BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Maksud
Tujuan
4. REFERENSI HUKUM
TINJAUAN PUSTAKA
Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia, kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan
kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini didirikan pada masa Kerajaan
Kanjuruhan dan terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2 yang
terletak di tengah-tengah Kabupaten Malang. Bersama dengan Kota
Batu dan Kabupaten Malang, Kota Malang merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
Kota Malang dikenal baik karena dicap sebagai kota pendidikan. Kota
ini memiliki berbagai perguruan tinggi terbaik seperti Universitas
Brawijaya dan Universitas Negeri Malang. Selain itu, kota ini merupakan
kota pariwisata karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh
pegunungan serta udaranya yang sejuk. Malang pun terkenal sebagai
kota bunga karena banyaknya bunga yang menghiasi kota. Kota
Malang juga merupakan kota seni karena banyaknya kesenian khas
dari kota ini, mulai dari tarian hingga pertunjukan.
Sejarah
Geografi
Iklim
Pemerintah
Balai Kota Malang, kantor Wali Kota Malang yang terletak di Jalan
Tugu No. 1, Kota Malang
DPRD Kota Malang terdapat 4 (empat) komisi, yaitu Komisi A yang
membidangi Pemerintahan; Komisi B yang membidangi Perekonomian
& Keuangan; Komisi C yang membidangi Pembangunan; dan Komisi D
yang membidangi Kesejahteraan Rakyat.
Kecamatan
Secara administratif wilayah Kota Malang dibagi menjadi 5
kecamatan. 5 kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 57
kelurahan. Kecamatan Klojen, Blimbing, dan Sukun memiliki 11
kelurahan, Blimbing, sedangkan Kedungkandang dan
Lowokwaru memiliki 12 kelurahan. Kode pos kota pun dimulai
dari 65111—65149.
Lambang Kota
Demografi
Jumlah penduduk Kota Malang adalah 895.387 jiwa pada tahun 2017.
Dengan luas Kota Malang yang mencapai 145,28 km2, kepadatan
penduduk Kota Malang mencapai 6.200 jiwa/km2. Malang merupakan
kota ke-21 terbesar di Indonesia dan merupakan kota ke-18 terpadat
se-Indonesia.
Suku bangsa
Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa.
Namun, jika dibanding dengan masyarakat Jawa pada
umumnya, suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang
sedikit lebih keras dan egalitar. Salah satu penyebabnya adalah
tipologi arek Malang terinspirasi oleh Ken Arok yang diceritakan
sebagai raja yang tegas dan lugas meskipun lebih mengarah
keras. Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti
Madura, Arab, Tionghoa, dan lain-lain. Sebagai kota pendidikan,
Malang juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai
daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga
membentuk wadah komunitas tersendiri.
Agama
Agama mayoritas di Kota Malang adalah Islam, diikuti dengan
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak
zaman dahulu antara lain Masjid Agung Jami' Kota Malang,
Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Ijen (Santa Perawan Maria dari
Gunung Karmel), Klenteng Eng An Kiong[58] di Kotalama, dan
sebuah pura di Puncak Buring. Meskipun agama mayoritasnya
adalah Islam, Kota Malang menjadi salah satu kota yang
memiliki jumlah penduduk Kristen terbesar di Jawa Timur.
Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan karena
Malang memiliki banyak pesantren, yang terkenal ialah Pondok
Pesantren Al Hikam pimpinan KH. Hasyim Muzadi. Ada pula pusat
pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah terkenal
di seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia
Tenggara yang berdiri di Malang pada 1954.
Kota Malang dikenal sebagai kota yang toleransi
antaragamanya tinggi. Keberadaan Masjid Jami dan Gereja
Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel di Kota Malang
menarik. Dua tempat ibadah itu bersebelahan dan seolah
menjadi simbol toleransi masyarakat di Kota Malang. Di kota ini,
keberagaman agama dan kepercayaan dimanfaatkan
dengan dijadikan komoditas politik.
Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Kota Malang,
seperti Indonesia. Namun, bahasa Jawa dengan dialek Jawa
Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang.
Kalangan minoritas suku Madura menuturkan bahasa Madura.
Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut boso Walikan
(osob Kiwalan), yaitu cara pengucapan kata secara terbalik,
misalnya Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab, dan
burung menjadi ngurub. Gaya bahasa masyarakat Malang
terkenal egaliter dan blak-blakan yang menunjukkan sikap
masyarakatnya yang tegas, lugas, dan tidak mengenal basa-
basi. Menurut masyarakat, awal adanya bahasa khas ini adalah
para pejuang yang ingin perbincangannya tidak dapat
dimengerti oleh penjajah, dan sampai saat ini masih banyak
dalam komunitas keluarga menggunakan bahasa ini dalam
kehidupan sehari-hari.
Ekonomi
Pariwisata
Kampung Wisata
Malang dikenal memiliki banyak sekali kampung tematik yang
bernuansa pedesaan dan khas. Di antaranya, yang paling
terkenal adalah Kampung Wisata Jodipan (Kampung Warna-
Warni), kampung warna-warni pertama di Indonesia yang
menjadi salah satu destinasi favorit di Kota Malang. Selain itu,
ada juga Kampung Tridi yang terletak di seberang Kampung
Warna-Warni yang terkenal akan karya seni mural di dinding-
dinding perumahannya, seperti Haji Lane di Singapura. Kedua
kampung tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan kaca.
Keduanya merupakan tempat selfie favorit para wisatawan.
Pendidikan
Kesehatan
RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit terbesar di kota. Rumah
sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan Jawa Timur bagian
selatan. Rumah sakit umum lainnya adalah RSUD Kota Malang, RS Panti
Nirmala, RS Lavalette, RS Hermina Tangkubanprahu, RSI Malang, dan
Persada Hospital.
Malang memiliki banyak rumah sakit pendidikan. RSUD Dr. Saiful Anwar
dan RS Universitas Brawijaya menampung mahasiswa Universitas
Brawijaya. RS Universitas Muhammadiyah Malang yang menampung
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang pun merupakan salah
satunya.
Kebudayaan
Kota Malang merupakan kota yang kaya akan seni tari. Menurut
kawasan kebudayaannya (tlatah-nya), Kota Malang termasuk
ke dalam Tlatah Budaya Arek. Dengan demikian, tarian seni di
kota, terutama seni tarinya lebih energetik, gembira, dan lugas
Tarian Malang bervariasi, mulai dari tari selamat datang, yaitu
tari Beskalan, tari penghormatan seperti tari Bedayan, hingga tari
Grebeg Wiratama yang menggambarkan semangat
peperangan. Walaupun ada banyak tarian selain tarian-tarian
tersebut, tari khas Malang yang terkenal ialah tari Topeng
Malangan. Tari tersebut adalah pertunjukan kesenian tari yang
semua pemerannya menggunakan topeng. Pada umumnya,
tarian sering menggunakan cerita panji, cerita tanah Jawa
periode klasik.
Selain tarian, kota pun memiliki kesenian yang berupa
pertunjukan. Pertunjukan yang baru-baru terkenal adalah
pertunjukan Bantengan. Kesenian ini berkembang di kampung-
kampung yang berakar sejarah Singhasari di kabupaten. Walau
demikian, beberapa wilayah di tengah kota yang sudah sangat
modern pun tetap memiliki komunitas Bantengan. Kesenian ini
melibatkan leluhur banteng yang dipanggil oleh sesepuh.
Bantengan dianggap unik, namun ada cukup banyak orang
yang menentangnya. Jaran Kepang Malangan pun tak kalah
seru. Pertunjukan ini merupakan pertunjukan seni yang
menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan
jaran kepang (kuda-kudaan). Terkadang, penari Jaran Kepang
mengalami keserupan.
Kuliner
Kota Malang merupakan kota kuliner, terutama kuliner dengan
harga terjangkau. Banyaknya kuliner berharga murah
disebabkan oleh penduduk Kota Malang yang sebagian besar
merupakan pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Hidangan khas Malang, Jawa, Indonesia, hingga Eropa ada di
Malang karena Malang merupakan kota multicultural. Dalam
perihal makanan, Kota Malang juga dikenal memiliki banyak
warung yang cukup legendaris dan telah bertahan lama hingga
puluhan tahun. Toko-toko tersebut, antara lain Toko Oen yang
berdiri sejak 1930; Warung Tahu Telur Lonceng yang berdiri pada
awal 1900-an hingga disebut sebagai makanan zaman kolonial
hingga milenial; dan Gerai Putu Lanang Celaket yang berdiri
sejak 1935.
Lingkungan
Alun-Alun Merdeka yang terletak di depan Kantor Bupati Malang
Kota Malang terpilih menjadi salah satu dari lima kota dengan udara
terbersih di Asia. Pencapaian ini merupakan salah satu buah dari
komitmen bersama warga untuk terus mengasrikan dan menpercantik
taman kota. Taman di Kota Malang dikenal bersih dan memiliki fasilitas
bermain sehingga Malang mendapat predikat kota ramah anak. Tidak
hanya kampung, pemkot pun melahirkan taman-taman tematik.
Taman tematik sangat berbeda dari kota lainnya sehingga hal ini
membantu peraihan penghargaan Taman Kota Terbaik. Taman
tematik bisa ditemukan di jalur hijau Jalan Jakarta, yakni Taman
Kunang-Kunang.
Penghargaan
Di bidang lingkungan, Kota Malang telah beberapa kali meraih
penghargaan di antaranya Adipura, Adiwiyata, dan
sebagainya.[192] Selain itu, Kota Malang adalah kota dengan
jumlah sekolah Adiwiyata terbanyak di Indonesia, yaitu 173
sekolah yang tersebar dari SD hingga SMP.[193] Dinas
Lingkungan Hidup Kota Malang pun mendapatkan
penghargaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
2017 dari Menteri PPN/Kepala Bappenas.[194] AMPL pun diraih
oleh kota karena kota mampu mengurangi sampah di 2016 yang
mencapai 15,1% dan cakupan akses layanan persampahan
sebesar 74,8%.[195] Pada tahun 2017, kota berhasil meraih
penghargaan Wahana Tata Nugraha karena mampu
mengubah lingkungan kumuh menjadi objek wisata[196] seperti
Kampung Tematik Jodipan. Banyaknya penghargaan yang
diperoleh kota pun memberikan dampak pada peningkatan
Dana Insentif Daerah (DID) dari 7,5 miliar rupiah pada tahun 2017
menjadi 25,5 miliar pada tahun 2018.
Jalur Hijau
Jalur hijau (ruang terbuka hijau jalur/RTH jalur) adalah taman
yang sepadan dengan median jalan yang luasnya antara 1—2
meter.[198] Di kota RTH jalur terdapat di beberapa jalan seperti
Jalan Semeru, Jalan Besar Ijen, Jalan Dieng, dan Jalan
Veteran.[198] Berikut ini adalah gambar dari beberapa jalan ber-
RTH jalur.
Upaya pelestarian
Pemerintah berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.
Untuk menambah satu poin, dalam peraihan Adipura Kencana,
dinas pendidikan mengadakan Green School Festival (GSF)
yang dilaksanakan setiap tahun di sekolah-sekolah di kota.[199]
Metode pelaksanaan GSF ini dinilai baik karena bersifat
memaksa keikutsertaan semua sekolah.[199] Selain itu, Dinas
Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) pun
melakukan lomba penataan taman dengan menyadari
pentingnya ruang terbuka hijau untuk oksigen.[200] Setelah itu,
Disperkim juga giat membangun taman agar julukan kota bunga
semakin lekat dengan Kota Malang.[201] Kota Malang pun
berupaya menmanfaatkan dana-dana tambahan seperti dana
CSR untuk merevitalisasi taman-taman kota.[202] Dengan
demikian, kini Kota Malang terkenal sebagai kota yang giat
membangun taman melalui dana CSR.
Transportasi
Bus sekolah Kota Malang melayani siswa sejak pukul 05.30 dan 06.00
WIB
Total ruas jalan di Kota Malang adalah sebanyak 2.960 ruas dengan
total panjang jalan mencapai 1.027.112,20 meter (1.027 km). Ruas jalan
ini tidak termasuk ruas jalan provinsi dan negara. Selain terhubung
dengan Jalan Nasional Rute 23, Kota Malang pun terhubung dengan
jalan provinsi yang menghubungkan kabupaten dan kota di Jawa
Timur. Untuk menghubungkan Jawa Timur, mulai dibangunlah jalan tol,
salah satunya adalah Pandaan-Malang Jalan tol ini nantinya akan
berakhir di Madyopuro, Kedungkandang. Kini tol tersebut sudah
memasuki tahapan konstruksi
Media Massa
Kawasan Perencanaan
A. U MUM
1. Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran
lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang
telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, yang memuat
jenis, jumlah, besaran, dan luasan bangunan gedung, serta
kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial,
prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana
penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana
dan sarana yang sudah ada maupun baru
2. Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan
melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk
mengenai pengendalian dampak lingkungan, dan analisis
pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat,
yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata
bangunan dan lingkungan.
B. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN
1. Pengertian Merupakan proses untuk mengidentifikasi,
menganalisis, memetakan dan mengapresiasi konteks
lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan
wilayah sekitarnya.
2. Manfaat
a. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik
dan lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan
kependudukan yang tengah berlangsung.
b. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan
yang memuat rencana pengembangan program
bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai
kearifan dan karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan
konteks kawasan perencanaan
3. Komponen-komponen Analisis Analisis secara sistematis
dilakukan dengan meninjau aspek-aspek sebagai berikut:
a. Perkembangan Sosial-Kependudukan: gambaran
kegiatan sosial-kependudukan, dengan memahami
beberapa aspek, antara 8 lain tingkat pertumbuhan
penduduk, jumlah keluarga, kegiatan sosial penduduk,
tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan
secara kultural-tradisional.
b. Prospek Pertumbuhan Ekonomi: gambaran sektor
pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha,
prospek investasi pembangunan dan perkembangan
penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan
kemampuan pendanaan pemerintah daerah.
c. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan: kemampuan fisik,
lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan
kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus
dipahami antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi
bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumber daya air,
status-nilai tanah, izin lokasi, dan kerawanan kawasan
terhadap bencana alam.
d. Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan: kesiapan
administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi
legalitas hukumnya.
e. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan: seperti
jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk
yang terlayani, dan kapasitas pelayanan.
f. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan: kaitan
kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih
besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala
kota/regional bahkan pada skala nasional.
4. Prinsip-prinsip Analisis Salah satu cara menganalisis adalah
dengan metode analisis SWOT:
a. Kekuatan/Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah
perencanaan, yang selama ini tidak atau belum diolah
secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.
b. Kelemahan/Permasalahan (Weakness) internal yang
selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan.
c. Prospek/Kesempatan (Opportunity) pengembangan
yang lebih luas (pada skala perkotaan-
perdesaan/regional pada masa yang akan datang.
d. Kendala/Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah
perencanaan, terutama yang berasal dari faktor
eksternal.
5. Hasil Analisis Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan
mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang
dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan,
termasuk pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi
potensi kegiatan pembangunan kawasan/lingkungan 9 yang
memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan
penyusunan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
C. ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN
MASYARAKAT
1. Pengertian Pembangunan berbasis peran masyarakat
(community-based development) adalah pembangunan
dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung,
masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan
berkontribusi untuk merumuskan program-program
bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat
kebutuhannya. Proses penyusunan Dokumen RTBL harus
melibatkan peran aktif masyarakat dalam setiap tahap
kegiatan.
2. Manfaat
a. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
hak, kewajiban, dan peranannya di dalam proses
pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan
tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya.
b. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses
kegiatan secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu
ikatan di masyarakat
c. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan
bersifat efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang
ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumber daya di
masyarakat.
d. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam
hal membentuk dan membangun kepercayaan diri,
kemampuan bermasyarakat dan bekerja sama
3. Prinsip Utama
a. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama
Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog dan
negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak
yang terkena dampak perencanaan.
b. Sesuai dengan aspirasi publik Perencanaan disesuaikan
dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi yang ada di
masyarakat
c. Kejelasan tanggung jawab i. Adanya sistem monitoring,
evaluasi dan pelaporan yang transparan dan terbuka
bagi publik. 10 ii. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan
keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang
menangani gugatan kepada pemilik, pengelola,
dan/atau pengguna atas penyelenggaraan bangunan
gedung dan lingkungannya.
d. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses
pembangunan. Setiap anggota masyarakat atau
pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang
akan terkena dampak langsung dari suatu kegiatan
pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang
sama untuk berkiprah
4. Tahapan Perencanaan Partisipatif
a. Persiapan: pengenalan program yang akan dilakukan
kepada masyarakat terkait, pembentukan kelompok,
pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak
terkait, dan penyusunan strategi pengumpulan informasi.
b. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan:
penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua
pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme,
serta analisis kebutuhan dan sumber daya
pengembangan kawasan.
c. Analisis perilaku lingkungan: terutama mengenai interaksi
kawasan perkotaan yang sudah memiliki struktur kota
yang solid pada kawasan perencanaan.
d. Rencana pengembangan: pedoman utama, arahan
pengembangan, kepentingan prioritas, identifikasi
hambatan, identifikasi sumber daya, dan visi
pengembangan kawasan.
e. Strategi pengembangan dan publikasi: perencanaan
tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal,
strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas,
penyebaran informasi dan publikasi program.
f. Penerapan rencana: publikasi rencana pelaksanaan,
adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji ulang (review)
berkala bersama dengan komunitas dan seluruh
masyarakat.
5. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
a. Tenaga kerja, yaitu kontribusi masyarakat sebagai pekerja
di dalam proses penataan lingkungan/kawasan.
b. Sebagai inisiator program, yaitu masyarakat mengajukan
usulan awal mengenai kemungkinan penataan
bangunan dan lingkungan setempat.
c. Berbagi biaya, yaitu masyarakat berbagi tanggung jawab
terhadap pembiayaan kegiatan penataan.
d. Berdasarkan kontrak, yaitu masyarakat terikat kontrak
untuk melaksanakan suatu/seluruh program kegiatan
penataan.
e. Pengambilan keputusan pada seluruh proses, yaitu
melibatkan masyarakat di dalam proses pengambilan
keputusan sejak awal proyek, sehingga hasilnya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
6. Proses Partisipasi Masyarakat
a. Persiapan: sosialisasi kepada masyarakat, identifikasi
organisasi masyarakat setempat, dan penunjukan
organisasi masyarakat setempat.
b. Perencanaan Tahunan: penyusunan visi-misi kegiatan,
partisipasi swadaya masyarakat dalam pendanaan suatu
kegiatan
c. Perancangan: partisipasi dalam memberikan masukan
dan pengambilan keputusan perancangan
lingkungan/kawasan.
d. Pelelangan: partisipasi masyarakat dan swasta dalam
pembangunan fisik.
e. Pelaksanaan: partisipasi masyarakat sebagai tenaga kerja
dan partisipasi (bantuan) masyarakat dalam pengadaan
bahan bangunan.
f. Monitoring dan Evaluasi: partisipasi dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi kegiatan.
D. KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN
1. Pengertian Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan
Lingkungan, yang merupakan hasil tahapan analisis program
bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar
penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya
ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara
lebih detail dari masing-masing elemen desain.
2. Manfaat
a. Mengarahkan penyusunan visi dan karakter
perancangan.
b. Mengendalikan suatu intervensi desain lingkungan
sehingga berdampak baik, terarah dan terukur terhadap
suatu kawasan yang direncanakan.
c. Mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang
berpengaruh pada suatu perencanaan kawasan.
d. Mengarahkan indikasi program dan desain penataan
yang tepat pada tiap subbagian kawasan yang
direncanakan.
3. Komponen Dasar Perancangan
a. Visi Pembangunan, yaitu gambaran spesifik karakter
lingkungan di masa mendatang yang akan dicapai
sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang
direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan
rencana tata ruang yang berlaku pada daerah tersebut.
b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan
Lingkungan, yaitu suatu gagasan perancangan dasar
pada skala makro, dari intervensi desain struktur tata
bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada
kawasan perencanaan, terkait dengan struktur keruangan
yang berintegrasi dengan kawasan sekitarnya secara luas,
dan dengan mengintegrasikan seluruh komponen
perancangan kawasan yang ada.
c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan, yaitu suatu
gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan
komponenkomponen perancangan kawasan
(peruntukan, intensitas, dll).
d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program
Penanganannya, yaitu pembagian suatu kawasan
perencanaan menjadi blok-blok pengembangan yang
lebih kecil sehingga strategi dan program
pengembangannya dapat lebih terarah dan rinci.
4. Kriteria Penyusunan Komponen Dasar Perancangan
a. Kriteria Penetapan Isi dari Visi Pembangunan:
i. Spesifik mengacu pada konteks setempat;
ii. Memiliki spirit untuk membentuk/memperkuat
karakter dan identitas suatu tempat;
iii. Memperkuat/memperjelas struktur ruang
lingkungan/kawasan dalam konteks makro;
iv. Realistis dan rasional: penetapan visi yang
memungkinkan dicapai pada kurun waktu
penataan dan secara rasional memungkinkan
untuk dicapai berdasarkan konteks dan potensi
yang ada;
v. Kinerja dan sasaran terukur;
vi. Mempertimbangkan berbagai sumber daya
dukung lingkungan;
vii. Memperhatikan kepentingan masyarakat
pengguna/masyarakat lokal.
b. Kriteria Penyusunan Konsep Perancangan Struktur Tata
Bangunan dan Lingkungan:
i. Merupakan perwujudan realistis dari Visi
Pembangunan.
ii. Merupakan sintesa dari identifikasi permasalahan,
potensi dan prospek kawasan perencanaan yang
dilakukan pada tahapan analisis.
iii. Membentuk/memperkuat karakter dan identitas
suatu tempat.
iv. Memperhatikan keterkaitan makro dengan struktur
ruang kota, dan keterkaitan mikro dengan
lingkungan eksisting sekitarnya.
v. Mengintegrasikan seluruh elemen rancang
lingkungan.
c. Kriteria Penyusunan Konsep Komponen Perancangan
Kawasan Secara sistematis, konsep harus mencakup
gagasan yang komprehensif dan terintegrasi terhadap
komponen-komponen perancangan kawasan, yang
meliputi kriteria:
i. Struktur peruntukan lahan;
ii. Intensitas pemanfaatan lahan;
iii. Tata bangunan;
iv. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung;
v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau;
vi. Tata kualitas lingkungan; vii. Sistem prasarana dan
utilitas lingkungan;
vii. Pelestarian bangunan dan lingkungan
d. Kriteria Penetapan Blok-blok Pengembangan Kawasan
dan Program Penanganan Penetapan atau pun
pembagian blok pengembangan dapat didasarkan
pada:
i. Secara fungsional:
(1) Kesamaan fungsi, karakter eksisting atau pun
karakter yang ingin diciptakan;
(2) Kesamaan dan potensi pengembangan;
(3) Kebutuhan pemilahan dan organisasi pekerjaan
serta strategi pengembangannya.
ii. Secara fisik:
(1) Morfologi blok;
(2) Pola/pattern blok;
(3) Kemudahan implementasi dan prioritas strategi.
iii. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan kelestarian
ekologi lingkungan):
(1) Keseimbangan dengan daya dukung
lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis
yang berkelanjutan;
(2) Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik
melalui penyediaan lingkungan yang aman,
nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan
ekologis.
iv. Dari sisi pemangku kepentingan: Tercapainya
keseimbangan berbagai kepentingan yang ada
antarpara pelaku.
Penataan Ruang
Pengertian Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam karunia dari Tuhan yang bersifat
langka karena bersifat tidak bisa diperbaharui maupun ditambah
jumlahnya, terlebih lagi untuk daerah perkotaan yang memilki lahan
yang terbatas. Lahan ialah suatu permukaan tanah yang menjadi
pijakan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan berbagai macam
kegiatan lainnya, sedangkan untuk tanah ialah lebih mengarah
kepada jenis-jenis kimia yang terkandung di dalamnya. Lahan sendiri
mempunyai sifat rentan terhadap konflik, sehingga perlu dikelolah oleh
pemerintah sebagai pihak yang berwenang
diantara stakeholders lainnya yaitu pihak masyarakat dan pihak
swasta.
penetapan peraturanzonasi,
perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi.
Perizinan
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud di atas diatur
dengan peraturan pemerintah.
Sanksi
5. PERATURAN DAERAH
1) Judul
2) Kata pengantar
3) Daftar isi
4) BAB I : Pendahuluan
5) BAB II : Kajian teoritis dan praktik empiris
6) BAB III : Evaluasi dan analis peraturan perundang-undangan
terkait
7) BAB IV : Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
8) BAB V : Jangkauan, arah pengaturan dan ruang lingkup materi
muatan perda
9) BAB VI : Penutup
METODOLOGI
1. LOKASI KEGIATAN
1. Koridor LA Sucipto;
2. Koridor Simpang LA Sucipto;
3. Penataan Khusus pada Perbatasan Kota Malang dan
Kabupaten Malang.
JL
.L
.A
SU
CIP
T O
O T
CIP
SU
Kalisari
L.A
P.
SIM
JL.
2. RUANG LINGKUP
Bottom Up Planning
a. Persiapan Dasar
Melakukan persiapan penyusunan RTBL yang meliputi kegiatan
koordinasi tim, penyusunan metodologi pelaksanaan
penyusunan dan persiapan perlengkapan dasar survei.
b. Desk Study
Desk Study atau studi kepustakaan yaitu pengumpulan
berbagai teori (panduan) atau studi-studi terdahulu yang dapat
menjadi pedoman dalam penyusunan RTBL. Dalam kegiatan ini
dilakukan juga pengkajian berbagai produk kebijakan.
c. Preliminary Survei
Mengetahui kondisi la[angan secara umum sebelum
pelaksanaan kegiatan survey.
d. Issue Permasalahan
e. Pelaksanaan Survei
Melakukan kegiatan survei dan pengumpulan data sesuai
dengan kebutuhan yang telah dirinci sebelumnya.
f. Tabulasi dan Kompilasi Data
memilah serta mengkompilasi data yang telah diperoleh dari kegiatan survey
sehingga data yang dilampirkan merupakan data yang berbobot pra-analisis
g. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis,
memetakan dan mengapresiasi konteks lingkungan dan nilai
lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.
Analisis Topografi
Analisis bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi
suatu tapak merupakan sumber daya yang sangat
mempengaruhi lokasi. Pemahaman lengkap terhadap struktur
topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan
rute lintasan tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari
tapak dan kestabilan pondasi.
Analisis Tata Guna Lahan
Analisis tata guna lahan dilakukan dengan menggunakan hasil
survey blok peruntukan lahan teperinci setiap kavling bangunan.
Telaah terbentuk cluter-cluster pola penggunaan lahan menurut
hubungan fungsional fungsi dominan maupun peruntukam yang
telah diarahkan menurut rencana tata ruang. Berikut adalah
ketentuan-ketentuan analisis hunungan fungsional
pemanfaatan ruang untuk setiap penggunaan lahan
menunjukkan boleh tidaknya sebuah kegiatan dikembangkan
dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahanBoleh tidaknya
pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki peruntukan tanah
ditunjukkan dengan 4 indikator, seperti yang ditunjukkan pada
tabel berikut.
Analisis Figure/Ground
Metode analisis figure-ground adalah alat yang baik untuk
meng-identifikasikan hubungan pola, tekstural, dan tipologi
massa bangunan dan ruang. Metode ini termasuk dalam
metode analisis visual ; mencoba menganalisis gambar hitam-
putih. Langkah-langkah dalam menganalisis figure-ground
sangat sederhana yaitu :
Tahap membuat figure (gambar) pada bidang dua dimensi
peta teknis yaitu memberikan warna hitam atau arsir untuk
semua kategori massa bangunan. Selanjutnya bagian yang
dihitamkan tersebut dinamakan dengan elemen solid.
Analisis Linkage
Metode ini merupakan kelanjutan dari analisis figure-ground
yang memberikan tekanan analisisnya pada karakteristik
kesatuan ruang berdasarkan sudut pandang visual, struktural
dan bentuk kolektif. Tahap-tahap analisis visual ini sangat
sederhana yaitu :
Tahap pertama,
mengidentifikasikan elemen-elemen penghubung suatu
kawasan dengan kawasan lain atau satu elemen ke elemen
lainnya yang secara empirik berupa jalan-jalan, jalur pejalan
kaki, ruang terbuka linier, atau elemen-elemen menerus, dan
elemen fisik lainnya
Tahap kedua, menganalisis pola hubungan yang dibentuk oleh
elemen-elemen tersebut secara visual apakah membentuk
hubungan garis atau koridor atau sisi atau sumbu atau ritme ?
Secara struktural apakah merupakan elemen tambahan atau
sambungan atau tembusan ? Secara kolektif apakah
membentuk komposisi atau megaform atau kelompok ?
Tahap ketiga, menganalisis lebih lanjut pola hubungan tersebut
apakah hubungan menghubungkan zona netral atau
mengutamakan suatu zona ?
Hasil analisis linkage ini berupa karakteristik dasar konfigurasi
massa bangunan dan lingkungan dalam perspektif hubungan
visual, struktural dan kolektif. Karakteristik ini dapat
dikembangkan menjadi konsep perancangan.
Yang dimaksud dengan jarak bebas ialah jarak minimum yang diperkenankan dari
bidang terluar suatu massa bangunan ke :
Kualitas dan kuantitas RTH jalur hijau jalan ditentukan oleh luas
jalan, jalur hijau serta tingkat kerapatan vegetasinya. Model
kebutuhan vegetasi ideal adalah sebagai berikut :
b. Sistem Perparkiran
• Tempat parkir yang baik harus berdasarkan standar
terkait dengan pola kontruksi, lokasi dan tingkat
pelayanan.
• Tidak mengurangi daya tarik area sekitarnya.
Melainkan senantiasa menciptakan keseimbangan
dengan perkembangan lahan yang berbatasan.
• Harus memiliki utilitas atau “kemungkinan
dilaksanakannya aktivitas” dan mampu menarik
pembeli. Jika tempat parkir dilayani oleh tukang
parkir, pengendara harus sopan sehingga
pelayanan menjadi efisien. Jika tempat parkir
melebihi parkir perorangan, maka tempat parkir
harus dirancang dengan ukuran yang lebih besar
dan nyaman, sederhana, dengan akses yang baik.
• Harus dirancang dengan koordinasi menggunakan
pendekatan pergerakan lalu lintas pintu masuk dan
keluar untuk jalan kecil atau gang.
c. Ukuran Perparkiran
Ukuran perparkiran disesuaikan dengan ukuran kendaraan,
yang pada umumnya memiliki ukuran 25 sampai 500 atau lebih.
Tempat parkir disesuaikan dari 100 sampai 200 kendaraan
secara efisien dan praktis. Tempat parkir yang kecil dibuat
secara strategis, biasanya melayani lebih dari satu ukuran
tempat parkir.
Kemudahan ruang parkir adalah :
• Mempunyai jalan masuk sedikitnya lebar 0,1524 m dan
panjang yang berbatasan 6 m, pararel dan mempunyai
ruang untuk berdiri.
• Mempunyai ruangan untuk berdiri dan jalan masuk
dengan permukaan lantai tidak melebihi 1:48 disemua
arah.
3. Analisis Komponen Pedestrian
Penilaian kinerja pada dasarnya untuk mengetahui sejauh mana
fasilitas pejalan mengakomodasi penggunanya. Tingkat
pelayanan jalur pedestrian atau level of service (LOS)
merupakan salah satu ukuran penilaian sediaan. Konsep
pengukuran yang menjadi dasar penilaian tingkat pelayanan
jalur pedestrian adalah sebagai berikut ;
a. Penentuan Dimensi Jalur Pedestrian
Dalam buku Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU, 1990)
kebutuhan lebar trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan
rencana. Volume pejalan rencana (V) adalah volume rata-rata
per menit pada interval puncak, interval waktu yang dilkaukan
adalah setiap 15 menit pada jam sibuk. Lebar trotoar dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
b. Lebar Efektif Trotoar
Pedestrian tidak selalu tetap berjalan pada jalur pedestrian yang
terencana, zakibat perilaku ini. Untuk itu perlu direncanakan
lebar efektif trotoar yang akan termanfaatkan. Menurut Buku
Petunjuk Trotoar (Dep. PU, 1990), lebar trotoar disarankan tidak
kurang dari 2 m.
B. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dengan memperhatikan
permasalahan yang ada di Pendahuluan KAK pada
Nomor 2 “maksud dan Tujuan, dan dikembangkan sesuai
dengan temuan masalah pada saat melakukan
kajian/penelitian.
Selanjutnya permasalahan ini kemudian diidentifikasi ke
dalam 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta
bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai
dasar pemecahan masalah tersebut, yang berarti
membenarkan pelibatan negara dalam penyelesaian
masalah tersebut.
3) Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan
filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan
Peraturan Daerah.
4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah
Akademik Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah
yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah
Akademik dirumuskan sebagai berikut:
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.
2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi
sebagai alasan pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang
lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan
dalam Rancangan Peraturan Daerah. Sementara itu,
kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah
sebagai acuan atau referensi penyusunan dan
pembahasan Rancangan Peraturan Daerah.
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga
digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain.
Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis
normatif dan metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris
dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis
normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah
(terutama) data sekunder yang berupa Peraturan
Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian,
kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil
penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Metode
yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,
diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar
pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah
penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau
penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan
(normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang
mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk
mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan
yang berpengaruhterhadap Peraturan Perundang-
undangan yang diteliti.
C. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan
yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau
materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan
hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan,
peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah
ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang
sama sekali belum ada.
5. BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan
ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi yang akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum
menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan
sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan
pengaturan. Materi didasarkan pada ulasan yang telah
dikemukakan dalam bab sebelumnya. Selanjutnya
mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
a. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai
pengertian istilah, dan frasa;
b. materi yang akan diatur;
c. ketentuan sanksi; dan
d. ketentuan peralihan.
6. BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik Penyelenggaraan, pokok
elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam
suatu Peraturan Perundang-undangan atau Peraturan
Perundang-undangan di bawahnya.
2. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah atau
Produk Hukum Daerah lain yang diperlukan.
3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung
penyempurnaan penyusunan Naskah Akademik lebih
lanjut.
7. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundang-
undangan, dan jurnal yang menjadi sumber bahan
penyusunan Naskah Akademik.
Laporan akhir diserahkan paling lama 120 hari setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) di terima oleh penyedia dan sebelumnya
dilakukan pembahasan draft Laporan Akhir.
NASKAH AKADEMIS,
merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam suatu Rancangan Peraturan Walikota
Malang, sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat. Adapun spesifikasi naskah akademis adalah
sebagai berikut :
a. Judul Buku : Naskah Akademis
b. Jumlah Buku : 21 eksemplar draft naskah akademis yang
diserahkan sebelum pembahasan dan 8 eksemplar naskah
akademis yang diserahkan setelah revisi pembahasan;
c. Ukuran buku : A4 (29,7 cm x 21,5 cm)
d. Pengetikan : 1,5 spasi pada kertas HVS putih polos
ALBUM PETA,
yang berupa softfile dengan format shp (shapefile) dan Hardfile
mengacu pada peta-peta, gambar-gambar, mekanisme, diagram,
dan tabel-tabel yang fungsinya melengkapi laporan akhir. Peta plot
RTBL pada peta dasar hasil foto udara atau citra satelit skala 1: 1000,
tetapi dicetak dalam skala 1: 5000.
Adapun spesifikasi rancangan album peta adalah sebagai berikut :
1. Judul Buku : Album Peta
2. Jumlah Buku : 6 eksemplar album peta yang diserahkan
sebelum pembahasan dan 8 eksemplar album peta yang
diserahkan setelah revisi pembahasan;
3. Ukuran buku : A3
6. KELUARAN