Anda di halaman 1dari 28

MASUKNYA AGAMA KATOLIK DI INDONESIA (KATOLISITAS)

Masuknya Gereja Katolik di Indonesia


Pertanyaan:
Shalom…
Adakah referensi2 dan bukti2 sejarah yg mencatat pertama kali agama katolik masuk ke
Negara Indonesia(Bumi Nusantara)?
Menurut beberapa sumber, abad 7 atau skitar thn 645 sesudah masehi di kota Barus atau dulu
disebut Pancur daerah Sumatera Utara dari Tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini., juga ada yg
menyebut abad ke-2 dari Rasul Thomas atau Gereja Katolik Suriah Timur. Dan Abad ke-14 di
daerah Sumatera Selatan, Bersamaan juga dari Santo Fransiskus Xaverius di daerah maluku
dan flores.
Terimakasih…
Victor
Tuhan Memberkati…
Jawaban:
Shalom Victor,
Nampaknya memang terdapat dua versi tentang sejarah yang mencatat pertama kali agama
Katolik masuk ke Indonesia:
1. Sumber: KWI, menurut situs berikut ini, silakan klik. Gereja Katolik pertama kali masuk
Indonesia di abad ke- 7:
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh
di Sumatera Barat. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto.
Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar
dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah
kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar
berita- berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di
luarnya”, yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di
Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil
kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan
Sibolga di Sumatera Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus
juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja
Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI)
2. Sumber Wikipedia: Gereja Katolik masuk bersamaan dengan kedatangan bangsa Portugis di
abad ke 15- 16.
“Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan
Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala kampung)
Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada
tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar
Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu
dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang
untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus
Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan
Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.”
Sedangkan dari sumber New Advent Catholic encyclopedia, online, klik di sini, tidak
disebutkan bahwa perjalanan Rasul Thomas di abad- abad awal sampai ke Indonesia. Yang
disebutkan di sana adalah pemberitaan Rasul Thomas ke India, yang menyebabkan Raja India
yang bernama Gundafor bertobat dan menjadi pengikut Kristus.
Jika mau diterima secara obyektif, kemungkinan agama Katolik memang telah masuk ke
Indonesia sejak abad ke 7, namun kemudian masuk lagi dengan efek yang lebih meluas pada
sekitar abad ke 15-16.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Jan 13, 2011
 Gereja
 Indonesia
 sejarah



Posts | Courses
Ingrid Listiati
Ingrid Listiati telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave
Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.
Website : http://katolisitas.org
Tinggalkan pesan
28 Komentar di "Masuknya Gereja Katolik di Indonesia"
Ingatkan untuk

Disortir menurut:   terbaru | terlama

Member
yongky_parera

2 tahun 5 bulan yang lalu


dear katolisitas pada postingan tentang masuknya Gereja Katolik di Indonesia banyak
informasi dan masukan yang saya terima. oleh karena itu, saya ucapkan limpah terima kasih.
dan berdasarkan jawaban yang saya terima saya belum mendapat sebuah jawaban khusus
tentang misi agama Katolik ini di wilayah Flores. di sini saya ingin menyampaikan sesuatu
yang nantinya akan berujung pada pertanyaan. di wilayah saya, Sikka-Maumere-Flores, saya
mendapat informasi berdasarkan beberapa sumber bacaan dan dari wawancara yang saya
lakukan dengan beberapa tokoh masyarakat di desa Sikka. dari sumber dan wawancara ini saya
temukan bahwa agama Katolik ada di desa Sikka disebabkan oleh pencarian ‘tanah
kekal’… Read more »
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Author
Ingrid Listiati

2 tahun 4 bulan yang lalu


Shalom Yongki, Mohon maaf, saya tidak menemukan informasi untuk meng-konfirmasi apa
yang Anda sebutkan, yaitu tentang masuknya Gereja Katolik di Sikka. Yang kami peroleh
adalah data keberadaan Gereja Katolik di Larantuka. A. Heuken SJ, dalam Ensiklopedia
Gereja, buku ke III, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), hli. 64-67 menuliskan
demikian tentang Larantuka: “Larantuka di Flores Timur adalah pusat suatu keuskupan yang
meliputi Kabupaten Flores Timur, yang terdiri dari Flores Timur daratan, Pulau Solor, Adonara
dan Lembata. Di wilayah ini terdapat umat Katolik tertua di Indonesia (kurang lebih sejak
1550) dari masa misi para imam Dominikan Portugis. Sebelum P. Antonio OP… Read more »
-   bagi   

Guest
Ima

2 tahun 6 bulan yang lalu


Bagaimana tanggapan katolisitas terhadap penjajahan yang dilakukan oleh kerajaan/negara
katolik zaman dulu yang katanya mendapat persetujuan Paus? Contohnya, katanya penjajahan
benua amerika oleh bangsa spanyol dan portugis mendapat persetujuan dan perintah langsung
untuk menaklukkan benua tersebut oleh Paus. Begitu pula penaklukkan daerah daerah di benua
Asia dan Afrika. Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami atas pertanyaan serupa di jawaban ini,
silakan klik, khususnya point.2.]
-   bagi   

Guest
julian

3 tahun 8 bulan yang lalu


Shalom…Salam dalam kasih Kristus…Saya adalah seorang Katolik. Saya hanya ingin
bertanya, semoga Katolisitas dapat membantu. Saya pernah membaca sebuah pertanyaan dalam
sebuah situs, kebetulan yang bertanya adalah seorang muslim. Ia bertanya “Kenapa
pendeta/pastur Belanda mendiamkan umatnya berbuat kejam seperti itu ? Sebab , berdiri
banyak gereja yg dibangun oleh penjajah Belanda yg bisa jadi bukti nyata hingga kini”. Pada
pokoknya, Ia menuduh bahwa Agama Kristen yang dibawa oleh para misionaris (Protestan dan
Katolik) identik dengan penjajahan.. Bagaimana sebaiknya kita menanggapi anggapan
tersebut? Tentu saja saya tidak setuju dengan anggapan tersebut, penjajah adalah penjajah dan
misionaris adalah misionaris. Namun saya meminta… Read more »
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Romo Yohanes Dwi Harsanto

3 tahun 8 bulan yang lalu


Salam Julian, Tidak dipungkiri, kesan masyarakat umumnya ialah bahwa agama Katolik ialah
“agama penjajah”, bahkan sampai saat ini walaupun kesan itu telah makin berkurang. Supaya
kesan itu makin berkurang lagi, haruslah kita mengingatkan bahwa para imam dan agama
Katolik lain dari Pemerintah Belanda dan Serikat Dagang VOC serta lain pula dari Zending
(Pekabaran Injil Protestan). Data sejarah menunjukkan bahwa justru imam-imam dan missi
Katolik diusir dan dihukum mati oleh VOC. Para imam disingkirkan dan diganti para Pendeta
Protestan yang digaji oleh VOC.Sejarah singkat Gereja Katolik Indonesia silahkan klik
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia . Ada pula sumber buku
yaitu “Ragi Carita” seri 1 terbitan… Read more »
-   bagi   

Guest
Tanus Korbaffo... Kupang

3 tahun 9 bulan yang lalu


Trima kasih banyak atas informasinya, ini sangat membantunya saya, kebetulan saya sedang
menulis buku sejarah Gereja Katolik di Bello, sebuah stasi kecil di Kota Kupang.
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
RD Yohanes Dwi Harsanto

3 tahun 8 bulan yang lalu


Salam, ada tambahan informasi, jika kita klik link ini
http://www.areapager.com/2012/11/pastor-katolik-di-jaman-majapahit.html
bahkan disebut kedatangan imam Katolik Italia di Majapahit. Romo Odorico da Pordenonde
OFM diperintahkan oleh Sri Paus untuk menyerap informasi belajar dari bangsa-bangsa Timur
Jauh untuk memberi wawasan kepada Sri Paus. Beliau sampai di Majapahit. Romo Odorico
membuat catatan-catatan penting dan sahih mengenai Majapahit.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Ronny

3 tahun 8 bulan yang lalu


Baru saja telah saya baca link rekomendasi tersebut Romo. Menarik sekali karena seakan
membantah bahwa Katolik adalah agama penjajah. Cukup mengejutkan karena saya baru saja
mengetahui fakta ini dan jarang atau bahkan belum pernah mendengarnya
-   bagi   

Guest
victorinus tomi hendranto

3 tahun 11 bulan yang lalu


saya pernah baca artikel di majalah Hidup, sekitar tahun 1987-88, ada artikel yang menulis
bahwa ada jejak katolik abad ke-3 di daerah sumatera barat. apakah ada sudah ada berita
lanjutannya ya? karena menarik banget ada jejak kristen awal di nusantara ini.
salam

[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]


-   bagi   

Guest
velesius eko nugroho bys

3 tahun 11 bulan yang lalu


Romo Dwi apakah benar negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan indonesia
adalah negara Vatican ? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Gbu
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Yohanes Dwi Harsanto Pr

3 tahun 11 bulan yang lalu


Salam Velesius Eko, Dalam http://www.deplu.go.id/vatican/Pages/News.aspx?
IDP=3621&l=id, Mesir ialah negara pertama yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan RI.
Dalam http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=62108192f36de6a3 didiskusikan perdebatan
mengenai negara manakah yang pertama kali mengakui kemerdekaan/kedaulatan RI. Disebut
Mesir sebagai negara pertama, namun juga Vatikan. Tergantung dari sudut mana
memandangnya. Vatikan menjadi negara Eropa pertama atau termasuk negara-negara pertama
yang mengakui kemerdekaan RI. Dalam
http://www.kemlu.go.id/vatican/Pages/CountryProfile.aspx?l=id disebut bahwa Takhta Suci
Vatikan adalah salah satu negara di Eropa yang pertama mengakui kemerdekaan Republik
Indonesia yang ditandai dengan pembukaan misi diplomatiknya di Jakarta pada tingkat
“Apostolic Delegate” pada tahun 1947. Hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan
Takhta Suci Vatikan dijalin sejak tanggal… Read more »
-   bagi   

Guest
Sunardi

4 tahun 4 bulan yang lalu


Benarkah Kristen Masuk Indonesia Pada Abad VII?
Tentu saja tidak benar. Tulisan Yan Bakker yg menyatakan Kristen masuk Indonesia pada abad
VII sebenarnya adalah bentuk usaha manipulasi data. Sumber Abu Salih Al-Armini sebenarnya
hanya bisa digunakan untuk wilayah India. Sementara Yan Bakker “memalsukan” sumber
tersebut dengan menggiring opini pembaca seolah-olah sumber itu berlaku untuk Indonesia.
Jadi isu tersebut bohong belaka alias hoax.
Lengkapnya baca tulisan berikut :
http://muslimdaily.net/artikel/studiislam/benarkah-kristen-masuk-indonesia-pada-abad-vii.html
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧
Author
Ingrid Listiati

4 tahun 3 bulan yang lalu


Shalom Sunardi, Kami di Katolisitas tidak dalam kapasitas untuk memberi penilaian final akan
pandangan sejarahwan mana yang lebih akurat dalam hal ini, apakah dari tulisan Jan Bakker
dan Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto yang mengacu kepada tulisan ahli sejarah Shaykh Abu
Salih al-Armini; atau tulisan Susiyanto dalam link yang Anda berikan tersebut. Argumen yang
menyatakan bahwa Jan Bakker ‘mengubah’ Fahsur menjadi Fansur, nampaknya cukup krusial.
Jika benar demikian, mestinya Prof. Sucipto Wirjosuprapto juga akan menangkapnya dan tidak
akan menyetujuinya. Namun faktanya, bahwa beliau malah menegaskannya, ini juga harus
dipertimbangkan, mengingat bahwa Prof. Sucipto juga adalah seorang ahli sejarah, dan
mestinya tidak… Read more »
-   bagi   

Guest
Ary

4 tahun 7 bulan yang lalu


Syalom, tim katolisitas yang luar biasa diberkati Tuhan,, saya ingin menanyakan, 1. Bagaimana
sejarah penyebaran Katolik di Indonesia menurut katolisitas sendiri? Karena saya merasa tidak
puas dengan penjelasan2 waktu saya searching di google, apakah memang hanya lewat jaman
penjajahan atau bagaimana? 2. Bagaimana kronologis penggunaan waktu di jaman sebelum
Yesus, dan beberapa saat sesudah kedatangan Yesus, karena di Alkitab sepertinya ada
dikatakan beribu-ribu abad, dan sejenisnya (kalau saya tidak salah), padahal penanggalan abad,
tahun (penanggalan Masehi) diperkenalkan lama setelah wafat Yesus ini (seperti dituliskan di
katolisitas)? Terimakasih. [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini, silakan klik. Tentang
sistem penanggalan Masehi memang… Read more »
-   bagi   

Guest
dika

4 tahun 9 bulan yang lalu


Apa gereja Katolik pertama di Indonesia, kata guru saya, gereja Katolik yang pertama di
Indonesia adalah di kota Barus, apakah itu benar
Kalau benar tolong jelaskan sejarahnya dan gambar gerejanya.
terimakasih,
salam saya
Dika
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban Rm. Santo di sini, silakan klik. Sedangkan
untuk foto dan gambarnya, kami tidak mempunyainya, mungkin ada pembaca yang
mengetahuinya/ mempunyai informasi tentang hal ini ?]
-   bagi   
Guest
jack

5 tahun 1 bulan yang lalu


Dear Katolisitas n tim,
Katanya Kristen itu agama penjajah, masuk dg kekerasan, bukan seperti klaimnya ttg Kasih.
bagaimana meluruskannya.
kabarnya sekarang sudah tidak boleh lagi ada Misionaris asing masuk ke indonesia.
apakah alasannya?
Mohon pencerahannya.
Tks
Berkah Dalem
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr

5 tahun 1 bulan yang lalu


Salam Jack Benar, sejak tahun 1978, menteri agama waktu itu membuat keputusan agar
misionaris asing tidak masuk di Indonesia, dan yang sudah di Indonesia harus menjadi warga
negara Indonesia. Dalam hal ini, ada rahmat Allah yang bekerja secara tersembunyi, yaitu
bahwa justru dengan pelarangan itu, missionaris pribumi asli bertumbuh dan berkembang.
Kini, misionaris asing tidak tinggal menetap di Indonesia selain yang masuk ke Indonesia
hanya untuk bekerja sementara. Mengenai anggapan klise bahwa kekristenan masuk Indonesia
dengan kekerasan, harus dibedakan antara penjajah Eropa yang masuk Indonesia dengan
kekerasan dan para misionaris yang datang bersamaan dengan datangnya para penjajah politik
itu. Para… Read more »
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Ryan09

5 tahun 1 bulan yang lalu


Shalom,
Pemahaman semacam ini bisa saja disebabkan karena materi pelajaran sejarah yg diberikan di
sekolah2. Saat SMP dulu (semoga saya tidak salah ingat), pada pelajaran sejarah dikatakan
kalau slogan penjajah adalah 3g (glory, gold, gospel). Entah mana yg benar, slogan ini
dinyatakan oleh si penjajah sendiri atau sekedar kesimpulan dari penulis buku sejarah ybs. Yg
pasti tulisan semacam ini sukses membuat orang menyimpulkan kalau misionaris dan penjajah
adalah satu.
Berkah Dalem
-   bagi   

Guest
jack

5 tahun 1 bulan yang lalu


Terima kasih penjelasannya Rm.Y.Dwi Harsanto Pr. Smoga makin banyak calon gembala yg
lekat dg swara nya dan ikut. Bukan ikut swara pencuri yg mirip swara gembala. Berkah Dalem
-   bagi   

Guest
abdinal

5 tahun 1 bulan yang lalu


bagaimana caranya katolik bisa masuk ke barus??
dan siapa yang menyebarkanya???
[Dari Katolisitas: Terus terang, kami tidak mengetahui tentang hal ini. Hanya diketahui
dari catatan sejarah bahwa agama Katolik masuk ke Barus melalui pewartaan missionaris
pertapaan Serani dari Mesir. Jika ada pembaca yang mengetahui secara lebih mendetail,
silakan memberitahukan kepada kami. Terima kasih.]
-   bagi   

Guest
Vey neelow

5 tahun 4 bulan yang lalu


Bagaimana sampai agama kristen masuk ke indonesia pada abad ke 7??
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Guest
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.

5 tahun 3 bulan yang lalu


Salam Vey, Tidak banyak sumber yang bisa diakses mengenai “bagaimana” bisa ada orang
Kristen pada abad 7 (atau ada yg mengatakan 9) di Barus atau Baros Sumatera. Memang pada
umumnya kita mengacu pada sumber sejarah yang walau minim namun hanya itu saja dan
diulang-ulang. Seperti pada Ensiklopedi Gereja susunan pater A.Heuken SJ, terbitan Cipta
Loka Caraka, 2004, pada lema “Asia”. Di situ ada artikel “Umat Katolik di Asia Selatan dan
Timur” (hlm 150-151), dan di artikel itu pada hlm 150 tertulis abad 9 ada umat dan biara
Kristen di Baros, Sumatera. Selama belum ada penelitian baru mengenai hal ini, dan… Read
more »
-   bagi   

Author
Ingrid Listiati

5 tahun 3 bulan yang lalu


Shalom Vey,
Dari sekilas informasi yang kami peroleh seperti tertulis di atas, nampaknya agama Katolik
pertama kali masuk wilayah Indonesia di Sumatera Barat di abad ke-7, dengan ditandai dengan
didirikannya gereja pertapaan Serani, seperti yang terdapat juga di Mesir, Nubia, Abbessinia,
Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India. Tidak disebutkan di sana bagaimana sampai didirikan
gereja itu dan siapakah yang mendirikannya. Mungkin untuk keterangan selanjutnya, dapat
anda baca di buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia karangan Mgr Muskens atau 200 tahun
Gereja KAJ.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
-   bagi   

Guest
bernadus labhu

5 tahun 6 bulan yang lalu


khusus di flores di daerah mana yang lebih dulu masuk katolik,,,,apa alor atau pulau ende
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Member
Rm Gusti Kusumawanta

5 tahun 6 bulan yang lalu


Bernadus Yth
Sejauh saya ketahui karya misioner sudah masuk ke Flores melalui laut pada abad ke lima
belas. Alor sepertinya lebih dahulu dari pada Ende. Lihat tahun lalu Tuan Ma Maria di
Larantuka sudah 500 tahun ditemukan oleh orang Flores timur ketika kapal Portugal memasuki
wilayah Flores timur.
Semoga menjadi maklum.
salam
Rm Wanta
-   bagi   

Guest
kevin

5 tahun 6 bulan yang lalu


dear ibu Ingrid.
wah?kalo bgitu ud lama donk??
tapi kalo Hierarki Gereja Katolik tuh masuk ke indonesia baru 50 thn donk?kan baru di
peringati>?
apakah begitu?
-   bagi   Sembunyikan balasan ∧

Author
Ingrid Listiati

5 tahun 6 bulan yang lalu


Shalom Kevin, Yang baru dirayakan itu adalah 50 tahun Hirarki Gereja Katolik di Indonesia, di
mana pihak Vatikan menganggap bahwan Gereja Katolik di Indonesia dapat berdiri sendiri
sebagai hirarki. Maka ditunjuklah Uskup- uskup pribumi dari Indonesia untuk memimpin
Gereja di tanah air, yang daftarnya dapat anda lihat di sini, silakan klik. Sedangkan untuk
terjemahan Konstitusi Apostolik Quod Christus Adorandus dari Paus Yohanes XXIII tentang
penganugerahan Hirarki Episkopal kepada Gereja Katolik di Indonesia, dapat dibaca di sini,
silakan klik. Namun tentang iman Katoliknya sendiri, sudah lebih dahulu masuk ke Indonesia,
pertama di abad ke-8 di Sumatera Barat dan kemudian terutama melalui… Read more »
-   bagi   

Guest
Victor

5 tahun 7 bulan yang lalu


Shalom…
Adakah referensi2 dan bukti2 sejarah yg mencatat pertama kali agama katolik masuk ke
Negara Indonesia(Bumi Nusantara)?
Menurut beberapa sumber, abad 7 atau skitar thn 645 sesudah masehi di kota Barus atau dulu
disebut Pancur daerah Sumatera Utara dari Tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini., juga ada yg
menyebut abad ke-2 dari Rasul Thomas atau Gereja Katolik Suriah Timur. Dan Abad ke-14 di
daerah Sumatera Selatan, Bersamaan juga dari Santo Fransiskus Xaverius di daerah maluku
dan flores.
Terimakasih…
Tuhan Memberkati…
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Tuesday, March 5, 2013
MASUKNYA AGAMA KATOLIK DI INDONESIA
Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 - 1500
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh
di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto.
Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar
dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah
kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku "Daftar
berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di
luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di
Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil
kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan
Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus
juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja
Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI)

Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18


Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan
ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera
Selatan.
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti
bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di
Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547,
pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan
beberapa ribu penduduk setempat.
Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado &
Minahasa, salah satunya adalah menyebarkan agama Kristen Katolik namun hal tersebut tidak
bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol & Portugis dari Sulawesi Utara. VOC
pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi kedudukannya di Maluku.
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal kaitan
kebijakan VOC yang mengkritisi agama itu. Yang paling tampak adalah di Sulawesi Utara,
Flores dan Timor Timur.
Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para
penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.

 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia
 http://kotabarus.blogspot.com/2011/09/barus-umat-katolik-tertua-di-indonesia.html
Posted by CHATARINA at 12:15 AM
ignatiusardy199bhe
Search:
Just another WordPress.com site
SEJARAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA
SEJARAH AGAMA KATOLIK DI INDONESIA
23:49 RAFIZ BALAWELIN SOLOR NO COMMENTS
I. SEJARAH MASUKNYA BANGSA PORTUGIS DI INDONESIA
Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan
mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi
eksplorasi yang dikirim dari Malaka, yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis
merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia,
dan mencoba untuk menguasai rempah-rempah yang berharga, dan untuk memperluas usaha
Misionaris Khatolik Roma.
Pada tahun 1522, bangsa Portugis siap membentuk koalisi dengan Kerajaan Sunda, yang
memiliki pelabuhan-pelabuhan penting pada masa itu, yaitu Banten dan Cirebon. Hal ini
ditandai dengan perjanjian dagang yang saling menguntungkan, yaitu pedagangan lada untuk
bangsa Portugis, dan mengijinkan bangsa Portugis mendirikan benteng di Sunda Kelapa, guna
membantu kerajaan Sunda, yang merasa mulai melemah karena semakin meluasnya pengaruh
Kesultanan Demak.
Menurut sumber sejarah, raja Sunda pada waktu itu, yaitu Prabu Surawisesa, sepakat dengan
perjanjian persahabatan dengan raja Portugal, dan memutuskan untuk memberi tanah di mulut
Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika
pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada
kepada Portugis. Dokumen-dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satau salinan untuk
raja Sunda dan satu lagi untuk raja portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus
1522.
Pada hari penandatanagan perjanjian tersebut, beberapa bangsawa Kerajaan Sunda bersama
Enrique Leme (Utusan bangsa Portugis), dan rombongannya pergi ke tananh yang akan
menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikn prasasti, yang
disebut Luso-Sundanese Padrão. Adalah menjadi kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan
Padrão pada saat menemukan tanah baru. Dan Padrão tersebut sekarang disimpan di Museum
Nasional Jakarta.
Portugis gagal untuk memenuhi perjanjian tersebut, untuk kembali ke Sunda Kelapa pada
tahun berikutnya untuk mendirikan benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Penjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada
tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni
1527. tanggal ini di kemudian hari dijadiakn sebagai hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatiannya ke arah timur yaitu
ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa
Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian Timur
termasuk pulau Ternate, Ambon dan Solor. Namun demikian, minat kegiatan misionaris
bangsa portugis terjadi pada abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini
berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang, Makao, dan Cina.
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada pulau Solor, Flores dan timor Portugis setelah
mereka mengalami kekalahan dalam tgahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan Belanda
atas Ambon, Maluku Utara dan Banda.
II. PERKEMBANGAN MISI DI PULAU SOLOR DAN LARANTUKA
Merunut catatan sejarah, pedagang Portugis mulai tinggal di Solor, pulau kecil di depan
Larantuka, kira-kira lima kilometer, sejak 1520. Mula-mula berdagang, cari rempah-rempah di
kawasan timur. Bangsa Portugis mulai membuat rumah-rumah sederhana. Karena orang
Portugis ini beragama Katolik, mereka berdoa ala Katolik di sana. Baru pada 1561 empat pater
Ordo Dominikan dikirim dari Melaka ke Solor.
Empat pater itu menetap di Solor. Selain melayani pedagang-pedagang Portugis, para
misionaris itu mewartakan Injil ke penduduk lokal. Kehadiran orang asing, agama baru, tidak
diterima begitu saja. Terjadi sejumlah perlawanan berdarah-darah. Sehingga untuk melindungi
diri dari serangan penduduk lokal, pada 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun benteng di
Lohayong, Kecamatan Solor Timur sekarang. Penyebaran agama Katolik di Kepulauan Solor
(sekarang Kabupaten Flores Timur) sukses besar. Berdasar catatan Mark Schellekens dan Greg
Wyncoll, penulis dan fotografer yang baru saja melakukan reportase di Solor, di dalam banteng
itu dibangun asrama, gereja, dan fasilitas lain.
Bahkan, sebuah Seminari dibikin di dalam Benteng Lohayong tersebut. Pada tahun 1600
sedikitnya ada 50 siswa (seminaris) yang belajar mempersiapkan diri sebagai rohaniwan
Katolik. Dan bisa dipastikan bahwa inilah seminari Katolik pertama di Indonesia. Ada gereja
bernama Nossa Senhora da Piedade. Beberapa tahun kemudian dibangun Gereja São João
Baptista. Singkat cerita, hingga 1599 misionaris perintis ini berhasil mendirikan 18 gereja di
Solor dan sekitarnya.
Namun, kekuasaan Portugis tidak bertahan lama. Pada 27 Januari 1613 sebuah armada Belanda
datang ke Solor. Kapten Manuel Alvares mengerahkan 30 orang Portugis serta seribu
penduduk lokal untuk mempertahankan benteng di Lohayong. Portugis ternyata kalah setelah
berperang tiga bulan. Pada 18 April 1613 benteng itu jatuh ke tangan Belanda. Kompeni-
kompeni Londo ini mengganti nama benteng menjadi Benteng Henricus. Namun pada tahun
1615 Belanda meninggalkan Lohayong, tapi datang lagi tiga tahun kemudian. Entah kenapa,
Belanda melepaskan benteng pada 1629-30, dan segera diisi kembali oleh Portugis hingga
1646 ketika diusir lagi oleh Belanda.
Bagsa Portugis ternyata selalu kalah dengan Belanda meski jumlah pasukannya lebih banyak.
Tentu saja, perang terus-menerus antara sesama penjajah ini membuat ke-Katolikan yang
masih sangat muda tidak berkembang. Berantakan. Melihat suasana yang tidak kondusif
tersebut, pater-pater Dominikan memindahkan markasnya ke Larantuka.
Selanjutnya, Larantuka yang berada di pinggir laut itu menjadi pusat misi Katolik di Nusa
Tenggara Timur, kemudian Timor Timur, bahkan Indonesia. Misi di Larantuka ternyata jauh
lebih sukses. Ini karena ada traktat antara Belanda dan Portugis untuk membiarkan para pater
Dominikan menyebarkan agama Katolik di seluruh Flores dan sekitarnya. Di dekat Larantuka
juga dibikin seminari.
Yoseph Yapi Taum, peneliti dan dosen Universitas Sanata Dharma Jogjakarta, menulis:
“Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Flores. Kemudian tahun 1641
terjadi migrasi besar-besaran penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis
ditaklukkan Belanda di Malaka.
Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau
Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores dan Timor.
Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas
masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katolik.”
Meskipun kristianitas sudah dikenal sejak permulaan abad ke-16, kehidupan keagamaan di
Pulau Flores memiliki pelbagai kekhasan. Bagaimanapun, hidup beragama di Flores –
sebagaimana juga di berbagai daerah lainnya di Nusantara (lihat Muskens, 1978)– sangat
diwarnai oleh unsur-unsur kultural yaitu pola tradisi asli warisan nenek-moyang. Di samping
itu, unsur-unsur historis, yakni tradisi-tradisi luar yang masuk melalui para misionaris turut
berperan pula dalam kehidupan masyarakat. Kedua unsur ini diberi bentuk oleh sistem
kebudayaan Flores sehingga Vatter (1984: 38) menilai di beberapa tempat di Flores ada
semacam percampuran yang aneh antara Kristianitas dan kekafiran.
III. WARISAN DAN TRADISI BANGSA PORTUGIS
Bangsa Portugis membawa warna tersendiri bagi perkembangan sejarah agama Katolik di
Flores Timur, yang meliputi Pulau Adonara, Solor dan juga Lembata yang telah berdiri sendiri
menjadi sebuah daerah otonom baru. Kala itu, konon, orang Portugis yang membawa seorang
penduduk asli Larantuka bernama Resiona (menurut cerita legenda adalah penemu patung
Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih ketika terdampar di Pantai Larantuka) ke Malaka
untuk belajar agama. Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda
Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi yang disebut Conferia,
mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam Portugis dengan penduduk setempat.
Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola
Adobala Diaz Vieira de Godinho yang merupakan tokoh pemrakarsa upacara penyerahan
tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari. Setelah tongkat kerajaan
itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja
adalah wakil dan abdi Bunda Maria.
Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka,
menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut
dengan sapaan Reinha Rosari.
Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD mengadakan upacara
penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Selama empat abad lebih,
tradisi keagamaan tersebut tetap saja melekat dalam sanubari umat Katolik setempat.
Pengembangan agama Katolik di wilayah itu, tidak lepas dari peranan para Raja Larantuka,
para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan rasul awam (conferia), dan peranan semua
Suku Semana serta perananan para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema).
Contoh ritual yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah penghayatan agama
popular seputar “Semana Santa” dan Prosesi Jumad Agung atau “Sesta Vera”.
Kedua ritual ini dikenal sebagai “Anak Sejarah Nagi” juga sebagai ’Gembala Tradisi’ di tanah
nagi-Larantuka. Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat Katolik
secara tapa, silih dan tobat atas semua salah dan dosa, serta suatu devosi rasa syukur atas berkat
dan kemurahan Tuhan yang diterima umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya. Doa
yang didaraskan, pun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis
dan Latin.
1. Rabu Trewa
Rangkaian perayaan Paskah di Larantuka dimulai dengan RABU TREWA. Beda dengan umat
Katolik di tempat lain yang memulainya pada hari KAMIS PUTIH. Perayaan berpusat di
KAPELA TUAN MA (Lohayong-Larantuka) dan KAPELA TUAN ANA (Pohonsirih).
TUAN ANA sebutan untuk Yesus Kristus, sedangkan TUAN MA sebutan untuk Maria, ibunda
Yesus dalam bahasa Nagi (bahasa Melayu Larantuka). Di kedua kapela ini dilakukan upacara
MUDA TUAN: pengurus kapela membuka pintu sehingga umat diperkenankan berkunjung. Di
KAPELA TUAN MA tersimpan patung Bunda Maria setinggi dua meter, sedangkan di
KAPELA TUAN ANA tersimpan sebuah peti berisikan patung Yesus yang terbujur. Tak
sembarang orang boleh melihat patung ini. Hanya CONFRERIA yang bisa melihatnya.
Upacara penghormatan sangat khidmat.
Umat dan peziarah wajib membuka alas kaki. Lalu, berjalan dengan lutut, tangan terlipat di
dada. Nah, di depan patung dan peti, umat bersujud dan mencium bagian kaki dan sisi bawah
peti TUAN ANA. Adapun ibu-ibu (MAMA MUJI) melantunkan lagu-lagu pujian dalam
bahasa Portugis atau Indonesia. Di samping kiri dan kanan TUAN MA dan TUAN ANA,
petugas memasang lilin dan menjaganya tetap menyala.
2. Kamis Putih
Umat masih diberi kesempatan untuk berziarah di kedua kapela. Umat dari berbagai kawasan
di Tanah Air, bahkan mancanegara, berdatangan ke Larantuka untuk mengikuti prosesi
SEMANA SANTA, esok harinya. Sejumlah biro (sampan) perjalanan di Surabaya dan kota-
kota besar di Jawa menyiapkan paket khusus: wisata rohani ke Larantuka. Liturgi ekaristi
berlangsung seperti misa raya di tempat lain. Ada upacara pembasuhan kaki, penakhtaan
sakramen mahakudus. Nyanyian paling terkenal, apalagi kalau bukan UBI CARITAS EST
VERA, DEUS IBI EST serta PANGE LINGUA GLORIOSI.
3. Jumat Agung atau Jumat Besar
Hari puasa dan pantang wajib umat Katolik. Inilah puncak devosi peninggalan para paderi
Portugal abad ke-16 yang disebut SEMANA SANTA. Warga Larantuka sibuk mempersiapkan
ARMIDA alias stasi dalam JALAN SALIB. Juga pagar bambu (TURO) di sisi kiri dan kanan
jalan raya tempat prosesi berlangsung. Di atas turo itu dipasang lilin yang akan menyala
sepanjang malam.
SEMANA SANTA merupakan DEVOSI untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus
Kristus, dan punya akar tradisi Portugis yang sangat kuat. Sekitar pukul 13.00 umat sudah
memadati pantai Kelurahan Pohon Sirih. Menunggu kedatangan iring-iringan kapal yang
membawa salib dari Kapela TUAN MENINO (Yesus Kanak-kanak). TUAN MENINO
disemayamkan di Kapel Kota Rowindo, pinggir Larantuka. Salib TUAN MENINO diarak
melalui Selat Gonsalus antara Pulau Flores dan Pulau Adonara dengan menggunakan perahu
bercadik. Kapal-kapal lainnya mengiringi dari belakang.
Setelah kotak berisi Salib TUAN MENINO diturunkan dari perahu, prosesi mulai berjalan
menuju ARMIDA BALELA di Jalan San Dominggo. Barisan diawali dengan para
CONFRERIA berjubah putih dengan kalung bergambar Santo Dominikus. Petugas berpakaian
hitam mengikuti. TUAN MENINO dibawa dengan cara dijunjung di kepala disertai payung.
Salib itu kemudian ditempatkan di ARMIDA BALELA. Pukul 15.00, seperti ditulis
ALKITAB, Yesus wafat. Umat memperingati peristiwa ini dengan mengarak patung TUAN
ANA dan TUAN MA ke Gereja KATEDRAL di Postoh, tak jauh dari kantor Bupati Flores
Timur. Petugas tampil dengan GENDA DO (genderang khas), disusul CONFRERIA yang
membawa panji-panji, lalu salib dan lilin besar. Anak-anak pakai jubah hitam. Mereka
membawa palu dan paku besar, 30 keping uang perak, mahkota duri, tongkat, bunga karang,
lembing, dadu. Ini semua simbol penghinaan terhadap Yesus. Arak-arakan ini diikuti oleh
petugas liturgi serta PROMESA – peziarah dengan nazar khusus. PROMESA adalah jemaat
yang punya niat khusus membantu jalannya prosesi SEMANA SANTA agar tercapai
intensinya. Mereka diseleksi ketat.
Usungan TUAN ANA dan TUAN MA diangkat oleh LAKADEMU, petugas berkostum ala
Portugis, ke dalam KATEDRAL. Setelah itu upacara JUMAT AGUNG berjalan seperti biasa,
sekitar pukul 15.00. Setelah itu, diadakan doa di makam Kelurahan Postoh yang berada tak
jauh dari KATEDRAL Larantuka di Postoh. Jemaat berdoa dan memasang lilin di pusara
keluarganya. Sedangkan para peziarah melakukannya di depan TUGU di tengah makam. Ritual
ini sebagai simbol Yesus Kristus Sang Terang bangkit bersama orang-orang beriman yang
telah meninggal dunia. Saat umat berdoa di kuburan, empat LAKADEMU melakukan JALAN
KURE, yaitu mengelilingi pekuburan. Lalu, mereka kembali memasuki KATEDRAL untuk
memulai prosesi merenungkan sengsara Yesus.
Prosesi utama SEMANA SANTA dimulai dari KATEDRAL, keliling kota Larantuka, lalu
kembali lagi di KATEDRAL. Prosesi inilah yang selalu ditunggu-tunggu oleh ribuan umat dan
peziarah dari berbagai daerah. Panjang rute mencapai lima kilometer. Selama prosesi ANA
MUJI CONFRERIA, penyanyi perempuan, menyayikan lagu O VOS OMNES. Wajahnya
tertunduk, berpakaian serba hitam, berkerudung kain panjang hitam. Lagu ini bergaya
Gregorian, sangat mengiris hati. Mirip orang menangis. Lalu seorang wanita maju ke altar
menunjukkan gulungan lukisan wajah Yesus, simbol Veronika yang mengusap wajah Yesus
dalam perjalanan ke Golgota.
Perlahan-lahan prosesi keluar dari KATEDRAL. Urut-urutannya: barisan genderang
perkabungan, panji CONFRERIA, anak-anak yang membawa alat-alat sengsara Yesus,
biarawati, para biarawan, pendamping, LAKADEMU yang memanggul peti TUAN ANA.
Kemudian para promesa, umat, dan peziarah. Ribuan umat mengikuti prosesi sambil
memegang lilin bernyala. Sementara itu, kota Larantuka menjadi lautan cahaya lilin yang
memancar di sepanjang rute prosesi.
Kalau JALAN SALIB biasa dikenal 14 stasi (perhentian), upacara SEMANA SANTA alias
JALAN SALIB ala Larantuka mengenal delapan armida. Adapun delapan armida (stasi)
tersebut:
Ø ARMIDA MISERICORDIAE: mengingatkan manusia akan janji kedatangan kembali Yesus
Kristus.
Ø ARMIDA TUAN MENINO: pemenuhan janji Allah terhadap manusia.
Ø ARMIDA BALELA: meneladani Yesus yang menghibur manusia.
Ø ARMIDA TUAN TREWA: Yesus rela berkorban demi manusia.
Ø ARMIDA PANTE KEBIS: kesertaan Bunda Maria untuk bersatu dalam penderitaan Yesus.
Ø ARMIDA POHON SIRIH: mengingatkan umat akan hukuman mati yang diderita Yesus.
Ø ARMIDA KUCE: mengingatkan kematian Yesus di kayu salib.
Ø ARMIDA TUAN ANA: Yesus diturunkan dari kayu salib lalu dimakamkan.
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia..
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke
kepulauan Maluku.Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano
(kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh
warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo
Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja
menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan
serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu
pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546
sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga
membaptis beberapa ribu penduduk setempat.
Era VOC
Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia
tahun 1619 – 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia, Gereja Katolik
dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC
yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang
berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari
Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, seperti yang terjadi
dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.
Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan
VOC. Pada 1624, Pastor Egidius d’Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman
pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar agama dan
merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman
berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah tiang
gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de Rhodes diusir
(1646).
Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya
dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam
Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesus dan
meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya
bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak
Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan
kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk atau
Louis Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut dan
dinyatakan bubar.
Era Hindia-Belanda
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik,
membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah.
Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis
Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia (lihat: Sejarah
Gereja Katedral Jakarta)
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor
Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik
pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah
Hindia Belanda. Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat
itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang
yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, di
mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai
tahun 1891.
Van Lith
Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan
pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan,
akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang
datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada
tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang
dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua batang pohon Sono.
Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
 
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool pada
tahun 1900 dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1904. Pada tahun
1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius.
Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada
permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
 
Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi
pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928,
yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata, SJ.
Era Perjuangan Kemerdekaan
Albertus Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun
1940.
Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ
di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang
berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaja dikenal sebagai
martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Mgr. Soegijapranata bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan
pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan
terus.
Banyak di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto,
Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).
Era Kemerdekaan
Kardinal pertama di Indonesia adalah Yustinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada
tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia.
Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).
Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes
Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya
adalah Jakarta, Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan
DIY), Maumere (Flores) dan Dili (Timor Timur).
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia

Era Portugis
Di Indonesia, orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku pada tahun 1534.
Ketika itu pelaut-pelaut Portugis baru menemukan pulau-pulau rempah itu dan bersamaan
dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk
menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius,
yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate.
Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.
Era VOC
Sejak kedatangan dan kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia
tahun 1619 - 1799, akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia, Gereja Katolik
dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC
yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang
berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari
Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian menjadi Protestan saat itu, seperti yang terjadi
dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.
Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan
VOC. Pada 1924, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman
pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar agama dan
merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman
berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah tiang
gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de Rhodes diusir
(1646).
Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya
dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam
Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesus dan
meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya
bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak
Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan
kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk atau
Louis Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut dan
dinyatakan bubar.
Era Hindia-Belanda
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik,
membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah.
Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis
Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia.
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor
Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik
pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah
Hindia Belanda. Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat
itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang
yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik, di
mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai
tahun 1891.
Van Lith
Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada
tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi
pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo
dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904,
rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung
yang terletak di antara dua batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat
ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool di tahun 1900
dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) di tahun 1904. Pada tahun 1918 sekolah-sekolah
Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup
pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik
berkembang pesat.
Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama
dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928, yaitu Romo
F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata, SJ.
Era Perjuangan Kemerdekaan
Albertus Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940.
Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ
di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang
berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaja dikenal sebagai
martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Mgr. Soegijapranata bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan
pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan
terus.
Banyak di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti
Adisucipto,_Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).
Era Kemerdekaan
Kardinal pertama di Indonesia adalah Justinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal
29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup
Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).
Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes
Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan
(Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY), Maumere (Flores) dan Dili (Timor
Timur)
Sejarah Masuknya Agama Katolik di Indonesia

Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, para rasulpun pergi ke seluruh penjuru dunia, dan
Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firmanNya dengan tanda-tanda yang menyertai para
rasul.
Rasul-rasul itu pergi mewartakan Injil menurut data dan tradisi non-biblis ke daerah-daerah
sebagai berikut:
a.       ke arah Barat Laut: Turki, Yunani, Italia, yakni Petrus dan Paulus, Barnabas, dan penginjil
Lukas;
b.      ke arah Barat: Siprus dan Turki, yakni Yohanes (di Efesus dengan Santa Maria);
c.       ke arah Barat Daya: Mesir (Alexandria), yakni rasul Simon dan penginjil Markus;
d.      ke arah Utara jauh: Armenia, Georgia, Rusia Selatan, yakni Andreas dan Filipus;
e.       ke arah Timur: dekat Siria;
f.       di Yerusalem atau Yudea: Yakobus Tua dan Yakobus Muda, kedua-duanya uskup Yerusalem.
Santo Thomas yang tadinya kurang percaya, mewartakan Injil di daerah paling jauh dari
tanah airnya. Menurut data sejarah pasti, rasul Thomas mewartakan Injil sampai di India
Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Kristen Katolik kecil berkembang di
India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan dengan Sumatera Utara, khususnya
dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya ketika itu belum ada pelabuhan Belang di
Sumatera Utara. Nah, lewat saudagar dari India itu agama Kristen Katolik mulai diwartakan di
Sumatera Utara (Indonesia).
Gereja Kristen Katolik mulai ditanam di daerah Tapanuli di Sumatera Utara sebelum tahun
600 oleh saudagar dari India yang menamakan diri Thomas Christians.
Pasti banyak orang, pun orang Kristen Katolik, sangat heran membaca penegasan ini yang
sangat bertentangan dengan bahan indoktrinasi umum. Memang di sekolah, kita biasa
mendengar bahwa gereja Kristen Katolik Indonesia dibawa ke bumi Indonesia sekitar tahun
1530 oleh misionaris Portugis dan Spanyol.
Kekeliruan ini tidak disebarkan dengan sengaja oleh golongan tertentu melainkan
disebabkan oleh karena fakta mengenai misi perdana di Tapanuli, baru pada akhir abad lalu
mulai diketahui oleh Dr. Jan Bakker SJ, mantan dosen di Yogyakarta, yang sebagai mahasiswa
mempelajari agama Islam dan sejarahnya di Beirut, Libanon. Ia menemukan tulisan dari
seorang ilmuwan Islam, bernama Shaykh Abu Salih al-Armini. Dia menulis semacam
ensiklopedi tentang segala gereja dan wihara serani di seluruh dunia Timur. Bahan historis itu
mengenai kira-kira 900 tempat ibadah Kristiani di Afrika dan Asia, antara lain di Sumatera
Utara. Judul bukunya ialah “Tadhakkur fiha Akhbar min al-Kana’is wa’l-Adyar min Nawahin
Misri w’al Iqtha’aihu”, artinya “Daftar berita tentang gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan
dari provinsi-provinsi di Mesir dan tanah-tanah di luarnya”.
Dalam buku itu terdapat suatu kutipan tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara sebagai
berikut: “Fansur, di sana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah dari “Nasara Nasathirah”
(Nasrani = Serani = Kristiani), dan dengan demikian keadaan di situ. Dan dari itu berasal kapur
Baros dan bahan itu merecik dari pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama
Bunda Perawan Murni Maria”.
Shaykh Abu Salih al-Armini pada abad kesebelas tidak menerangkan dari mana berasal
orang Kristiani itu, tetapi sesudah diselidiki lebih jauh, Agama Kristiani dibawa ke Tapanuli
oleh orang India Selatan dimana rasul Santo Thomas mewartakan kabar gembira pada mereka
sekitar tahun 70.
Ada dua konfirmasi tak langsung dari sejarah ini:
         Pada tahun 1975 sudah pernah seorang pastor dari Gereja Thomas Christians mengunjungi
Seminari Pineleng, bukti bahwa umat yang digembalakan rasul Thomas, masih hidup sampai
sekarang dengan beberapa juta anggota di India Selatan.
         Pastor Jan Van Paassen MSC bersama almarhumah Yangky Turang B.A. sudah pernah
mengunjungi adik kandung Suster Jeannette van Paasen di Pematang Siantar. Pada tahun 1992,
rombongan kami membuat tur wisata ke daerah Baros di Tapanuli dan sampai pada tempat
penguburan banyak orang India yang rupanya beragama Hindu dari sekitar tahun 500. Tempat
ini dipelihara dengan baik oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara.
Menurut Dr. J. Bakker SJ yang menemukan kutipan mutiara ini, ‘Fansur’ itu sama dengan
‘Pancur’, dekat Baros di Tapanuli. Dia juga membuktikan bahwa nama agak aneh “Nasara
Nasathirah” berarti: orang Kristen Katolik dari Siria Timur atau Khaldea, yang ada sampai
sekarang di Siria dan Irak. Kemudian ternyata pula bahwa dalam arsip Vatikan tersimpan surat-
surat tentang pengangkatan uskup-uskup di Asia Timur itu, a.l. di Tiongkok, Malaysia dan
Sumatera Selatan. Sampai abad ke-14 masih ada berita tentang orang Kristen di Sumatera dan
Malaysia.
Bisa diringkaskan bahwa antar tahun 600-1350 ada orang Kristen di bumi Indonesia.
Sayang bahwa sesudah 1350 tiada lagi berita, sehingga umat Kristen perdana itu rupanya
“menguap” di dalam sejarah, tanpa ada bekas atau keturunan.
Sejauh yang diketahui belum pernah di bumi Indonesia dirayakan suatu Yubileum untuk
mengenangkan Gereja Kristen Katolik perdana di daerah Tapanuli sekitar tahun 600. Sebabnya
ialah bahwa sampai sekarang kini hampir tidak ada data selain penegasan dari Shaykh Abu
Salih al-Armini bahwa sudah ada banyak gereja dan bahwa di kota Fansur sendiri ada sebuah
gereja yang ditahbiskan kepada Bunda Perawan Murni Maria. Tambah lagi bahwa di
perpustakaan Vatikan terdapat sebuah peta Asia, dimana diberi tanda di Sumatera Selatan
bahwa di sana tinggal seorang uskup. Tetapi belum ditemukan buku Baptis atau buku Ibadah
dan sebagainya dari zaman itu. Kesimpulannya ialah dari segala data pasti tetapi kurang
terperinci bisa dipastikan secara positif bahwa pada zaman itu ada umat Kristiani di bumi
Indonesia. Namun, dengan kepastian yang sama bisa ditegaskan bahwa pada zaman itu belum
ada penginjilan di Sulawesi antar tahun 600-1300. Ketika itu Gereja Kristen Katolik sudah
mulai berkembang di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan, seperti dilaporkan oleh J. Bakker
SJ dalam buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia, jilid I. Tetapi tidak ada satupun data tentang
Gereja Kristen Katolik di Sulawesi pada abad ke-VII sampai abad ke-XIV.
Dengan demikian beberapa kekeliruan umum sekaligus disapu dari meja, ialah:
        bahwa Agama Kristen di Indonesia adalah import dari Barat. Ternyata dari India Selatan,
bahwa Agama Islam lebih dahulu di Indonesia. Ternyata agama Kristen 600 tahun sebelum
Islam.
Sejarah Gereja Indonesia
SEJARAH : Era Portugis :
     Di Indonesia, orang pertama yang
Gereja Katolik didirikan sendiri oleh Yesus menjadi Katolik adalah orang Maluku pada
Kristus dari Nazareth di Yerusalem. Dalam masa tahun 1534. Ketika itu pelaut-pelaut
hidupNya, Yesus mengajarkan berbagai hal Portugis baru menemukan pulau-pulau
mengenai kehidupan di duni dan di surga serta rempah itu dan bersamaan dengan para
hubungan antara manusia, yang kemudian menjadi pedagang dan serdadu-serdadu, para imam
dasar dan falsafah bagi umatNya dalam Katolik juga datang untuk menyebarkan
membangun Gereja. AjaranNya itu diteruskan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu
oleh murid-muridNya dalam bentuk lisan dan adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang
tulisan serta surat-surat yang kemudian disatukan pada tahun 1546 sampai 1547 datang
dalam sebuah buku yaitu Injil yang menjadi Kitab mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan
Suci agama Katolik. Dalam perkembangannya Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu
Gereja Katolik kemudian dipimpin oleh suksesi penduduk setempat.
apostolik yang berkesinambungan melalui Santo
Petrus Rasul Kristus, dikepalai oleh Uskup Roma Era VOC :
sebagai pengganti St. Petrus, yang kini umum     Sejak kedatangan dan kekuasaan
dikenal dengan sebutan Paus yang berkedudukan Vereenigde Oostindische Compagnie
di Vatikan dan merupakan pusat dari (VOC) di Indonesia tahun 1619 - 1799,
pemerintahan Gereja Katolik. akhirnya mengambil alih kekuasaan politik
Kata gereja atau jemaat dalam bahasa Yunani di Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara
adalah ekklesia; dari kata kaleo , artinya aku mutlak dan hanya bertahan di beberapa
memanggil / memerintahkan. Secara umum wilayah yang tidak termasuk VOC yaitu
ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang- Flores dan Timor. Para penguasa VOC
orang. Tetapidalam konteks Perjanjian Baru kata beragama Protestan, maka mereka mengusir
ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan imam-imam Katolik yang berkebangsaan
orang-orang Kristensebagai jemaat untuk Portugis dan menggantikan mereka dengan
menyembah kepada Kristus. Gereja (untuk arti pendeta-pendeta Protestan dari Belanda.
yang pertama) terbentuk 50 hari setelah Banyak umat Katolik yang kemudian
kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya menjadi Protestan saat itu, seperti yang
Pentakosta , yaitu ketika Roh Kudus yang terjadi dengan komunitas-komunitas
dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang Katolik di Amboina. Imam-imam Katolik
percaya pada Yesus Kristus.Amanat Agung yang diancam hukuman mati, kalau ketahuan
diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga berkarya di wilayah kekuasaan VOC. Pada
(Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia 1924, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di
dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai Kastel Batavia pada zaman pemerintahan
hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen,
Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai karena mengajar agama dan merayakan
tempat di dunia (ujung-ujung dunia). Misa Kudus di penjara. Pastor A. de
Rhodes, seorang Yesuit Perancis, pencipta
Sejarah masuknya agama Katolik di Indonesia huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman
dapat diketahui dari beberapa sumber, antara lain : berupa menyaksikan pembakaran salibnya
 Sumber KWI : dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di
Gereja Katolik pertama kali masuk bawah tiang gantungan, tempat dua orang
Indonesia di abad ke- 7: Agama Katolik pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A.
untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia de Rhodes diusir (1646). Yoanes Kaspas
pada bagian pertama abad ketujuh di Kratx, seorang Austria, terpaksa
Sumatera Barat. Fakta ini ditegaskan meninggalkan Batavia karena usahanya
kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat
Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini bantuan yang ia berikan kepada beberapa
perlulah penelitian dan rentetan berita dan imam Katolik yang singgah di pelabuhan
kesaksian yang tersebar dalam jangka Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat
waktu dan tempat yang lebih luas. Berita Jesus dan meninggal sebagai seorang martir
tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno di Vietnam pada 1737. Pada akhir abad ke-
karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu 18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat
Salih al-Armini yang menulis buku antara Perancis dan Britania Raya bersama
“Daftar berita- berita tentang Gereja-gereja sekutunya masing-masing. Simpati orang
dan pertapaan dari provinsi Mesir dan Belanda terbagi, ada yang memihak
tanah-tanah di luarnya”, yang memuat Perancis dan sebagian lagi memihak
berita tentang 707 gereja dan 181 Britania, sampai negeri Belanda kehilangan
pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon
Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk
Arabia, India dan Indonesia. Dengan terus atau Louis Napoleon, seorang Katolik,
dilakukan penyelidikan berita dari Abu menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799
Salih al-Armini kita dapat mengambil VOC bangkrut dan dinyatakan bubar. Era
kesimpulan kota Barus yang dahulu Hindia-Belanda Perubahan politik di
disebut Pancur dan saat ini terletak di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja
dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Lodewijk, seorang Katolik, membawa
Barat adalah tempat kediaman umat pengaruh yang cukup positif. Kebebasan
Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga umat beragama mulai diakui pemerintah.
telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja
Gereja Bunda Perawan Murni Maria Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja
 Sumber dari Wikipedia : Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur
Sejarah Gereja Katolik di Indonesia Apostolik Hindia Belanda di Batavia. Pada
berawal dari kedatangan bangsa Portugis tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari
ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor
menjadi Katolik adalah orang Maluku, Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus
Kolano (kepala kampung) Mamuya Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek
(sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis Apostolik pertama adalah Pastor J.
bersama seluruh warga kampungnya pada Nelissen, Pr. Gubernur Jendral Daendels
tahun 1534 setelah menerima pemberitaan (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC
Injil dari Gonzalo Veloso, seorang dengan pemerintah Hindia Belanda.
saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Kebebasan beragama kemudian
Portugis baru saja menemukan kepulauan diberlakukan, walaupun agama Katolik saat
rempah-rempah itu dan bersamaan dengan itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5
para pedagang dan serdadu-serdadu, para orang untuk memelihara umat sebanyak
imam Katolik juga datang untuk 9.000 orang yang hidup berjauhan satu
menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889,
Indonesia itu adalah Santo Fransiskus kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang
Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta,
1547 datang mengunjungi pulau Ambon, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.
Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis
beberapa ribu penduduk setempat Era Van Lith :
 Sumber dari New Advent Catholic     Misi Katolik di daerah ini diawali oleh
Encyclopedia : Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke
Menceritakan tentang perjalanan Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya
Rasul Thomas diabad-abad awal usahanya tidak membuahkan hasil yang
berdirinya Jemaat Kristen, membawa memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904
warta tentang Yesus ke India. tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah
Walaupun tidak disebutkan nama Kalibawang datang ke rumah Romo dan
Indonesia, tetapi ada keterkaitan mereka minta untuk diberi pelajaran agama.
Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904,
rombongan pertama orang Jawa berjumlah
178 orang dibaptis di sebuah mata air
Semagung yang terletak di antara dua
batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini
sekarang menjadi tempat ziarah
Sendangsono. Romo van Lith juga
mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu
Normaalschool di tahun 1900 dan
Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) di
tahun 1904. Pada tahun 1918 sekolah-
antara India dan Indonesia waktu itu. sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu
yayasan, yaitu Yayasan Kanisius. Para
imam dan Uskup pertama di Indonesia
adalah bekas siswa Muntilan. Pada
permulaan abad ke-20 gereja Katolik
berkembang pesat.
 Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari
Menengah. Tiga dari enam calon generasi
pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan
menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928,
yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A.
Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata,
SJ.
SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA
Dibagi menjadi 4 tahap :
 Masa Yesus : Perkembangan gereja pada masa ini tampak dari percakapan Yesus
dan Petrus : "Sebab itu ketahuilah, engkau Petrus, batu kuat. Dan diatas alas batu
inilah aku akan membangun gereja-Ku yang tidak dapat dikalahkan : sekalipun
oleh maut!" ( bdk Mat 16:18)
 Masa Para Rasul : Perkembangan gereja pada masa ini sampai pada tahap
mendirikan perkumpulan Jemaat Perdana yang juga disebut Gereja Perdana. Mereka
selalu bertekun pada ajaran para Rasul, berkumpul, berdoa, dan memecahkan roti
bersama. Mereka menganggap segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
Mereka juga membagikan harta sesuai dengan keperluan. Yang paling berperan di masa
ini adalah St. Petrus. Setelah Yesus wafat, Petrus menjadi sosok yang beriman dan
pemberani.
 Masa Sesudah Para Rasul : Masa ini Gereja sudah berpusat di Roma, tempat
wwafatnya St.Petrus. Pemimpin gereja yang pertama adalah St.Petrus. Penerus
St.petrus disebut "Uskup Roma" (Bishop of Rome) atau "Paus" (Pope). Saat kerajaan
Romawi terpecah menjadi 2 bagian yaitu barat dan timur, keKristenan merupakan
agama dari ke 2 negara bagian, sehingga hanya figur Paus yang diharapkan sebagai
pemersaatu agar tidak terjadi perpecahan.
 Masa Sekarang (di Indonesia) : Di Indonesia, oarng pertama yang menjadi
Katolik adalah orang Maluku pada tahin 1534, saat pelaut Portugis kesana dan para
imam Katolik juga dtang utuk menyebarkan injil, salah satunya adalah St.Fransiskus
Xaverius yang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia membaptis
beberapa ribu penduduk setempat. Kemudian datang VOC dari Belanda yang
mengambil kekuasaan politik di Indonesia. Para penguasa VOC beragama Prrotestan,
maka mereka mengusir imam-imam Katolik dan menggantinya dengan pendeta-pendeta
Protestan. Di pulau Flores dan Timor, penginjilan dilakukan tahun 1555.Perkembangan
Katolik sangat pesat karena orang Belanda tidak memperhatikan daerah ini. Tahun
1799 VOC bangkrut dan bubar. Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) memerintah
Hindia Belanda dan memberlakukan kebebasan beragama, walau demikian Katolik
tetap dipersukar. Baru pada tahun 1889 kondisi ini membaik. Di Yogyakarta, misi
Katolik diawali oleh Pastor F. van Lith,SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896.
Awalnya tidak ada respon, tapi pada tahun 1904, 4 orang kepala desa dari Kalibawang
datang kerumah Romo dan minta diberi pelajaran agama. Pada tanggal 15 Desember
1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 168 orang di baptis di mata air
Semagung yang terletak diantara 2 pohon sono. Tempat ini sekarang menjadi gua Maria
Sendangsono. Romo van Lith juga mndirikan sekolah guru di Muntilan yaitu
Normmlschool dan Kweekschool thn 1918 sekolah tersebut digabung menjadi yayasan
Kanisius. Para imam dan Uskup di Indonesia adalah alumni siswa Muntilan. Abad ke
20 gereja Katolik berkembang pesat. Uskup yang pertama ditahbiskan adalah Romo
Agung Albertus Sugiyopranoto (1940). Kardinal pertama di Indonesia adalah Julius
Kardinal Darmojuwono (29 Juni 1967). Kardinal Indonesia sekarang adalah Julius
Kardinal Darmaatmaja SJ.
Sejarah Gereja Katolik
Sinode Santo Petrus Uskup Roma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian dari serial tentang

Gereja Katolik
Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan

Ikhtisar
 Paus (Fransiskus)
 Hierarki
 Teologi
 Liturgi
 Sakramen
 Ekaristi
 Perawan Maria
 Sejarah (Garis waktu)
 Kritik
 Indeks
 Glosarium

Buku Katolik Roma

Portal Katolisisme
Sejarah Gereja Katolik dimulai dengan ajaran-ajaran Yesus Kristus pada abad ke-1 M di
provinsi Yudea Kekaisaran Romawi. Gereja Katolik kontemporer mengatakan bahwa dirinya
adalah kelanjutan dari komunitas Kristen awal yang didirikan oleh Yesus.[1] Para uskupnya
adalah para penerus Rasul-Rasul Yesus, dan Uskup Roma—juga dikenal sebagai Paus—
dipandang sebagai penerus tunggal Santo Petrus[2] melalui penetapan oleh Yesus Kristus untuk
menjadi kepala Gereja di Perjanjian Baru yang melakukan pelayanan di Roma.[3][4] Pada akhir
abad ke-2, para uskup mulai berhimpun dalam sinode-sinode regional untuk menyelesaikan
berbagai isu kebijakan dan doktrin.[5] Pada akhir abad ke-3, Uskup Roma mulai bertindak
sebagai suatu pengadilan banding untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan uskup
lainnya.[6]
Kekristenan menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi awal, meskipun terjadi penganiayaan
karena konflik dengan pagan yang menjadi agama resmi negara. Pada tahun 313, pergulatan
Gereja perdana menjadi berkurang dengan disahkannya Kekristenan oleh Kaisar Konstantinus
I. Pada tahun 380, di bawah Kaisar Theodosius I, Kekristenan menjadi agama negara
Kekaisaran Romawi melalui Edik Tesalonika, yang mana bertahan hingga jatuhnya Kekaisaran
Barat, dan kemudian dengan Kekaisaran Romawi Timur hingga Kejatuhan Konstantinopel.
Menurut Eusebius, selama waktu ini (periode Tujuh Konsili Ekumenis) dianggap terdapat lima
takhta utama (yurisdiksi dalam Gereja Katolik) atau Pentarki: Roma, Konstantinopel,
Antiokhia, Yerusalem, dan Aleksandria.
Setelah kehancuran Kekaisaran Romawi Barat, Gereja di Barat merupakan salah satu faktor
utama dalam pelestarian peradaban klasik, pendirian biara-biara, dan pengiriman para
misionaris untuk mengkonversi orang-orang Eropa Utara, sampai sejauh Irlandia di utara. Di
Timur, Kekaisaran Bizantium tetap melestarikan Ortodoksi setelah invasi besar Islam pada
pertengahan abad ke-7. Invasi tersebut menghancurkan tiga dari kelima Patriarkat, awalnya
merebut Yerusalem, kemudian Aleksandria, dan selanjutnya Antiokhia pada pertengahan abad
ke-8.
Keseluruhan periode pada lima abad berikutnya didominasi oleh pergulatan antara Kekristenan
dan Islam di seluruh Cekungan Mediterania. Pertempuran di Poitiers dan Toulouse
melestarikan barat Katolik, walaupun Roma dirusak pada tahun 850 dan Konstantinopel
mengalami pengepungan. Pada abad ke-11, ketegangan hubungan antara gereja di Timur yang
utamanya berbahasa Yunani, dan gereja berbahasa Latin di Barat, berkembang menjadi Skisma
Timur-Barat, sebagian karena konflik terkait Otoritas Kepausan. Perang Salib Keempat, dan
penjarahan Konstantinopel oleh para tentara salib yang membangkang memperlihatkan
perpecahan akhir tersebut. Pada abad ke-16, sebagai tanggapan terhadap Reformasi Protestan,
Gereja terlibat dalam suatu proses pembaharuan dan reformasi yang substansial yang dikenal
sebagai Kontra Reformasi.[7] Pada abad-abad berikutnya, Katolisisme menyebar luas di seluruh
dunia kendati mengalami penurunan di Eropa karena bertumbuhnya Protestanisme dan juga
karena skeptisisme agama selama dan setelah Abad Pencerahan. Konsili Vatikan II pada tahun
1970-an memperkenalkan perubahan yang paling signifikan atas praktik-praktik Katolik sejak
Konsili Trente tiga abad sebelumnya.
Lihat pula
 Sejarah Gereja (Eusebius)
 Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
 Garis waktu Gereja Katolik
 Garis waktu Kekristenan
 Sejarah Kepausan
Catatan
Referensi
1. ^ (Inggris) "Vatican congregation reaffirms truth, oneness of Catholic Church".
Catholic News Service. Diakses tanggal 17 March 2012.
2. ^ (Inggris) "Paragraph 862", Catechism of the Catholic Church, Second Edition
(Libreria Editrice Vaticana), 2012, diakses tanggal 16 November 2014
3. ^ (Inggris) Hitchcock, Geography of Religion (2004), p. 281, quote: "Some
(Christian communities) had been founded by Peter, the disciple Jesus designated as the
founder of his church. Once the position was institutionalized, historians looked back
and recognized Peter as the first pope of the Christian church in Rome"
4. ^ (Inggris) Norman, The Roman Catholic Church an Illustrated History (2007),
pp. 11, 14, quote: "The Church was founded by Jesus himself in his earthly lifetime.",
"The apostolate was established in Rome, the world's capital when the church was
inaugurated; it was there that the universality of the Christian teaching most obviously
took its central directive–it was the bishops of Rome who very early on began to
receive requests for adjudication on disputed points from other bishops."
5. ^ Chadwick, Henry, p. 37.
6. ^ Duffy, p. 18.
7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref
bernama Norman81

Anda mungkin juga menyukai