Assalamu’laikum.
Dongeng ini diambil dari sebuah buku karangan Zuber Usman. Selamat mendengarkan.
Ada seorang anak muda yang bernama Salam. Sebenarnya Salam itu baik hati,
tetapi terhadap orang jahat atau busuk ia tidak senang. Pamannya seorang yang sangat
loba (serakah). Ia sudah kaya, tetapi ingin bertambah kaya.
“Haaa... sekarang aku jadi kaya. Lalu Salam menjual barang-barang itu, dan
ternyata laku 300 rupiah. Separo uangnya diletakkan di dekat pintu rumah pamannya
untuk pembayaran harga kulit lembu.
Ketika pagi-pagi pamannya melihat uang sebanyak itu bukan main senangnya.
Ia tahu yang mencuri kulitnya Salam. Tapi ia tidak mengira akan mendapatkan uang
sebanyak itu. Ia hendak mencari yang lebih banyak lagi, dengan tergesa-gesa semua
lembunya disembelihnya. Katanya,”kalau dengan kulit sehelai saya mendapatkan uang
150 rupiah, sebelas helai jadi 1.650 rupiah. Aduh alangkah banyaknya.”
Pamannya gembira sekali, perasaannya uang sebanyak itu tentu akan
diperolehnya. Tetapi apa jadinya? Bukan seratus lima puluh rupiah harga sehelai kulit di
pasar, melainkan hanya satu rupiah. Jadi dari semua kulit lembunya ia hanya akan
mendapatkan sebelas rupiah. Tentu saja pamannya itu sangat marah dan kecewa. Ia lalu
pergi ke rumah Salam, rumah itu dibakarnya sampai habis, Salam diam saja. Lalu
Salam mengumpulkan abu bekas rumahnya, kemudian naik lagi ke pohon seperti
dahulu. Maka kejadian pula seperti malam itu. Beberapa pencuri datang ke tempat itu
hendak membagi pendapatannya.
Salam lalu menjatuhkan abu itu ke bawah sehingga mengenai mata penjahat-
penjahat itu, mereka mengira ada hantu di pohon itu, lalu lari sekencang-kencangnya.
Salam turun dari pohon dan memperoleh harta benda yang amat banyak pula. Pamannya
lalu iri pula melihat Salam menjadi kaya. Ia bertanya kepada Salam apakah sebabnya?
Teman-teman....
Adapun pesan moral dari dongeng tersebut adalah jangan menjadi orang yang
bodoh karena akan mudah dibohongi orang lain yang akhirnya rugi bahkan celaka.