No Kategori Contoh
1 Minuman Berenergi Hemaviton, Kratingdaeng, Fit Up
2 Minuman Isotonik Pocari Sweat, Mizone, Vitazone, Powerade
3 Teh Siap Minum Sosro, S-tee, Fruittea, Frestea, TeKita
4 Kopi Siap Minum Nescafe, Espresso, Birdy, Capucini, Esco
5 Jus Siap Minum Mr. Jussie, Buahvita, Gogo, Frutang, Ale-Ale
6 Susu Siap Minum Ultra, Indomilk, Yes!, Bear Brand, Anlene
7 Minuman Berkarbonat Coca Cola, Pepsi, Green Sand, Bintang Zero
8 Air Minum Dalam Kemasan Aqua, Evian, Ades, Cleo, Vit
Sumber: Suyardi, Dede. (2009, Februari 19). Minuman isotonik: Berguguran di tengah jalan.
Swa, 04/XXV. Hlm 46.
28 Universitas Indonesia
Sumber: Suyardi, Dede. (2009, Februari 19). Minuman isotonik: Berguguran di tengah jalan.
Swa, 04/XXV. Hlm 46.
Universitas Indonesia
Masuk dalam kelompok makanan dan minuman, sejak 2002 bisnis ini
selalu tumbuh dua digit – suatu hal yang jarang dialami oleh industri lain. Bahkan,
ketika di tahun 2008 situasi ekonomi sedang melempem akibat krisis global,
bisnis ini masih meningkat 14,9%. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan
industri makanan dan minuman berturut-turut: 13,5% (2004); 20,1% (2005); 31%
(2006); 17,5% (2007); dan 14,9% (2008). (Palupi, 2009).
Sumber: Palupi, Dyah Hasto. (2009, Februari 19). Pertarungan elegan merebut 500 T.
Swa, 04/XXV. Hlm 30.
Ini adalah industri yang tidak tergoyahkan oleh krisis. Setiap orang perlu
makan dan minum untuk bisa bertahan hidup, sehingga sektor ini tidak akan
pernah mati. Pasar produk makanan dan minuman ini memang merupakan daya
tarik kuat bagi pebisnis karena pasar Indonesia menyediakan segalanya: bahan
baku melimpah, tenaga kerja murah, dan jumlah konsumen yang sangat besar.
Menurut perhitungan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia (GAPMMI), potensi pasar Indonesia mencapai Rp 500 triliun,
sedangkan omset 2008 baru sekitar Rp 400 triliun – masih ada sekitar Rp 100
triliun yang belum tergarap. Pasar inilah yang kini diperebutkan perusahaan-
perusahaan raksasa nasional ataupun global. (Poeradisastra, 2009).
Universitas Indonesia
Tabel 3.3 Perkiraan Market Size Produk Makanan dan Minuman di Indonesia
Sumber: Palupi, Dyah Hasto. (2009, Februari 19). Pertarungan elegan merebut 500 T.
Swa, 04/XXV. Hlm 30.
Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa industri minuman di Indonesia lebih
berkembang dibandingkan dengan industri makanan, terbukti dengan jumlah
produk kategorinya yang lebih banyak (mengindikasikan pergerakan yang
dinamis) dan total market size nya yang lebih besar (Rp. 50.6 Triliun untuk total
market size minuman dan Rp. 33.6 Triliun untuk makanan).
Sementara itu untuk industri minuman sendiri, masih dari tabel 3.1, dapat
dilihat bahwa sebagian besar didominasi oleh minuman ready to drink (RTD). Ini
lah yang kemudian menjadi alasan kuat mengapa objek penelitian ini akan
difokuskan pada industri minuman ready to drink (RTD).
Universitas Indonesia
Iklan adalah media yang dianggap paling efektif untuk melakukan promosi
secara massal. Oleh karena itu banyak perusahaan tidak segan-segan
mengeluarkan biaya yang besar untuk beriklan. Terbukti dengan fakta bahwa
walaupun jumlah iklan sudah sampai dengan 16 ribu per hari (Palupi, 2009),
namun iklan tetap dibutuhkan karena iklan merupakan penyulut api atau pembuka
jalan bagi pemasaran produk (Sudarmadi, 2009).
Universitas Indonesia
Bukan hanya itu, karakter pasar juga cenderung semakin tak mudah
ditembus, penuh tantangan, dan bila tidak disikapi dengan strategi yang tepat,
akan menjadi ancaman yang berbuntut kegagalan. Tunjuk contoh, konsumen
pasar minuman cenderung mengarah ke impulse buyer sehingga mereka mudah
berganti merek. Konsumen yang biasanya suka minuman Arinda, misalnya, tidak
akan terlalu berpikir banyak ketika harus pindah ke Frutang, Okky Jelly atau yang
lain. Bandingkan dengan pasar elektronik atau pasar apparel yang konsumennya
cenderung lebih loyal pada merek. (Sudarmadi, 2009).
Universitas Indonesia
Model dan hipotesis pada penelitian ini direplika dari penelitian Liang,
Y.P., Liang, J.L., & Duan, Y.S. tahun 2008 yang berjudul Relationship between
consumer information exposure, product knowledge, and impulse purchasing
behavior: An empirical analysis. International yang diterbitkan oleh Journal of
Management edisi 25(3) halaman 418 sampai dengan 430.
4.1.1. Model
• Variabel dependen adalah faktor yang diteliti dan diukur untuk menentukan
sejauh mana pengaruh dari variabel independen (Maholtra, 2007).
34 Universitas Indonesia
• Variabel kontrol adalah faktor yang dikontol oleh peneliti untuk membatalkan
atau menetralkan setiap akibat terhadap suatu fenomena yang mungkin
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006). Diharapkan jika faktor
tersebut telah dikontrol, maka hasil penelitian yang didapat nantinya adalah
murni pengaruh antara variable independen terhadap variabel dependen.
Maka jika digambarkan, maka modelnya akan tampak seperti di bawah ini:
Gender
Product
Knowledge Deal
Proneness
Consumer Impulse
Information Purchasing Umur
Exposure
Behavior
Price
Consciousness
Sumber: Telah diolah kembali dari Liang, Y.P., Liang, J.L,& Duan, Y.S. (2008). Relationship
between consumer information exposure, product knowledge, and impulse purchasing behavior:
An empirical analysis. International Journal of Management, 25(3), 418-430.
4.1.2. Hipotesis
Desain penelitian pada penelitian ini juga direplika dari penelitian Liang,
Y.P., Liang, J.L., & Duan, Y.S. tahun 2008 yang berjudul Relationship between
consumer information exposure, product knowledge, and impulse purchasing
Universitas Indonesia
Ada dua macam tipe data yang akan digunakan dalam penelitian ini , yaitu
data data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara orisinil
dikumpulkan oleh peneliti spesifik untuk menyelesaikan permasalahan suatu riset
(Maholtra, 2007), sedangkan data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan
oleh pihak lain dan digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah, di luar
masalah riset yang sedang diteliti (Maholtra, 2007).
4.2.2.1. Eksploratori
Universitas Indonesia
4.2.2.2. Deskriptif
• Untuk membuat suatu prediksi tertentu. Misal jika telah diketahui bahwa
information exposure sangat berpengaruh pada pola belanja konsumen, maka
untuk ke depan nya hampir dapat dipastikan bahwa produk yang giat
Universitas Indonesia
beriklan akan lebih sukses dibandingkan dengan produk yang tidak pernah
beriklan.
• Cetak
Universitas Indonesia
• Internet
4.3. Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini didasari oleh penelitian Liang, Y.P., Liang,
J.L., & Duan, Y.S. tahun 2008 yang berjudul Relationship between consumer
information exposure, product knowledge, and impulse purchasing behavior: An
empirical analysis. International yang diterbitkan oleh Journal of Management
edisi 25(3) halaman 418 sampai dengan 430. Tetapi agar lebih mudah dipahami
oleh responden, maka kuesioner tersebut dikembangkan dan telah diadaptasi ke
dalam Bahasa Indonesia.
Universitas Indonesia
Sedangkan pertanyaan utama adalah inti dari survei ini. Pertanyaan utama
ini menggunakan enam point skala likert dan dibagi menjadi lima bagian sesuai
dengan konstruk yang diteliti, yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.4. Sampel
4.4.1. Populasi
Karakteristik yang harus dimiliki oleh populasi penelitian adalah sebagai berikut:
• Pernah melihat iklan ataupun program promosi lainnya dari minuman ready
to drink (RTD) dalam waktu 6 bulan terakhir
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 120 responden. Jumlah ini telah
memenuhi syarat minimum sampel sebesar 30 responden (Sekaran, 2003) atau
Universitas Indonesia
memenuhi syarat minimum sampel sebesar lima kali jumlah pertanyaan dalam
kuesioner (Maholtra, 2007).
Metode analisis pada penelitian ini juga direplika dari penelitian Liang,
Y.P., Liang, J.L., & Duan, Y.S. tahun 2008 yang berjudul Relationship between
consumer information exposure, product knowledge, and impulse purchasing
behavior: An empirical analysis. International yang diterbitkan oleh Journal of
Management edisi 25(3) halaman 418 sampai dengan 430.
Universitas Indonesia
digunakan empat pertanyaan, maka pertanyaan tersebut harus dapat secara tepat
mengungkapkan tingkat autonomi. Jadi validitas ingin mengukur apakah
pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa
yang hendak kita ukur. (Ghozali, 2006).
• Nilai Kaiser Mayer Olkin (KMO) harus lebih besar atau sama dengan 0.5
dengan nilai signifikansi dari Barlett's Test nya lebih kecil atau sama dengan
0.05. Nilai KMO ini adalah sebuah index yang digunakan untuk menguji
apakah data dapat diolah dengan menggunakan analisis faktor, nilai yang
tinggi menunjukkan bahwa analisis faktor dapat dilakukan sebagai metode
untuk pengolahan data.
• Nilai Komunalitas harus lebih besar atau sama dengan 0.5. Komunalitas
adalah besarnya varians yang disumbangkan sebuah variabel kepada seluruh
variabel lain yang sedang dipelajari.
• Nilai Total Variance Explain harus lebih besar atau sama dengan 60%.
Persentase Total Variance Explain menjelaskan persentase varians total yang
berhubungan dengan setiap faktor.
Universitas Indonesia
Uji korelasi adalah uji statistik yang digunakan untuk mencari hubungan
antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Misalkan ada 2 variabel, X
adalah pendapatan keluarga dan Y adalah pengeluaran keluarga, yang akan diuji
seberapa besar X dapat mempengaruhi Y. Jika hasil korelasinya significant (nilai
signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Indonesia
variabel X dan Y saling berhubungan, tingkat kedekatan hubungan itu diukur dari
nilai koefisien korelasinya:
Universitas Indonesia
Dalam penelitian ini maka yang ingin dicari adalah pengaruh antara
consumer information exposure dan product knowledge terhadap impulse
purchasing behavior, dengan mengontrol variabel-variabel independen lainnya
yang juga mempengaruhi impulse purchasing behavior seperti price
consciousness, deal proneness, gender, dan umur.
Universitas Indonesia