Patologi
Pyometra Definisi
Kausa dan Patogenesa
Gejala Klinis
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Terapi
Manajemen Post Operasi
Komplikasi
Sub Pokok Bahasan
Prolapsus Definisi
Uteri Kausa dan Patogenesa
Gejala Klinis
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Terapi
Manajemen Post Operasi
Komplikasi
Sub Pokok Bahasan
Perivulvar Definisi
Dermatitis Kausa dan Patogenesa
Gejala Klinis
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Terapi
Manajemen Post Operasi
Komplikasi
Sub Pokok Bahasan
Cystolithiasis Definisi
Kausa dan Patogenesa
Gejala Klinis
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Terapi
Manajemen Post Operasi
Komplikasi
Definisi : Pyometra
• Preoperasi :
1. Pada hewan muda, evaluasi terhadap PCV dan total protein penting
untuk dilakukan
2. Sebelum dilakuka operasi maka disarankan untuk dilakukan
pengosongan VU dengan pemasangan urinary catheter
3. Antibiotik preoperasi untuk kasus infeksi seperti pyometra, sedangkan
untuk hewan dengan prosedur rutin (normal dan sehat) antibiotik
preoperasi tidak diperlukan
4. Anastesi
5. IV line
Pilihan antibiotik untuk
kasus reproduksi
Anastesi
Teknik Pembedahan
Prosedur OH
• Orientasi sayatan
• Tangan kiri operator, meraba dari
umbilikal ke pubis. Posisi jari telunjuk
merupakan batas caudal sayatan
(pada anjing), dan titik tengah
sayatan (pada kucing).
• Sayatan kulit pada anjing dilakukan
dari tepi caudal umbilikal, sedangkan
pada kucing jauh lebih ke kaudal.
Prosedur OH (Lanjutan)
• Jepit linea alba dengan forcep dan • Eksisi lineal alba dengan
gunakan scalpel dengan metode scissor
tusukan untuk membuat celah
pada linea alba.
Prosedur OH (Lanjutan)
Catatan :
• Membatasi pergerakan atau aktivitas umumnya 10-14 hari
• Air minum biasanya diberikan 4-6 jam setelah operasi
• Jika hewan tidak muntah, makanan dapat diberikan 6-12 jam setelah operasi
• Antibiotik juga diberikan bagi pasien yang mendapatkan preoperative antibiotik
• penggunaan elizabeth collar sebagai pelindung luka dari gigitan hewan itu
sendiri
• Lakukan kompress dingin 2-3 kali sehari selama 2-3 hari pertama, kemudian
kompres hangat 2-3 hari setelahnya untuk meminimalisir perdarahan
Komplikasi Pembedahan : Hemoragi
Tekanan saat
partus
Lemahnya
Tarikan paksa penggantung
dari luar uterus ->
metritis
Prolapsus
Uteri
Gejala Klinis
1. Terjadi saat partus atau mendekati partus
2. Mukosa keluar dari vulva
3. Distress dan tenesmus otot abdomen
4. Gelisah
5. Postur tubuh abnormal
6. Nyeri
7. Daerah perineal menonjol
8. Terus menjilat
9. Dysuria
Diagnosis dan Diferensial Diagnosis
Insisi episiotomy dilakukan pada dorsal Potong jaringan subkutis, otot, dan mukosa
commisura vulva pada midline dengan mayo scissor,
Episiotomy
Pada kondisi emergency, episiotomy dapat Tarik jaringan vestibula dengan stay suture
dilakukan dengan menempatkan balde dan pasang urin catheter
scissor pada vestibula dan potong jaringan
Episiotomy
Tutup jaringan otot dan subkutan dengan
benang ukuran 3.0 absorbable dengan pola
continuos atau simple interrupted. Sakutan
bagian kulit dengan benang nilon
Manajemen Post Operasi
Jumlah kulit yang akan dihilangkan dapat Jepit bagian lipatan dengan allis tissue
diperkirakan dengan menggenggam lipatan kulit forceps, lakukan pada beberapa lokasi
yang berlebihan di bagian dorsal dan lateral sebagai tanda untuk insisi
vulva dengan ujung jari.
Terapi Bedah : Episioplasty
Insisi pada bagian dorsal kulit dengan bentuk Tarik bagian dorsal lipatan, kebagian yang
tapal kuda dan lakukan diseksi pad ajaringan seharusnya, kemudian buat insisi ventral
dibawa kulit dengan menggunakan sharp blunt dan insisi dalam
mayo scissor
Terapi Bedah : Episioplasty
• Lakukan flushing ke dalam VU. Kateterisasi & pembilasan uretra penting untuk
memastikan semua batu dan sedimen dihilangkan atau dibilas melalui uretra
• Selama pengangkatan cystolith, palpasi kandung kemih hati-hati. Leher dan uretra
proksimal sangat membantu untuk mencegah batu masuk ke uretra.
• Closing suture : Tergantung pada ketebalan dan integritas dinding dan lokasi relatif
sayatan cystotomy terhadap uretra.
• Penutupan satu atau dua lapis menggunakan benang monofilamen 3/0 atau 4/0
yang cepat diserap dengan jarum tapper.
• Jika dinding kandung kemih normal, satu lapisan menggunakan simple suture pola
jahitan kontinu atau inverting suture (lambert pattern) menggabungkan submukosa.
• Jika dinding kandung kemih meradang atau menebal, penutupan dua lapis mungkin
diperlukan. Lapisan pertama menggunakan pola kontinu sederhana di mukosa /
submukosa. Lapisan kedua menggunakan continous balik atau lembert pada
lapisan seromuscularis.
• Tepat diujung sayatan, tusukan benang dan
jarum sebagai stay suture saat penjahitan.
• Lakukan pola suture cushing.
• Kemudian lakukan pola lambert kontinyu pada
arah balik.
Manajemen Post Operasi
• Urinasi postoperasi harus dimonitoring, untuk mendeteksi adanya obstruksi
post operasi akibat pembengkakan jaringan, fibrosis dan nekrosis
• Penggunaan fluid therapy sampai diuresis post-obstruksi terhenti
• Monitoring elektrolit akibat penggunana obat diuresis
• Pemberian analgesik
• Penggunaan Elizabeth collar pada pasien yang terpasangan urinary catheter
• Monitoring terhadap adanya hemoragi
• Pada kucing, penggunaan litter pasir harus dihindari, smapai persembuhan
sempurna dan kultur urin bebas dari bakteri
Komplikasi
• Perdarahan : berasal dari lokasi operasi yang berasal dari lepasnya ligase
jaringan cavernosus yang dapat terjadi saat operasi atau postoperasi.
• Rembesan urin : rembesan urin yang terjadi dari uretra ke subkutan.
• Infeksi saluran urin: akibat kolonisasi bakteri.