Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi hanya beberapa
hari tanpa air. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,
kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah bayi baru lahir 75% dari total berat
badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan
dewasa tua 45% dari total berat badan. Pada proses menua manusia kehilangan air.
Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular. Persentase cairan tubuh
bervariasi, bergantung pada faktor usia, jenis kelamin, proporsi jaringan otot dan jaringan
lemak.
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraselular (cairan di dalam sel) yang komposisinya cocok untuk sel
tersebut dan cairan ekstraselular (cairan di luar sel) yang komposisinya cocok pula. Cairan
ektraselular terdiri atas cairan interstisial atau interselular (sebagian besar) yang terdapat di
sela-sela sel dan cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu
kehilangan dan mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam
tiap kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostasis/tetap.
Keseimbangan cairan di tiap kompartemen menentukan volume dan tekanan darah.
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami
penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari suatu kelainan cairan intravaskuler,
interstisial dan intraseluler. Pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan tubuh
haruslah seimbang agar tidak terjadi gangguan volume cairan di dalam tubuh. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan agar komposisi cairan tubuh tetap seimbang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan Tubuh


Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2 Distribusi Cairan Tubuh


Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda yaitu:
1. Cairan Ekstrasel
Terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular. Cairan interstisial
mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun
sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh
interstisial.
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air
tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan
trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.
2. Cairan Intrasel
Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan

2
intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang
ekstrasel. Namun proporsi subtansi-subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi
kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.

2.2.1 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari pembuluh darah kapiler dan sel
3. Fase III
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter sehingga tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan cara :
a. Difusi
Suatu proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam cairan,
berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga
distribusi partikel didalam cairan menjadi merata atau partikel akan melewati
membran sel yang permeable terhadap subtansi tersebut.
b. Filtrasi
Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan
sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di
dalam bantalan kapiler.
c. Osmosis
Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semipermeabel yang
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan
yang memiliki konsentrasi solute tinggi. Kecepatan osmosis tergantung pada
konsentrasi solute di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
d. Transport aktif

3
Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi glukosa
dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolik. Aktivitas
metabolik dan pengeluaran energi diperlukan untuk menggerakan berbagai
materi guna menembus membrane sel.

2.3 Fungsi Cairan Tubuh Manusia


Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi
di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik,
dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang. Fungsi cairan
tubuh antara lain :
1. Mengatur suhu tubuh
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam
mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari
metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37ºC. Suhu
ini paling cocok untuk bekerjanyaa enzim-enzim dalam tubuh. Kelebihan panas yang
diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan keluar. Sebagian besar
pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari permukaan
tubuh (keringat). Semakin besar luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan
panas melalui kulit.
2. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan
dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh
pada kinerja otak dan jantung.
3. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk
dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi
kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
4. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam
tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan
pernafasan.
5. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan

4
membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi
lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.
6. Pelumas
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan
cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
7. Peredam benturan
Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban
melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.

2.4 Keseimbangan Air


Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk
dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam
tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi
pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan overhidrasi (kelebihan air). Konsumsi
air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh
sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai
urine, air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru
Tabel 1. Keseimbangan air
Ekskresi/Keluaran
Masukan Air Jumlah (mL) Jumlah (mL)
Air
Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400
Makanan 700-1000 Kulit 450-900
Air Metabolik 200-300 Paru-paru 350
Feses 150
1450-2800 1450-2800

2.4.1 Intake Cairan


Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi
selama proses metabolisme. Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan
berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

5
Tabel 3. Pengaturan Intake Cairan Tubuh Berdasarkan Umur dan Berat Badan
Kebutuhan
Berat Badan
No Umur Cairan (mL/24
(kg)
Jam)
1 3 Hari 3,0 250-300
2 1 Tahun 9,5 1150-1300
3 2 Tahun 11,8 1150-1300
4 6 Tahun 20,0 1350-1500
5 10 Tahun 28,7 1800-2000
6 14 Tahun 45,0 2000-2500
7 18 Tahun (adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.

2.4.2 Output Cairan


Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas
kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar
300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
c. Keringat

6
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.4.3 Pengaturan Konsumsi Air


Konsumsi air di atur rasa haus dan kenyang hal ini terjadi melalui perubahan
yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang mengontrol pemeliharaan
keseimbangan air dan suhu tubuh) dan perut. Bila konsentrasi bahan-bahan di dalam
darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan menarik air dari kelenjar ludah. Mulut
menjadi kering, dan timbul keinginan untuk minum guna membasahi mulut. Bila
hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka timbul
rangsangan untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula oleh saraf
keseimbangan.
Walaupun rasa haus dapat mengatur konsumsi air dalam keadaan kehilangan
air yang terjadi secara cepat, mekanisme ini sering tidak terjadi pada waktunya
mengganti air yang diperlukan. Misalnya kehilangan cairan yang terjadi cepat pada
seorang pekerja yang bekerja di panas matahari atau seorang pelari jarak jauh.
Kadang-kadang minum tidak dapat segera mengembalikan kehilangan cairan yang
dialaminya. Akibatnya terjadi dehidrasi.

2.4.4 Pengaturan Pengeluaran Air


Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur
konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan
hormon antidiuretika (ADH). ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh
terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH
merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkannya
kembali ke dalam tubuh. Jadi semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit
yang dikeluarkan.
Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah
akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan
protein di dalam darah yang dinamakan angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiostensi akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga
7
tekanan darah akan naik. Di samping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon
aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk
menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih
sedikit air dikeluarkan dari tubuh.
Mekanisme ini tidak berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam jumlah
cukup. Tubuh paling kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urine yaitu
jumlah minimal yang diperlukan untuk mengeluarkan bahan sisa sehari sebagai akibat
aktivitas metabolisme di dalam tubuh. Di luar jumlah ini, pengeluaran air disesuaikan
dengan pemasukan air. Bila seseorang minum air dalam jumlah lebih banyak, urine
akan lebih encer. Disamping melalui urine, tubuh kehilangan air melalui paru-paru
sebagai uap, melalui kulit sebagai keringat, dan sedikit melalui feses. Jumlah air yang
hilang rata-rata tiap hari sebanyak 2 ½ liter.
2.5 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai di dalam
cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting
bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada di dalam cairan dengan
komposisi yang benar, baik cairan di dalam maupun di luar sel. Mineral makro terdapat
dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur ke mana
garam harus bergerak dengan demikian menetapkan ke mana cairan tubuh harus mengalir,
karena cairan mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.

2.5.1 Disosiasi Garam dalam Air


Bila garam larut dalam air, misalnya garam NaCl, akan terjadi disosiasi
sehingga terbentuk ion-ion bermuatan positif dan negatif. Ion positif dinamakan
kation, sedangkan ion negatif anion. Ion mengandung muatan listrik dan dinamakan
elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan garam dalam keadaan disosiasi
dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua larutan elektrolit, ada keseimbangan
antara konsentrasi anion dan kation. Tabel dibawah ini menunjukkan keberadaan
elektrolit di luar dan di dalam sel tubuh.

Tabel 2. Keberadaan Elektrolit Tubuh


Konsentrasi di Konsentrasi di
Elektrolit
luar sel (meq/l) dalam sel (meq/l)
Kation
Natrium ¿ ¿ 142 10

8
Kalium ¿ 5 150
Kalsium ¿ ¿ 5 2
Magnesium ¿ 3 40
155 202
Anion
−¿¿
Klorida (Cl) 103 2
Bikarbonat ¿ 27 10
Fosfat ¿ 2 103
Sulfat ¿) 1 20
Asam organic (laktat, piruvat) 6 10
Protein 16 57
155 202
Sumber: Whitney, E.N. dan S.R.Rolfes, Understanding Nutrition, 1999, hlm. 371.

2.5.2 Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein


Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyebrangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut. Ion negatif
akan mengikuti ion positif dan air akan mengalir ke arah cairan yang lebih tinggi
konsentrasinya. Salah satu contoh alat transport ini adalah pompa natrium-kalium,
suatu enzim yang memompa natrium ke luar lebih cepat daripada proses difusi biasa.
Pada waktu yang sama, kalium akan dipompa ke dalam sel. Pompa ini secara aktif
mempertukarkan natrium dengan kalium melalui membran sel, dengan demikian
mempertahankan tingkat konsentrasi masing-masing elektrolit. Pompa ini
menggunakan ATP sebagai sumber energi dan enzim natrium-kalium ATP-ase guna
melepaskan energi dari ATP.

2.5.3 Pemeliharaan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit


Jumlah berbagai jenis garam dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan
konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber di
luar tubuh, yaitu makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang
mengatur agar konsentrasi semua mineral barada dalam batas-batas normal.
Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.
Bagian atas saluran cerna, yaitu lambung dan usus halus, secara terus menerus
memperoleh mineral melalui getah pencernaan dan cairan empedu. Mineral ini
kemudian diserap kembali di bagian bawah saluran cerna, yaitu bagian kolon/usus
besar. Melalui mekanisme ini sebanyak 8 liter cairan mengalami daur ulang, yang
cukup berarti untuk pemeliharaan keseimbangan elektrolit.

9
Pengaturan keseimbangan air juga diatur oleh ginjal. Hormon ADH
menentukan jumlah air yang dikeluarkan ginjal dan jumlah yang diserap kembali.
Untuk mengatur keseimbangan elektrolit, ginjal memanfaatkan kelenjar adrenal
melalui hormon aldosteron. Bila kadar natrium tubuh menjadi rendah, aldosteron
meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubula ginjal. Bila terjadi reabsorpsi natrium,
kalium akan dikeluarkan dari tubuh sesuai dengan aturan bahwa jumlah ion positif di
dalam tubuh harus tetap sama. Kemampuan ginjal mengatur kandungan natrium tubuh
luar biasa. Makanan biasanya mengandung lebih banyak natrium daripada yang
dibutuhkan tubuh. Natrium mudah diabsorpsi oleh saluran cerna ke dalam darah.
Ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium ini dan menjaga konsentrasinya dalam
darah pada tingkat normal.
Rasa haus juga membantu kadar natrium di dalam darah. Bila kadar natrium
tinggi, reseptor di dalam otak merangsang seseorang untuk minum hingga tercapai
rasio normal natrium terhadap air. Kemudian ginjal akan mengeluarkan kelebihan air
dan kelebihan natrium secara bersamaan.

2.5.4 Faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. bayi dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak ada maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum

10
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh, misalnya :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien dengan penurunan tingkat
kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena
kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

2.6 Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


Secara normal, tubuh mampu mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak mampu mengatasinya. Ini terjadi bila
kehilangan terjadi dalam jumlah banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare,
berkeringat luar biasa, terbakar, luka/pendarahan, dan sebagainya. Dalam keadaan ini
elektrolit pertama yang hilang adalah natrium dan klorida, karena keduanya merupakan
elektrolit ekstraselular utama dalam tubuh. Biasanya perlu segera diberikan cairan elektrolit.
Cairan elektrolit yang paling sederhana dan dikenal masyarakat adalah oralit atau larutan gula
garam (LGG).

2.6.1 Hipervolemia
Hipervolemia merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Kelebihan volume
cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air
dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan
kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air
tubuh total.
Hipervolemia terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran
cairan. Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran

11
darah menjadi sangat kecil. Minum air dalam jumlah yang sangat banyak biasanya
tidak menyebabkan hipervolemia jika kelenjar hipofisa, ginjal dan jantung berfungsi
secara normal. hipervolemia lebih sering terjadi pada orang-orang yang ginjalnya
tidak membuang cairan secara normal, misalnya pada penderita penyakit jantung,
ginjal atau hati. Orang-orang tersebut harus membatasi jumlah air yang mereka
minum dan jumlah garam yang mereka makan. Hipervolemia ini dapat terjadi jika :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma
Organ yang paling mudah terkena dampak dari overhidrasi adalah otak. Jika
overhidrasi terjadi secara perlahan, sel-sel otak memiliki kesempatan untuk
menyesuaikan diri, sehingga hanya sedikit gejala yang timbul. Jika overhidrasi terjadi
sangat cepat, penderita akan menunjukkan kekacauan mental, kejang dan koma.

2.6.2 Hipovolemia
Kekurangan volume cairan adalah suatu keadaan pada individu yang
mengalami dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang berhubungan dengan
kehilangan yang aktif. Kekurangan volume cairan terjadi jika pengeluaran cairan
tubuh lebih banyak daripada pemasukannya. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan (kekurangan natrium, kekurangan air, kekurangan natrium
dan air).
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal.
3) Pendarahan.
Hipovolemia sering disebut dehidrasi. Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis
berdasarkan penurunan berat badan, yaitu :
1) Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
2) Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat
badan)
3) Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat
badan)

12
Gejala yang ditimbulkan dari dehidrasi ringan adalah sakit kepala, lesu, jarang
buang air kecil, dan berkeringat. Untuk mengatasi dehidrasi ringan bisa dengan
minum cairan ekstra. Tapi jika tidak segera diatasi, dehidrasi mengakibatkan rasa haus
ekstrim, pusing, kebingungan, dan berhenti buang air kecil. Pada anak-anak dan
lansia, dehidrasi bisa menyebabkan diare, muntah, demam, cepat marah, dan
kebingungan.

BAB III
KESIMPULAN

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah

13
cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Fungsi cairan tubuh secara umum adalah sebagai pengatur suhu tubuh, melancarkan
peredaran darah, katalisator, membuang racun dan sisa makanan, pencernaan, pelumas, dan
peredam benturan.
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk
dan keluar tubuh. Cairan tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan bila mengalami
kelebihan atau kekurangan. Ketidakseimbangan cairan tubuh terjadi pada hipervolemia
(kelebihan volume cairan) dan hipovolemia (kekurangan volume cairan).

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

14
Ardiyanto. (2013). Hati-hati Kelebihan dan Kekurangan Air Bisa Sebabkan Gangguan
Jantung. [Online]. Tersedia : http://www.okejos.com/hati-hati-kelebihan-dan-
kekurangan-air-bisa-sebabkan-gangguan-jantung.html. [8 Oktober 2013].

Ismaryadi, Andi. (2012). Makalah Diagnosa Gangguan Volume cairan. [Online]. Tersedia :
http://andysmar.blogspot.com/2012/05/makalah-diagnosa-gangguan-volume-cairan.
html. [8 Oktober 2013].

Putra, Herman. (2013). Cairan dan Elektrolit. [Online]. Tersedia :


http://hermankampus.blogspot.com/2013/02/makalah-cairan-dan-elektrolit.html. [8
Oktober 2013].

LAMPIRAN

ARTIKEL TERKAIT

Oleh : Ardiyanto

15
Tanggal Terbit : Jumat, 1 Maret 2013 13.53 WIB

Hati-Hati, Kelebihan Dan Kekurangan Air Bisa Sebabkan Gangguan Jantung

Kekurangan cairan dalam tubuh disebut juga dehidrasi. Dehidrasi terjadi apabila kondisi air
dalam tubuh tidak sesuai dengan kadar air dalam tubuh normal. Jika tubuh mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi, maka beberapa gejala penyakit siap mengancam di
belakang. Salah satunya penyakit yang kerap menyerang tubuh yang kekurangan cairan
adalah jantung.

Gangguan jantung bisa disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Sepintas
memang tidak ada pengaruh antara kadar air dalam tubuh dengan gangguan jantung, karena
biasanya jantung sering disebabkan oleh pengaruh obat ataupun yang berkenaan langsung
dengan jantung seperti asap rokok dan lain sebagainya. Namun berdasarkan ilmu kedokteran,
ternyata gangguan jantung juga bisa dipicu karena kekurangan cairan.

Hal ini tak lepas dari tugas jantung sebagai pemompa darah. Darah yang dipompa jatung juga
memiliki kadar kekentalan tertentu. Sehingga jika seseorang kekurangan cairan, maka darah
dalam tubuh akan lebih kental dari biasanya. Oleh sebab itu kerja jantungpun semakin berat.
Dengan beban kerja yang cukup berat ini membuat jantung sedikit demi sedikit mengalami
gangguan.

Gangguan jantung akibat kekurangan air ini akan semakin mudah terjadi pada orang yang
sudah lanjut usia. Secara kinerja jantung, lansia atau lanjut usia sudah mengalami penurunan.
Sehingga sangat rentan sekali orang yang berusia mengalami gangguan jantung apabila
kekurangan cairan.

Selain kekurangan cairan, gangguan jantung juga bisa dipicu karena kelebihan cairan. Seolah
kejadian mustahil, namun hal ini memang rawan terjadi pada beberapa orang tertentu.

16
Gangguan jantung yang disebabkan oleh kelebihan cairan ini mudah biasanya dialami oleh
penderita ginjal dan jantung.

Untuk penderita gangguan ginjal, banyak mengkonsumsi air malah menyebabkan kerja ginjal
semakin berat. Secara kasat mata, penderita gangguan ginjal akan mengeluarkan urine lebih
sedikit. Namun, apabila penderita mengkonsumsi air terlalu banyak maka terjadi ketidak
seimbangan antara pengeluaran cairan tubuh dengan pemasukan. Kelebihan pemasukan air
inilah yang menyebabkan air menjadi menumpuk dalam tubuh. Sehingga dengan air yang
makin menumpuk akan menyebabkan gangguan pada kerja ginjal serta dapat membebani
tugas jantung sebagai pemompa darah keseluruh tubuh.

Pertanyaan
1. Mengapa apabila saat stress, seringkali telapak tangan berkeringat? Adakah kaitannya
dengan mekanisme cairan tubuh? Adakah kaitannya dengan penyakit lemah jantung?
Jawab :

17
Sebenarnya tidak ada kaitan secara langsung antara keringat berlebih pada telapak tangan
dengan mekanisme cairan tubuh. Keringat berlebih pada telapak tangan adalah salah satu
gejala hiperhidrosis. Hiperhidrosis ini merupakan salah satu bentuk keringat berlebihan
pada tubuh yang berlangsung dalam kadar sering dan konstan. Hiperhidrosis dibagi
kedalam dua kategori, yaitu hiperhidrosis lokal dan hiperhidrosis sistemik. Hiperhidrosis
lokal hanya terjadi di bagian telapak tangan dan kaki seta ketiak. Penyebab hiperhidrosis
lokal biasanya berkaitan dengan faktor psikologis, misalnya takut, cemas, atau khawatir
berlebihan. Kondisi akan mempengaruhi sistem saraf simpatis dan memacu kelenjar
keringat untuk berproduksi lebih banyak, maka terjadilah hiperhidrosis. Untuk
hiperhidrosis sistemik, terjadi tidak hanya telapak tangan, kaki, dan ketiak yang
berkeringat, seluruh tubuh pun berkeringat. Tapi itu bukan gejala utama lemah jantung
seperti anggapan yang beredar di masyarakat. Hiperhidrosis sistemik bisa menjadi
pertanda seseorang mengalami hipertiroid, yakni suatu kondisi akibat peningkatan kadar
hormon tiroid yang berfungsi mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Jika
seseorang mengalami hipertiroid, metabolisme tubuh menjadi lebih cepat, itu lah yang
membuat kelenjar keringat memproduksi keringat lebih banyak. Hipertiroid juga membuat
jantung berdetak lebih cepat, jika dibandingkan dengan detak jantung normal. Kondisi
inilah yang memunculkan anggapan bahwa sering berkeringat merupakan pertanda lemah
jantung.

2. Mengapa pada saat kita kurang minum air putih, seringkali mengalami sakit pinggang?
Jawab :
Fungsi dasar cairan tubuh salah satunya adalah sebagai pelumas. Cairan tubuh melindungi
dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh
kekurangan cairan. Oleh sebab itu apabila kita kekurangan cairan (kurang minum air
putih), volume cairan dalam tubuh kita pun akan berkurang dan tidak akan berfungsi
sebagai mana mestinya. Salah satu gejala yang ditimbulkan dari kekurangan cairan ini
adalah sakit pinggang, karena otot-otot pada pinggang ini akan mengempis apabila tubuh
kekurangan cairan. Oleh karena itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas
untuk meminimalisir resiko kejang otot, sakit pinggang dan kelelahan.

18

Anda mungkin juga menyukai