Anda di halaman 1dari 6

85

Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

ANALISIS RENCANA TATA TANAM GLOBAL (RTTG)


TERHADAP KINERJA DAERAH IRIGASI LUASAN LEBIH
DARI 3000 HA

Hesti Triana1) , Antonius Suryono2), dan Esti Widodo3)


1)
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2)
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
3)
PS. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Abstract
The potential of irrigated land in the province of Papua untapped Seara clear,
very suitable to serve as land development and land irrigation potential has not been
clearly teridentifikaikan. Koya is one of the transmigration program development that is
expected to serve as a granary for the City and District mainstay Jayapura.Debit average
67.003 m3 / sec for irrigation service area in Koya planned area of 4970 ha, Dam Tami
sufficient to meet the water needs of irrigation areas Koya, which is an area of 3638 ha
to 2978 ha of paddy details and the rest of the farm / fishing area of 660 ha. So that the
provision of irrigation water will be carried out continuously. The system of planting
(PTT) of the analytical results obtained RTTG variation 2 with cropping pattern Paddy-
rice-paddy rice (early planting in December and June) and Nila-Nila-Nila as RTTG
elected, and after the simulation of the water balance and allocation model discharge
surplus water obtained a total of 80.724 m 3 / sec. But needs to be studied rampant land
conversion, both of farmland to the fishery / pond, as well as the existence of human
resources locals to expertise in farming.
Kata Kunci : PTT, RTTG, Irigation area, 3000 ha

Pendahuluan waktu, untuk mencapai swasembada


beras, perlu diupayakan secara serius
Rawan pangan yang terjadi di Indonesia untuk peningkatan dan pengembangan
sudah menjadi isu nasional, sehingga lahan pertanian irigasi teknis. Lahan
pertanian diharapkan dapat memberikan pertanian irigasi teknis yang potensial
kontribusi yang besar untuk menunjang untuk lahan budidaya tanaman padi telah
program pembangunan dan banyak mengalami penyusutan karena
pengembangan ekonomi nasional. Beras beralih fungsi lahan menjadi lahan
merupakan komoditi makanan pokok industri maupun permukiman.
sebagian besar masyarakat Indonesia. Potensi lahan irigasi di provinsi Papua
Swasembada pangan terutama beras belum termanfaatkan secara jelas, sangat
merupakan kebutuhan pokok nasional cocok untuk dijadikan lahan
yang harus segera tercapai agar pengembangan irigasi dan lahan
perekonomian Indonesia dapat tumbuh potensial ini belum teridentifikaikan
dan berkembang dengan baik. secara jelas untuk daerah-daerah yang
Melestarikan swasembada beras potensial. Pada kurun waktu tahun 1980-
merupakan suatu komitmen nasional 1990, Pemerintah membuka lahan
yang harus diwujudkan dari waktu ke
86

Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

transmigrasi di Distrik Muara Tami. Dalam satu unit luasan kebutuhan air
Mengingat wilayahnya cocok untuk digunakan rumus berikut ini:
pertanian menjadikan distrik Muara IR = Cu + P + Pd + N –Re
Tami saat ini sebagai sentra agrobisnis Keterangan :
dan agrowisata di Kota Jayapura. Daerah
Koya adalah daerah program IR = Kebutuhan air irigasi (mm)
transmigrasi yang akan di jadikan Cu = Penggunaan konsumtif
lumbung padi untuk Kabupaten dan tanaman (mm)
Kota Jayapura, yang memiliki penduduk P = Kehilangan air akibat
terpadat di antara kabupaten lainnya di perkolasi (mm/hr)
Papua. Pd = Kebutuhan air untuk
Saat ini luas daerah irigasi Koya yang pengolahan tanah (mm)
telah dimanfaatkan adalah kurang dari N = Kebutuhan air untuk
50% dari luas total yang direncanakan pengisian tanah persemaian
dan saat ini 75% berubah fungsi menjadi (mm)
perikanan dan kolam pemancingan Re = Curah hujan efektif (mm)
terutama di Koya Timur dan hanya 25%
kriteria perencanaan PU dengan metode
berupa lahan sawah. Daerah irigasi Koya
memiliki potensi yang sangat besar a. Kebutuhan air di sawah :
dalam bidang pertanian, hal ini terbukti NFR = Etc + P - Reff + WLR
dapat menghasilkan 6 ton per ha padi Keterangan :
atau 2.760 ton per tahun, namun hal ini
NFR = kebutuhan air bersih di
tidak sebanding dengan fasilitas yang ada
sawah (ml/dtk/hari)
dikerenakan sistem pembagian air yang
Etc = evapotranspirasi potensial
belum terencanakan secara optimal.
P = perkolasi
Manfaat yang diharapkan dari penelitian
Reff = curah hujan efektif
ini adalah, peningkatan taraf hidup WLR = pergantian lapisan air
masyarakat dan memenuhi kebutuhan
b. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
beras di Kota Jayapura ketergantungan
pada daerah lain berkurang. padi :
IR = NFR / I
Metode Penelitian Keterangan :
I = efisiensi irigasi
Kebutuhan air irigasi
c. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
Pemakaian air di pengarihu faktor
palawija :
sebagai berikut :
IR= (ETc Ref)
- Jenis tanah
- Jenis tanaman 1
d. Sedangkan kebutuhan air irigasi untuk
- Pemberian air
penyiapan lahan adalah :
- Pengelolaan serta pemeliharaan
IR = Mek
saluran dan bangunan
(e k  1)
- Waktu tanam berurutan, berselang
lebih dari dua minggu Keterangan :
IR = kebutuhan air untuk
- Pengolahan tanah
penyiapan lahan
- Iklim dan keadaan cuaca
87
Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

M = kebutuhan air untuk - Tingkat sekunder untuk kehilangan


mengganti air yang hilang air di saluran sekunder.
akibat evaporasi dan
perko- lasi di sawah yang Kehilangan air dipengaruhi faktor:
telah dijenuhkan - Panjang saluran
(mm/hari) Kemungkinan kehilangan air makin
K = MT/S besar pada Saluran yang panjang.
T = Jangka waktu penyiapan - Keliling basah saluran
lahan (hari) Kehilangan air makin besar pada
S = air yang dibutuhkan untuk besaran keliling basah saluran.
penjenuhan ditambah - Lapisan saluran
dengan 50 mm Akan terjadi genangan air pada
saluran yang tidak dilining lapisan
Metode Water Balance sebagai berikut: - Kedudukan air tanah
Kebutuhan air irigasi: Faktor perembesannya berkurang
a. Untuk tanaman padi: pada kedudukan air yang tinggi
NFR = Cu + Pd + NR + P - Reff. - Luas permukaan air pada saluran
b. Untuk tanaman palawija : Penguapan terjadi pada permukaan
yang luas.
NFR = Cu + P - Reff.
Keterangan : Sistem Pemberian Air
NFR = kebutuhan air di sawah 1) Sistem Rotasi
(1 mm/hari 10.000/24 Irigasi secara rotasi dapat dibedakan 2
60 60 = 1 (l/dt/ha) macam, yaitu:
Cu = kebutuhan air tanaman - Rotasi yang dilaksanakan terus-
(mm/hari) menerus baik dalam keadaan air
Pd = kebutuhan air untuk kurang, yaitu dengan maksud
pengolahan tanah untuk menghemat air dan agar
(mm/hari) supaya air tetap terbagi rata
NR = kebutuhan air untuk keseluruhan bagian irigasi.
pembibitan (mm/hari) Pembagian air mulai dari ujung
Reff = curah hujan efektif (mm) bagian daerah atau petak irigasi
untuk memberikan jaminan air
Efisiensi Irigasi pada bagian daerah atau petak
Kehilangan air irigasi adalah yang paling ujung untuk
membandingkan antara jumlah air yang pemerataan.
nyata bermanfaat bagi pertumbuhan - Rotasi yang dilaksanakan hanya
tanaman ditambah perkolasi lahan pada waktu debit berkurang, yaitu
dengan jumlah air dari pintu dengan maksud agar air dapat
pengambilan. Kehilangan pada mengalir disalurkan dengan lebih
pelaksanaan eksploitasi ada tiga sempurna, mengenai kehilangan
tingkatan, yaitu: air saluran dan untuk dapat
- Tingkat tersier untuk kehilangan air di membagikan air keseluruhan
di saluran kuarter dan saluran tersier. bagian daerah atau petak irigasi
- Tingkat primer untuk kehilangan air, yang akan dialiri dengan adil dan
di saluran primer. merata
88

Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

2) Sistem giliran - Setelah diteliti dan dibenarkan, serta


Debit minimum suatu saluran disetujui panitia irigasi, golongan-
bergantung pada luas sawah yang golongan diberi tanda tetap di peta-
ditanami dan luas sawah yang mendapat peta pengairan. Dibuat daftar desa-
air. Diperhitungkan hal berikut: desa serta petak-petak di masing-
- Pembagian air tidak kurang dari 20 masing golongan.
l/dtk. - Pengamat mengusulkan ke seksi
- Seluruh jaringan tersier tergilir, jika tentang pengaturan golongan-
jumlah air bersesuaian dengan FPR golongan untuk musim yang akan
0,10 l/dt/ha. datang.
- Prioritas pemberian air disesuaikan - Pertemuan diadakan dengan panitia
dengan P>W>R. irigasi untuk mempertimbangkan
- Jadwal pemberian pada saluran rencana tanaman musim penghujan.
tersier, dan diberitahukan ke - Pada pertemuan ini akan ditentukan
pengguna. Jadwal penggiliran pada adanya golongan-golongan
periode 10 harian dan LPR dari
tersier-tersier. Hasil dan Pembahasan
- Juru mengawasi pembagian sampai Kebutuhan air irigasi
pada pintu tersier dan ulu-ulu Dari hasil survei pendahuluan telah
mengawasi jaringan tersier. didapatkan data klimatologi dari instansi
- Apabila terjadi perselisihan juru dan terkait yang akan digunakan untuk
pengamat akan turun tangan dalam analisis kebutuhan air irigasi di Koya,
pembagian air di petak tersier. Kota Jayapura. Kebutuhan air untuk
tanaman terdiri dari kebutuhan yang
3) Sistem Golongan akan diuapkan lewat daun dan secara
Pengaturan-terhadap golongan- langsung adalah maksimum 4,224
golongan: mm/hari pada bulan September
- Jaringan induk dibagi pada golongan sedangkan minimum pada bulan Juli
A, B, C. Tiap golongan diadakan sebesar 2,443 mm/hari. Berdasarkan dari
sampai diseluruh petak-petak tersier data yang diperoleh, diketahui pola tata
dengan menggolongkan luas baku- tanam yang selama ini diterapkan adalah
baku sawah yang hampir sama padi-padi dengan 2 kali tanam untuk
luasnya. pertanian dengan jenis tanaman padi
- Penggiliran pada golongan A, B, C. IR64 sedangkan untuk perikanan dalam
- Untuk pengolahan tanahnya, setahun dilakukan 3 kali tanam dengan
golongan akan menerima air selama bibit/jenis ikan adalah ikan nila. Untuk
dua periode 10 harian mulai dari mengetahui kinerja daerah irigasi yang
golongan A. mempunyai luasan lebih dari 3000 ha
- Pemberian air secukupnya pada lahan sawah, maka disimulasikan
tanaman padi gadu. terhadap pola tata tanam seperti yang
Prosedur pada sistem golongan ini: ada di lokasi studi. Hal ini agar hasil
- Pembatasan golongan pada batas- penelitian ini tidak merusak /
batas primer atau sekunder, Tidak mengganggu tradisi yang ada sehingga
secara langsung pemberian air ke menjamin kepatuhan petani terhadap
petak tersier dari saluran primer RTTG yang telah direncanakan, hanya
maupun saluran sekunder. saja dilakukan variasi pada permulaan
89
Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

tanam padi. Adapun variasi pola tata maka setiap bulan dapat terpenuhi
tanam tersebut adalah: dengan total surplus 79,728 m3/det
1. Padi-padi (awal tanam bulan untuk variasi pertama, 80,724 m3/det
November dan Mei) dan nila-nila-nila untuk variasi kedua, dan 78,417 m3/det
2. Padi-padi (awal tanam bulan untuk variasi ketiga. Sesuai dengan
Desember dan Juni) dan nila-nila-nila analisis keseimbanga air ini maka RTTG
3. Padi-padi (awal tanam bulan Januari yang dipilih adalah untuk variasi kedua
dan Juli) dan nila-nila-nila dengan nilai surplus yang lebih besar.
Kebutuhan air irigasi persatuan luas
dihasilkan dari perhitungan pola tata Analisis Pembagian dan Pemberian Air
tanam berdasarkan skenario sebagai Tahunan
berikut: Berdasarkan peta daerah irigasi, skema
1. pola tata tanam skenario pertama konstruksi jaringan irigasi, perhitungan
dihasilkan kebutuhan air irigasi rata- ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi,
rata 1,352 lt/det/ha maka disusunlah rencana pembagian dan
2. pola tata tanam skenario kedua pemberian air tahunan pada daerah
dihasilkan kebutuhan air irigasi rata- irigasi Koya. Pembagian air tahunan ini
rata 1,244 lt/det/ha dihitung dengan melihat luasan petak
3. pola tata tanam skenario ketiga tersier maupun luas layanan untuk tiap-
dihasilkan kebutuhan air irigasi rata- tiap saluran primer dan saluran sekunder
rata 1,386 lt/det/ha pada daerah studi. Daerah irigasi Koya
Kebutuhan air tambak dibagi menjadi 10 bagian/skema yaitu 1
primer dan 9 sekunder, yaitu:
Pada lokasi jenis bibit yang 1. Primer Koya (13 ha)
dibudidayakan pada tambak adalah ikan
2. Sekunder Koya Barat (647 ha)
nila. Debit kebutuhan air nila di kolam 3. Sekunder Koya Barat 2 kanan (102
adalah sebesar 10 lt/det/ha. Berdasarkan ha)
jadwal dan pola tanam yang selama ini 4. Sekunder Koya Barat 4 kanan (604
diterapkan pada daerah studi yaitu ha)
sebanyak 3 kali musim tanam, maka dapt 5. Sekunder Koya Timur (386 ha)
diartikan bahwa hampir sepanjang tahun 6. Sekunder Koya Timur 2 kiri (84 ha)
Daerah irigasi Koya untuk perikanannya 7. Sekunder Koya (476 ha)
dibudidayakan ikan nila. 8. Sekunder Koya 1 (476 ha)
Ketersediaan air 9. Sekunder Koya Utara (983 ha)
Berdasarkan analisa ketersediaan air 10. Sekunder Koya Utara 9 Kiri (280 ha)
permukaan menggunakan metode
hidrometerologi model NRECA, Kesimpulan
diperoleh debit andalan yang tersedia Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
pada intake Bendung Tami. Dihasilkan berikut:
bahwa debit andalan di Bendung Tami 1. Debit andalan rata-rata 67,003 m3/det
maksimum sebesar 10m3/det, sehingga untuk daerah layanan irigasi di Koya
dapat dipastikan kebutuhan air dapat direncanakan seluas 4970 ha,
terpenuhi. Bendung Tami mencukupi untuk
Analisa keseimbangan air memenuhi kebutuhan air daerah
irigasi Koya, yaitu seluas 3638 ha
Dengan ketersediaan air 10 m3/det dan dengan rincian 2978 ha sawah dan
kebutuhan air irigasi dan tambaknya
sisanya berupa tambak/perikanan
90

Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016

seluas 660 ha. Sehingga pemberian air Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1976.
irigasi akan dilaksanakan secara terus- Hidrologi untuk Pengairan. Pt.
menerus. Pradyna Paramita. Jakarta
2. Pola tata tanam (PTT) dari hasil Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk
analisis diperoleh RTTG variasi 2 Perencanaan Bangunan Air. Idea
dengan pola tanam Padi-padi padi- Dharma. Bandung
padi (awal tanam bulan Desember
dan Juni) dan Nila-Nila-Nila sebagai Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air
RTTG terpilih, dan setelah dilakukan Tanaman. Institut Teknologi
simulasi terhadap neraca air dan Nasional. Malang
model alokasi air diperoleh surplus
debit total sebesar 80,724 m3/det.
Akan tetapi perlu dikaji maraknya alih
fungsi lahan, baik dari tanah pertanian
ke perikanan/tambak, maupun
keberadaan sumber manusia
penduduk setempat terhadap keahlian
dalam bercocok tanam.
3. khususnya pertanian untuk
mendapatkan hasil produksi yang
optimal.
4. Dari hasil perhitungan Neraca Air,
ketersediaan air dan kebutuhan air
irigasi masih mencukupi secara
kuantitas (air irigasi), namun secara
kualitas (air irigasi) sangat kurang
memenuhi syarat. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap produksi padi.

Daftar Pustaka
Anonim. 1986. Strandar Perncanaan
Irigasi (Bagian Penunjang, KP 01-07).
Direktorat Jenderal Pengairan :
Departemen Pekerjaan Umum
Anonim. 1997. Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Direktorat Jenderal Pengairan :
Departemen Pekerjaan Umum
Anonim. 1998. Pedoman Pengalokasian
Air. Direktorat Jenderal Pengairan :
Departemen Pekerjaan Umum
Soemarto, C. D. 1986. Hidrologi Teknik
Edisi 1. Surabaya : Penerbit Usaha
Nasional

Anda mungkin juga menyukai