MANAJEMEN PROYEK
NOMOR BP : 1701031026
NO : 01
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen secara umum adalah suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan
dengan sumber daya seminimal mungkin (efisien). Sementara itu, proyek adalah
rencana pekerjaan dengan suatu target pencapaian tertentu yang diselesaikan
dalam rentang waktu tertentu. Secara kolektif, manajemen proyek adalah suatu
pendekatan/ metode untuk mengelola suatu proyek dengan efektif dan efisien.
Sistem ini hadir sebagai perangkat untuk membantu mengelola kegiatan-kegiatan
berbentuk proyek, misalnya proyek konstruksi, proyek Instalasi listrik, distribusi
listrik dan sebagainya. Tanpanya, suatu proyek akan sulit dieksekusi baik dari segi
waktu, biaya bahkan kualitas.
Hal – hal yang termasuk ke dalam domain ruang lingkup manajemen proyek
adalah sebagai berikut.
b. Menjaga Anggaran
c. Menjaga Kualitas
d. Melancarkan Proyek
Pada akhirnya, proyek yang ideal adalah proyek yang selesai sesuai
dengan perencanaan awal, baik dari segi waktu, anggaran, maupun kualitas.
Manajemen ini membantu pengerjaan proyek supaya selesai dengan lancar sesuai
dengan rencana awal.
1.1.3. Sasaran Manajemen Proyek
1. Perencanaan (Planning)
3. Pengarahan (Actuating)
a. Mengambil keputusan
b. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan
bawahan
c. Memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
bertindak. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta
memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil
dalam usaha mencapai tujuan yang diterapkan.
5. Evaluasi (Controlling)
Evaluasi dilakukan setelah proses kerja dilakukan. Pada proses ini, kinerja
dinilai apakah sesuai dengan planning. Pada tahap ini manajemen mengevaluasi
keberhasilan dan efektifitas kinerja, melakukan klarifikasi dan koreksi, dan juga
memberikan alternantif solusi masalah yang terjadi selama proses kerja
berlangsung.
Controlling atau fungsi pengawasan bisa berjalan dengan efektif jika hal-
hal ini diperhatikan sebagai berikut:
a. Routing, manajer harus bisa menetapkan cara atau jalur guna bisa mengetahui
letak dimana sesuatu sering terjadi suatu kesalahan.
b. Scheduling, manajer harus bisa menetapkan dengan tegas kapan semestinya
pengawasan itu dijalankan. Terkadang pengawasan yang dijadwal tidak efisien
dalam menemukan suatu kesalahan, dan sebaliknya yang dilakukan secara
mendadak terkadang malah lebih berguna.
c. Dispatching, manajemen dalam hal ini akan melakukan penyampaian terkait
evaluasi kinerja kepada unit delegasi. Pihak manajer akan menyampaikan
kesalahan dan solusi perbaikan.
d. Follow Up, yaitu proses tindak lanjut dan penyampaian informasi. Masalah
yang disampaikan dan didiskusikan selanjutnya ditindak-lanjut sebagai upaya
memperbaiki kesalahan kinerja.
7. Motivating
8. Coordinating
a. Human (Manusia)
b. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat ukur dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
c. Material (Bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan /materi-materi
sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
d. Machines (Mesin)
e. Methods (Metode)
f. Market (Pasar)
a. Strategi Initiative
b. Division Goal
L1 : L1 PURCHASING (Pembelian)
Skala proyek bisa berbeda-beda, ada proyek dengan padat modal, ada
proyek lebih dominan teknologi, klasifikasi proyek didasarkan pada
pertimbangan:
1. Resiko
2. Nilai bisnis
3. Lama/ panjang proyek
4. Kompleksitas
5. Biaya
b. Proyek B, waktu proyek antara 9-18 bulan, model ini banyak ditemukan
dalam beberapa pekerjaan proyek. Diperlukan pengerahan metode dan
peralatan agar proses pekerjaan lancar. Proyek jenis ini memiliki nilai bisnis
bagus dan secara teknologi memberikan tantangan. Resiko proyek ini
sedang.
c. Proyek C, proyek dengan waktu pendek dan sekaligus melibatkan teknologi.
Proyek jenis ini bisa dikerjakan secara Tim dengan lima orang, lama proyek
lima antara 3-9 bulan. Banyak menerapkan metode dan peralatan tidak
begitu dominan. Tingkat resiko rendah
d. Proyek D, proyek jenis ini waktu sangat pendek kurang dari 3 bulan,
kompleksitasnya sagat rendah dan teknologinya praktis, resiko proyek
sangat rendah.
Tabel 1. Klasifikasi Proyek
d) Proyek Padat Modal, fokus proyek ini bukan pada kegiatannya tetapi
karena penggunaan dana yang sangat besar. Padat modal bukan berarti
menyerap tenaga kerja banyak, dapat saja berupa pemanfaatan teknologi
tinggi berbiaya besar dengan kebutuhan sumberdaya manusia
secukupnya. Contohnya pembebasan lahan tanah untuk bandara atau
jalan tol, pembangunan listrik bertenaga Nuklir.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam pekerjaaan proyek. Biaya ini dihitung dengan mengalikan tingkat
upah per tenaga keja pada tingkat kompetensi tertentu dengan jumlah jam tenaga
kerja yang dibutuhkan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya total dari biaya tenaga
kerja yang tidak langsung terkait dengan pekerjaan proyek. Termasuk dalam hal
ini adalah biaya subkontraktor atau konsultan.