Pada masa penguasaan Jepang terdapat
Yogyakarta – Brosot dibangun beberapa stasiun kecil
sejumlah penghapusan lintasan lama. Kebijakan ini
untuk memperpendek jalur pengangkutan kereta
diberlakukan pada sejumlah jalur di Pulau Jawa. Jalur
api. Sampai tahun 1914 di wilayah Yogyakarta telah
NISM yang dihapus, ditandai dengan pembongkaran
beroperasi beberapa stasiun, yaitu stasiun Ngabean,
rel KA jalur Palbapang – Sewu Galur sepanjang 15
Dongkelan, Winongo, Cepit, Bantul, Paalbapang,
km. Jalur ini dibongkar oleh militer Jepang pada 1943
dan Srandakan. Pada tanggal 1 April 1915, jalur
untuk dipindah dan digunakan untuk pembangunan
trem dikembangkan dari Srandakan ke arah Brosot
jaringan kereta api seperti di Thailand dn Myanmar.
sepanjang 2 km dengan stasiun pemberhentian di
Jalur Ngabean – Palbapang sepanjang 14,6 km
stasiun Sewu Galur. Stasiun-stasiun kecil tersebut
bertahan lebih lama hingga tahun 1970-an.
dibangun untuk melayani naik turunnya penumpang.
Di sisi lain stasiun itu digunakan untuk mempermudah Pada tahun 1945 (setelah Indonesia merdeka)
atau memperlancar pengangkutan barang-barang pengelolaan KA terbagi menjadi 2, di daerah
atau hasil produksi pabrik gula yang ada di daerah yang dikuasai dikelola DKA (Djawatan Kereta Api)
Padokan, Gesikan, Pundong, Gondang Lipuro, dan sementara di daerah yang dikuasai Belanda dikelola
Sewu Galur. oleh VS (Verenogde Spoorwegbedrijf) / SS (Staats
27
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
28
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
29
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
30
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Lintasan Sejarah
Rumah Patangpuluhan
Oleh:
Dra. Sri Muryantini Romawati, Himawan Prasetyo, S.S.
dan Septi Indrawati Kusumaningsih, S.S. *
31
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Rumah BKRT. Prof. Ir. Purbodiningrat tahun 1940-an (Sumber : Dokumen Keluarga Ir. Purbodiningrat)
dilihatnya sebagai alternatif terbaik untuk mencapai serta beberapa orang ke luar gedung dan masuk
sasaran politik lebih cepat, segera setelah pimpinan- mobil. Mobil bergerak menuju ke Patangpuluhan
pimpinan politik dan militer Republik Indonesia tempat kediaman seorang Insinyur kenalan kami.
ditawan. Hal ini tentunya sangat mengancam Kami beberapa hari menginap di rumah ini untuk
keamanan wilayah RI termasuk juga keselamatan menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi.
Presiden RI. Baru beberapa hari kami tinggal disini, pihak musuh
seakan-akan sudah mengetahui. Dugaanku hal ini
Bersamaan dengan peristiwa Agresi Militer
disebabkan oleh karena laporan kaki tangan-kaki
Belanda I, Bung Karno mengajak keluarganya dari
tangannya di Yogya, dikarenakan kapal terbang
Istana Kepresidenan mengungsi ke Patangpuluhan.
sering berputar-putar di atas rumah di mana kami
Rumah ini digunakan sebagai tempat persembunyian
tinggal. Dalam keadaan begitu Guntur kugendong
Bung Karno dari kejaran militer Belanda. Rumah
bersembunyi dibawah Wastafel, dengan bertiarap.
ini sekaligus dipergunakan sebagai istana darurat
Untuk menjaga keselamatan keluarga Presiden, atas
Presiden Soekarno. Menurut pengakuan Ibu Siti
keputusan Sidang kabinet, kami pindah tempat lagi
Ismusilah (putri Prof. Ir. Purbodiningrat), waktu itu
ke Kandangan di sebuah rumah milik onderneming
yang tinggal dirumahnya adalah Presiden Soekarno
kopi di Madiun”. Gerakan ofensif Belanda dalam
beserta istri, Fatmawati dan 2 orang anaknya Guntur
operasi ini tidak sampai menduduki ibu kota Republik
Soekarno Putra serta Megawati Soekarno Putri.
Indonesia, Yogyakarta. Tentara Belanda terhenti 140
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Fatmawati
kilometer di sebelah baratnya, yaitu di Gombong.
Sukarno dalam buku Fatmawati : Catatan Kecil
Pada tanggal 4 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB
Bersama Bung Karno, yang isinya: “Suatu hari
menyerukan kepada Republik Indonesia dan Belanda
pada jam 6 pagi tepat di atas Gedung Kepresidenan
untuk melakukan penghentian tembak menembak
Yogyakarta berputar-putarlah sebuah kapal terbang
(cease fire). Selanjutnya PBB membentuk Komisi
musuh. Maka segera Bapak, aku dan anak-anak
PBB yang terdiri atas tiga negara: satu dipilih oleh
32
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
33
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Pembatas di sebelah selatan drop off area, Situasi halaman depan dan samping rumah
dilihat dari utara
berukuran lebar 3 m, terbuat dari plesteran Poerbodiningrat dan keluarga tinggal di Bintaran
semen dengan permukaan kasar. Drop off area Tengah sampai dengan tahun 1938.
berada persis di depan pintu utama rumah.
Pada tahun 2009, lahan bagian belakang
Lantai di bagian ini berupa tegel abu-abu ukuran
yang digunakan untuk menanam pohon
20 x20 cm, dan dibuat lebih tinggi ± 10 cm dari
buah-buahan dan tempat ngindung beberapa
jalur jalan. Drop off area tidak dilengkapi dengan
keluarga, dijual seluas 3.423 m². Tanah tersebut
atap/pergola, hanya dibuat pembatas/pagar dari
dibeli oleh Muhammadiyah untuk membangun
pasangan batu bata berornamen batu andesit
sekolah Mualimin, dan saat ini sedang dibangun
tempel dan mempunyai bentuk pilar kecil di
gedung sekolah milik yayasan tersebut.
bagian pinggir, diantara pilar terdapat bidang
untuk meletakkan beberapa pot tanaman hias.
Di bagian depan/sisi selatan dibuat lubang
persegi sehingga menjadi pot yang panjang
untuk menanam tanaman hias.
34
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
35
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
5. Bangunan rumah
36
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Pintu geser pada dinding sisi utara Situasi di dalam ruang kerja
37
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
model monyetan, ram dari kayu dengan panil menggunakan ram dan panil dari bahan
kayu krepyak dan panil kayu berornamen kayu. Daun pintu sisi dalam menggunakan
plisiran. Pengunci jendela menggunakan ram kayu dan panil kayu kombinasi kaca
slot besi. Di bagian dalam jendela dilengkapi bening. Daun pintu bagian luar merupakan
dengan teralis besi. Diantara jendela sisi tambahan karena aslinya pada bagian kusen
luar terdapat tonjolan dinding berbentuk tidak dibuat untuk model pintu berdaun
balok, sebagai ornamen di bagian dinding. empat. Pintu menggunakan pengait klem,
Di atas jendela terdapat lubang ventilasi pengunci pintu dan pegangan terbuat dari
berornamen geometris yang dibentuk dari besi.
plesteran dinding.
38
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Pintu pada kamar utama dan beberapa Dinding yang menjorok di sisi utara dengan jendela
perabot di depan kamar berdaun dua model monyetan
39
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
pembatas dari kayu/slintru, meja dan kursi, dinding sisi selatan terdapat tiga jendela
tombak, tempat penggantung pakaian, berdaun dua model monyetan. Diantara
rak-rak, tas-tas koper, buku-buku, dan jendela sisi luar terdapat tonjolan dinding
sebagainya. berbentuk balok, sebagai ornamen di
bagian dinding. Di atas jendela terdapat
Menurut Ibu Siti Ismusilah
lubang ventilasi berornamen geometris
ketika berada di rumah Prof. Ir. BKRT. S.
yang dibentuk dari plesteran dinding.
Poerbodiningrat, Bung Karno dan keluarga
menempati kamar utama tersebut. Ketika
itu kamar utama berisi dua tempat tidur yang
terbuat dari kayu. Satu tempat tidur masih
berada di dalam kamar, sedangkan satu
tempat tidur yang lain ditempatkan di kamar
anak-anak.
40
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
pintu berdaun satu.Kusen dan daun pintu menggunakan kayu. Panil daun pintu
menggunakan kayu. Panil daun pintu berornamen geometris.
berornamen geometris.
Pada dinding sisi barat terdapat
Pada sisi barat terdapat satu satu pintu berdaun dua. Kusen pintu dari
jendela berdaun dua. Kusen jendela kayu dengan ram kayu, panil kombinasi
terbuat dari kayu, ram kayu, dan panil kaca kayu dan kaca es. Di atas pintu terdapat
es. Bagian dalam jendela dilengkapi teralis ventilasi berornamen geometris yang
kayu berbentuk belah ketupat. Di samping dibentuk dari plesteran.
jendela terdapat satu pintu berdaun dua.
Kusen pintu dari kayu dengan ram kayu,
panil kombinasi kayu dan kaca es. Di atas
pintu dan pada dinding sisi utara terdapat
ventilasi berornamen geometris yang
dibentuk dari plesteran.
41
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Di dinding sisi barat terdapat sebuah diakses dari ruang makan maupun kamar
pintu berdaun satu. Kusen pintu terbuat tidur utama karena tidak ada pintu di kedua
dari kayu, daun pintu menggunakan ram ruangan tersebut yang langsung menuju ke
kayu, panil berupa kombinasi kayu serta kaca teras samping. Menurut Ibu Ginah, teras ini
bening. Di sudut dinding bagian luar terdapat biasa digunakan untuk duduk sambil memetik
wastafel dengan kran air. buah rambutan dan tempat menjemur kasur.
Teras dilengkapi dengan pagar dari pasangan
batu andesit. Lantai teras berupa tegel abu-
abu ukuran 20 x 20 cm.
42
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Lantai di bangunan paviliun menggunakan slot, dan pegangan terbuat dari kuningan.
tegel kepala basah warna kuning, ukuran 20 x 20 Kusen jendela menggunakan kayu. Daun
cm. Dinding berupa tembok batu bata berplester jendela bagian luar menggunakan model
ukuran tebal 30 cm. Dinding bagian bawah sisi monyetan, ram menggunakan kayu, panil
dalam terdapat plint dari tegel warna kuning, kayu kombinasi krepyak dan plisiran
ukuran 20 x 20 cm. Dinding sisi luar terdapat bentuk geometris. Daun jendela sisi dalam
ornamen batu andesit tempel. Deskripsi masing- menggunakan ram kayu dan panil kaca es.
masing ruangan dalam bangunan paviliun antara Di atas pintu dan jendela terdapat ventilasi
lain: berornamen geometris yang dibentuk dari
plesteran.
a) Ruang tamu untuk tamu anak-anak
43
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
b) Kamar mandi
Situasi teras di depan Di sebelah utara ruang tamu terdapat
Di depan ruang tamu terdapat teras satu buah kamar mandi, dan satu WC. Masing-
terbuka tanpa atap. Teras dilengkapi pagar masing memiliki satu pintu berdaun satu
dari pasangan batu bata berplester. Lantai dan satu ventilasi berbentuk persegi. Kusen
teras dari tegel abu-abu ukuran 20 x 20 cm. dan daun pintu menggunakan bahan kayu.
Di atas pintu terdapat ventilasi berornamen
Pada dinding sisi barat terdapat satu
geometris yang dibentuk dari plesteran.
pintu berdaun empat model kupu tarung.
Model pintu sama persis seperti pintu pada c) Ruang tengah
dinding sisi selatan. Di samping kiri/sebelah
selatan pintu terdapat tiga jendela berdaun
rangkap, dengan model yang sama dengan
jendela pada dinding sisi selatan. Di sebelah
kanan/utara pintu terdapat dua berdaun
rangkap, dengan model yang sama dengan
jendela pada dinding sisi selatan.Di atas pintu
dan jendela terdapat ventilasi berornamen
geometris yang dibentuk dari plesteran.
Pada dinding sisi utara terdapat satu Situasi teras di dalam ruang tengah paviliun
44
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
45
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
46
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
47
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
C. Nilai Penting
48
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Berdasarkan deskripsi fisik, identifikasi, dan tinggi, karena pada masa Agresi Militer Belanda I
menelusuri aspek kesejarahan fungsi bangunan, tanggal 21 Juli 1947 rumah ini digunakan sebagai
maka bangunan rumah di Jl. Patangpuluhan No. tempat persembunyian Bung Karno dari kejaran
22 Yogyakarta merupakan salah satu peninggalan militer Belanda. Seperti diketahui bahwa Bung
arkelogis yang mempunyai berbagai nilai penting Karno adalah tokoh penting negara Republik
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Indonesia, selain sebagai Presiden I RI, beliau
No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sebagai juga seorang Proklamator RI. Dengan demikian
bagian dari situs arkeologi, keberadaan bangunan rumah yang pernah ditinggali beliau menjadi
ini tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai penting mempunyai nilai historis tinggi, terutama dalam
yang melekat padanya. Identifikasi nilai penting yang sejarah perjuangan bangsa.
melekat pada suatu cagar budaya seperti bangunan
B. Nilai Penting Ilmu Pengetahuan
rumah di Jl. Patangpuluhan No. 22 Yogyakarta
ini sangat diperlukan dalam rangka pelestarian, Bangunan rumah di Jl. Patangpuluhan No.
baik upaya pelindungan, pengembangan, dan 22 Yogyakarta merupakan sumberdaya budaya
pemanfaatannya. Rumah di Jl. Patangpuluhan No. yang dapat dimanfaatkan sebagai objek yang
22 Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri karena potensial untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut
memiliki perpaduan arsitektur antara arsitektur dalam rangka menjawab permasalahan dalam
Eropa dan arsitektur tradisional. Dari segi keaslian berbagai bidang keilmuan tertentu. Bidang
bangunan, kondisi bangunan masih dipertahankan keilmuan tertentu tersebut adalah Arkeologi,
apa adanya. Artinya belum mengalami perubahan Sejarah, Antropologi, Ilmu-ilmu Sosial, Arsitektur
radikal yang menjadikan corak keasliannya dan Teknik Sipil.
hilang. Dengan demikian gedung ini tidak Analisis terhadap nilai penting arkeologis
hanya dikatagorikan sebagai bangunan tua (old dapat diketahui dengan melihat ciri arsitektur
building), tetapi juga sebagai bangunan arkeologi bangunan serta data tinggalan arkeologis.
(archaeological building) dan bangunan bersejarah Analisis data arkeologis diperlukan untuk
(historical building). Berdasarkan uraian yang telah mengetahui kondisi eksisting bangunan dan
disebutkan di atas,nilai-nilai penting yang melekat kemungkinan-kemungkinan adanya perubahan
pada bangunan rumah Jl. Patangpuluhan No. 22 pada bangunan tersebut, baik penambahan
Yogyakarta dapat dijabarkan ke dalam berbagai maupun pengurangan bangunan atau bagian
aspek yaitu sebagai berikut: nilai penting sejarah, bangunan.
ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pendidikan.
Bangunan rumah di Jl. Patangpuluhan No.
A. Nilai Penting Sejarah 22 ini merupakan salah satu bukti peninggalan
Pada awalnya rumah yang berarsitektur arkeologis yang bergaya arsitektur Indis yang
indis di Jl. Patangpuluhan No. 22 Yogyakarta ini masih terjaga hingga saat ini. Arsitektur
milik Prof. Ir. Purbodiningrat yang dibangun indis adalah bentuk bangunan rumah tinggal
pada tahun 1932. Prof. Ir. Purbodiningrat adalah para pejabat pemerintah Hindia Belanda yang
putra dari GRM. Putro yang merupakan putra memiliki ciri-ciri perpaduan antara bentuk seni
Sultan Hamengku Buwana VII. bangunan Belanda dan rumah tradisional Jawa,
yang disesuaikan (adaptasi) dengan iklim tropis
Bangunan rumah tersebut menjadi
Indonesia. Hal tersebut terlihat dengan adanya
mempunyai nilai penting sejarah yang sangat
49
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
teras atau emper yang lebar, jendela dan pintu - Karakteristik penataan pola tata letak
yang lebar, serta adanya ruang-ruang terbuka bangunan tersusun simetris, terutama letak
(Djoko Soekiman, 1997). bangunan utama. Pola ini mengikuti prinsip
tata letak sesuai sumbu utara-selatan,
Unsur seni bangunan Belanda tampak
sehingga terbentuk tiga area pokok yaitu
pada penggunaan material bata berspesi,
area umum/area profan, area semi pribadi/
penggunaan lantai tegel, konstruksi sambungan
pribadi, dan area servis.
dengan paku, penggunaan pintu dan jendela
berukuran besar, serta konstruksi atap dengan C. Nilai Penting Kebudayaan
kuda-kuda. Bangunan tradisional Jawa memiliki Nilai kebudayaan untuk mengetahui nilai
pola tertentu yang khas dan menunjukkan penting bangunan rumah di Jl. Patangpuluhan
karakteristik arsitektur Jawa. Secara umum No. 22 Yogyakarta dalam kaitannya dengan
karakteristik rumah tradisional Jawa yang pemahaman kebudayaan. Nilai penting
tampak pada rumah tersebut antara lain: kebudayaan yaitu apabila sumberdaya budaya
- Memiliki jenis tanaman tertentu yang tersebut dapat mewakili hasil pencapaian
mengandung makna simbolik dan kaya budaya tertentu, mendorong proses penciptaan
manfaat. budaya, atau menjadi jati diri (cultural identity)
bangsa atau komunitas tertentu. Nilai penting
- Bangunan dikelilingi pagar yang terbuat
kebudayaan meliputi aspek, yaitu etnik artinya
dari tembok, sehingga untuk masuk ke
dapat memberikan pemahaman latar belakang
kompleks rumah harus melewati pintu
kehidupan sosial, sistem kepercayaan, dan
gerbang.
motologi yang semuanya merupakan jatidiri
- Menggunakan bentuk atap tipe limasan suatu bangsa atau komunitas tertentu; estetik
dan kampung. artinya mempunyai kandungan unsur-unsur
- Orientasi atau arah hadap bangunan masih keindahan baik yang terkait dengan seni rupa,
mempertahankan arah hadap bangunan seni hias, seni bangun, seni suara, maupun
utara-selatan, yang terkait dengan bentuk-bentuk kesenian lain, serta menjadi
kepercayaan masyarakat Jawa. sumber ilham yang penting untuk menghasilkan
karya-karya budaya di masa kini dan mendatang;
Arah selatan merupakan arah ke laut
publik artinya berpotensi untuk dikembangkan
selatan tempat Ratu Kidul (penguasa
sebagai sarana pendidikan masyarakat
laut selatan), arah hadap bangunan tidak
tentang masa lampau dan cara penelitiannya,
boleh membelakangi laut selatan untuk
menyadarkan tentang keberadaan manusia
menghormati Ratu Kidul. Jika mengabaikan
sekarang, berpotensi atau telah menjadi fasilitas
maka akan jauh dari rezeki dan sering
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
ditimpa kemalangan.
umum (Tanudirdjo, DA., 2004).
- Kayu digunakan sebagai salah satu bahan
D. Nilai Penting Pendidikan
utama, baik sebagai komponen struktur
bangunan maupun elemen arsitektural. Eksistensi bangunan ini mempunyai
Jenis kayu yang umum digunakan adalah arti penting bagi upaya pembelajaran bagi
kayu jati (tectona grandis). generasi muda pada umumnya dan pelajar –
50
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
mahasiswa khsusnya. Nilai-nilai penting yang masa gaya paling singkat berusia 50 tahun,
dimiliki menjadi urgensi untuk disampaikan memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
dan disosialisasikan kepada generasi penerus. pengetahuan, pendidikan, dan memiliki
Beberapa hal yang perlu disampaikan atau nilai budaya bagi penguatan kepribadian
sebagai transfer of knowledge adalah terkait bangsa.
dengan aspek pembelajaran untuk mengetahui
B. Rekomendasi
(learn to know) baik yang terkait kognitif dan
afektif. Hal itu untuk menggugah kesadaran Secara garis besar bangunan rumah di
kesejarahan, rasa bangga, rasa memiliki, dan Jalan Patangpuluhan No. 22 Yogyakarta masih
kepedulian kepada aspek sejarah budaya dipertahankan keberadaan maupun keasliannya.
bangsa. Terkait dengan beberapa permasalahan
tersebut, maka ada beberapa rekomendasi yang
IV. Kesimpulan dan Rekomendasi
diajukan untuk pengelolaan warisan budaya
A. Kesimpulan tersebut, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan pendataan dan kajian bangunan 1. Segera diusulkan sebagai Bangunan Cagar
rumah di Jl. Patangpuluhan No. 22 Yogyakarta, Budaya kepada Walikota Kota Yogyakarta.
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
2. Untuk upaya pelestarian, diharapkan
1. Bangunan tersebut mempunyai nilai pemerintah berperan aktif terutama untuk
penting tinggi, baik sejarah, ilmu menyelamatkan rumah tersebut.
pengetahuan, budaya dan pendidikan.
Keberadaannya menjadi bukti sejarah yang
penting tentang proses perkembangan Daftar Pustaka
sejarah perjuangan di Indonesia, karena Fatmawati Sukarno, 1983. Fatmawati : Catatan Kecil
rumah tersebut pernah digunakan sebagai Bersama Bung Karno. Jakarta : Sinar Harapan.
tempat persembunyian Bung Karno dan
Himawan Soetanto, 2006. Yogyakarta 19 Desember
keluarganya dari kejaran militer Belanda,
1949. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
pada masa Agresi Militer Belanda I (antara
Tahun 1947-1948). Hal tersebut juga Pramodya Ananta Toer, dkk. 2001. Kronik Revolusi
menjadi apresiasi masyarakat khususnya Indonesia Jilid III. Jakarta : Kepustakaan Populer
bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gramedia.
masyarakat Indonesia pada umumnya
51
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Oleh:
Dra. Wahyu Astuti, M.A. *
Pabrik Gula Sewu Galur, adalah salah satu contoh Kegiatan pemetaan adalah suatu teknik yang
peninggalan kepurbakalaan dari masa kolonial. Secara secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan
administratif bangunan tersebut terletak di wilayah memperkecil keruangan suatu daerah, dan disajikan
kabupaten Kulon Progo. Bangunan cagar budaya dalam suatu bentuk denah dan gambar, sebagai
berupa pabrik gula merupakan salah satu tinggalan upaya untuk memudahkan dilakukannya observasi.
cagar budaya yang mempunyai nilai penting yang Dengan demikian peta juga dapat dimanfaatkan
tinggi. Nilai yang melekat pada bangunan tersebut untuk kepentingan komunikasi.
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sejarah, Pada prinsipnya peta merupakan media untuk
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan menyimpan dan menyajikan informasi keruangan
masyarakat. Oleh karena nilai penting itulah maka yang diperoleh dari pengukuran di lapangan.
tinggalan cagra budaya tersebut perlu dilestarikan Informasi keruangan yang disajikan dalam peta
keberadaannya. Salah satu upaya pelestariannya akan mengalami penyederhanaan tergantung dari
adalah dengan cara pendokumentasian, berupa penggunaan atau tujuan peta. Penyederhanaan
pemetaan dan penggambaran. diperlukan untuk mempertahankan kejelasan peta.
Dengan dipetakannya wilayah pabrik gula Sewu Pada setiap pembuatan peta, bentuk dari unsur-
Galur tersebut, maka lokasi tersebut dapat diketahui unsur keruangan disederhanakan sampai tingkat
secara pasti, baik batas-batas, titik koordinat, dan tertentu. Informasi keruangan yang disajikan dalam
luas kawasannya. Program kegiatan pemetaan dan peta berbentuk gambar atau simbol.
52
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Metode pemetaan kawasan ini menggunakan bahwa lokasi bekas pabrik gula Sewu Galur
metode polygon tertutup. Metode polygon tertutup secara administrasi berada di dusun Sewu Galur,
ini dilakukan dengan cara: membuat titik-titik desa Karang Sewu, kecamatan Galur, kabupaten
yang berfungsi sebagai tempat untuk pengukuran- Kulon Progo, DI Yogyakakarta.
pengukuran yang diperlukan. Berawal dari titik
Kondisi lingkungan kawasan merupakan
polygon sebagai titik kontrol dari penyebaran data-
daerah permukiman dataran rendah dengan
data yang ada di permukaan. Titik awal tersebut
ketinggian 11-32 m. Dpl. dengan batas-batas
digunakan sebagai titi kontrol yang berfungsi sebagai
sebagai berikut:
penunjang kebenaran dan ketepatan informasi yang
akan diberikan oleh peta tersebut. - sebelah utara desa Pandowan,
- sebelah barat desa Tirto Rahayu,
Data yang diperlukan dalam pengukuran polygon
- sebelah selatan, desa banaran, dan
adalah sudut, jarak dan azimut. Bermula dari titik
- sebelah timur desa Kranggan.
poligon yang dibuat di lapangan dilakukan pengukuran
B. Pengukuran Data
titik detil dengan sistem polar, karena yang dipetakan
adalah sebuah kawasan yang arealnya cukup luas. Dalam kegiatan pemetaan di lapangan
Sistem polar ini sebenarnya adalah pengembangan dibuat titik-titik yang berfungsi sebagai tempat
dari metode Polygon tertutup, sehingga metodenya untuk pengukuran-pengukuran yang diperlukan.
sama yaitu: dilakukkan dengan cara pengukuran Bermula dari titik polygon sebagai titik kontrol
azimut dan jarak. yang menggunakan Theodolit. dari penyebaran data-data permukaan yang
Dengan alat tersebut jarak-jarak dapat diukur menunjang kebenaran dan ketepatan informasi
langsung dengan bantuan bacaan rambu Theodolit. yang akan diberikan oleh peta tersebut.
Sebagai hasil akhir pemetaan yakni berupa gambar Sementara itu data yang diperlukan dalam
peta dengan skala 1 : 1000. pengukuran poligon adalah sudut, jarak dan
azimut. Bermula dari titik polygon yang dibuat
III. Kegiatan Pemetaan
di lapangan dilakukan pengukuran titik detail
A. Survey dengan metode polar. Metode polar dilakukkan
dengan cara melakukan pengukuran azimut dan
Survey dilakukan dalam rangka observasi
jarak. yang menggunakan theodolit. Dengan
untuk mengetahui medan sasaran yang dipeta
alat tersebut jarak-jarak dapat diukur langsung
juga untuk menentukan batas- batas kawasan
dengan bantuan bacaan rambu theodolit.
yang di petakan. Dari hasil survey diketahui
53
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
e. Rumah no. 5 :
b. Rumah no.2 : Pemilik : Suratijo
Pemilik : Suryani Alamat : RT. 55, RW 27, Dn 14/ Kempleng, Sewu
Alamat : RT. 55, RW 27, Dn 14/ Kempleng, Sewu Galur, Karang Sewu, Galur.
Galur, Karang Sewu, Galur. Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412981 Y : 9121977
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412969 Y : 9121907 Keterangan : Bangunan disewa oleh BRI Unit Sewu
Keterangan : Peninggalan Bp. Cokrodirjo, seorang Galur, Bagian teras fasad depan sudah
pemilik setelah membeli dari pemilik berubah.
orang Belanda. Pada masa pabrik gula bangunan dikenal
sebagai tempat kamar bola atau tempat
billyard.
54
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
F. Rumah no.6 : Keterangan : Pada masa Pabrik Gula Sewu Galur masih
Pemilik : Pujarwati beroperasi, lahan tempat masjid berdiri
dahulu digunakan sebagai lapangan
Alamat : RT. 55, RW 27, Dn 14/ Kempleng, Sewu
tenis.
Galur, Karang Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412992 Y : 9121998
Keterangan : Bangunan sebagian sisi utara runtuh,
teras depan tertutup teras tambahan.
55
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
k. Rumah no 11 :
Pemilik : Mardiwiyono Wiryodimejo
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412693 Y : 9122009
Keterangan : Pada masa Pabrik Gula Sewu Galur
merupakan bangunan tempat
perkantoran n. Rumah no. 14
Pemilik : Sunartejo
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412882 Y : 9121734
Keterangan : Bangunan mengalami rusak berat
berupa atap sebagian runtuh, tembok
retak-retak, dan sampai sekarang
l No 12 bekas cerobong/ tungku pembakaran pabrik kondisinya belum berubah/ belum
Pemilik : Muhamad Bustomi, Dimyati diperbaiki. Kondisi bangunan masih asli
seperti semula.
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412782 Y : 9121949
Keterangan : Berada di belakang rumah bapak
Muhamad Bustomi (Sekdes Karang
Sewu) dan Ibu Dimyati. Kondisi bangunan
sudah runtuh tinggal menyisakan
struktur pondasi.
o. Rumah no. 15
Pemilik : Muh. Basyari/ R. Haji Humam
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412821 Y : 9121748
Keterangan : Bangunan depan mengalami perubahan
m Rumah no.13 : dengan didirikan bangunan baru untuk
penggilingan. Bagian belakang masih asli
Pemilik : Budi Setyo
dan kondisinya runtuh.
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23,
Karang Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412898 Y : 9121739
Keterangan : Pada mula milik bapak Cokrodirjo,
sekarang diturunkan ke cucunya.
Sebelum gempa 2006 bangunan
adalah satu kesatuan dan mengalami
kerusakan berat dan setelah gempa
direnovasi dan dijadikan dua
bangunan menghadap ke timur dan
utara.
56
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
t. Rumah no. 20 :
Pemilik : Abdul Gofur
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412770 Y : 9121769
q. Rumah no. 17
Pemilik : Sarbini
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M X : 0412770 Y : 9121769
u. Bangunan no. 20 Kerkhoff/ makam Belanda
Pemilik : Status tanah PA Ground
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT48/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412786 Y : 9121561
r. Rumah no. 18 :
Pemilik : Abdul Qolik
Alamat : Dn Sewu Galur 12 / RT47/ RW23, Karang
Sewu, Galur.
Koordinat : Zona : 49 M, X : 0412659 Y : 9121755
57
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
1. Sebagai langkah pelestarian diperlukan
sebuah kesinambungan kegiatan, yaitu dengan
3. Jaringan jalan, jaringan jalan kompleks Pabrik Gula
kegiatan pendokumentasian tiap bangunan
Sewu Galur tidak mengalami perubahan sampai
secara lebih detil;
saat ini. Akses utama menuju kawasan pabrik
2. Perlu dilakukkan penilaian atau analisis
gula melalui sisi timur dan utara. Akses jalan
oleh tim analisis BP3 Yogyakarta terhadap
sisi timur yaitu langsung dari jalur Brosot- Trisik
bangunan-bangunan kolonial yang masih ada.
sedangkan akses jalan sisi utara dari jalur Brosot-
Penetapan bangunan tersebut sebagai cagar
Panjatan ke Banaran. Jaringan jalan internal
budaya diperlukan untuk syarat ditetapkannya
kompleks merupakan batas kawasan pabrik
bangunan tersebut sebagai bangunan cagar
gula yang ditengahnya merupakan jalan utama.
budaya, sehingga bangunan tersebut secara
hukum bisa terlindungi;
3. Apabila dimungkinkan perlu langkah-langkah
konkrit pelestarian berupa rehabilitasi
terhadap bangunan peninggalan cagar budaya
yang kondisinya rusak karena gempa. Dengan
utuhnya bangunan tersebut kelestarian
bangunan bisa tetap terjaga.
58
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Daftar Pustaka
Aryono Prihandito, Kartografi. Yogyakarta : PT. Mitra Yulianto Sumalyo, Arsitektur Kolonial Belanda di
Gama Widya, 1989 Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 1993
Muhammad Jafar Hafsah, Bisnis Gula di Indonesia.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002 http://www.tropenmuseum.nl
59
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
60
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Keterangan
1. RUMAH BAYU HARJO
2. RUMAH SURYANI
3. RUMAH SUNARTEJO
4. RUMAH KARWONO
5. RUMAH SURATIJO
6. RUMAH PUJARWATI
7. MASJID AL MUSTOFA
8. BEKAS LAPANGAN TENIS
9. PASAR SEWU GALUR
10. RUMAH MURSIYEM
11. RUMAH MARDIWIYONO
WIRYODIMEJO
12. BEKAS CEROBONG
13. RUMAH BUDI SETYO
14. RUMAH SUNARTEJO
15. RUMAH MUH. BASYARI / R. HAJI
HUMAM
16. RUMAH R. HAMAM
17. RUMAH SARBINI
18. RUMAH ABDUL QOLIK
19. RUMAH ABDUL MUIS
20. RUMAH ABDUL GOFUR
21. KERKHOFF / MAKAM BELANDA
61
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Kegiatan Rutin
BPCB Yogyakarta 2013
Salah satu tugas dan fungsi Balai Peletarian itu juga memberikan hiburan yang bersifat rekreatif
Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta adalah edukatif bagi masyarakat luas.
mensosialisasikan dan mempublikasikan benda
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama
cagar budaya kepada masyarakat luas dalam
antara BPCB Yogyakarta dengan Keraton Yogyakarta,
berbagai bentuk. Salah satu bentuk kegiatan
yang dilaksanakan secara rutin setahun sekali
sosialisasi yang dilakukan adalah melalui kegiatan
dalam rangka menyemarakkan Perayaan Sekaten
pameran kepurbakalaan. Bentuk pameran
untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad
semacam ini dipandang sebagai media yang cukup
SAW, pada tahun 2013 pada bulan Maulud tahun
efektif sebagai sarana penyebarluasan informasi
Jimakir 1946 Jw (Januari 2013). Kegiatan pameran
tentang keberadaan cagar budaya, sebagaimana
ini dilaksanakan mulai tanggal 12 sampai dengan
diamanatkan dalam UU RI No. 11 tahun 2010
24 Januari 2013, dan bertempat di bekas Kantor
tentang Cagar Budaya. Melalui pameran cagar
Rektorat UGM, Siti Hinggil Keraton Yogyakarta.
budaya diharapkan dapat bermanfaat bagi
Pameran kali ini mengambil tema “Satu Abad
masyarakat, terutama dalam meningkatkan dan
Kepurbakalaan”. Tema ini diambil dengan harapan
mengembangkan apresiasi dan kecintaan mereka
dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
terhadap warisan budaya, baik benda, bangunan,
benda cagar budaya, apa dan bagaimana warisan
struktur, situs, dan kawasan cagar budaya. Selain
budaya artefaktual yang ada, serta memahami arti
62
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
penting benda cagar budaya yang ada di sekitarnya Kondisi Candi Prambanan, Candi Wisnu, dan Situasi
sehingga masyarakat merasa berkewajiban untuk Pemugaran Candi Siwa ; Kondisi Bangunan Kotagede
berperan aktif dalam perawatan dan perlindungan Yogyakarta ; Kondisi Kraton Yogyakarta Plengkung
sebagai upaya pelestariannya. Dengan demikian Nirbaya Gading ; Kondisi Tamansari Gapura Agung,
warisan budaya kita tetap dapat dimiliki dan Pulo Kenanga, Gapura Panggung, Gapura Panggung
dipahami oleh generasi-generasi selanjutnya, setelah dipugar, Umbulbinangun, Umbulbinangun
yang tetap akan mereka gunakan sebagai jati diri setelah dipugar serta beberapa benda temuan dari
bangsa. Materi pameran yang ditampilkan kali ini foto-foto Era Oudheidkundige Dienst dan foto-foto
berupa foto-foto dalam bentuk poster mengenai kondisi situs masa sekarang koleksi BPCB Yogyakarta.
63
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Kegiatan Menjalin
Mitra Pendidikan
Kegiatan
Jelajah Budaya
Tahun 2013
Situasi Upacara Pembukaan Kegiatan Jelajah Budaya Tahun 2013 di Situs Warungboto
Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta bertepatan dengan 100 Tahun Kepurbakalaan ( 14
sebagai lembaga yang bertugas melestarikan Juni 1913 – 14 Juni 2013). Dalam pelaksanaannya,
benda-benda peninggalan sejarah dan budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta bekerja
berkomitmen mensosialisasikan potensi cagar sama dengan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
budaya yang mempunyai nilai penting sejarah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan.
Kegiatan Jelajah Budaya tahun 2012
Sosialisasi itu sebagai sarana untuk membangun
mengambil rute start dari Situs Warungboto -
karakter bangsa agar generasi muda selalu
Kampung Bodon – Beteng Cepuri – Watu Gatheng
berpegang kepada identitas dan jati diri bangsa.
– Pasar Kotagede, dan finish di Makam Raja-raja
Hal itu dapat dikenal dan dipahami melalui benda-
Mataram, Kotagede. Jarak yang tempuh sejauh
benda peninggalan sejarah dan purbakala yang
kira-kira 6 km. Dalam kegiatan jelajah budaya ini
tersebar diberbagai tempat. Untuk itulah maka Balai
diharapkan para pelajar tumbuh kecintaan dan
Pelestarian Cagar Budaya bermaksud mengadakan
kebanggaan pada budaya bangsa sendiri serta
kegiatan Jelajah Budaya dengan peserta terdiri
tekad untuk melestarikan sekaligus memiliki
atas pelajar tingkat SMA. Kegiatan Jelajah Budaya
ketahanan budaya yang berazaskan Pancasila dan
berlangsung pada hari Minggu tanggal 26 Mei 2013,
jiwa kebangsaan yang mantap. Tema kegiatan
64
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Jelajah Budaya Tahun 2013 adalah “ Dengan Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
menggali potensi kekayaan dan keragaman budaya rangka Jelajah Budaya tahun 2013, antara lain :
kita teguhkan jati diri bangsa guna mewujudkan pengenalan situs, penanaman pohon langka di situs,
kebersamaan dan kedamaian dalam kebhinekaan” apresiasi pengalaman jelajah, membuat karya tulis
dengan motto “ Satyaku Kudarmakan Dharmaku pelestarian budaya, pemotretan, Dialog Budaya
Kubaktikan “ dengan semboyan “ Jati diriku Jati mengenai 100 tahun Kepurbakalaan.
diri Bangsaku, Jati diriku amalan Trisatyaku “.
65
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Kegiatan
Kemah Budaya
Tahun 2013
Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta semboyan ”Jati Diriku, Jati Diri Bangsaku, Jati Diriku
merupakan lembaga yang bertugas melestarikan Amalan Tri Satyaku”. Kegiatan Kemah Budaya kali ini
benda-benda peninggalan sejarah dan budaya, berlangsung selama 5 (lima) hari, mulai tanggal 1-5
sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, Juli 2013. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Kemah
agar generasi muda selalu berpegang pada identitas Budaya ini terselenggara atas kerjasama antara
dan jati diri bangsa. Hal itu dapat terwujud apabila Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Museum
generasi penerus sejak dini diperkenalkan dan diberi Benteng Vredeburg Yogyakarta, Balai Pelestarian
pemahaman melalui benda-benda peninggalan Nilai Budaya Yogyakarta serta Kwartir Daerah
sejarah dan purbakala yang tersebar di berbagai Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta.
tempat. Generasi muda merupakan generasi yang Kegiatan Kemah Budaya ini dilaksanakan
potensial untuk mewarisi nilai luhur budaya bangsa sebagai salah satu upaya publikasi dan sosialisasi
dan dari tangan mereka pula diharapkan budaya cagar budaya kepada masyarakat, khususnya
bangsa yang sangat luhur diwariskan kepada generasi muda anggota pramuka penegak dan
generasi berikutnya. Untuk itulah maka pada tahun penggalang. Adapun tujuannya adalah sebagai
2013 ini Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta berikut
bermaksud mengadakan kembali kegiatan Kemah 1. Meningkatkan pengetahuan generasi muda/
Budaya yang pesertanya terdiri atas pelajar tingkat pelajar tentang warisan budaya
SMP dan SMA di Yogyakarta (pramuka penegak dan 2. Memperkenalkan potensi budaya yang ada di
penggalang). DIY dalam rangka memupuk rasa kebanggaan
Kegiatan Kemah Budaya kali ini mengambil nasional dan mempertebal jati diri bangsa.
tema ”Dengan Semangat Kepemudaan Kita Bangun 3. Untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-
Pendidikan yang Berkarakter guna Memperkokoh norma positif melalui pendekatan kebudayaan.
Jati Diri Bangsa”, dengan motto ”Satyaku Ku 4. Meningkatkan rasa kebangsaan dan toleransi
Dharmakan Dharmaku Kubaktikan”, dan dengan terhadap perbedaan
66
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
5. Sebagai sarana publikasi cagar budaya sesuai 7) Kunjungan Situs dan Praktek Ekskavasi serta
dengan tugas pokok dan fungsi BPCB Yogyakarta Konservasi
dalam pelestarian dan pelindungan cagar
8) Sarasehan Pendidikan Budi Pekerti bagi
budaya.
Orang Dewasa (Andalan, Pelatih, dan
6. Menanamkan nilai-nilai sejarah dan budaya
Pembina)
bangsa untuk menciptakan ketahanan nasional
guna memperkokoh identitas dan jati diri 9) Giat Prestasi Baca Puisi Perjuangan
bangsa. 10) Dialog dan Diskusi Pendidikan Kepramukaan
Peserta Kemah Budaya 2013 berjumlah 200
11) Talk Show Kesejarahan, Permuseuman, dan
orang, yang terdiri atas pelajar pramuka tingkat
Kepurbakalaan
penegak dan penggalang se-Provinsi DIY. Masing-
masing peserta tergabung dalam Kwartir Cabang c. Kegiatan Keterampilan Hidup dan Seni Tradisi
Kulonprogo, Kwartir Cabang Bantul, Kwartir Cabang 1) Mengenal Budaya Cerita Pewayangan
Sleman, Kwartir Cabang Gunungkidul, dan Kwartir
2) Giat Prestasi Masakan dan Jajanan Tradisional
Cabang Kota Yogyakarta.
Kemah Budaya 2013 yang berlangsung selama 3) Giat Prestasi Dekorasi Temanten Tradisional
5 (lima) hari antara lain meliputi hal-hal berikut ini : Jawa (Njanur)
67
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
68
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Pameran
100 Tahun
Kepurbakalaan
Situasi Upacara Pembukaan Kegiatan Pameran 100 Tahun Kepurbakalaan di Benteng Vredeburg
Banyak masyarakat yang belum tahu arti benda cagar budaya, apa dan bagaimana warisan
penting Benda Cagar Budaya bagi sejarah kehidupan budaya artefaktual yang ada, serta memahami arti
bangsa, padahal Daerah Istimewa Yogyakarta penting benda cagar budaya yang ada di sekitarnya
merupakan daerah yang memiliki potensi tinggalan sehingga masyarakat merasa berkewajiban untuk
budaya sangat banyak dan beragam. Salah satu berperan aktif dalam perawatan dan perlindungan
Tupoksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta sebagai upaya pelestariannya. Dengan demikian,
(BPCB Yogyakarta) adalah menyosialisasikan cagar warisan budaya kita tetap dapat dimiliki dan
budaya dan perangkat peraturan perundang- dipahami oleh generasi-generasi selanjutnya, yang
undangan yang mengaturnya kepada masyarakat, tetap akan mereka gunakan sebagai jati diri bangsa.
melalui kegiatan Pameran Cagar Budaya. Pameran Dengan tema tersebut, maka materi pameran yang
ini merupakan Pameran Bersama, kerjasama antara ditampilkan BPCB Yogyakarta berupa beberapa karya
Museum Benteng Vredeburg, BPCB Yogyakarta, foto-foto bangunan warisan budaya sejak masa
BPCB Jawa Tengah, Balai Konservasi Borobudur, Hindia Belanda dengan sebagian karya fotografi
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, oleh K. Chepas, Oudheidkundige Dienst, sampai
dan Jurusan Arkeologi UGM, serta IAAI Komda era kemerdekaan. Foto-foto tersebut ditampilkan
DIY-Jateng. Materi yang ditampilkan merupakan dalam bentuk poster antara lain Candi Prambanan,
bunga rampai pertumbuhan purbakala selama Candi Kalasan, Candi Barong, Kraton Ratu Boko,
100 tahun yang direpresentasikan melalui bingkai- Candi Sambisari, Candi Kimpulan, Tamansari dan
bingkai display yang dipersembahkan oleh masing- Panggung Krapyak. Di samping itu juga beberapa
masing instansi peserta pameran. Pameran artefak bergerak masa klasik antara lain arca
kali ini mengambil tema “Pameran 100 Tahun Triwikrama, arca Narasimha, Genta Perunggu dan
Purbakala”. Tema ini diambil dengan harapan Kendi Amerta.
dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
69
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Penghargaan Pelestari
Cagar Budaya 2013
1. MAN Yogyakarta II
MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Yogyakarta II status menjadi MAN Yogyakarta II sampai sekarang.
terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 130 Yogyakarta.
Ditinjau secara arsitektural, gedung MAN
MAN Yogyakarta II telah ditetapkan sebagai cagar
Yogyakarta II bercorak indis.Ciri khas bangunan indis
budaya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
masih tampak pada gable / gunung-gunung yang
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 185/KEP/2011.
menyatu dan menggunakan material yang sama
Pada awalnya bangunan ini milik Ngok An, seorang
dengan dinding, hiasan atap berbentuk “gada”, dan
warga Cina. Setelah zaman kemerdekaan rumah
ada beberapa ornamen bercorak Cina diantaranya
milik Ngok An tersebut diambil alih kepemilikannya
patung singa di samping kanan bangunan dan
oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun
hiasan puncak atap berupa burung. Bangunan
1946-1949, bangunan ini digunakan untuk kantor
utama menggunakan model atap segi enam dan
Departemen Agama RI yang pertama. Tahun 1954-
limasan. Lantai menggunakan tegel bermotif. Pintu
1974 dipergunakan untuk Sekolah Pendidikan
dan Jendela berbentuk empat persegi panjang
Guru Agama Atas II (PGAA II). Tahun 1974, PGAA II
dengan panil krepyak, panil kayu dan kombinasi
berubah menjadi PGAN 6 Tahun Puteri Yogyakarta
kaca. Bagian atap ditutup genteng vlaam, dengan
dan menerima siswa khusus dari DIY dan sekitarnya.
hiasan kemuncak atap berbentuk gada dan burung.
Dengan terbitnya SK Menteri Agama No. 17 Tahun
1978, PGAN 6 Tahun Puteri Yogyakarta berubah
70
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
71
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
72
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
4. Musholla ‘Aisyiah
Musholla ‘Aisyiyah terletak di Kampung menggunakan kombinasi tipe limasan dan tajug.
Kauman, Yogyakarta. Sebelum menjadi musholla, Denah bangunan berbentuk persegi panjang.
di lahan ini berdiri rumah milik Haji Irsyad. Rumah Lantai asli menggunakan marmer, namun setelah
tersebut digunakan untuk pusat kegiatan Siswa Praja tahun 2006 diganti dengan keramik. Dinding berupa
(SP) Wanita, sebuah perkumpulan yang anggotanya batu bata berplester dengan cat warna hijau muda.
terdiri dari para remaja putri siswa Standaart Pintu, jendela, dan ventilasi menggunakan materil
School Muhammadiyah. Kegiatan SP Wanita adalah kayu dikombinsi kaca nako warna warni. Bagian
pengajian, berpidato, jama ‘ah sholat Subuh, plafon ditutup dengan eternit. Penutup atap
mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan menggunakan genteng vlaam.
kegiatan keputrian. Setelah diwakafkan kepada
Yayasan Muhammadiyah, kemudian dibangun
tempat ibadah khusus bagi kaum perempuan. Sesuai
prasasti di dinding bagian depan, pendirian musholla
ini diprakarsai oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun
1922, sedangkan pelaksanaan pembangunan oleh
Yayasan Muhammadiyah.
73
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
74
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Bekas Rumah Dinas Pabrik Gula Sewu Galur tampak dari Barat
75
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
7. Hostel Vogels
Bangunan Hostel Vogels berada di kawasan penyejuk ruangan. Dinding plesteran bata pada
wisata Kaliurang. Secara administratif termasuk bagian atas dan batu berornamentasi pada bagian
dalam Dusun Kaliurang, Desa Hargobinangun, bawah. Pintu dan jendela model panil kaca yang
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. berwarna kuning muda berplisir hijau . Diatas pintu
Bangunan bergaya indis dan didirikan sekitar tahun dan jendela terdapat ventilasi dengan bahan kaca
1930-an. Pada tahun 1946 bangunan tersebut dibeli patri. Sampai sekarang bangunan ini masih dalam
oleh Perdana Menteri , Dr. Soekiman Wiryosanjoyo. kondisi asli, belum mengalami perubahan arsitektur
Pada tahun 1950-an bangunan tersebut digunakan dan pemanfaatannya tetap sebagai hotel atau
untuk mess bagi tentara Angkatan Udara. Pada penginapan.
tahun 1986 bangunan tersebut dibeli oleh Abdul
Rosyid Tanaka.
76
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
77
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Temuan Arca
78
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Review Buku
Judul : Lensa Budaya : Menguak Fakta tentang aktivitas, dinamika kerja, gaya hidup, dan
Mengenali Zaman situasi- kondisi pada zaman tertentu. Fotografi
Penulis : Tim Penulis BPCB Yogyakarta yang berkembang di Indonesia tidak lepas dari
Penerbit : Balai Pelestarian Cagar Budaya keberadaan orang-orang Belanda khususnya dan
Yogyakarta Eropa pada umumnya yang sering mengabadikan
Tebal : 214 + iv halaman momentum dan monumen yang ada. Menurut
Soeryoatmodjo dan Supartono dalam penelitiannya
Karya-karya foto lama itu mempunyai arti disebutkan bahwa perkembangan itu terjadi
penting, tidak sekedar menggugah romantisme pada tahun 1841 M. Fotografer dan studio yang
masa lalu, tetapi yang lebih penting adalah sebagai mendominasi yaitu dari Eropa (315) dan baru
wahana untuk mengetahui konteks kultural dan disusul dari Cina (186), Jepang (45), dan Indonesia
ikatan zaman melalui sesuatu yang terekam atau (4). Fotografer Indonesia yang paling dikenal
terdokumentasi. Melalui foto, dapat diekspos adalah Kassian Chepas (Yogyakarta), kemudian
79
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
disusul A. Mohammad (Batavia), Sarto (Semarang), Candi Barong, Candi Gebang, Candi Sambisari,
dan Najoan (Ambon). Dalam sejarah tercatat Candi Sari, Candi Kimpulan, dan data artefak
bahwa ada beberapa fotografer yang sangat lepas di beberapa wilayah.
berjasa dalam upaya pendokumentasian warisan
2. Objek cagar budaya bangunan di Kawasan
budaya khususnya di Yogyakarta. Mereka adalah
Kotagede, Imogiri, dan Keraton Yogyakarta
Woodbury, Page, Isodore van Kinsbergen, Simon
(benteng Keraton Yogyakarta, gerbang
Willem Cemerik, dan seorang pribumi yaitu Kassian
(plengkung) Keraton, Pesanggrahan
Chepas. Karya-karya foto lama itu mempunyai arti
Ambarketawang, Pesanggrahan Tamansari,
penting, tidak sekedar menggugah romantisme
Rejawinangun, Masjid Sela, Panggung Krapyak,
masa lalu, tetapi yang lebih penting adalah sebagai
Ambarbinangun, Ambarrukma, dan dalem
wahana untuk mengetahui konteks kultural dan
pangeran.
ikatan zaman melalui sesuatu yang terekam atau
terdokumentasi. Melalui foto, dapat diekspos Buku ini semoga dapat menjadikan
tentang aktivitas, dinamika kerja, gaya hidup, dan masyarakat pembaca dapat mengetahui dan
situasi- kondisi pada zaman tertentu. Keberadaan memaknai berbagai perubahan yang terjadi dalam
dokumentasi terutama karya Chepas masih dapat sebuah kurun waktu. Di samping itu, buku ini
dilacak serta dapat menjadi bukti visual tentang dapat mengapresiasi dan mengambil inspirasi dari
keberadaan peninggalan budaya khususnya di fakta-fakta yang terekam serta nilai-nilai luhur
Yogyakarta. yang terkandung dalam warisan budaya bangsa.
Pemahaman itu diharapkan dapat membangkitkan
Buku ini mengekspos beberapa karya foto
sikap dan tindakan partisipasi dalam upaya
bangunan warisan budaya, sejak masa Hindia
pelestarian cagar budaya bangsa secara dinamis
Belanda dengan sebagian karya para fotografer
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
perintis, Kassian Chepas, Jawatan Purbakala atau
RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Oudheidkundige Dienst, sampai era kemerdekaan
oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah
Istimewa Yogyakarta. Di samping itu, beberapa
artefak bergerak yang mempunyai keunikan dari
masa klasik yang berasal dari berbagai kompleks
candi maupun temuan lepas juga didokumentasikan
dan dipublikasikan. Dokumen-dokumen foto dari
Oudheidkundige Dienst, KITLV, dan BPCB yang
ditampilkan di dalam buku ini di antaranya berikut
ini.
80
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
Judul : 100 tahun Purbakala : Menapak (pasal 1-3) lembaga ini didirikan dengan tujuan
Jejak Peradaban Bangsa yaitu “memajukan pengetahuan-pengetahuan
Penulis : Tim Penulis BPCB Yogyakarta kebudayaan sejauh hal-hal ini berkepentingan bagi
Penerbit : Balai Pelestarian Cagar Budaya pengenalan kebudayaan di kepulauan Indonesia
Yogyakarta dan kepulauan sekitarnya”. Secara umum, kegiatan
Tebal : 204 halaman kepurbakalaan berkembang dengan pesat terutama
dalam bidang penelitian, observasi, pemeliharaan,
pengamanan, pendokumentasian, inventarisasi,
Perhatian terhadap peninggalan purbakala
penggambaran, penggalian, maupun pembinaan
telah berlangsung sejak masa kolonial yaitu pada
bangunan kuno maka terbentuklah lembaga
abad ke-18. Kegiatan kepurbakalaan berkembang
swasta pada tahun 1885 M yaitu Archaeologische
dari semula bersifat pribadi atau individu
Vereeniging yang dipimpin oleh Ir. J.W. Ijzerman.
kemudian menjadi kelompok. Hal itu ditandai
Atas campur tangan pemerintah Hindia
dengan berdirinya Bataviaasch Genootschap
Belanda, maka berdasarkan Surat Keputusan
van Kunsten en Wetenschappen pada 24 April
Pemerintah Belanda (Gouvernement Besluit van
1778 M. Sebagaimana disebutkan dalam statuten
18 Mei 1901, No. 4) dibentuk sebuah komisi
81
Buletin Narasimha No.6 / VI / 2013
82