Anda di halaman 1dari 4

Pencuri Sandal Seharga Rp 50rb Dihukum 5 Tahun, Koruptor Pencuri Uang

Rakyat Milyaran Rupiah Dihukum Berapa Tahun?


Bicara tentang keadilan, semua orang pasti sepakat keadilan itu hanya memihak
kebenaran. Bahkan, Keadilan dianggap sebagai satu-satunya prinsip hukum yang paling
diutamakan di antara 2 prinsip hukum lain yakni kemnafaatan dan kepastian. Adil berarti
mendudukkan sebagai mana mestinya (sesuai porsinya) suatu perkara. Sikap adil memunculkan
hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Hakim ibarat ‘wakil’ tangan Tuhan di muka bumi, dalam mengadili suatu perkara wajib
mengedepankan prinsip keadilan. Namun bagaimana realitas pengadilan di Indonesia?
Tengoklah kasus remaja pencuri sandal buntut yang terancam hukuman 5 tahun penjara!
Dikutip dari suaramerdeka.com, AAL remaja berusia 15 tahun tak pernah menyangka jika
sepasang sandal jepit butut warna putih kusam yang ditemukannya di pinggir Jalan Zebra, Kota
Palu, akan menyeretnya ke meja hijau. Jaksa mendakwa AAL dengan Pasal 362 KUHP dengan
ancaman hukuman lima tahun penjara. links:

Lalu bagaimana dengan para koruptor yang telah mencuri uang milyaran rupiah? Sebut
saja beberpa pelaku korupsi macam dengan terdakwa Budi Mulya dalam kasus korupsi
pemberian FPJP Bank Century yang telah merugikan negara Rp 7 triliun dengan hanya vonis 10
tahun, terdakwa Indar Atmanto dalam kasus korupsi penggunaan jaringan telekomunikasi yang
telah merugikan negara Rp 1,3 triliun dengan hanya vonis 8 tahun, atau mantan presiden PKS
Luhfi Hasan Ishaq bersama rekannya Ahmad Fathanah yang menerima suap Rp 1,3 miliar dari
Direktur Utama PT Indoguna Utama dalam kasus korupsi impor sapi yang hanya dihukum 16
tahun penjara dan denda Rp1 milliar. Memang baik kasus pencurian maupun korupsi sama-
sama mempunyai kesamaan yakni sama-sama mengambil barang milik orang lain yang artinya
kedua perbuatan tersebut adalah “terlarang”. Namun adakah keduanya sama persis? Apakah
sama hasil curian sandal yang harganya tidak lebih dari Rp 50rb yang hanya merugikan satu
orang saja dibandingkan dengan hasil korupsi milyaran rupiah yang telah menyengsarakan lebih
dari 200 juta penduduk di Negeri ini? Marilah kita tengok kembali!

Anda penah belajar “perbandingan senilai” dalam matimatika? Coba kita hitung kedua
kasus tersebut dengan menggunakan perbandingan senilai. Jika pencuri sandal yang seharga Rp
50rb dihukum 5 tahun penjara, maka berapa lama seharusnya mantan presiden PKS Luhfi
Hasan Ishaq yang menerima suap Rp 1,3 milyar dihukum penjara?Rp 50.000 = 5 tahun penjara,
berarti Rp 10.000 = 1 tahun penjara. Rp 1.300.000.000 = 130.000*Rp 10.000, Itu artinya
hukuman penjara LHI seharusnya “130.000 tahun penjara”, wow lama banget tuh. Kita ambil
umur rata-rata warga Indonesia adalah 60 tahun, maka 130.000 tahun dibagi 60 tahun
=2.166,6. Artinya sebanyak 2.166,6 anak-cucu-cicit-dst dari keturunan Lufhi Hasan Ishaq harus
menanggung dosanya. Wow benar-benar gila.

Hal ini belum termasuk implikasi sosial hasil dari perbuatan korupsi tersebut. Dan
cobalah hitung, berapa Banyak rakyat Indonesia yang disenggarakan karena ulah LHI? Seribu
rakyat, sejuta rakyat, 250 juta rakyat? Siapa yang tahu berapa pastinya? Jika unsur implikasi
sosial tersebut dimasukkan berapa lama LHI harus dipenjara? Mungkin benar apa yang
dikatakan oleh beberapa ahli hukum “idealis” yang menyatakan bahwa dosa hasil tindak pidana
korupsi itu sampai 7 keturunan pun niscaya tidak akan habis mengingat korupsi adalah tindakan
kejahatan “L-U-A-R B-I-A-S-A” destruktif. Lalu berapa lama penjara yang seharusnya Budi
Mulya dan Indar Atmanto dihukum penjara? Dan faktanya, ICW mencatat bahwa mayoritas
koruptor dihukum ringan hanya 1-2 tahun penjara.

Seandainya hukum di Indonesia menerapkan asas hukum keadilan ini dengan sebenar-
benarnya, maka tanpa menerapkan hukuman mati pada pelaku tindak pidana korupsi sekalipun
niscaya para calon-calon koruptor itu akan ketakutan dibuat oleh hukum yang demikian. Andai
hal itu nyata bukan sekedar mimpi belaka.
 Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi yang di anggap mengikat,yang di
kukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.

 Korupsi adalah penyelewengan kekayaan negara.

 Pencuri adalah pengambilan sesuatu milik orang lain secara tidak sah dan tanpa izin.

 Alasan kami mengangkat kasus ini : Karena setiap warga negara indonesia berhak mendapat
hak hukum dan hak peradilan yang sama tanpa memandang tinggi atau rendahnya jabatan
seseorang. Karena realita yang ada di kehidupan masyarakat ialah terdapat perbedaan
signifikan antara rakyat bisan dan orang yang memiliki jabatn penting di negara sekalipun
kesalahannya lebih besar namun tidak di beri hukuman yang setimpal. Sehingga hal ini dapat di
katakan pelanggran hak dan penyelewengan kewajiban.

 Solusi :

1. Menerapkan hukum indonesia dengan baik

2. Memilih pengadil yang jujur dan amanah

3. Meningkatkan kesadaran HAM

 Contoh lainnya :

1. Pemerintah Indonesia telah mengadakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat yang
kurang mampu. Namun dalam pelaksanaannya belum juga membaik. Buruknya layanan
kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam
mengurus syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari
berbagai rumah sakit. Hingga pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih
terjadi.Sering sekali dijumpai di banyak rumah sakit yang memepersulit bahkan tidak mau
menerima masyarakat yang menggunakan jaminan kesehatan. Sedangkan orang kaya ataupun
yang memiliki jabatan lebih diutamakan sehingga dapat dengan mudahnya mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik. Sehingga terjadi diskriminasi dalam pelayanan kesehatan yang
marak terjadi di negeri kita tercinta ini.Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat
miskin menjadi potret bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang
kaya atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan yang
istimewa. Padahal dalam UUD 1945 pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia
menyebutkan bahwa "setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan".
Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari
pihak rumah sakit.
2. Pendidikan merupakan hal penting karena dengan pendidikan lah Indonesia mampu
menciptakan generasi-generasi muda yang cerdas serta dapat memajukan Indonesia menjadi
lebih baik, karena generasi muda lah yang meneruskan perjuangan generasi terdahulu serta
akan dibawa kemanakah negeri ini. Namun terdapat masalah lain yang memperlihatkan
ketidakadilan dalam dunia pendidikan yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh
pendidikan yang layak, sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak mampu untuk sekolah
karena biaya sekolah yang dirasa memberatkan. Oleh sebab itu pemerintah seharusnya
memprioritaskan warga miskin Indonesia dengan memberikan pendidikan. Sehingga anak-anak
yang kurang mampu tersebut dapat mengenyam pendidikan yang layak dibangku sekolah
seperti anak-anak pada umumnya.Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain
yang harus diperhatikan oleh pemerintah salah satunya adalah ketimpangan pendidikan yang
terjadi contohnya pendidikan di Jakarta dengan pendidikan di Papua. Untuk anak-anak di
daerah pedalaman atau di daerah perbatasan, pemerintah dinilai hanya memprioritaskan
pendidikan untuk daerah-daerah yang sudah maju saja, sementara untuk pendidikan di daerah-
daerah pedalaman cenderung diabaikan. Banyak anak-anak di daerah pedalaman yang
membutuhkan pendidikan formal, bahkan hanya untuk sampai kesekolahan saja mereka sampai
harus rela berjalan atau menyeberangi sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.
Bisa kita lihat bahwa terjadinya ketimpangan pendidikan yang terjadi Indonesia serta tidak
meratanya pendidikan di Indonesia.

3. Permasalahan yang paling miris di bidang ekonomi yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan ini
menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah
ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi pada
kenyataanya malah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pada konstitusi.Contohnya saja
yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari yaitu fakir miskin dan anak-anak terlantar
dibiarkan keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah kolong
jembatan hanya dengan beralaskan kardus. Jika kita amati, ironi yang terjadi di Indonesia saat ini
adalah yang kaya makin kaya yang miskin jadi miskin. Bagaimana tidak yang kaya memiliki modal
lebih kemudian mengembangkan usaha yang dimilikinya sehingga pendapatan yang diterimanya
pun akan bertambah. Sedangkan yang miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun
sangat sulit. Pemerintah seharusnya memikirkan bagaimana nasib rakyat Indonesia yang berada
di garis kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai