Anda di halaman 1dari 14

2.1.1. Morfologi tanaman pepaya (Carica papaya L.

)
a. Batang
Menurut Agustina (2017) Batang (caulis) merupakan bagian yang penting untuk
tempat tumbuh tangkai daun dan tangkai buah.Bentuk batang pada tanaman pepaya
yaitu berbentuk bulat, dengan permukaan batang yang memperlihatkan berkas-
berkas tangkai daun, dapat dilihat pada gambar 2.Arah tumbuh batang yaitu tegak
lurus yaitu arahnya lurus ke atas.Permukaan batang tanaman pepaya yaitu
licin.Batangnya berongga, umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, dan
tingginya dapat mencapai 5-10 m.
c. Akar
Menurut Agustina (2017) Akar (radix) pepaya merupakan akar dengan sistem akar
tunggang (radix primaria), karena akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok
yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Bentuk akar bulat dan
berwarna putih kekuningan.
(http://repository.uin-suska.ac.id/17055/7/13.%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf)
1.
Batang
Batang terong ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang.
Tinggi batang tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada
jenis varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang, ataupun daun tertutup
oleh bulu-bulu halus.
Batang tanamn terong membentuk percabangan yang menggarpu
(dikotom) dan tidak beraturan. Percabangan ini merupakan bagian dari
batang yang akan menghasilkan b
uah. Batang utama tanaman terong
memiliki ukuran cukup besar dan agak keras, sedangkan percabangannya
(batang sekunder) memiliki ukuran yang lebih kecil. Fungsi batang selain
sebagai tempat tumbuhnya daun dan organ
-
organ lainnya, adalah untuk
jalan pengang
kutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan
menyalurkan zat
-
zat hasil asimilasi ke seluruh bagian (Bambang, 2003)
5.
Akar
Tanaman terong ungu memiliki akar tunggang dan cabang-
cabang akar yang dapat menembus kedalam tanah sekitar 80-100 cm.
Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80
cm dari pangkal batang tergantung dari umur tanaman dan kesuburan
tanahnya (Rukmana, 2009)

(https://docplayer.info/70213694-Bab-ii-tinjauan-pustaka-2-1-taksonomi-tanaman-
terong-solanum-mengolena-l.html)
PENGARUH
PENYIANGAN
GULMA
,TITIS
INDRIYANI,
ARGOTEKNOLOGI,
UMP
2017.

3. CABAI
A. Menurut Harpenas dan Dermawan (2010) cabai adalah tanaman semusim yang
berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai
agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain
menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi
sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat.
Dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh horizontal
didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil
dan membentuk masa yang rapat.

B. Menurut Hewindati (2006) Batang utama cabai adalah tegak dan pangkalnya
berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang
percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang
percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu,
tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan.

(http://repository.uin-suska.ac.id/16519/7/7.%20BAB%20II
%20_2018233PTN.pdf)

1. Akar Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama
(primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-serabut
akar yang disebut akar tersier. Akar tersier menembus kedalaman tanah sampai 50
cm dan melebar sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar primer antara 35 cm sampai
50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai 45 cm (Pratama et al., 2017).

2. Batang Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang lebar
dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar antara 30 cm sampai
37,5 cm dengan diameter 1,5 cm sampai 3 cm. Jumlah cabangnya berkisar antara 7
sampai 15 per tanaman. Panjang cabang sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter
0,5 cm sampai 1 cm. Pada daerah percabangan terdapat tangkai daun. Ukuran
tangkai daun ini sangat pendek yakni hanya 2 cm sampai 5 cm (Pratama et al.,
2017).

http://eprints.umm.ac.id/43172/3/BAB%20II.pdf

4. MENIRAN

1. Morfologi Batang
Morfologi tanaman meniran yang pertama adalah morfologi batang. Tanaman meniran memiliki
batang yang tumbuh tegak. Maka dari itu, jika dilihat sekilas batangnya terlihat kokoh padahal
agak lemah dan mudah patah.

Selain itu, batang tanaman ini tidak memiliki getah dan bentuk batangnya bulat sempurna.
Semakin tinggi akan dipenuhi dengan cabang yang berwarna hijau.

Ciri-ciri berikutnya batang tanaman meniran memiliki tinggi yang fantastis. Bahkan ada yang
mencapai 50 meter. Tentunya kalau tanaman ini sudah berumur tua, ukurannya bisa lebih tinggi
lagi. ( agrotek. 2020)

5. Morfologi Akar
Morfologi tanaman meniran yang terakhir adalah akar. Akar tanaman meniran bersifat akar
tunggang. Biasanya warna akarnya adalah putih dan jika sudah tua akan berwarna kecokelatan.
Sedangkan bentuk akar halus dan berhelai-helai.

Tanaman meniran memang identik dengan akar tunggang yang masuk ke dalam tanah. Maka dari
itu, tanaman ini cukup kuat dan tidak mudah layu apalagi mati. Selain itu, pertumbuhannya
memang sangat cepat. ( agrotek. 2020)

https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-meniran/

5. BANDOTAN

1. Batang Tanaman ini berbatang tegak mencapai ketinggian 60-120 cm saat


berbunga, batang tegak, bulat, bercabang, berbulu pada buku-bukunya.
Babadotan termasuk gulma berdaun lebar, batang babadotan berbentuk bulat
yang ditumbuhi bulu halus dan memiliki cabang. Apabila bagian batang
menyentuh tanah maka akan mengeluarkan akar baru dan tumbuh
(Kardinan, 1999).

1. Morfologi Akar Tanaman Bandotan


Akar milik tanaman bandotan adalah tunggang dan memiliki cabang serta
ditumbuhi bulu-bulu halus. Akar keluar dari pangkal batang dan biasanya memiliki
warna coklat keputih-putihan.
Sering ditemui akar tidak akan jauh tumbuh dari permukaan tanah atau bisa
dibilang dangkal, karakter akarnya tidak begitu kokoh sehingga tanaman bandotan
sangat mudah dicabut. Bagian akar ini memiliki khasiat yang dapat digunakan
sebagai pengobatan batu ginjal. ( AGROTEK. 2020)

6. PISANG
1). Akar
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang yang
berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah, akar
ini
tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Akar yang berada dibagian
samping umbi batang tumbuh kesamping atau mendatar , dalam perkembangannya
akar ini dapat mencapai 4-5 cm. (Suryanti dan Supriyadi , 2012).
2). Batang
Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi
batang. Titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh
bunga pisang (jantung) terdapat pada bagian atas umbi batang. Batang semu
adalah yang berdiri tegak di atas permukaan tanah atau yang sering disebut
batang. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling
menutupi dengan kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman,
oleh karena itu batang semu sering dianggap batang tanaman yang sesungguhnya.
Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m, tergantung jenisnya (Suryanti dan
Supriyadi, 2008) .

PENDAHULUAN
Morfologi tumbuhan merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari
susunan dan bentuk luar suatu tumbuhan. Tjitrosoepomo (1985)
berpendapat bahwa morfologi tumbuhan merupakan cabang ilmu biologi
tumbuhan yang sudah berdiri sendiri. Morfologi tumbuhan membahas
bentuk dan susunan tumbuhan yang sudah demikian pesatnya. Dengan
kata lain, morfologi tumbuhan membahas susunan dan bentuk luar dari
berbagai macam tumbuhan.
( Gani, A.R.F., & Arwita, W. (2020). Kecenderungan Literasi Informasi
Mahasiswa Baru Pada Mata Kuliah Morfologi Tumbuhan. Jurnal Pelita
Pendidikan, 8(2), 145-150. )

Keanekaragaman tumbuhan dapat ditinjau dari struktur morfologinya,


baik daun, batang, akar, bunga, dan organ modifikasi (Rosanti, 2013).

Morfologi batang untuk vegetasi tingkat pohon dapat menjadi


karakteristik arsitektur pohon, mulai dari pola pertumbuhan batang,
cabang, dan ranting yang berbeda-beda. Hal ini dapat diartikan bahwa
pohon-pohon tersebut memiliki model arsitektur pohon tertentu.
Arsitektur pohon merupakan gambaran morfologi batang pada suatu fase
tertentu pertumbuhan batang. (Hidayat, 1992 dalam Hasanuddin, 2013;
Jumingin et al., 2016).
Menurut Tjitrosoepomo (2010) dan Rosanti (2013) batang merupakan
bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pertumbuhan batang dapat dilihat dari
percabangannya, kebanyakan tumbuhan melakukan percabang walaupun
sedikit.

Pada dasarnya, morfologi batang pada tingkat pertumbuhan batang


pokok inilah yang akan menjadi arsitektur tumbuhan. Setiap jenis pohon
memiliki ciri yang khas dalam rangkaian proses pertumbuhannya yang
diwariskan secara
genetik pada keturunannya, termasuk dari morfologi batangnya, akan
menjadi sifat taksonomik. Oleh karena sifatnya yang konsisten maka
model arsitektur pada setiap jenis pohon dapat dijadikan data tambahan
dalam membedakannya dengan jenis pohon lain (Arrijani, 2006).

Selama siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan cara menyerap


air dari lingkungannya. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
faktor tanaman. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan
air tanah, kelembaban udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang
berpengaruh adalah efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air
tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman (Nofyangtri 2011).

Kekurangan air merupakan salah satu faktor pembatas utama di bidang


pertanian yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan serta hasil produksi tanaman. Ketersediaan air tanah yang
semakin menurun serta adanya perubahan iklim yang tidak
menentu menyebabkan kemarau yang berkepanjangan dan selanjutnya
mengakibatkan kekurangan air pada tanaman (Efendi 2009).

Di samping itu kekurangan air pada tanaman dapat terjadi karena laju
hilangnya air akibat transpirasi terjadi lebih cepat dibandingkan dengan
laju pengambilan air dari tanah. (Nio dan Banyo 2011).
Sebagai salah satu organ tanaman, akar berperan penting pada saat
tanaman merespons kekurangan air dengan cara mengurangi laju
transpirasi untuk menghemat air. Pada umumnya tanah mengering dari
permukaan tanah hingga ke lapisan tanah bawah selama musim
kemarau. Keadaan ini menghambat pertumbuhan akar di lapisan tanah
yang dangkal, karena sel-selnya tidak dapat mempertahankan turgor
yang diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang terdapat di lapisan
tanah lebih dalam masih dikelilingi oleh tanah yang lembab, sehingga
akar tersebut akan terus tumbuh. Dengan demikian sistem akar akan
memperbanyak diri dengan cara memaksimumkan pemaparan air tanah
(Campbell et al. 2003).

Berbagai karakter fisiologi, anatomi dan morfologi, telah dievaluasi


sebagai respons tanaman terhadap kekurangan air. Salah satu karakter
penting untuk dievaluasi adalah morfologi akar, karena kemampuan akar
mengabsorbsi air dengan memaksimalkan sistem perakaran merupakan
salah satu pendekatan utama untuk mengkaji kemampuan adaptasi
tanaman terhadap kekurangan air (Efendi 2009).

Tanaman dengan volume akar yang besar akan mampu mengabsorbsi


air lebih banyak sehingga mampu bertahan pada kondisi kekurangan air
(Palupi dan Dedywiryanto 2008).

Tanaman yang mengembangkan sistem perakaran yang dalam dapat


mengekstrak air di lapisan tanah yang lebih dalam (Passioura 2002),

seperti nilam yang memanjangkan akarnya untuk mencari air (Djazuli


2010),
panjang akar padi yang lebih toleran lebih besar daripada padi yang
relatif tidak toleran akibat induksi kekurangan air dengan PEG 6000
(Suardi 2002).

Peningkatan panjang dan volume akar merupakan respons morfologi


yang penting dalam proses adaptasi tanaman terhadap kekurangan air
(Budiasih 2009).
Di samping itu makin besar diameter akar makin besar tingkat toleransi
tanaman padi terhadap kekurangan air (Suardi 2002).

Perlakuan kekurangan air pada uji toleransi kapas terhadap kekurangan


air menunjukkan bahwa kekurangan air mempengaruhi pertumbuhan
kecambah, khususnya berat kering kecambah (Jadid 2007).

1.2. Morfologi Akar


Pada pembagian lima dunia makhluk, tumbuhan dikelompokkan
berdasarkan perilaku melekat di habitat, dapat menggunakan alat pelekat
(stipe) misalnya tumbuhan gagang (Algae), risoid (rhizoid) misalnya
pada tumbuhan lumut (Bryophyta), atau akar (radix) pada tuinbuhan
paku (Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat pelekat
pada tumbuhan ganggang merupakan kumpulan masa sel yang berfiingsi
untuk melekat dan bukan untuk absorbsi air

18 Anatomi dan Morfologi Akar


dan unsur hara, rizhoid merupakan penonjolan sel-sel yang
bersambungan menjadi bentuk benang yang secara straktural dapat
dipersamakan dengan rambut akar (pilus radicalis) pada tumbuhan
berbiji. Akar tumbuhan berbiji memiliki sifat-sifat antara lain: 1.
merupakan struktur berbentuk silmdris (pipa) tidak memiliki buku
(node) 2. dan ruas (internode), 3. tidak memiliki zat warna hijau daun, 4.
pertumbuhan geotropis positif.
1.2.1. Sistem Perakaran pada Tumbuhan 1. Sistem akar serabut (Radix
adventicia) Akar utama pada saat perkecambahan (akar primer) berhenti
tumbuh, dan digantikan dengan akar2 lain yang sama ukurannya dan
tumbuh hampir bersamaan. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan
monokotil. Walaupun kadang-kadang, tumbuhan dikotil juga
memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut
dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utamanya
adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
19 Anatomi dan Morfologi Akar
Gambar 15. Sistem perakaran serabut
Jenis akar pada sistem akar serabut, antara lain : a. Akar yang menyusun
akar serabut kecil – kecil berbentuk benang. Misalnya pada padi (Oryza
sativa )

20 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 16. Akar serabut kecil-kecil berbentuk benang
b. Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang.
Misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera).
Gambar 17. Akar serabut yang kaku, keras, dan besar

21 Anatomi dan Morfologi Akar


c. Akar serabut besar-besar, hampir sebesar lengan, masing-masing tidak
banyak memperlihatkan percabangan. Misalnya pada pandan (Pandanus
tectorius ).
Gambar 18. Akar serabut yang besar dan tidak banyak cabang
2. Sistem akar tunggang (Radix primaria) Pada waktu perkecambahan,
radikula terus tumbuh menjadi akar primer, dan akar primer ini terus
tumbuh dan bercabang-cabang. Fungsi utamanya adalah untuk
menyimpan makanan. Sistem akar ini biasa terdapat pada tumbuhan biji
belah (Dicotyledoneae) dan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae).
Sistem akar tunggang hanya di temukan pada tanaman yang berkembang
biak secara generatif (melalui biji).

Klasifikasi akar tunggang berdasarkan percabangan dan bentuk, antara


lain:
1) Akar tunggang yang tidak bercabang Sekalipun ada sedikit cabang,
namun biasanya cabang ini hanya berbentuk serabut-serabut yang halus.
Akar tunggang ini seringkali berhubungan dengan fungsinya sebagai
tempat penimbunan cadangan makanan.

a. Berbentuk tombak (fusiformis) Pangkalnya besar meruncing ke ujung


dengan serabut akar sebagai percabangan. Biasanya berfungsi sebagai
tempat penimbunan cadangan makanan. Misalnya akar lobak (Raphanus
sativus L.), dan wortel (Daucus carota I.).

b. Berbentuk gasing (napiformis) Pangkal akar berbentuk gasing


berukuran besar dan membulat. Cabang akar berupa serabut akar yang
hanya terdapat pada ujung akar yang sempit meruncing. Misalnya akar
bengkuang (Pachyrrhizus erosus Urb.) dan bit (Beta vulgaris )

c. Berbentuk benang (filiformis) Suatu akar disebut berbentuk benang


jika akarnya berupa akar tunggang berukuran kecil dan panjang, seperti
serabut akar serta sedikit sekali bercabang. Misalnya pada kratok
(Phaseolus lunatus

25 Anatomi dan Morfologi Akar


L.).
Gambar 22. Akar tunggang berbentuk benang
2) Akar tunggang yang bercabang (ramosus). Akar tunggang ini
tumbuh kurus ke bawah, bercabang banyak, dan cabangnya dapat
bercabang lagi, sehingga daerah perakaran menjadi luas. Bentuk
perakaran seperti ini dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada
batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat
diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Susunan akar ini
terdapat pada pohon-pohon yang ditanam dari biji.
3. Sistem akar adventif Sistem perakaran ini adalah sistem perakaran
yang

26 Anatomi dan Morfologi Akar


bukan berasal dari akar primer. Contohnya akar dari batang cangkokan,
akar dari umbi batang, dan akar dari stek, bahkan ada akar yang berasal
dari daun.
Gambar 23. Akar serabut pada nodus Zea
1.2.2. Akar dengan Fungsi Khusus Pada keadaan tertentu, beberapa jenis
tumbuhan memiliki akar dengan sifat dan fungsi khusus, misalnya : 1.
Akar udara atau akar gantung (radix aereus). Akar ini keluar dari
bagian-bagian tanaman yang terdapat di atas tanah, bergantung di udara.
Selama masih menggantung, akar ini hanya dapat menolong menyerap
air dan zat gas dari udara dan seringkali mempunyai jaringan khusus
untuk menimbun air yang disebut velamen (misalnya akar anggrek
kalajengking (Arachnis flos-aeris).

27 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 24. Akar udara atau akar gantung
Akan tetapi jika akar ini telah mencapai dan masuk ke dalam tanah,
bagian yang masuk tanah lalu berkelakuan seperti akar biasa (menyerap
air dari dalam tanah), bagian yang di atas tanah seringkali berubah
menjadi batang seperti yang terdapat pada pohon beringin (Ficus
benjamina L.)

28 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 25. Akar udara yang berubah menjadi batang
2. Akar hisap atau akar penggerek (haustorium)
Akar yang terdapat pada tanaman yang hidup sebagai parasit, berfungsi
untuk menyerap air dan zat makanan dari pohon inangnya seperti kita
dapati pada benalu (Loranthus sp.).
Gambar 26. Akar hisap

29 Anatomi dan Morfologi Akar


3. Akar pelekat (radix adligans) Akar yang keluar dari buku-buku
tumbuhan memanjat dan berguna untuk menempel pada penunjangnya
saja, misalnya pada lada (Piper nigrum L.), dan sirih (Piper betle L.)
Gambar 27. Akar pelekat
4. Akar pembelit (cirrhus radicalis) Juga untuk memanjat, tetapi dengan
membelit atau memeluk penunjangnya, misalnya pada

30 Anatomi dan Morfologi Akar


panili (Vanilla planifolia Andr.).
Gambar 28. Akar pembelit
5. Akar nafas (pneumatophora)
Yaitu cabang-cabang akar yang tumbuh tegak lurus ke atas sehingga
muncul dari permukaan tanah atau air tempat tumbuhnya tumbuhan.
Pada akar ini terdapat banyak lubang atau celah (pneumathoda) untuk
jalan masuknya udara yang diperlukan dalam pernafasan karena
tumbuhan ini biasanya hidup di tempat yang di dalam tanah sangat
kekurangan oksigen, misalnya di hutan bakau (mangroove) pada
tanaman bogem (Sonneratia sp.) dan kayu api (Avicennia sp.).

31 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 29. Akar nafas
6. Akar tunjang
Akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seolah-
olah menunjang batang ini jangan sampai rebah. Sama seperti akar
nafas, bagian akar yang terdapat di atas permukaan tanah pada akar ini
banyak di temukan lubang atau celah untuk kepentingan pernafasan.
Misalnya pada pohon bakau (Rhizophora conjugata L.) dan pohon
pandan (Pandanus tectorius Sol.).

32 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 30. Akar tunjang
7. Akar lutut
Bagian akar yang tumbuh ke atas lalu membengkok lagi masuk ke
dalam tanah. Akar ini berfungsi seperti halnya dengan akar nafas yang
terdapat pada tumbuhan di tepi pantai yang rendah berlumpur. Misal
pada pohon tanjang (Bruguiera parivolia W. Et A.).

33 Anatomi dan Morfologi Akar


Gambar 31. Akar lutut
8. Akar banir atau akar papan (butrees)
Akar banir atau akar papan adalah perkembangan pangkal akar lateral
yang berfungsi untuk menegakkan berdirinya tajuk (batang) tumbuhan.
Metamorfosis akar ini terjadi pada pohon penyusun hutan hujan tropis
(basah) karena tajuk lebih besar dibandingkan akar. Contoh: kenari
(Canarium commune; Burseriaceae) dan randu alas (Salmalia
malabarica; Bombacaceae).

Anda mungkin juga menyukai