OLEH:
Nama : Fitly Tewal
Nim : 14051103025
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
YANG BERBEDA”
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini disusun sebagai salah satu syarat yang
diterima baik saran dan masukan dari Dosen pembimbing Kurniati Kemer, S.IK,
M.Si yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian dan makalah.
Penulis menyadari laporan praktek kerja lapang ini belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan pembaca dapat memberi masukan dan saran
apabila terdapat kekurangan dalam laporan ini agar makalah ini dapat menjadi
pedoman bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL)
RINGKASAN
alam dan dapat dijumpai di semua lingkungan yang terkena sinar matahari, serta
ciri-ciri dan morfologinya sangat beragam (Pelczar & Chan 1986). Mikroalga
adalah biota yang berukuran mikro dengan ukuran diameternya kurang dari 2 µm
(Fedorov, et a., 2005 dalam Mohamad A Salim, 2013). Manfaat mikroalga untuk
menyebutkan pula manfaat lain dari alga, yaitu sebagai alternattif bahan baku
kandungan protein, lemak, dan karbohidrat sebagai sumber pangan yang baik
karotenoid, β-karoten), asam amino, asam lemak dan gliserol. Secara umum
digunakan sebagai pewarna pada bidang farmasi, senyawa turunan dari klorofil
juga dapat digunakan sebagai produk kesehatan (Ferruzi & Blakeslee, 2007).
2006).
halotoleran dan meskipun dinding selnya agak kaku, namun tetap dapat tumbuh di
lingkungan perairan dengan salinitas dari 0,5-50 mg/l (Jahnke & White, 2003).
Apabila dalam kondisi faktor eksternal yang yang tidak mendukung kehidupannya
aksesori dalam alga merah dan cyanobacteria merupakan bahan berharga tinggi.
Selain itu, pigmen ini juga secara luas telah digunakan sebagai nutraceuticals atau
dari mikroalga dunailella sp mulai dari Fase lag, Fase logaritmik, Fase stasioner
dan ilmu kelautan universitas sam ratulangi. Penelitian ini berlangsung dari bulan
berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Volvocales
Family : Dunaliellaceae
Genus : Dunaliella
filum Chlorophyta (Smith et al., 2010). Dunaliella Sp memiliki bentuk sel yang
bervariasi yaitu elips, bulat telur dan silinder tergantung konsentrasi kadar garam
lingkungan dan mempunyai dua flagella yang sama panjang (Ben-Amotz et al.,
2009). Bentuk sel akan berubah menjadi bulat seperti bola pada kondisi yang
dinding sel yang kaku sehingga volume atau ukuran sel dapat dengan mudah
terdiri dari kloroplas, pyrenoid, vakuola inti dan nukleus (Ben-Amotz, 2004).
Kloroplas berbentuk cangkir dengan satu pyrenoid pusat serta memiliki
organel lain yaitu eyespot anterior, nukleolus, badan golgi dan vakuola Dunaliella
Panjang, lebar dan volume sel dapat berubah seiring dengan meningkatnya
2 3
4
5
6 7
8
9
10
Gambar 1 Struktur Sel Dunaliella sp (Ben-Amots, 2004)
Keterangan : (1) Eyespot (2) Nukleus (3) Golgi (4) Nukleolus (5) Mitokondria (6)
Kloroplas.
danau, rawa serta parit-parit dekat perairan laut (Ben-Amotz, 2004). Salinitas
yang optimal untuk menunjang pertumbuhan yaitu 18-22 ppt (Isnansetyo dan
halofilik yang artinya mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang memiliki
kadar garam tinggi (Smith et al., 2010). Dunaliella sp juga bersifat eurythermal
atau dapat bertahan terhadap kisaran suhu yang lebar. Alga ini dapat bertahan
pada suhu rendah hingga di bawah titik beku sampai suhu tinggi yaitu 40°C
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Suhu yang optimal untuk pertumbuhan yaitu
antara 10°C-30°C (Ben-Amotz, 2009) dan toleransi pH yang tinggi sampai pada
aseksual. Reproduksi secara seksual terjadi akibat dipicu oleh perubahan kondisi
lingkungan sedangkan reproduksi secara aseksual terjadi pada kondisi normal atau
tidak terjadi perubahan pada kondisi lingkungan. Tahap awal reproduksi aseksual
terjadi pembelahan sel pada inti sel yang memiliki pyrenoid dan sepasang flagella,
pembelahan sel belum seutuhnya memisah, kedua sel anak masih dalam kondisi
memisahkan sel anak. Dua sel anak masing-masing telah memiliki flagella dan
memiliki sepasang flagella. C. Dua sel anak masih melekat pada membran
plasma.
Reproduksi seksual Dunailella sp terjadi apabila terdapat perubahan
al., 2009). Reproduksi seksual terjadi dengan cara melakukan isogami melalui
konjugasi. Zigot memiliki warna hijau atau merah dengan dikelilingi oleh dinding.
sporollenin yang halus dan sangat tipis. Nukleus zigot akan membelah secara
meiosis. Pembelahan ini terbentuk lebih dari 32 sel yang dikeluarkan melalui
retakan atau celah pada dinding sel induk. Reproduksi seksual Dunaliella mirip
Kurniastuty, 1995).
menjadi salah satu faktor pembatas bagi keberlangsungan hidup Dunaliella sp.
Cahaya yang bersumber dari energi matahari dibutuhkan oleh Dunaliella sp dalam
Kurniastuty, 1995).
Zainuri dkk (2006) juga mengemukakan bahwa pada saat intensitas cahaya
reproduksi dan pembelahan yang cukup cepat. Richmond (2003) bahwa intensitas
cahaya yang terlalu rendah akan menghambat laju pertumbuhan sel dengan
1. Fase Lag
kadar enzim dan metabolit yang terlibat dalam pembelahan sel dan fiksasi
karbon.
2. Fase Eksponensial
4. Fase Stasioner
ini relatif konstan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fazeli et al.
5. Fase Kematian
1: Fase Lag
2: Fase Eksponensial
4: Fase Stasioner
5: Fase Kematian
atau cahaya sedangkan faktor kimia yaitu pH, salinitas dan kebutuhan nutrien.
1. Suhu
eurythermal atau dapat bertahan terhadap kisaran suhu yang lebar. Alga ini
dapat bertahan pada suhu rendah hingga di bawah titik beku sampai suhu
tinggi yaitu 40°C (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Suhu yang optimal
al., 2009). Berdasarkan penelitian Pisal and Lele (2004), peningkatan suhu
yang tinggi pada kultur Dunailella sp yaitu 35°C dapat berdampak baik
2. Cahaya
1200 Lux. Intensitas cahaya 800 Lux lebih memberikan dampak terhadap
peningkatkan laju pertumbuhan Dunailella sp dibandingkan dengan
besar pada perlakuan dengan intensitas cahaya 2300 Lux dari pada
Umumnya air laut mempunyai nilai pH lebih besar dari tujuh yang
menjadi lebih rendah dari tujuh sehingga menjadi bersifat asam. Derajat
4. Kebutuhan Nutrisi
ketersediaan unsur hara mikro dan makro pada perairan serta dipengaruhi
Unsur nitrogen (N), fosfat (P) dan sulfat (S) sangat penting untuk
karbohidrat. Zat besi (Fe) dan natrium (Na) berperan untuk pembentukan
klorofil serta silica (Si) dan kalsium (Ca) merupakan bahan pembentuk
1998). Menurut Pisal and Lele (2004), nitrogen merupakan salah satu
mempertahankan pertumbuhannya.
5. Salinitas
dalam lingkungan yang memiliki kadar garam tinggi (Smith, 2010). Pisal
penyusutan sel pada kondisi salinitas di luar sel lebih tinggi dari pada di
luar sel (hipotonik) akan terjadi pembengkakan sel karena molekul air di
dalam laboratorium, mulai dari awal pertumbuhan yang diamati setiap hari
Alat yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini dapat dilihat
No
Alat Kegunaan
.
1. Beker gelas Gelas ukur
2. Labu Ukur Tempat media kultur
3. Autoclave Untuk mensterilkan alat dan bahan
4. Handskun Melindungi tangan agar tetap steril
5. Kertas saring Menyaring air laut
6. Kertas label Memberi tanda setiap sampel
7. Aluminium Voil Membungkus Labu Ukur
8. Hemositometer Menghitung kepadatan sel
9. Mikropipet 100-1000 µl Memipet bahan cair
10. Pompa vakum Pompa saring
11. Corong buchner & labu Buchner Tempat penyaringan air laut
12. Mikroskop Olympus Mangamati jumlah sel
13. Spatula aluminium Untuk mengaduk bahan
3.2 Bahan dan Kegunaanya
No Bahan Kegunaan
1 Sampel Dunaliella sp Untuk mengkultur
2 Air laut Media kultur
3 Media walne Sebagai nutrien dalam media kultur
4 Alkohol 95% Sterilisasi Alat
5 Timbal Asetat Perlakuan mikroalga
sebagai berikut:
1. Kertas saring digunting berbentuk lingkaran sama seperti dengan
labu dilepaskan
takaran 250 ml dan dimasukan air laut yang sudah di sterilkan sebanyak
200 ml. media kultur atau labu ukur dibuat sebanyak 5 labu dengan
diamati setiap hari pada jam yang sama yaitu pukul 12.00 siang.
fase stasioner atau fase dimana jumlah pertumbuhan dan jumlah kematian
relatife sama. Pemberian timbal asetat diberikan pada 3 labu ukur yang
sudah di campur dari 5 sampel dan dibagi menjadi 3 labu dan 1 kontrol.
mg) dan 80 ppm (0,02 mg). Sampel yang sudah diberi perlakuan kemudian
menggunakan rumus:
N x 104 sel/ml
Dimana :
` Haemositometer atau ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1
mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang
0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian
satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini
adalah 0,1 mm. Sel mikroalga yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang
hitung tersebut sehingga jumlah mikroalga per satuan volume dapat diketahui.
dengan 16 kotak kecil, kemudian hasil dicatat, data yang diperoleh akan
100
90
Kepadatan sel Dunaliella sp
80
70
60
50
40
30
(sel/mil)
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (Hari)
5.1 Kesimpulan
2. Pada praktek kali ini dapat diperoleh data bahwa pertumbuhan sel
data, pada wadah kotrol menunjukan pertumbuhan yang tetap atau stabil,
pertumbuhan yang yang tidak stabil kadang jumlah kematian yang banyak
namun masih ada proses pembelahan yang terjadi, hal terjadi mungkin
akibat sel yang masih hidup memanfaatkan nutrient dari sel yang telah
Afandi, Y. V. (2003). Uji penurunan kandungan nitrat dan fosfat oleh alga hijau
(Chlorella sp.) secara kontinu. Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya
Russell, R.M. 2002. Β-carotene and Lung Cancer.Pure Appl Chem., (74):1461-
1467.
Rock, C.L. 2002. Carotenoids and Cervival, Breast, Ovarian, and Colorectal
Cancer. Epidemiology and Clinical Trials. Pure Appl Chem., (74):1451-
1459.
Hadiyanto., Azim, Maulana., 2012, Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa
Depan, edisi pertama, Undip Press, Semarang.
Ghoshal, D., Mach, D., Agarwal, M., Goyal, A. (2002). Osmoregulatory isoform
of dihydroxyacetone phosphate reductase from Dunaliella tertiolecta:
Purification and characterization. Protein Expr. Purif., 24: 404-411.
Barra, L., Chandrasekaran, R., Corato, F., Brunet, C., 2014. The challenge of
ecophysiological biodiversity for biotechnological applications of marine
microalgae. Mar. Drugs 12, 1641e1