Anda di halaman 1dari 5

Masa Kerja Katup ( Valve Timing)

Valve timing adalah saat membuka dan menutupnya katup berhubungan dengan posisi torak -
torak yang bergerak dalam silinder motor. Dalam teori kita mempelajari cara bekerjanya
motor 5 gerakan bahwa katup katup terbuka dan tertutup pada saat torak ( piston ) berada
pada TMA atau TMB tetapi dalam praktek pada kenyataan tidak benar.

Pada saat mesin berputar dengan kecepatan tinggi, katup harus membuka lebih cepat dan
menutup lebih lambat sehingga katup membuka lebih lama untuk memberi kesempatan
masuknya udara sebanyak - banyaknya dalam silinder motor. Kelambatan menutup katup
masuk ini dimaksudkan agar kelambanan masuknya udara dapat dimanfaatkan sebesar -
besarnya. Saat membukanya katup buang juga dipercepat agar supaya tekanan gas buang
dapat dipercepat keluarnya.

Valve timing dinyatakan dalam bentuk diagram yang menunjukkan besarnya sudut poros
engkol berdasarkan kedudukan torak pada TMA atau TMB. Bila katup membuka atau
menutup setelah torak melewati titik mati disebu kerja katup tertunda. Sebaliknya apabila
katup membuka atau menutup sebelum titik mati disebut kerja katup mendahului. Saat
terbuka dan tertutupnya katup - katup dinamakan diagram kerja katup ( valve timing
diagram).

Metode penyetelan katup ( valve clearence)


Akibat dari gerakan naik dan turunnya piston di dalam silinde mesin mengakibatkan
komponen - komponen dan keduanya mengalami getaran dan keausan. mengakibatkan celah
katup dapat memperkecil atau memperbesar.

Jadi pada waktu tertentu celah katup harus diatur kembali. Memeriksa celah katup memakai
alat peraba (feeler Gauge) yang mana jarak katup untuk masing - masing motor sudah
ditentukan oleh pabrik yang membuatnya.
Daftar celah katup untuk jenis - jenis mesin
Colt diesel 4 silinder 1-3-4-2 katup masuk 0,15 mm dan katup buang 0,25 mm.
Hino Diesel 6 silinder 1-4-2-6-3-5 katup masuk 0.25 mm dan katup buang 0.25 mm.
Mercedes OM 352 6 silinder 1-5-3-6-2-4 katup masuk 0,20 mm dan katup buang 0,30 mm.
Petter Diesel 2 silinder 1-2 katup masuk 0,25 mm dan katup buang 0,25 mm.

Cara penyetelan katup ada dua metode:

Metode pertama

Dengan menggunakan urutan pembakar ( Firing oder ) dari mesin yang bersangkutan. Katup
pemasukan dan katup pembuangan disetel saat piston dikedudukan titik mati atas , yaitu pada
akhir langkah kompresi. Contoh prosedure penyetelan celah katup motor 4 silinder dengan
urutan pembakaran 1 - 3 - 4 - 2.

Prosedure penyetelan katup:

Putarlah roda flywheel sesuai dengan arah putaran mesin sampai piston pada silinder pertama
dalam posisi di atas. Pada saat putaran mesin terasa berat, hal ini menunjukkan adanya
kompresi di mana kedua katup menutup penuh. Roda flywheel diputar lagi sedikit sehingga
garis tanda TDC atau FB pada roda flywheel tergantung dari jenis mesinnya harus berimpit
dengan tanda garis tetap di body motor. Kedudukan ini menunjukkan top kompresi dan piston
berkedudukan di titik mati atas.
Catatan : Ada pula mesin tanda TDC atau FB pada pully peredam putaran.
Penyetelan katup pada silinder pertama:

1. Kendorkan mur pengikat.


2. Stel baut penyetel dan sisipkan feeler gauges di antara celah katup, baik katup masuk
maupun katup buang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan oleh mesin yang
bersangkutan
3. Tahan baut penyetel dengan obeng min agar kedudukan penyetelan tidak berubah dan
keraskan kembali mur pengikat.
4. Periksa kembali keregangan celah katup tersebut. Setelah penyetelan katup pada
silinder pertama selesai, maka putarlah roda penerus lebih kurang 180 derajat sudut
engkol. Untuk mesin 4 silinder 720 derajat dibagi (banyaknya silinder). Kedua katup
pada silinder nomor 3 tertutup, rocker arm / tuas pelatuk dalam keadaan bebas
tekanan. Kita setel celah katup silinder nomor tiga. Demikianlah penyetelan celah
katup untuk silinder berikutnya sesuai dengan terttib pengapian ( Firing Order) dari
nesin tersebut.
Pengertian :
Untuk mesin 6 silinder putarlah roda penerus sebanyak 120 derajat sudut engkol. 720 derajat
sudut engkol dibagi 6 silinder / banyaknya silinder motor).

Metode kedua:

Pada mesin 4 silinder dengan firing order : 1 - 3 - 4 -2

Penyetelan pertama:

Putarlah roda penerus sesuai dengan arah putaran mesin sampai piston pada silinder pertama
dalam posisi di atas ( Top Dead Centre). Pada saat putaran mesin terasa berat, ini
menunjukkan adanya kompresi di mana kedua katup mulai menutup penuh. Roda penerus
diputar lagi sehingga garis tanda TDC / FB pada roda penerus berimpit dengan tanda garis
tetap di body motor. Kedudukan ini menunjukkan top kompresi dan piston berkedudukan di
titik mati atas ( TMA ).

Bila anda belum yakin periksalah tuas pelatuk katup ( rocker arm ) harus mudah digerak -
gerakkan, demikian pula tuas penekan katup ( push rod) dapat digerakkan pula dengan mudah.
Setelah itu stellah katup 1, 2, 3,5 seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Penyetelan kedua:

Setelah penyetelan pertama selesai dikerjakan, putarlah roda penerus / poros engkol satu
putaran penuh atau 360 derajat sudut engkol, lalu stellah katup 4,6,7,8 seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Untuk mempermudah pengertian kita maka dapat anda lihat daftar
cara penyetelan katup untuk masing - masing silinder mesin pada cara yang dipakai pada
metode yang kedua untuk mesin 4 silinder dan 6 silinder.

Gangguan - gangguan bila penyetelan celah katup tidak tepat.


Penyetelan katup terlalu renggang

1. Tenaga putaran motor diesel berkurang.


2. Batang penumbuk katup dan pelatuk katup cepat rusak
3. Terlalu banyak suara ribut pada bagian mekanik katup.

Penyetelan katup terlalu rapat

1. Pemakaian bahan bakar terlalu boros


2. Tekanan kompresi mesin berkurang
3. Tenaga mesin berkurang
4. Pelatuk katup cepat menjadi rusak
5. Katup dan dudukannya cepat menjadi rusak
6. Kerusakan pada bagian katup tidak rata.

Anda mungkin juga menyukai