Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UTS BIOSTATISTIK

(Uji Mann Whitney)

Dosen Pengampu :
Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg., M.Kes.

Disusun Oleh :

Aditya Sapta Wardana 172520102031

PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah biostatistik tentang uji Mann Whitney. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai biostatistik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Jember, 17 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah ...........................................................2
1.3 Manfaat Penulisan Makalah .........................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................3
2.1 Uji Mann Whitney ..........................................................................3
2.2 Prosedur Pengujian Mann Whitney Test dengan Aplikasi ........4

BAB 3. PENUTUP ..............................................................................................18


3.1 Kesimpulan .....................................................................................18
3.2 Saran ................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Statistika berasal dari bahasa latin yaitu status yang berarti negara dan
digunakan untuk urusan negara. Hal ini dikarenakan pada mulanya statistik hanya
digunakan untuk menggambar keadaan dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan kenegaraan saja, seperti : perhitungan banyaknya penduduk,
pembayaran pajak, gaji pegawai, dan lain sebagainya.

Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika terapan


yang membahas metode-metode ilmiah untuk pengumpulan, pengorganisasian,
penyimpulan, penyajian, analisa data, serta penarikan kesimpulan yang sahih
sehingga keputusan yang diperoleh dapat diterima.

Sebelum lebih jauh membahas uji-t sampel berpasangan, terlebih dahulu


perlu diketahui tentang pengertian dari statistika inferensial. Statistik inferensial
atau statistik induktif ada dua macam, yaitu ststistik parametrik dan statistik
nonparametrik. Statistik parametrik adalah ilmu statistik yang mempertimbangkan
jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau
tidak. Contoh metode statistik parametrik salah satunya adalah dengan
menggunakan uji – t sampel berpasangan.

Banyak dari mahasiswa yang menggunakan uji statistik dalam


penelitiannya tapi mereka tidak tahu bagaimana cara menganalisis dan membaca
hasilnya.  Terkadang mereka menggunakan jasa orang lain untuk
menganalisisnya. Padahal ada beberapa syarat yang harus di penuhi sehingga
seorang peneliti menggunakan salah satu jenis uji tertentu dalam penelitiannya.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mencoba memberikan gambaran tentang
penggunaan Uji Man Whitney.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui arti dan kegunaan menggunakan uji Mann Whitney.


2. Penerapan uji Mann Whitney berpasangan dalam contoh kasus.

1.3 Manfaat Penulisan Makalah

1. Mengetahui pengertian dan kegunaan uji Mann Whitney.


2. Mengetahui penerapan uji Mann Whitney dalam contoh kasus.
3. Terpenuhinya salah satu tugas UTS Biostatistika.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Statistik Parametrik


Parametrik berarti parameter. Parameter adalah indikator dari suatu
distribusi hasil pengukuran. Indikator dari distribusi pengukuran berdasarkan
statistik parametrik digunakan untuk parameter dari distribusi normal. Distribusi
normal dikenal juga dengan istilah Gaussian Distribution. Distribusi normal
mengandung dua parameter, yaitu rata-rata (mean) dan ragam (varians).
Parameter-parameter ini memberikan karakteristik yang unik pada suatu distribusi
berdasarkan “lokasi”-nya (central tendency). Berbagai metode statistik
mendasarkan perhitungannya pada kedua parameter tersebut. Penggunaan metode
statistik parametrik mengikuti prinsip-prinsip distribusi normal. Prinsip-prinsip
dari distribusi normal adalah:
a. Distribusi dari suatu sampel yang dijadikan obyek pengukuran berasal dari
distribusi populasi yang diasumsikan terdistribusi secara normal.
b. Sampel diperoleh secara random, dengan jumlah sampel yang dianggap dapat
mewakili populasi.
c. Distribusi normal merupakan bagian dari distribusi probabilitas yang
kontinyu (continuous probability distribution). Implikasinya, skala
pengukuran pun harus kontinyu. Skala pengukuran yang kontinyu adalah
skala rasio dan interval. Kedua skala ini memenuhi syarat untuk
menggunakan uji statistik parametrik.
Bila syarat-syarat ini semua terpenuhi, maka metode statistik parametrik
dapat digunakan. Namun, jika data tidak menyebar normal maka metode statistik
nonparametrik dapat digunakan. Apa yang dapat dilakukan jika data tidak
menyebar normal, namun statistik parametrik ingin tetap digunakan. Untuk kasus
ini data sebaiknya ditransformasikan terlebih dahulu. Transformasi data perlu
dilakukan agar data mengikuti sebaran normal. Transformasi dapat dilakukan
dengan mengubah data ke dalam bentuk logaritma natural, menggunakan operasi
matematik (membagi, menambah, atau mengali dengan bilangan tertentu), dan
mengubah skala data dari nominal menjadi interval. Contoh metode statistik
parametrik diantaranya adalah uji-z (1 atau 2 sampel), uji-t (1 atau 2 sampel),
korelasi pearson, perancang percobaan (2-way ANOVA), dan lain-lain (Furqon,
2008).
Salah satu metode statistik parametrik adalah uji-t berpasangan. Berikut
penjelasan tentang uji-t berpasangan.

2.2 Prinsip Uji-t Berpasangan


Uji–t merupakan uji statistik yang sering kali ditemui dalam masalah-
masalah praktis statistika. Uji–t termasuk dalam statistika golongan parametrik.
Uji statistik ini digunakan dalam pengujian hipotesis, uji-t digunakan ketika
informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui. Uji-t adalah
salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang
dikomparasikan) (Hartono, 2008).
Uji-t dapat dibagi menjadi 2, yaitu uji-t yang digunakan untuk pengujian
hipotesis 1-sampel dan uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 2-sampel.
Bila dihubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang digunakan
(khusus bagi uji-t dengan 2-sampel), maka uji-t dibagi lagi menjadi 2, yaitu uji-t
untuk sampel bebas (independent) dan uji-t untuk sampel berpasangan (paired).
Dalam lingkup uji-t untuk pengujian hipotesis 2-sampel bebas, maka ada
satu hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu apakah ragam populasi (ingat :
ragam populasi, bukan ragam sampel) diasumsikan homogen atau (sama) atau
tidak. Bila ragam populasi diasumsikan sama, maka uji-t yang digunakan adalah
uji-t dengan asumsi ragam homogen, sedangkan bila ragam populasi dari 2-
sampel tersebut tidak diasumsikan homogen, maka yang lebih tepat adalah
menggunakan uji-t dengan asumsi ragam tidak homogen. Uji-t dengan ragam
homogen dan tidak homogen, memiliki rumus hitung yang berbeda. Oleh karena
itulah, apabila uji-t hendak digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis
terhadap 2-sampel maka harus dilakukan pengujian mengenai asumsi
kehomogenan ragam populasi terlebih dahulu dengan menggunakan uji-F
(Hartono, 2008).
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini
membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang sama.
Uji-t ini sering digunakan untuk membandingkan skor “sebelum” dan “sesudah”
percobaan untuk menentukan apakah perubahan nyata telah terjadi. Ciri-ciri yang
paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek
penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan
individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data
dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari perlakuan kedua (sesudah).
Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan
perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada penelitian mengenai
efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan pertama, peneliti menerapkan kontrol,
sedangkan pada perlakuan kedua barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan
tertentu, misal pemberian obat. Dengan demikian, performance obat dapat
diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan
sesudah diberikan obat.

2.3 Penggunaan Uji-t Berpasangan


Dalam melakukan pemilihan uji, seorang peneliti harus memperhatikan
beberapa aspek yang menjadi syarat sebuah uji itu digunakan. Peneliti tidak boleh
sembarangan dalam memilih uji, sehingga sesuai dengan penelitian yang
diinginkan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan uji-t
berpasangan.
Dalam hal ini untuk uji komparasi antar dua nilai pengamatan
berpasangan, (paired) misalnya sebelum dan sesudah (pretest dan posttest)
digunakan pada :
a. Satu sampel (setiap elemen ada 2 pengamatan).
b. Data kuantitatif (interval-rasio).
c. Berasal dari populasi yang berdistribusi normal (di populasi terdapat
distribusi defence =d yang berdistribusi normal dengan mean md=0 dan

variance = 1) (Purnomo,2009).

Setelah data yang dimiliki memenuhi syarat diatas, maka pemilihan uji
statistik harus memperhatikan pertanyaan dari penelitian. Setelah melihat
pertanyaan penelitian, seorang peneliti kemudian melakukan pemilihan uji yang
tepat untuk menganalisis data yang dimiliki untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang disusun.

2.4 Penerapan Dalam Penelitian


Peneliti mengambil judul “Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda terhadap
Perubahan Tekanan Darah pada Menopause dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015”.
a. Dengan Tujuan Penelitian :
1. Mengidentifikasi Tekanan Darah pada Menopause sebelum diberikan Air
Kelapa Muda di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Tahun 2015.
2. Mengidentifikasi Tekanan Darah pada Menopause setelah diberikan Air
Kelapa Muda di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Tahun 2015.
3. Menganalisis pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah pada menopause dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
b. Rancangan Peneltian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment atau eksperimen semu.
Penelitian quasy eksperiment merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik.
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non equivalent (pretest and
posttest) control group design. Desain quasy eksperiment.
NR : O1 X O2 keterangan :
NR : O3 O4 O : Observasi, X : Diberi perlakuan

c. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Sampling


Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause yang
mengalami hipertensi dan tidak mengalamai riwayat penyakit lain di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015 sebanyak 32 orang.
N1 : 16
N2 : 16
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita menopause yang
mengalami hipertensi dan tidak mengalamai riwayat penyakit lain di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Besar sampel dalam penelitian adalah 32 orang wanita menopause yang
mengalami hipertensi. Dikelompokkan menjadi 2 kelompok dimana N1 (sampel
kelompok eksperimen/perlakuan) sebanyak 16 orang dan N2 (sampel kelompok
kontrol) sebanyak 16 orang.
Teknik sampling yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
Total Population (pengambilan sampel secara keseluruhan di ambil dari total
populasi).
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Kategori
Operasional ukur
1. Independen : Pemberian air Memberika Lembar Nominal Iya
Pemberian air kelapa muda n minuman Observasi Tidak
kelapa muda pada air kelapa
menopause muda
yang sebanyak
mengalami (300cc)
hipertensi dengan
dosis :
2 x sehari
saat pagi
dan sore
selama 14
hari.

2. Dependen : Perbedaan Perbedaan Lembar Rasio -


Perubahan Tekanan Tekanan Observasi
Tekanan darah Darah
Darah persisten sebelum
dengan dan sesudah
tekanan perlakuan
sistoliknya >
140 mmHg
dan tekanan
diastolik > 90
mmHg, di
ukur sebelum
dan sesudah
perlakuan

d. Cara Analisis Data


1) Analisis Univariat
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa
menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk tabulasi,
minimum, maksimum, dan mean dengan cara memasukkan seluruh data
kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk
distribusi dari masing variabel.
Ukuran dan pemusatan data dapat diukur dengan Mean, Median, Modus,
dan Standar Deviasi.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk menganalisa
pengaruh antara dua variabel. Perhitungan hasil penelitian menggunakan
komputerisasi dengan bentuk progam SPSS. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah pada
menopause dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk.
Dengan uji Statistik paired t-test. Penggunaan uji paired t-test bertujuan untuk
mengetahui perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa
muda. Sedangkan untuk uji parametrik menggunakan uji t-berpasangan, namun
jika distribusi tidak normal menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf kesalahan
5%.
a) Jika nilai ρ < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima “ada pengaruh pemberian air
kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah pada menopause dengan
hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015”.
b) Jika nilai ρ > 0,05 H0 diterima dan H1 di tolak artinya “tidak ada pengaruh
pemberian air kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah pada
menopause dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri Tahun 2015”.

2.5 Hasil dan Pembahasan Dalam Penelitian


2.5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Data penelitian mengenai usia responden dikategorikan menjadi 3 tingkat
yaitu usia < 50 tahun, 50-55 tahun, dan > 55 tahun. Distribusi frekuensi usia
responden dapat dilihat secara rinci pada tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Usia Presentase Frekuensi Presentase
Frekuensi
(%) (%)
< 50 Tahun 3 18,7 11 68,7
50 – 55 Tahun 10 62,6 2 12,6
> 55 Tahun 3 18,7 3 18,7
Jumlah 16 100 % 16 100 %
Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Berdasarkan tabel 2.2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar dari
kelompok intervensi yaitu 10 (62,6%) berusia 50-55 tahun dan sebagian besar dari
kelompok kontrol yaitu 11 (68,7%) berusia antara <50 Tahun.
2.5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan pada penelitian ini diukur berdasarkan pendidikan terakhir
yang ditempuh oleh responden. Riwayat pendidikan responden dibagi menjadi
tiga, yaitu : dasar (SD-SMP), menengah (SMA), dan Perguruan Tinggi (Sarjana).
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat secara rinci pada
tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pendidikan Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Dasar (SD,SMP) 11 68,7 9 56,2
Menengah (SMA) 3 18,7 6 37,6
Perguruan Tinggi 2 12,6 1 6,2

Jumlah 16 100 % 16 100 %


Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Berdasarkan tabel 2.3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar dari
kelompok intervensi yaitu 11 (68,7%) berpendidikan Dasar (SD, SMP) dan
sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 9 (56,2%) berpendidikan Dasar (SD,
SMP).
2.5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 4 yaitu Ibu Rumah
Tangga (IRT), PNS, Swasta, dan Wiraswasta. Distribusi frekuensi pekerjaan
responden dapat dilihat secara rinci pada tabel.
Tabel 2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Pekerjaan Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Ibu Rumah Tangga 8 50,0 10 62,6
PNS 2 12,6 1 6,2
Swasta 1 6,2 1 6,2
Wiraswasta 5 31,2 4 25,0
Jumlah 16 100 % 16 100 %
Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Berdasarkan tabel 2.4 dapat diinterpretasikan bahwa setengah dari
kelompok intervensi yaitu 8 (50,0%) dengan status Ibu Rumah Tangga dan
sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 10 (62,6%) dengan status Ibu Rumah
Tangga.
2.6 Data Khusus
2.6.1 Tekanan Darah Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Kelapa Muda Pada
Menopause Dengan Hipertensi.

Variabel N Mean Median Mode SD Max Min


Tekanan Darah Sistolik 16 165,00 165,00 160 8,944 180 150
Sebelum Perlakuan

Tekanan Darah Sistolik 16 146,25 145,00 140 10,878 170 130


Sesudah Perlakuan
Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Berdasarkan tabel 2.5 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16 responden,
tekanan darah sistolik sebelum pemberian air kelapa muda memiliki mean 165,00
mmHg dan median 165,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,064.
Sedangkan, tekanan darah sistolik sesudah pemberian air kelapa muda memiliki
mean 146,25 mmHg dan median 145,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-
value=0,145.

2.6.2 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah


Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Kelapa Muda Pada
Menopause Dengan Hipertensi.
Variabel N Mean Median Mode SD Max Min
Tekanan Darah Diastolikk 16 111,25 110,00 120 11,475 130 90
Sebelum Perlakuan

Tekanan Darah Diastolik


16 98,13 95,00 90 13,769 120 80
Sesudah Perlakuan
Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16 responden,
tekanan darah diastolik sebelum pemberian air kelapa muda memiliki mean
111,25 mmHg dan median 110,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-
value=0,069. Sedangkan, tekanan darah diastolik sesudah pemberian air kelapa
muda memiliki mean 98,13 mmHg dan median 95,00 mmHg dengan hasi tes uji
normalitas ρ-value=0,074.

2.6.3 Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada Menopause Dengan Hipertensi.

Variabel N Mean Median Mode SD Max Min


Tekanan Darah 16 155,63 150,00 150 10,935 180 140
Sistolik Pre Test

Tekanan Darah 16 156,88 155,00 150 11,383 180 140


Sistolik Post Test
Sumber: Data Primer Terolah, 2015

Berdasarkan tabel 2.7 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16 responden,


tekanan darah sistolik Pre Test memiliki mean 155,63 mmHg dan median 150,00
mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,073. Sedangkan, tekanan darah
sistolik Post Test memiliki mean 156,88 mmHg dan median 155,00 mmHg
dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,161.
2.6.4 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada Menopause Dengan Hipertensi.
Media
Variabel N Mean Mode SD Max Min
n
Tekanan Darah Diastolik Pre 16 103,75 100,00 100 9,574 120 90
Test

Tekanan Darah Diastolik 16 105,00 105,00 100 8,944 120 90


Post Test
Sumber: Data Primer Terolah, 2015

Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16 responden,


tekanan darah diastolik Pre Test memiliki mean 103,75 mmHg dan median
100,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,065. Sedangkan, tekanan
darah diastolik Post Test memiliki mean 105,00 mmHg dan median 105,00
mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,064.

2.7 Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015
Pada uji kenormalan Kelompok Intervensi Shapiro Wilk tekanan darah
sistolik sebelum dan sesudah diberikan air kelapa muda didapatkan p value 0,064
dan 0,145 sedangkan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan air
kelapa muda didapatkan p value 0,069 dan 0,074. Maka uji normalitas sebaran
data dapat disimpulkan p value > α dengan α=0,05. Sehingga, sebaran data normal
dan dapat digunakan uji parametrik dengan uji t sampel berpasangan.
2.7.1 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan
Sesudah Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015
Tabel 2.9 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Pemberian Air
Kelapa Muda Pada Menopause.

Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Sistolik Sebelum 165,00 8,944 2,236

Tekanan Darah Sistolik Sesudah 146,25 10,878 2,720


P value = 0,000 α = 0,05
Sumber: Data Primer Terolah, 2015
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.9 diinterpretasikan mean tekanan darah
sistolik terdapat penurunan 18,750 mmHg antara sebelum pemberian air kelapa
muda sebesar 165,00 mmHg dengan sesudah pemberian air kelapa muda sebesar
145,25 mmHg. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah pemberian air kelapa muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi sebesar
0,000 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H 0 ditolak berarti
ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah
sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 9,303 yang lebih besar dari t tabel untuk df
= 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap
perubahan tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

2.7.2 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan


Sesudah Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.10 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Pemberian Air
Kelapa Muda Pada Menopause.
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik Sebelum 111,25 11,475 2,869

Tekanan Darah Diastolik Sesudah 98,13 13,769 3,442


P value = 0,004 α = 0,05
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.10 diinterpretasikan mean tekanan darah
diastolik terdapat penurunan 13,125 mmHg antara sebelum pemberian air kelapa
muda sebesar 111,25 mmHg dengan sesudah pemberian air kelapa muda sebesar
98,13. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan tekanan darah diastolik sebelum
dan sesudah pemberian air kelapa muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi sebesar
0,004 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H 0 ditolak berarti
ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah
diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 3,416 yang lebih besar dari t tabel untuk df
= 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap
perubahan tekanan darah diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Pada uji kenormalan Kelompok Kontrol Shapiro Wilk tekanan darah
Sistolik Pre Test dan Post test didapatkan p value 0,073 dan 0,161 sedangkan
tekanan darah Diastolik Pre Test dan Post test didapatkan p value 0,065 dan
0,064. Maka uji normalitas sebaran data dapat disimpulkan p value > α dengan
α=0,05. Sehingga, sebaran data normal dan dapat digunakan uji parametrik
dengan uji t sampel berpasangan.

2.7.3 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post
Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Tahun 2015

Tabel 2.11 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post
Test Pada Menopause.
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Sistolik Pre Test 155,63 10,935 2,734

Tekanan Darah Sistolik Post Test 156,88 11,383 2,846


P value = 0,333 α = 0,05
Sumber: Data Primer Terolah, 2015

Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.11 diinterpretasikan mean tekanan darah
sistolik terdapat kenaikan 1,250 mmHg antara Pre Test sebesar 155,63 mmHg
dengan Post Test 156,88 mmHg. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan tekanan
darah sistolik Pre Test dan Post Test.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi sebesar
0,333 yang artinya lebih dari α = 0,05, dengan demikian maka H1 ditolak berarti
tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah sistolik pada menopause di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar -1,000 yang lebih kecil dari t tabel untuk df
= 15 adalah 2,131 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah
sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Tahun 2015.

2.7.4 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan
Post Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.12 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post
Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik Pre Test 103,75 9,574 2,394

Tekanan Darah Diastolik Post Test 105,00 8,944 2,236


P value = 0,333 α = 0,05
Sumber: Data Primer Terolah, 2015

Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.12 diinterpretasikan mean tekanan darah
diastolik terdapat kenaikan 1,250 mmHg antara Pre Test sebesar 103,75 mmHg
dengan Post Test 105,00 mmHg. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan tekanan
darah diastolik Pre Test dan Post Test.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi sebesar
0,333 yang artinya lebih dari α = 0,05, dengan demikian maka H1 ditolak berarti
tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah diastolik pada menopause di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar -1,000 yang lebih kecil dari t tabel untuk df
= 15 adalah 2,131 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah
diastolic pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika terapan
yang membahas metode-metode ilmiah untuk pengumpulan, pengorganisasian,
penyimpulan, penyajian, analisa data, serta penarikan kesimpulan yang sahih
sehingga keputusan yang diperoleh dapat diterima.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai