Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI KELUARGA DAN PENGGUNAAN SMARTPHONE OLEH ANAK

Ayu Isti Prabandari, Lintang Ratri Rahmiaji


Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang Kotak Pos 1269
Telephone (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id
2019

ABSTRAK

Berdasarkan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, kelompok usia
10-24 tahun menduduki peringkat ketiga terbanyak pengguna internet di Indonesia. Sementara
itu, sebesar 47,6 % pengguna internet di Indonesia mengakses internet dengan menggunakan
perangkat mobile atau telepon pintar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
komunikasi keluarga dan penggunaan telepon pintar oleh anak dengan orang tua bekerja maupun
tidak bekerja. Peneliti menggunakan Digital Parental Mediation sebagai dasar teori berpikir
dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis metode
fenomenologi. Subyek penelitian ini adalah keluarga dengan anak yang menggunakan telepon
pintar dengan variasi orang tua bekerja dan tidak bekerja.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan telepon pintar anak baik dalam keluarga dengan
orang tua bekerja maupun tidak bekerja mengurangi efektifitas komunikasi keluarga dilihat dari
intensitas, komunikasi dua arah, sikap mendengarkan, empati dan perhatian. Di satu sisi
keberadaan telepon pintar pada anak dengan orang tua bekerja menjadi solusi masalah
komunikasi atas keterbatasan waktu dan jarak yang dimiliki keduanya. Akan tetapi kebiasaan
penggunaan telepon pintar anak yang tidak mendapat kontrol yang baik dari orang tua dapat
mengurangi kesempatan komunikasi langsung antara anak dengan orang tua di rumah. Dimana
anak masih sering menggunakan telepon pintar di malam hari, padahal itu merupakan waktu
yang dimiliki anak dan orang tua bekerja untuk berkumpul. Begitu pula anak dengan orang tua
tidak bekerja. Keberadaaan telepon pintar justru menjadi faktor pengurang porsi komunikasi
langsung dalam keseharian anak dan orang tua. Orang tua yang tidak memberikan pengaturan
yang baik pada penggunaan telepon pintar anak membuat anak dapat bermain telepon pintar
sesuai keinginannya, termasuk kebiasaan anak menghabiskan banyak waktu bermain telepon
pintar di dalam kamar. Di samping intensitas komunikasi berkurang, kualitas komunikasi
(respon, sikap keterbukaan) anak kepada orang tua juga dapat menurun. Temuan lain, yang
membedakan efektivitas komunikasi keluarga bukan pada kondisi orang tua bekerja atau tidak
bekerja tetapi lebih kepada sikap orang tua terhadap penggunaan telepon pintar anak (pengaturan
batasan waktu, pengawasan).
Baik orang tua bekerja maupun tidak bekerja sebaiknya berfokus pada literasi penggunaan
telepon pintar pada anak agar komunikasi keluarga tetap berlangsung baik.
Kata Kunci : komunikasi keluarga, penggunaan smartphone anak, anak
PENDAHULUAN menggunakan perangkat mobile atau telepon
pintar.
Saat ini komunikasi dengan
menggunakan teknologi baru, yakni Tingginya pengguna telepon pintar
smartphone atau telepon pintar, tidak lagi tersebut menunjukkan adanya perubahan
bisa dihindari di era informasi. Dimana komunikasi dalam masyarakat. Bahwa saat
setiap aspek kehidupan masyarakat di dunia ini komunikasi tidak hanya terbatas pada
digital ini mendapat pengaruh dari komunikasi langsung, melainkan dapat
kemunculan teknologi media baru (Eadie, dilakukan lebih mudah dan cepat dengan
2009: 492). Telepon pintar dalam penjelasan memanfaatkan teknologi internet. Hal ini
Handerson (2009: 450) adalah perangkat disebut Nurudin dalam kolom yang dimuat
yang dirancang dengan menggabungkan pada solopos.com bahwa masyarakat saat ini
kemampuan komunikasi, manajemen memasuki era masyarakat super-highway.
informasi, akses internet, dan kebutuhan (http://news.solopos.com/read/20180711/52
hiburan untuk dapat dikerjakan melalui satu 5/926436/masyarakat-super-highway)
perangkat saja. Telepon pintar juga diakses pada 31 juli 2018 pukul 5.43 WIB.
menawarkan keistimewaan seperti fitur
kamera dan audio-video media player Perubahan teknologi informasi dan
dengan layar monitor yang lebih kecil komunikasi disini dapat memberikan
namun tajam. Tidak hanya itu, berbagai pengaruh pada perilaku masyarakat,
macam aplikasi pesan instan, media sosisal, termasuk pada lingkungan keluarga. Seperti
game, dan aplikasi online lainnya dapat penelitian yang dilakukan oleh Ditha
diunduh dan dipasang secara gratis pada Prasanti (2016) perubahan teknologi
perangkat telepon pintar. informasi memberikan pengaruh pada cara
hidup, beradaptasi dan berkomunikasi dalam
Kehadiran telepon pintar yang tidak keluarga di era digital. Penelitian ini juga
dapat dihindari ini, tidak hanya banyak menunjukkan perubahan teknologi informasi
digunakan oleh kalangan orang dewasa saja, dalam keluarga digital telah menghasilkan
tetapi juga banyak digunakan oleh kalangan model kehidupan dengan prinsip
anak-anak. Rasionalisasinya dapat dilihat individualis dan ekonomis serta dapat
dari hasil survei yang dilakukan oleh menciptakan model kehidupan kesepian di
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia tengah keramaian. Hal ini sudah menjadi
(APJII) pada 2016. Komposisi pengguna perhatian dalam dunia parenting. Menurut
internet Indonesia menunjukkan bahwa Psikolog Anak, Anna Surti Ariani, saat ini
kelompok usia 35 – 44 tahun menjadi orang tua maupun anak banyak
pengguna internet terbanyak di Indonesia menghabiskan waktu untuk mengakses
yaitu sebesar 29,2% (38,7 juta pengguna). media sosial dan bermain gadget, dimana
Kelompok usia 25 – 35 tahun menempati kebiasaan tersebut dapat mengurangi waktu
peringkat kedua dengan 24,4% (32,3 juta kebersamaan mereka.
pengguna). Kemudian diikuti oleh kelompok (https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04/1
usia 10 -24 tahun dengan 18,4% (24,4 juta 3/070000720/media-sosial-pangkas-
pengguna), usia 45 – 55 tahun dengan 18% kebersamaan-orangtua-dan-anak diakses
(23,8 juta pengguna), dan usia 55 keatas pada 9 Agustus pukul 17.43 WIB).
dengan 10% (13,2 juta pengguna). Sebesar
47,6 % (63,1 juta) pengguna internet di Menurut Wood (2016: 352) setiap
Indonesia mengakses internet dengan keluarga memiliki berbagai macam bentuk
dan ukuran, serta menerapkan gaya interaksi
dan pola komunikasi yang berbeda. Oleh dalam dunia kerja. Dalam sebuah keluarga,
sebab itu, setiap keluarga mempunyai perempuan atau dalam hal ini ibu yang
tantangan masing-masing dalam bekerja mempunyai kendala tersendiri dalam
menciptakan komunikasi dan hubungan membangun komunikasi keluarga.
yang baik dalam keluarga. Salah satunya Penelitian yang dilakukan oleh Rikasiwi
adalah keluarga dengan orang tua yang Oktaviana Hadi Saputri (2015) menjelaskan
bekerja. Keluarga dengan orang tua yang bahwa jenis pekerjaan ibu memberikan
bekerja menghadapi tantangan atau kendala pengaruh pada intensitas pertemuan,
komunikasi yang berbeda dari keluarga yang frekuensi dan durasi komunikasi dengan
lain. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan anak.
Perlindungan anak, Yohana Yembise,
mengatakan bahwa keluarga dengan orang Komunikasi dalam keluarga
tua yang sibuk bekerja memiliki kendala semestinya dapat dibangun dengan baik oleh
komunikasi dengan sang anak setiap anggota keluarga, baik orang tua
(https://www.viva.co.id/gaya- maupun anak. Komunikasi keluarga yang
hidup/parenting/941330-orangtua-sibuk- baik, antara orang tua dan anak, dapat dilihat
cari-nafkah-komunikasi-dengan-anak- dari aktivitas komunikasi yang sering
berkurang) diakses pada 14 Juli 2017 pukul dilakukan keduanya, adanya keterbukaan
23.17 WIB. dalam berinteraksi satu dengan yang lain,
orang tua dan anak sering melakukan diskusi
Di Indonesia, berdasarkan data tentang berbagai hal, adanya sikap saling
Badan Pusat Statistik jumlah perempuan menghargai pendapat masing-masing, serta
yang bekerja dari tahun 2015 ke 2016 orang tua tidak berusaha mengontrol dan
mengalami kenaikan. Tahun 2015, memaksakan kehendak pada anak
perempuan yang bekerja mencapai jumlah (Littlejohn dan Foss, 2009: 384).
6,8 juta orang kemudian naik menjadi 6,9
juta orang pada tahun 2016 Berdasarkan data-data di atas,
(https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/03/ diketahui bahwa di Indonesia pengguna
22/1476/penduduk-jawa-tengah-berumur- telepon pintar baik kalangan orang dewasa
15-tahun-ke-atas-menurut-jenis-kegiatan- dan anak-anak tergolong tinggi. Bahkan
seminggu-yang-lalu-dan-jenis-kelamin-di- anak-anak mempunyai intensitas yang tinggi
provinsi-jawa-tengah-2007-2016.html) dalam menggunakan telepon pintar.
diakses pada 31 Juli 2018 pukul 11.31 WIB. Penggunaan teknologi telepon pintar ini
Kemudian pada 2017, Tingkat Partisipasi memberikan perubahan model komunikasi
Angkatan Kerja (TPAK) perempuan juga di masyarakat, termasuk pada lingkungan
mengalami kenaikan dibandingkan laki-laki. keluarga. Dalam hal ini, setiap keluarga
TPAK perempuan mengalami kenaikan memiliki tantangan tersendiri dalam
sebesar 2,33 persen, sementara TPAK laki- membangun komunikasi keluarga di era
laki justru mengalami penurunan sebesar digital, termasuk keluarga dengan orang tua
0,41 persen yang bekerja. Maka peneliti tertarik meneliti
(https://bisnis.tempo.co/read/872608/bps- untuk mengetahui bagaimana komunikasi
pekerja-masih-didominasi-laki-laki) diakses keluarga pada anak yang menggunakan
pada 31 Juli 2018 pukul 12.04 WIB. telepon pintar, terkait keluarga dengan orang
tua yang bekerja maupun tidak bekerja.
Meningkatnya partisipasi kerja
perempuan menunjukkan bahwa semakin
banyak jumlah perempuan yang terlibat
KERANGKA TEORI Selain itu dalam jurnal penelitian
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Komunikasi Keluarga Perlindungan Anak dengan Yayasan Melati
(2016), juga menyebutkan konsep-konsep
Menurut Galvin dan Brommel
dalam membangun komunikasi yang efektif
(Tubbs dan Moss, 2005: 215) mengartikan
dalam keluarga. Bahwa perlakuan orang tua
keluarga sebagai sekelompok orang dalam
yang diharapkan anak adalah sebagai
hubungan yang terikat oleh perkawinan,
berikut:
darah, dan komitmen, saling berbagi
kehidupan bersama dalam jangka waktu 1) Memberi perhatian dan
yang lama serta berbagi pengharapan- dukungan
pengharapan masa depan. 2) Bersedia mendengarkan dan bisa
berempati dengan anak
Kehidupan dalam keluarga dibentuk
3) Memberikan kasih sayang dan
melalui interaksi yang dibangun antar
perasaan positif
anggotanya. Dengan komunikasi masing-
4) Menerima dan menghargai anak
masing anggota dapat mengetahui peran,
5) Memberi kepercayaan kepada
aturandan harapan, cara mereka membentuk
anak
dan mengelola hubungan satu dengan yang
lain, serta cara mereka saling berinteraksi. Penggunaan Telepon Pintar (Smartphone)
Disini keluarga disebut juga sebagai kelas
komunikasi pertama (Eadie, 2009: 304). Smartphone atau telepon pintar
merupakan perangkat telepon dengan
Komunikasi dalam keluarga perlu internet-enable yang biasanya juga
dibangun dengan baik untuk menciptakan menyediakan kemampuan Personal Digital
hubungan yang baik pula antar anggotanya. Assistant (PDA). Dibandingkan dengan
Dapat dipahami ciri-ciri komunikasi telepon pada umumnya, telepon pintar
keluarga yang baik dan efektif, yaitu sebagai memungkinkan pengguna untuk mengirim
berikut (Wood, 2016: 352-355) : dan menerima pesan email, mengaskes situs
web, mendengarkan musik, dan
1) Terdapat kesetaraan dan keadilan
membagikan foto dan video (Shelly,
pada masing-masing anggota
Cashman dan Vermaat, 2008: 16).
keluarga. Masing-masing
anggota mendapat hak dan Telepon pintar dirancang sebagai
perlakukan yang sama dan tidak perangkat yang mampu menggabungkan
dibeda-bedakan. sarana komunikasi, manajemen informasi,
2) Terdapat keakraban dan akses internet dan kebutuhan hiburan untuk
kedekatan yang terjalin antar dapat dikerjakan melalui satu perangkat saja.
anggota keluarga Dimana di dalamnya menawarkan
3) Komunikasi yang terbuka antara keistimewaan melalui beberapa fitur seperti
orang tua dan anak, serta adanya kamera dan audio-video media player
sikap saling menghargai. dengan layar monitor yang lebih kecil
4) Terdapat kesediaan pada masing- namun tajam (Henderson, 2009:
masing anggota untuk 450).Sehingga dapat dikatakan bahwa
mengesampingkan masalah- penggunaan smartphone atau telepon pintar
masalah kecil demi menjaga adalah aktivitas menggunakan atau
hubungan tetap baik. mengoperasikan suatu perangkat dengan
kemampuan koneksi internet untuk
melakukan komunikasi, mencari informasi, bicara, mengatur indera-indera
atau hiburan yang bisa dilakukan melalui dan tindakan fisik, berpikir
satu perangkat saja. dengan simbol, serta meniru dan
belajar dari orang lain. Disini
Dalam hal penggunaan telepon bayi sangat bergantung pada
pintar, Horrigan (2002) menyebutkan orang dewasa.
terdapat elemen-elemen yang 3) Masa kanak-kanak awal,
mempengaruhi kebiasaan penggunaan perkembangan mulai akhir masa
internet yaitu: bayi hingga sekitar usia 5 atau 6
tahun. Pada masa ini disebut juga
1) Frekuensi, berkaitan dengan
usia prasekolah, dimana anak
seberapa sering menggunakan
mulai belajar lebih mandiri,
internet
mengembangkan ketrampilan
2) Durasi, yaitu berapa lama waktu
kesiapan sekolah, serta bermain
yang dihabiskan untuk online
dengan teman sebaya.
3) Darimana orang mengakses
4) Masa kanak-kanak tengah dan
internet
akhir, yaitu dimulai ketika
Penggunaan telepon pintar pada anak berumur sekitar 6 hingga 11
remaja, dalam penelitian yang dilakukan tahun, dimana disebut juga usia
University of Oxford menyebutkan bahwa sekolah dasar. Pada tahap ini
waktu ideal untuk melakukan aktivitas anak mulai menguasai
online adalah 257 menit atau sekitar 4 jam ketrampilan membaca, menulis,
17 menit dalam sehari. Jika penggunaan dan berhitung. Tahap ini juga
telepon pintar atau gadget melebihi waktu ditandai dengan kontrol diri yang
tersebut, maka dapat dikatakan gadget meningkat serta kemampuan
mampu mengganggu kinerja otak remaja. beradaptasi di lingkungan yang
(https://inet.detik.com/cyberlife/d- lebih besar.
3398914/berapa-lama-waktu-ideal-gunakan-
Masa remaja, masa perlaihan dari
gadget diakses pada 22 Juli 2018 pukul
kanak-kanak ke dewasa awal yakni sekitar
16.57 WIB)
usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
Anak 18 hingga 22 tahun. Ditandai dengan
perkembangan atau perubahan fisik yang
Menurut Santrock (2007: 19-18) cepat, serta pencarian identitas dan
anak berdasarkan periode kebebasan menjadi ciri utama dalam periode
perkembangannya, dibagi menjadi beberapa ini.
tahap yaitu sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
1) Periode prakelahiran, yaitu masa
perkembangan anak dimulai dari Desain penelitian yang akan
pembuahan hingga kelahiran, dilakukan menggunakan desain penelitian
selama sembilan bulan. deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
2) Masa bayi, yaitu perkembangan kualitatif bertujuan untuk menggambarkan
setelah lahir sampai sekitar usia berbagai kondisi, situasi atau berbagai
18 hingga 24 bulan, dimana pada fenomena realitas sosial yang ada di
tahap ini aktivitas psikologis masyarakat yang menjadi objek penelitian
dimulai seperti kemampuan dan berusaha mengangkat realitas tersebut
sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, positif, menerima dan menghargai anak,
atau gambaran tentang fenomena tertentu juga memberikan kepercayaan kepada anak.
(Bungin, 2010: 68).
Penelitian ini juga menggunakan Komunikasi yang interaktif atau
tradisi fenomenologi, yaitu berusaha untuk timbal balik, adanya keterbukaan
mengkaji bagaimana komunikasi keluarga komunikasi, kesediaan untuk saling
dan penggunaan smartphone pada mendengarkan dan berempati, serta sikap
anak.Peneliti berusaha untuk saling memberikan perhatian dan dukungan
mendeskripsikan secara mendalam dapat dikatakan menjadi hal penting dalam
mengenai situasi dan realitas yang ada membangun komunikasi dan interaksi yang
terkait dengan fenomena tersebut. baik dalam keluarga, yaitu antara orang tua
dan anak. Namun demikian, banyak macam
HASIL PEMBAHASAN kendala yang ditemui dan dihadapi oleh
orang tua dan anak dari berbagai keluarga
Sintesis dalam membangun dan menjalin komunikasi
keluarga yang baik. Salah satunya adalah
1. Komunikasi keluarga dan
komunikasi antara anak dengan orang tua
penggunaan smartphone oleh anak
yang bekerja, seperti yang terjadi pada
dengan orang tua bekerja
pasangan informan 1 dan 2. Kondisi orang
Komunikasi dapat dikatakan sebagai tua yang sehari-hari bekerja, membuat
suatu hal yang penting dan selalu dilakukan komunikasi dan interaksi langsung pada
oleh manusia sebagai makhluk sosial. kedua pasangan informan ini menjadi lebih
Bahkan komunikasi sangat perlu dilakukan terbatas. Komunikasi dan interaksi langsung
untuk dapat menjalin hubungan yang baik pada kedua pasangan informan ini hanya
antara satu orang dengan orang yang lain banyak dilakukan saat orang tua sudah
atau sekelompok orang, termasuk pada kembali ke rumah sepulang bekerja.
hubungan keluarga yaitu antara orang tua Sepulang orang tua bekerja, baik pada
dan anak. Menjalin komunikasi yang baik pasangan informan 1 maupun 2 sering
dan efektif dalam keluarga, Wood ( 2016 : berkumpul bersama. Pada pasangan
352-355) menyebutkan bahwa harus informan 1 sering kali berkumpul di ruang
terdapat kesetaraan dan keadilan dalam hak tengah untuk menonton tv bersama satu
dan perlakuan pada setiap anggota keluarga, keluarga. Sang anak atau informan anak 1
terdapat keakraban dan kedekatan yang ketika harus belajar atau mengerjakan tugas
terjalin antar anggota keluarga, komunikasi juga sering kali dilakukan di ruang tengah,
yang terbuka dan adanya sikap saling sehingga ia masih dapat turut berkumpul
maneghargai antara orang tua dan anak, bersama keluarga. Namun demikian,
serta adanya kesediaan pada masing-masing terkadang ketika sang ibu terlalu lelah
anggota untuk mengesampingkan masalah- bekerja ia lebih memilih beristirahat lebih
masalah kecil demi menjaga hubungan tetap awal sehingga kesempatan bersama anak
baik. Dalam Jurnal penelitian Kementerian pun terlewatkan. Berbeda dengan pasangan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan informan 2, pada keluarga pasangan ini
Anak dengan Yayasan Melati (2016), dalam mempunyai kebiasaan pergi makan malam
hubungan keluarga anak mengharapkan bersama ke luar rumah ketika sang ayah
perlakuan orang tua yang dapat memberikan pulang bekerja. Kebersamaan anak dan sang
perhatian dan dukungan, bersedia ayah pada pasangan ini pun berlanjut ketika
mendengarkan dan berempati dengan anak, di rumah. Dimana keduanya sering
memberikan kasih sayang dan perasaan melakukan aktivitas bersama seperti
menonton tv bersama, sang ayah telepon pintar menjadi lebih banyak
mendampingi anak saat belajar atau dilakukan ketika sang ayah mendapat tugas
mengerjakan tugas, bahkan anak dan ayah kerja di luar kota untuk beberapa hari atau
ini masih tidur bersama satu keluarga. Saat sementara waktu. Dalam hal ini telepon
mempunyai waktu berkumpul bersama, baik seluler, email juga telepon pintar memang
pasangan informan 1 maupun 2 sering memungkinkan anggota keluarga untuk
mengobrol atau membincangkan berbagai sering berhubungan melalui pertukaran
topik. Biasanya obrolan lebih banyak pesan singkat yang dapat dilakukan dengan
tentang bagaimana kegiatan keseharian sang mudah dan cepat (Wood , 2016 : 351).
anak di sekolah maupun di kegiatan-
kegiatan yang dilakukan anak di hari itu. Di Keberadaan telepon pintar di sini
samping itu, obrolan juga bisa mengenai dapat dikatakan menjadi solusi bagi masalah
hal-hal lain seperti membahas tayangan tv komunikasi anak dengan orang tua yang
yang sedang ditonton bersama ketika bekerja. Hal ini pun disadari oleh orang tua
berkumpul, obrolan seputar sepak bola pada dan anak baik pada pasangan informan 1
pasangan informan 2, juga obrolan maupun 2, dimana telepon pintar dapat
mengenai hal-hal lucu maupun informatif memberikan kemudahan dan kelancaran
yang anak temui di telepon pintar mereka. komunikasi dalam keseharian mereka ketika
sedang berjauhan. Walaupun demikian,
Di sisi lain, komunikasi orang tua kemudahan dan kelancaran komunikasi
dan anak pada pasangan informan 1 dan 2 melalui telepon pintar tidak lantas berlanjut
saat orang tua sedang bekerja lebih atau terus menerut dilakukan ketika orang
mengandalkan komunikasi bermedia telepon tua dan anak sedang berada di rumah, atau
pintar. Baik pasangan informan 1 maupun 2, tempat yang sama. Pasangan informan 1 dan
sama-sama menggunakan layanan pesan 2 mengaku tidak merasakan perubahan yang
instan WhatApp untuk berkomunikasi ketika berarti pada porsi komunikasi langsung
sedang berjauhan. Namun demikian, ketika di rumah. Kedua informan baik orang
komunikasi bermedia telepon pintar pada tua dan anak pada pasangan informan 1
kedua pasang informan ini tidak memiliki maupun 2 mengaku bahwa komunikasi
pola yang teratur. Artinya komunikasi langsung di antara mereka masih dapat
menggunakan media telepon pintar berjalan dengan baik sama seperti
dilakukan masing-masing pasangan sebelumnya. Orang tua pada pasangan
informan ketika terdapat keperluan atau hal informan 1 bahkan mengatakan bahwa
yang harus segera diberitahukan atau komunikasi dan interaksi langsung dengan
ditanyakan. Misalnya pada pasangan anak lebih nyaman dibandingkan melalui
informan 1 dimana sang ibu sering telepon pintar. Hal ini pun disebutkan Ruben
mengirimkan pesan kepada anak dan Stewart (2013 : 227) bahwa komunikasi
memberitahukan atau menanyakan menu langsung atau komunikasi tatap muka
makanan yang anak inginkan, atau sang memberikan berbagai cara dalam
anak yang memberitahukan pengumuman penyampaian dan pengolahan pesan mulai
sekolah kepada sang ibu. Begitu juga pada dari visual, pendengaran, sentuhan,
pasangan informan 2 dimana anak sering penciuman dan pengecapan. Sedangkan
menanyakan sang ayah pulang bekerja di komunikasi dengan menggunakan media,
jam biasa atau harus lembur, atau sang ayah cara penyampaian dan pengolahan pesan
yang memberitahu terlebih dahulu ketika menjadi lebih terbatas sehingga membatasi
akan pulang lebih terlambat. Pada pasangan pula kekayaan informasi yang tersedia.
informan 2 ini, komunikasi bermedia Dimana dalam media telepon, radio, atau
cetak hanya memiliki satu modus saja yang pada kedua pasang informan ini tidak
terlibat. Sedangkan televisi dan film hanya memberikan peraturan batasan waktu pada
melibatkan dua modus. Dengan demikian, penggunaan telepon pintar sang anak.
dapat dikatakan bahwa komunikasi langsung Artinya bahwa penggunaan telepon pintar
lebih memberikan keleluasaan dibandingkan anak dalam kesehariannya tidak
dengan komunikasi bermedia. mendapatkan pengawasan dan pengaturan
yang baik oleh orang tua. Hal tersebut dapat
Dalam hal komunikasi, baik dikatakan sebagai kendala tersendiri bagi
pasangan informan 1 maupun 2 merasa orang tua yang bekerja dimana adanya
penggunaan telepon pintar sang anak tidak keterbatasan waktu dan jarak yang
banyak mengganggu kebiasaan waktu membuatnya tidak dapat memberikan
berkumpul keluarga di malam hari. pengawasan secara penuh kepada anak.
Penggunaan telepon pintar informan anak 1 Informan orang tua 1 maupun 2 hanya dapat
dan 2 lebih banyak dilakukan di siang memberikan pengawasan langsung pada
hingga sore hari ketika orang tua sedang penggunaan telepon pintar sang anak ketika
bekerja. Dimana biasanya baik informan mereka sudah berada di rumah sepulangnya
anak 1 maupun 2 bermain telepon pintar di bekerja. Namun demikian, pada pasangan
setiap waktu jeda pergantian kegiatannya informan 2 sang ayah mempunyai cara lain
dari siang hingga sore hari. Walaupun dalam memberikan kontrol pada
demikian, kedua anak pada pasangan penggunaan telepon pintar anak ketika ia
informan ini masih mempunyai kebiasaan tidak dapat memberikan pengawasan
bermain atau menggunakan telepon pintar di langsung yaitu dengan melakukan
malam hari baik itu digunakan saat belajar pengaturan filter pada fasilitas WiFi yang
maupun bermain untuk sejenak mengisi disediakan di rumah sehingga tidak semua
waktu santai. Mengingat di waktu malam laman dapat diakses secara bebas oleh anak.
hari merupakan satu-satunya waktu Pengaturan filter WiFi ini dilakukan orang
berkumpul dengan orang tua, dapat tua pada pasangan informan 2, mengingat
dikatakan kebiasaan anak sesekali masih anak hanya dapat mengakses telepon pintar
menggunakan atau bermain telepon pintar di dengan jaringan WiFi yang disediakan di
waktu tersebut dapat mengurangi rumah. Sedangkan pada pasangan informan
komunikasi dan interaksinya dengan orang 1, sang ibu menyatakan bahwa ia lebih
tua saat berkumpul. Dengan demikian, mengandalkan pengawasan langsung.
walaupun orang tua dan anak tidak begitu Alasan sang ibu menitikberatkan pada
merasakan berkurangnya komunikasi dan pengawasan langsung karena sang ibu
interaksi langsung ketika di rumah, tetapi menyadari bahwa ia tidak begitu menguasai
kebiasaan atau pola penggunaan telepon dan mengikuti perkembangan teknologi
pintar anak pada kedua pasang informan ini yang ada. Minimnya pengetahuan dan
bisa semakin membatasi dan mengurangi pemahaman mengenai teknologi masa kini
porsi komunikasi dan interaksi langsung di terutama internet dan telepon pintar
antara keduanya. membuat orang tua pada pasangan informan
1 hanya terbatas pada pengawasan langsung.
Di sisi lain, kebiasaan dan pola
Walaupun orang tua pada pasangan
penggunaan telepon pintar pada informan
informan 1 menyadari perlu adanya
anak 1 dan 2 yang lebih banyak dilakukan
pengawasan yang baik dalam penggunaan
ketika orang tua sedang bekerja membuat
telepon pintar anak.
anak dapat bermain dan mengakses telepon
pintar secara bebas. Terlebih lagi, orang tua
Fungsi pengawasan dan peraturan ini yang ada dapat memberikan lebih dari satu
juga disebutkan Livingstone dan Helpers cara pengawasan pada penggunaan telepon
(2008) yang dikutip dalam jurnal pintar anak. Berbanding terbalik dengan
Mediation’s of young children’s digital informan orang tua 1 yang tidak begitu
technology use : The parent’s perspective mengerti menguasai teknologi digital
oleh Smahelova, Juhova, Cermak, dan sehingga hanya dapat mengandalkan
Smahel (2017) bahwa terdapat empat jenis pengawasan langsung saja pada penggunaan
mediasi untuk menjelaskan parental telepon pintar anak.
mediation atau mediasi orang tua pada
penggunaan media digital anak, yaitu : 2. Komunikasi keluarga dan
active co-use, yaitu dengan duduk berada di penggunaan smartphone oleh anak
dekat anak ketika anak sedang mengakses dengan orang tua tidak bekerja
internet serta membangun obrolan tentang
Jika pasangan informan 1 dan 2
aktivitas online bersama anak. Di sini co-use
mempunyai kendala keterbatasan waktu dan
juga termasuk memberikan komunikasi pada
jarak sehingga intensitas komunikasi antara
anak terkait dengan informasi personal
orang tua dan anak menjadi terbatas, tidak
secara online, belanja online, pengisian
untuk pasangan informan 3 dan 4. Pada
fomulir atau aktivitas online lainnya yang
pasangan informan 3 dan 4 yang merupakan
mungkin dilakukan anak. Kemudian fungsi
pasangan anak dengan orang tua yang tidak
pembatasan atau restriction dibagi menjadi
bekerja, dimana orang tua atau sang ibu dari
dua yaitu interaction restriction dan
kedua pasang informan ini mempunyai
technical restriction. Interaction restriction
banyak waktu di rumah dalam
yaitu orang tua memberikan batasan-batasan
kesehariannya. Sang ibu yang mempunyai
terkait larangan menghubungi atau kontak
dan menghabiskan banyak waktu di rumah
dengan orang lain secara online seperti pada
ini tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi
email, obrolan online, atau pada permainan
anak, dimana komunikasi di antaranya
online. Sedangkan technical restriction lebih
masih mudah dilakukan secara langsung
kepada aturan teknis yang digunakan untuk
atau tatap muka. Dengan demikian, pada
memberikan batasan pada perangkat lunak
pasangan informan 3 maupun 4 tidak
yang digunakan anak seperti memasang
memerlukan media telepon pintar untuk
filter yang dapat mencegah akses ke
berkomunikasi. Telepon pintar pada kedua
beberapa website. Kategori yang terakhir
informan anak ini lebih banyak digunakan
adalah parental monitoring, dimana orang
untuk fungsi hiburan dan informasi daripada
tua melakukan cek atau memeriksa aktivitas
untuk keperluan berkomunikasi dengan
anak setelah menggunakan internet baik
orang tua. Bahkan pada informan anak 4,
secara terselubung maupun terang-terangan.
sama sekali tidak menginstal dan
Dari beberapa fungsi mediasi orang tua menggunakan aplikasi pesan instan dalam
dalam penggunaan teknologi digital anak telepon pintarnya. Sedangkan pada informan
tersebut dapat dipahami bahwa orang tua anak 3, walaupun ia tidak membutuhkan
dengan media literasi yang baik dapat media telepon pintar untuk berkomunikasi
menerapkan berbagai cara untuk dengan orang tua, ia tetap menggunakan
memberikan pengawasan yang dalam hal ini aplikasi pesan instan tetapi lebih digunakan
adalah penggunaan telepon pintar anak. untuk berkomunikasi dengan teman-teman
Seperti informan orang tua 2 yang juga sekolahnya.
merupakan pengguna aktif telepon pintar
serta mengikuti perkembangan teknologi
Walaupun keberadaan telepon pintar komunikasinya dengan sang ibu menjadi
tidak digunakan sebagai fungsi komunikasi lebih terbatas. Dimana komunikasi dan
pada pasangan anak dengan orang tua tidak interaksi dengan sang ibu hanya dilakukan
bekerja, namun ditemukan hal unik yang saat makan malam bersama di ruang tengah.
bertolak belakang antara kedua pasang Anak pun mengakui, komunikasinya dengan
informan ini terkait berkurangnya sang ibu menjadi terbatas dan seperlunya
komunikasi anak dengan orang tua. Pada saja yaitu anak lebih banyak menjawab
pasangan informan 3, komunikasi antara pertanyaan hanya ketika sang ibu bertanya.
anak dengan orang tua menjadi berkurang
setelah anak mengenal dan menggunakan Pengalaman pasangan informan 3
telepon pintar. Baik informan anak maupun berbanding terbalik dengan pasangan
orang tua pada pasangan ini sama-sama informan 4. Pada pasangan informan 4, baik
merasakan dan menyadari hal tersebut. informan orang tua maupun anak sama-sama
Menurut sang ibu, anak menjadi lebih sering tidak merasakan berkurangnya komunikasi
bermain telepon pintar dan sibuk dengan setelah anak mengenal dan menggunakan
dunianya sendiri ketika di rumah. Kebiasaan telepon pintar. Menurut keduanya
anak bermain telepon pintar sendiri di dalam komunikasi dan interaksi langsung masih
kamar yang menyebabkan interaksinya dapat dilakukan dengan baik sama seperti
dengan sang ibu menjadi berkurang. sebelumnya. Hal tersebut tidak lain karena
Terlebih lagi sang ibu yang harus penggunaan telepon pintar sang anak yang
memberikan lebih banyak waktu untuk teratur dan dapat terkontrol dengan baik oleh
mendampingi dan mengawasi anak sang ibu. Dimana sang ibu menerapkan
bungsunya yang masih balita, sehingga peraturan batasan waktu dalam penggunaan
pengawasan ke anak yang lain atau informan telepon pintar sang anak sejak awal
anak 3 tidak diberikan secara penuh. diberikan kepemilikan telepon pintar hingga
Terlebih lagi pada pasangan informan ini, saat ini. Anak hanya diberikan akses telepon
sang ibu tidak memberikan batasan waktu pintar di hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja
dalam penggunaan telepon pintar sang anak. dalam seminggu. Itu pun akan diberikan
Dengan demikian, anak pun dibebaskan dan ketika anak sudah menyelesaikan semua
dapat bermain telepon pintar di waktu kapan kewajiban yang harus dilakukannya seperti
saja sesuai keinginannya. Dalam hal ini sang mengerjakan tugas, makan dan mandi. Sang
anak juga menyadari bahwa ia banyak anak pun dapat menjalankan peratuan
bermain telepon pintar ketika di rumah. tersebut dengan baik hingga saat ini. Dengan
Anak juga merasakan perubahan komunikasi adanya peraturan batasan waktu tersebut,
dengan orang tua setelah diberikan waktu keseharian anak tidak habis
kepemilikan telepon pintar, bahwa ia digunakan hanya untuk bermain telepon
menjadi lebih sering di kamar dan merasa pintar. Dengan demikian, orang tua pun
lebih senang berkomunikasi dan berinteraksi masih memiliki banyak waktu dengan anak
dengan teman-teman secara online melalui untuk mengobrol dan melakukan aktivitas
telepon pintar dibandingkan dengan sang bersama di rumah, sehingga komunikasi dan
ibu. Di samping itu, ketersediaan fasilitas interaksinya masih terjaga dengan baik.
WiFi di rumah juga memberikan keleluasaan Bahkan komunikasi dan interaksinya dengan
juga kenyamanan bagi anak menghabiskan sang anak tidak hanya saat di rumah
banyak waktu bermain telepon di rumah. melainkan juga di setiap kegiatan anak,
Kebiasaan dan pola penggunaan telepon mengingat sang ibu sering mengantarkan
pintar anak tersebut yang membuat dan mendampingi setiap kegiatan luar
ruamh sang anak.
Dapat dikatakan bahwa pemberian penggunaan telepon pintar sang anak. Baik
peraturan penggunaan telepon pintar anak informan orang tua 3 maupun 4 mengakui
menjadi hal penting yang dapat mengatur bahwa saat ini banyak tutorial mengenai
banyak sedikitnya kesediaan waktu anak cara-cara melakukan keamanan pada
untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi perangkat telepon pintar anak yang bisa
dengan orang tua ketika di rumah, khusunya didapat melalui internet. Dengan informasi-
pada anak dengan orang tua yang tidak informasi tersebut, orang tua kemudian
bekerja. Hal tersebut dapat terlihat dari dapat menerapkannya atau mempraktikkan
pengalaman pasangan informan 3 dan 4 sendiri pada telepon pintar sang anak. Dari
yang jauh berbeda seperti yang telah hal tersebut juga dapat dikatakan bahwa
dijelaskan. Selain peraturan, pengawasan orang tua dengan literasi media yang baik
dalam penggunaan telepon pintar anak juga dapat melakukan berbagai alternatif cara
menjadi hal penting yang perlu dilakukan dalam melakukan pengawasan penggunaan
oleh semua orang tua termasuk pada orang telepon pintar anak dengan baik.
tua yang tidak bekerja. Bedanya, orang tua
yang tidak bekeja dan memiliki banyak KESIMPULAN
waktu di rumah tidak mendapati kendala
Setelah dilakukan penelitian, hasil
dalam melakukan pengawasan langsung saat
menunjukkan bahwa penggunaan telepon
anak menggunakan telepon pintar. Seperti
pintar anak baik pada keluarga dengan orang
pada pasangan informan 4 dimana sang ibu
tua bekerja maupun tidak bekerja,
sering di dekat anak ketika anak sedang
mengurangi efektivitas komunikasi keluarga
bermain telepon pintar di ruang tengah.
yang dilihat dari intensitas komunikasi,
Tetapi sedikit berbeda dengan pasangan
komunikasi dua arah, sikap mendegarkan
informan 3, sang ibu tidak dapat secara
dan memberikan empati serta perhatian.
penuh memberikan pengawasan langsung
kepada anak mengingat kebiasaan anak yang Pada anak dengan orang tua yang
sering bermain telepon pintar di dalam bekerja, komunikasi menjadi lebih mudah
kamar. Artinya pengawasan langsung dapat dan lancar dengan adanya telepon pintar. Di
dilakukan informan orang tua 3 ketika anak satu sisi keberadaan telepon pintar dapat
berada tidak jauh dari jangakauannya. dikatakan menjadi solusi masalah
Dalam menyiasati hal tersebut, informan komunikasi atas keterbatasan waktu dan
orang tua 3 melakukan pengawasan tidak jarak yang dimiliki anak dengan orang tua
langsung yaitu melalui pengaturan pada yang bekerja. Akan tetapi, kebiasaan dan
telepon pintar sang anak agar konten-konten pola penggunaan telepon pintar anak yang
yang dapat diakses ramah dengan anak. tidak mendapatkan pengaturan atau kontrol
Informan orang tua 4 pun juga melakukan yang baik dari orang tua dapat memberikan
pengawasan tidak langsung, yaitu dengan dampak berkurangnya kesempatan
memasang akun email miliknya di perangkat komunikasi dan interaksi langsung antara
telepon pintar sang anak sehingga aktivitas anak dan orang tua di rumah. Walaupun
yang anak lakukan dapat dipantau dari jauh orang tua yang bekerja selalu berusaha
oleh sang ibu. untuk membangun komunikasi dan interaksi
langsung dengan anak di waktu malam hari,
Bagi informan orang tua 3 dan 4
tetapi kesempatan tersebut menjadi semakin
yang juga merupakan pengguna aktif
berkurang ketika anak masih sering
telepon pintar tidak merasa kesulitan
menggunakan telepon pintar di malam hari.
melakukan bebagai pengaturan untuk dapat
memberikan pengawasan yang baik dalam
Begitu pula anak dengan orang tua DAFTAR PUSTAKA
yang tidak bekerja. Keberadaan telepon
pintar justru menjadi faktor pengurang porsi Buku
komunikasi dan interaksi langsung dalam
Budyatna, Muhammad., dan Leila Mona
keseharian anak dan orang tua. Walaupun
Ganiem.(2011). Teori Komunikasi
anak dengan orang tua yang tidak bekerja
Antarpribadi. Jakarta: Kencana.
mempunyai banyak waktu untuk dapat
berkomunikasi dan berinteraksi langsung di Bungin, Burhan. (2010). Penelitian
rumah, tetapi kesempatan berkomunikasi Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
dan berinteraksi tersebut menjadi semakin Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
berkurang karena tidak adanya batasan Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
waktu dan kontrol yang baik dari orang tua Media Group.
pada penggunaan telepon pintar sang anak.
Anak menjadi lebih senang dan sibuk Djamal.(2015). Paradigma Penelitian
berinteraksi dengan telepon pintarnya Kualitatif. Yogyakarta: Puataka
dibandingkan dengan orang tua. Selain Pelajar.
intensitas komunikasi yang berkurang, dari
segi kualitas anak bisa menjadi lebih pasif Eadie, William F. (Eds). (2009). 21stCentury
yaitu anak hanya merespon atau menanggapi Communication: A Reference Book.
ketika ditanya dan semakin tidak berminat California: SAGE Publications, Inc.
untuk bercerita tentang segala hal dengan Henderson, Harry.(2009). Encyclopedia of
orang tua. Dengan demikian, sikap orang tua Computer Science and Technology
terhadap penggunaan telepon pintar anak (Revised ed.). New York: Facts On
(pengaturan batasan waktu, pengawasan) File, Inc.
lebih banyak memberikan perbedaan pada
komunikasi keluarga dibandingkan dengan Herdiansyah, Haris. (2012). Metode
kondisi orang tua yang bekerja atau tidak Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
bekerja. Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
SARAN Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi
Antarpribadi dan Medianya: Fakta
Pada penelitian ini lebih Penelitian Fenomenologi Orang Tua
menitikberatkan pada bagaimana Karier dan Anak Remaja. Yogyakarta:
penggunaan telepon pintar oleh anak, Graha Ilmu.
sehingga pada penelitian selanjutnya akan
lebih baik jika turut menggali lebih dalam Idrus, Muhammad. (2009). Metode
bagaimana penggunaan telepon pintar orang Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan
tua dan pengaruhnya pada sikap orang tua Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi 2.
dalam memberikan pengaturan dan Yogyakarta: Erlangga,
pengawasan penggunaan telepon pintar
anak. Littlejohn, Stephen W., and Karen A. Foss.
(2009). Encyclopedia od
Communicatioin Theory. California:
Thousand Oaks.
Moustakas, Clark. (1994). Jurnal Skripsi
Phenomenological Research Methods.
California: SAGE Publications, Inc. Anggrahini, Sukma Ayu Dewi. (2013).
Dinamika Komunikasi Keluarga
Pawito.(2008). Penelitian Komunikasi Pengguna Gadget. Skripsi. Universitas
Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogaykarta.
Devi, Lisa. (2015). Proses Komunikasi
Santrock, John W., (2007). Perkembangan Interpersonal Ibu yang Bekerja dalam
Anak. Edisi 11.Jilid 2. Diterjemahkan Pembentukan Sikap Konatif Anak.
oleh: Mila Rachmawati dan Anna Skripsi. Universitas Kristen Petra
Kuswanti. Jakarta: Erlangga. Surabaya.
Ruben, Brent D., dan Stewart Lea P. (2013). Purba, Sarah Veradinata. (2015).
Komunikasi san Perilaku Manusia. Pengalaman Komunikasi Orang Tua
Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh : Terhadap Pendampingan
Ibnu Hamad. Jakarta : PT Menggunakan Smartphone dan
RajaGrafindo Persada Internet. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
Shelly, Gery B., Thomas J. Cashman, Misty
E. Vermaat. (2008). Discovering Saputri, Rikasiwi Oktaviana Hadi. (2015).
Computers Fundamentals (4th ed.). Memahami Komunikasi Ibu yang
Boston: Thomson Course Technology. Berkarier dalam Membentuk Konsep
Diri Anak Sebagai Pribadi yang
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Mandiri. Skripsi. Universitas
Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Diponegoro.
Alfabeta.
Tondok, Marselius Sampe. (2013).
Sugiyono.(2013). Memahami Penelitian Penggunaan Smartphone pada Anak:
Kualitatif.Bandung: Alfabeta. Be Smart Parent. Skripsi. Universitas
Surabaya.
Tubbs, Stewart L., dan Sylvia Moss. (2005).
Human Communication: Prinsip- Jurnal / PDF
Prinsip Dasar. Diterjmahkan oleh:
Deddy Mulyana dan Gembirasari. Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Indonesia. (2016). Infografis Penetrasi dan
Perilaku Pengguna Internet Indonesia:
Wahyuni, Sari. (2012). Qualitatif Research Survey 2016.
Method: Theory and Practice. Jakarta:
Salemba Empat. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. (2016).
Wood, Julia T. (2016). Interpersonal Telaah Kebijakan (Pengaruh) Interaksi
Communication: Everyday Encounter. Komunikasi Efektif antar Orang Tua Dan
8th edition. Canada: Cengage Learning. Anggota Keluarga Terhadap Ketahanan
Keluarga di Provinsi DKI Jakarta.
Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Horrigan, John B. (2002). New
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Internet Users: What They Do Online, What
Group.
The Don’t, And Implication for the ‘Net’s https://bisnis.tempo.co/read/872608/bps-
Future. pekerja-masih-didominasi-laki-laki
diakses pada 31 Juli 2018 pukul 12.04 WIB.
Smahelova, M., Juhova, D., Cermak,
I., Smahel, D. (2017). Mediation of young
children’s digital technology use : The
parent’s perspective. Cyberpsychology :
Journal of Psychosocial Research on
Cyberspace, 11 (3), article 4.
Internet
Press Release Menteri PP-PA
Klarifikasi Permen Larangan Penggunaan
HP pada Anak. (2016). Dalam
https://www.kemenpppa.go.id.Diakses pada
15 Juli 2018 pukul 19.09 WIB.
https://inet.detik.com/cyberlife/d-
3398914/berapa-lama-waktu-ideal-gunakan-
gadget diakses pada 22 Juli 2018 pukul
16.57 WIB
https://www.viva.co.id/gaya-
hidup/parenting/941330-orangtua-sibuk-
cari-nafkah-komunikasi-dengan-anak-
berkurang diakses pada 14 Juli 2017 pukul
23.17 WIB
http://news.solopos.com/read/201807
11/525/926436/masyarakat-super-
highwaydiakses pada 31 juli 2018 pukul 5.43
WIB.
https://lifestyle.kompas.com/read/20
18/04/13/070000720/media-sosial-pangkas-
kebersamaan-orangtua-dan-anak diakses
pada 9 Agustus pukul 17.43 WIB.
https://jateng.bps.go.id/statictable/20
17/03/22/1476/penduduk-jawa-tengah-
berumur-15-tahun-ke-atas-menurut-jenis-
kegiatan-seminggu-yang-lalu-dan-jenis-
kelamin-di-provinsi-jawa-tengah-2007-
2016.html diakses pada 31 Juli 2018 pukul
11.31 WIB.

Anda mungkin juga menyukai