Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MANAJEMEN KONSTRUKSI

OLEH :

NAMA : HULTRIO ANUGRAHA EFFENDI


NO. BP : 2020210189
MATA KULIAH : MANAJEMEN RESIKO
DOSEN PENGAJAR : Ir. LELI HONESTI, Ph.D

PROGRAM TEKNIK SIPIL S1

FAKULTAS TEKNIK

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2020/2021
MANAJEMEN KONSTRUKSI

1.       Manajemen Secara Umum


1.1    Prinsip Dasar Manajemen:
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajemen sering didefinisikan sebagai pencapaian tujuan melalui kerja sama dengan orang lain.
Kedengarannya memang terlalu sederhana, akan tetapi memberi kita gambaran tentang beberapa hal
mendasar. Yang pertama berkaitan dengan pencapaian tujuan. Manajemen selalu berkaitan dengan
sebuah usaha untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di
dalam perusahaan. Banyak orang memiliki jabatan manajer, akan tetapi dalam kenyataannya mereka
hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan sesuatu ke arah pencapaian tujuan yang
tertentu.

Pokok yang kedua adalah berkaitan dengan aspek melalui orang lain. Sebagai sebuah aktivitas,
manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yakni bawahan-bawahan; dan pada usaha untuk
mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut. Meskipun setiap manajer memang
memiliki tugas-tugas khusus yang hanya bisa dilakukan olehnya, peran seorang manajer lebih
didasarkan pada kenyataan bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas
bawahannya. Dalam arti ini, seorang manajer seharusnya lebih mementingkan pencapaian hasil dari
para bawahannya daripada prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil bersama itulah yang
menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.

1.2    Fungsi – fungsi Manajemen


Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah merencanakan (planning),
mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing), mengarahkan (directing) dan mengontrol
(controlling).
a.       Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini
berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan dengan pilihan-pilihan. Seorang manajer
harus memahami dan bisa menangkap peluang-peluang yang datang, dan memiliki pula kemampuan
untuk menciptakan peluang-peluang. Dia harus mampu membuat analisa atas peluang-peluang
tersebut dan mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik sesuai dengan kondisi dan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki. Keputusan-keputusan misalnya harus diambil untuk menentukan rantai
produk mana yang akan ditawarkan dengan diskon, harga-harga mana harus diubah, metode produksi
yang digunakan, gaji atau upah yang harus dibayar atau riset dan penelitian yang harus diadakan, dsb.

Ada dua jenis perencanaan, jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang tentu saja
harus bertumpu pada tujuan jangka panjang dari perusahaan yang bersangkutan dan langkah-langkah
yang harus diambil. Misalnya, untuk mendapatkan posisi di pasar tertentu barangkali perlu
memperkenalkan satu produk tertentu tahun ini, dan produk yang lain tahun depan, dan membangun
pabrik baru di tahun ketiga, dst. Dalam perencanaan jangka pendek, manajer itu harus menerjemahkan
secara tepat langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengembangkan dan memperkenalkan produk
baru tersebut. Untuk perencanaan jangka lebih pendek lagi, dia harus mulai memesan material tertentu
dan mempersiapkan pekerja. Semakin pendek jangka perencanaan, semakin harus spesifik
perencanaan tersebut.

b.      Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang dituntut untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya
supaya lebih mudah ditangani oleh bawahan. Fungsi ini mengandaikan bahwa seorang manajer bisa
mendelegasikan otoritasnya kepada bawahannya dan bawahannya bisa memahami tanggung jawabnya
masing-masing.
Struktur organisasi bisa bermacam-macam dan tidak boleh dilihat sebagai tujuan pada dirinya sendiri.
Struktur organisasi barulah efektiv kalau bisa mempermudah perusahaan mencapai tujuan utamanya,
bukan hanya karena terlihat “teratur” dan “manis”.

c.       Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di
dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal dalam organisasi. Lebih jauh lagi
fungsi ini meliputi hal-hal seperti pengembangan sumber daya manusia, proses penilaian dan promosi,
pelatihan. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah mengidentifikasi orang-orang di dalam
organisasi yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai manajer.
d.      Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan pemberian bimbingan
kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama. Secara umum bisa dikatakan bahwa pekerja-pekerja
akan berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana mereka persis tahu apa yang diharapkan dari
mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja tersebut akan lebih menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa
melihat bagaimana kaitan perkerjaan mereka dengan gambar keseluruhan dari organisasi.
Mengerjakan sesuatu hanya karena atasan menyuruh demikian biasanya tidak bisa menghasilkan
secara maksimal.

Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang berarti penciptaan suatu
harmoni dari individu-individu yang berkerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan fungsi ini.

e.       Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencanaan bisa diwujudkan secara pasti. Ada banyak
alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektif. Proses kontrol pada dasarnya selalu memuat
unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi, dan menentukan langkah-langkah yang perlu untuk mengoreksi.

2. Manajemen Konstruksi

2.1 Pengertian Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan
secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan menjadi 5, yaitu:

1. Manpower
2. Material
3. Machines
4. Money
5. Method

Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk merealisasikan pekerjaan melalui orang lain”.
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan
orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan – pekerjaan itu sendiri.
Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi tersebut
memberikan kenyataan bahwa manajemen terutama mengelola sumber daya manusia, bukan material
atau finansial. “We are Managing Human Resources”. Selain manajemen mencakup fungsi
perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan
kelompok kerja), penyusun personalia (penarikan, seleksi, pengembangan pemberian kompensasi dan
penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integritas, dan pengelolaan konflik)
dan pengawasan. Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi
yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Seperti yang dikemukakan oleh Stoner sebagai
berikut :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan


pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”

Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni. Mengartikan
manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan dan keterampilan pribadi.
Suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai
proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus mereka. Harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang mereka
inginkan.

Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

2.2 Tujuan  dari Manajemen Konstruksi

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan untuk
keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan.

Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality
Control), pengawasan biaya (Cost Control)dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat
juga pada tahap–tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK
dapat diterapkan pada tahap–tahap proyek sebagai berikut:

1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.


2. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional
proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis
operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh   tahapan proyek, mulai dari persiapan,
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
3. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal desain, pelelangan dan pelaksanaan
proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap desain.
4. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
penyempurnaan desain sampai proyek selesai, apabila manajemen             konstruksi       
dilaksanakan setelah tahap desain.
5. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan
melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen          konstruksi
dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan            pemisahan kontrak –
kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

2.3 Peranan Manajemen Konstruksi pada Tahapan Proyek

1. Agency Construction Manajement (ACM). Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi
mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator penghubung antara perancangan
dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat dilibatkan mulai dari fase
perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak
pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket
pekerjaan yang telah disiapkan.

2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM). Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak
perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan
terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh
konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal tersebut akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini.
Pada tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan
Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.

3. Owner Construction Management (OCM). Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian
manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan.Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM). Konsultan ini
bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM
tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya
dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai
pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan
oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.
Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada 7 kategori utama
tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga,
manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan dan
praktek profesional.

Anda mungkin juga menyukai