Selain hal-hal tersebut diatas, Kraksaan sebenarnya telah lama berperan sebagai ibukota
meskipun tidak lengkap, karena telah memiliki kriteria tertentu antara lain adalah :
Pertahanan kota, dalam hal ini tercermin melalui keberadaan penjara (Lembaga
Pemasyarakatan), pasar, Mahkamah Pengadilan, struktur politik lokal dan otonomi
yang besar (Asy’ari, 1980:43), maka dengan demikian tidak heran apabila di Kraksaan
juga terdapat penjara (Lembaga Pemasyarakatan), dan mahkamah pengadilan
(Kejaksaan) yang merupakan bagian dari payung hukum agar tidak terjadi homo
homini lupus (Kansil, 1989:485). Dan juga tempat berpartisipasi antara pejabat dengan
rakyat melalui upacara-upacara resmi, tempat kampanye partai politik, kantor
kejaksaan, perumahan dinas pejabat setempat, termasuk rumah dinas yang pernah ada
disebelah timur gedung bioskop depan Bank Jatim (utara jalan), kompleks instansi
pemerintah yang berada disebelah utara alun-alun termasuk Wisma Rengganis (Islamic
Centre), masjid besar lengkap dengan alun-alun disebelah timurnya yang merupakan
ciri khas pusat ibu kota model lama yang terdapat pada hampir semua daerah ibu kota
lainnya di Pulau Jawa.
Dengan datangnya para urban ini, masyarakat yang harmonis bisa mengikuti
perubahan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan
(Sukanto, 2003:331), sehingga dengan demikian warga kota Kraksaan akan menjadi
semakin terbuka dan sebagai akibatnya akan semakin mempercepat pertumbuhan
kraksaan sebagai ibu kota yang memiliki masa depan.
Sementara itu untuk fasilitas hiburan warga kota seperti taman wisata dan hutan kota
juga perlu disiapkan terutama untuk mengisi hari-hari libur warga dalam melakukan
kegiatan aksesbilitas sosialnya, pasar dan pusat-pusat perbelanjaan atau toko-toko
pecinan disepanjang jalan utama yang membentang dari timur ke barat dan
Perkampungan Arab (Kampung Arab) yang membentang dari utara keselatan, serta
penduduk pribumi dan pendatang lain yang tersebar diseluruh pelosok kota, begitu
pula pusat-pusat pendidikan serta pondok pesantren, merupakan ciri khas interaksi
sosial suatu kota yang harmonis, karena dengan adanya prasarana, menyebabkan suatu
kolektif manusia itu akan saling berinteraksi (Koentjoroningrat, 1990:144).
Bidang Ekonomi
Faktor penggerak sebuah kota dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya.
Untuk itu sarana dan prasarana pendukung perekonomian perlu dan mutlak harus
ada. Pasar merupakan indikator utama roda ekonomi masyarakat. Begitupula Pasar
Semampir di Kraksaan yang sudah tertata lebih modern ditempat yang baru
sebenarnya bukan lagi merupakan indikator dari Pasar Semampir atau Pasar Kandang
Jati, tetapi lebih mengacu dan mengerucut pada variabel sosok “Pasar Baru Kraksaan”
sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo. Dengan halaman parkir yang luas tidak
mengganggu aksesbilitas jalan raya, lampu penerangan yang cukup, toilet yang bersih,
kebersihan lingkungan dan keamanan yang baik, maka daya tarik pasar akan semakin
tinggi, apalagi jenis barang yang dijual sangat bervariasi dan beraneka macam yang
sebagian besar dari daerah sekitar Kraksaan dan daerah sentra produksi hasil bumi
seperti Krucil, Tiris, Pakuniran, Kota Anyar, serta Gading yang tidak telalu jauh dari
Kraksaan dan sarana transportasi yang baik mudah dan cepat serta aman, ini semua
akan semakin mendukung bahwa pasar baru Kraksaan akan menjadi icon utama,
bahkan menjadi suatu kebanggaan masyarakat. Bila ini bisa terlaksana, maka roda
perekonomian akan berjalan dengan lancar sehingga dapat meningkatkan income
masyarakat, pelaku bisnis dan kepuasan pelanggan, bahkan pendapatan retribusi pun
juga akan meningkat seperti halnya Pasar Hewan Maron yang menjadi kebanggaan
para belantik dan pedagang sapi atau kambing di Kabupaten Probolinggo, bahkan
sampai diluar Kabupaten Probolinggo, begitu pula halnya dengan pasar baru Kraksaan
(mungkin perkembangan selanjutnya) juga bisa menjadi pasar induk Kraksaan.
Kemudian disebelah baratnya juga telah terdapat pusat pertokoan atau pusat
perbelanjaan lama yang semakin hari semakin menjadi ramai, apalagi dengan adanya
dukungan fasilitas lain seperti BRI, BNI 46, Bank Jatim, BCA, Bank Mandiri, BPR, toko-
toko penjual otomotif, apotek dan toko obat, Rumah Sakit, usaha perbengkelan,
industri rokok dan tahu serta Stasiun Pemancar Radio (PMA) dan Radio Dakwah, PLN,
Telkom, Samsat, penginapan , Kantor Pos, Perpustakaan Umum, GOR Sasana Krida
dan pegadaian serta kedua pom bensin di Kraksaan timur dan sebelah barat Kraksaan
masuk wilayah Pajarakan serta kantor Polres yang hampir tersambung dengan pusat
pertokoan Pajarakan. Ini semua bisa menjadi locally raised revenue yang merupakan
sumber penghasilan utama bagi daerah.
Selain semua yang telah diuraikan diatas, Kraksaan juga memerlukan terminal induk
untuk jalur luar kota (antar kabupaten) serta sub terminal dengan jalur melingkar
kearah selatan sehingga tidak mengganggu jalur utama tengah kota, maka dengan
demikian kebebasan warga kota dalam lalu lintas tengah kota juga tidak akan
terganggu dan sebaliknya untuk penghubung kearah pusat terminal bisa diakses
dengan becak maupun angkutan kota khusus yang tentunya akan menambah lapangan
kerja bagi para tukang becak dan sopir angkot.
Dari berbagai uraian diatas, ini semuanya telah menunjukkan dan sekaligus telah
menjadikan Kraksaan lebih cepat dewasa sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo
yang baru, apalagi kalau kantor pusat pemerintahan yang ada di Dringu segera
dipindahkan di Kraksaan juga.