Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No.

1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

PERUBAHAN FISIK DAN KIMIA PISANG BARANGAN (MUSA


ACUMINATA L.) PENGARUH KONSENTRASI GLISEROL
DALAM PROSES EDIBLE COATING SELAMA PENYIMPANAN
Sumatera Tarigan1), Meriksa Sembiring2), dan Donatus Dahang3)
1)2)3)
Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Quality
Email : sumatera.tarigan60@gmail.com

Abstrak
Perubahan yang terjadi pada buah merupakan kerusakan buah yang disebabkan karena proses
respirasi dan transpirasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penambahan
gliserol dalam edible coating yang dapat menekan kerusakan buah pisang barangan selama
penyimpanan dan menentukan daya daya simpan untuk mempertahankan kualitas buah.
Rancangan Acak Lengkap digunakan yaitu 5 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang
diamati persentase di antaranya susut bobot, vitamin C, dan total asam. Hasil penelitian
menunjukkan lama penyimpanan dan konsentrasi gliserol dalam edible coating yang berbeda
berpengaruh nyata (p < 0.05) terhadap susut bobot, kandungan vitamin C, dan kadar total
asam pada hari ke 9, 12 dan 15 dan tidak berbeda nyata pada hari ke 3 dan ke 6 (p > 0.05).

Kata Kunci: konsentrasi, edible coating, pisang barangan, glycerol

Abstract
The fruit of pisang barangan (Musa acuminata L) is one of the short shelf life storing
agriculture products. Physically changing of the fruits is a kind of fruit abolishes activated by
the respiration and transpiration process. The effort to prevent the process can be the use of
covering glycerol edible coating. The proposed of this study is to know the additional
concentration of glycerol in an edible coating that prevents damages of the fruits along with
storing and determining its storing capacity. The research was using complete design with 5
treatments and 4 duplications. The parameters observed were the percentage of rigorous,
vitamin C, and acid total. Results of the study shown that the length of storing was
significantly reducing the quality of the fruits and the glycerol concentration in edible
coating has significantly impact (p < 0.05) to the grade of rigorous, vitamin C, and the acid
total in day of 9th, 12th, and 15th; while in day of 3th and 6th shown likewise.

Key Words: Concentration, edible coating, banana, glycerol

PENDAHULUAN merupakan buah klimakterik yaitu


Latar Belakang golongan buah yang dalam proses
Pisang barangan merupakan salah pemasakan disertai dengan laju respirasi
satu buah yang mempunyai nilai gizi dan dan laju produksi etilen yang relatif tinggi
ekonomi yang cukup tinggi, sehingga (Burg 2004). Selama proses pemasakan
konsumennya terus bertambah. Namun buah pisang akan mengalami perubahan
demikian, permasalahan daya tahan pisang sifat fisik dan kimia, antara lain perubahan
yang sangat rendah mengakibatkan cepat tekstur, aroma dan rasa, kadar pati gula.
mengalami kerusakan kualitas. Ketahanan Pada tahap pemasakan buah pisang,
buah pisang tergantung pada jenis pisang, besarnya peningkatan kadar air sebanding
umur buah dan faktor lingkungan. Hal ini dengan meningkatnya laju respirasi pada
disebabkan buah pisang berinteraksi buah. Adanya perbedaan tekanan osmosis
dengan udara bebas sehingga terjadi antara daging buah dan kulit buah selama
penguapan dan respirasi tidak terkendali. proses penyimpanan diakibatkan oleh
Ditinjau dari tipe respirasinya, buah pisang peningkatan kadar air pada daging buah

51
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

(Tranggono dan Sutardi, 2001; Winarno, dilakukan penambahan 10 g pati ketan dan
2002). 500 ml air.
Masyarakat memanfaatkan buah
pisang selain untuk dikonsumsi sebelum Proses Pembuatan Larutan Edible
atau sesudah makan juga untuk bisnis. Coating
Dalam mempertahankan kualitas buah Setiap perlakukan dimasukkan
perlu adanya penerapan teknologi kedalam erlenmeyer yang berbeda dan
pengawetan sehingga lebih tahan lama dilakukan pengadukan selama 15 menit
dalam penyimpanan. Untuk hingga berbentuk edible coating.
mempertahankan kualitas perlu diperlukan Kemudian larutan ditambah air 500 ml
perlakuan terhadap buah. Banyak teknologi dipanaskan pada suhu 900C sambil diaduk
pengawetan buah uang telah dilakukan, selama 30 menit dan didinginkan hingga
satu diantaranya adalah teknik melalui suhunya 400C.
pengemasan dengan Edible Coating/ Film Aplikasi Edible Coating:
(Gennadios, and Weller. 1990). Buah pisang tua mentah (berwarna
Teknik pengemasan saat ini dilakukan hijau) dibersihkan dan dikering-anginkan,
dengan penambahan lapisan tipis yang lalu dicelupkan ke dalam larutan edible
dapat menahan proses respirasi dan coating untuk masing-masing perlakuan.
penguapan yaitu dengan penambahan Selanjutnya ditiriskan dan disimpan pada
balutan buah seperti edible coating dan suhu kamar 270C. Setiap unit perlakuan
edible film. Edible Coating diaplikasikan disimpan selama 15 hari dengan waktu
(pencelupan) pada permukaan bahan pengamatan mulai 0 , 3 , 6 , 9 , 12, dan 15
pangan dengan lapisan tipis, sedangkan hari.
Edible film diaplikasikan setelah
sebelumnya dicetak dalam bentuk HASIL DAN PEMBAHASAN
lembaran (Guilbert et al. 1996). Edible Susut Bobot (%)
Coating adalah bahan yang dicelup buah Hasil analisis pengaruh konsentrasi
pisang yang merupakan lapisan tipis yang gliserol pada pembuatan Edible Coating
dibuat dari bahan yang dapat dikonsumsi. terhadap susut bobot buah pisang barangan
Bagian permukaan buah pisang dilapiskan disimpan selama 15 hari pada suhu kamar.
edible coating sebagai penghambat transfer Terdapat peningkatan penyusutan selama
massa (barrier) bahan makanan atau aditif pengamatan, namun pada penyimpanan 3
untuk meningkatkan penanganan makanan dan 6 hari memberikan pengaruh yang
(Krochta, 1992). berbeda tidak nyata, tetapi penyimpanan 9
hari memberikan pengaruh yang nyata.
METODE PENELITIAN Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa
Penelitian ini dilaksanakan di lamanya penyimpanan dan konsentrasi
Laboratorium Pertanian Universitas glycerol memberikan bobot susut yang
Quality Medan menggunakan Rancangan semakin besar dan penggunaan gliserol
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yang tinggi mengakibatkan bobot susut
dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan mengalami penurunan (Tabel 1.)
sebagai berikut : G0 = tanpa Gliserol, G1 =
2 ml gliserol, G2 = 4 ml, G3 = 6 ml dan G4
= 8 ml Gliserol. Masing-masing perlakuan

Tabel 1. Rata-rata Susut Bobot (%) Pisang Barangan Oengaruh Konsentrasi Glyserol Pada
Edible Coating Selama 15 Hari Penyimpanan.
Pengukuran (Minggu)
Perlakuan 3 6 9 12 15
G0 (tanpa Glyserol) 0.30 a 0.84 a 4.50 c 9.30 a 18.33 a
G1 (2 ml Glyserol) 0.30 a 0.80 a 3.60 c 5.34 b 9.59 b

52
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

G2 (4 ml Glyserol) 0.30 a 0.78 a 2.90 b 4.36 bc 7.93 bc


G3 (6 ml Glyserol) 0.29 a 0.70 a 2.00 b 3.37 c 7.37 bc
G4 (8 ml Glyserol) 0.30 a 0.70 a 1.23 a 3.09 c 6.39 c
STDEV = 0.01 0.06 1.29 2.51 4.84
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom rata-rata yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf 5 %

Buah pisang yang menggunakan lebih lama dibandingkan dengan yang


glyserol dalam edible coating tidak menggunakan edible coating.
mengalami penurunan susut bobot pada Persentase penurunan susut bobot
setiap pengamatan. Hal tersebut semakin tinggi seiring dengan lamanya
disebabkan oleh proses respirasi dan penyimpanan. Pada penyimpanan 15
transpirasi pada buah. Penurunan hari terlihat susut bobot paling tinggi
persentase susut bobot dengan edible diperoleh pada buah tanpa edible
coating lebih lambat dibandingkan coating (G0) dengan rata-rata 18.33%
dengan tanpa edible coating. merupakan susut bobot paling tinggi
Penggunaan glyserol dalam edible dengan berbeda nyata terhadap
coating pada konsentrasi yang semakin penggunaan edible coating.
tinggi menyebabkan susut bobot yang Penggunaan glyserol pada edible
lebih rendah. Buah pisang barangan coating pada konsentrasi tertinggi 8 g
dalam simpanan mengalami penurunan (G4) merupakan susut bobot paling
bobot sejak 3 hari sampai 6 hari dengan rendah dengan rata-rata 6.35%, tetapi
laju yang relative rendah dan berbeda tidak nyata terhadap
menunjukkan berbeda tidak nyata. Rata- penggunaan glycerol 6 g dan 4 g (G3
rata susut bobot berkisar 0.70 % sampai dan G2). Hasil penelitian ini
0.84 % (6 hari). Tabel 1 menunjukkan, menunjukkan, konsentrasi 4 g (G2)
semakin tinggi konsentrasi glyserol glycerol telah efektif menghambat susut
diberikan pada edible coating, susut bobot buah dan merupakan konsentrasi
bobot semakin rendah. Hal ini terjadi yang dianjurkan. Perkembangan
karena bahan edible coating lebih perubahan susut bobot selama
mudah dilarutkan oleh glyserol yang penyimpanan terjadi perbedaan susut
mangakibatkan edible coating yang bobot seperti yang terlihat pada gambar
terbentuk semakin rapat dan padat. 1.
Dampaknya buah yang dilapisi dengan
edible coating mengalami penyusutan

20.0
18.0
SusutBobot (%)

16.0
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0 G4
4.0
2.0
0.0 G3
3h 6h 9h 12 h 15 h
G2
Lama Penyimpanan (hari)
G1
Gambar 1. Perubahan susut bobot buah pisang dari pengaruh
G0
konsentrasi Gliserol

53
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

Pada perlakuan kontrol (tanpa edible penggunaannya serta dapat


coating) yang berfungsi sebagai barier menyebabkan terjadi respirasi anaerobik
menyebabkan gas O2 mudah masuk yang akan menyebabkan kerusakan.
kedalam buah pisang barangan Peningkatan nilai susut bobot ini
sehingga respirasi lebih banyak disebabkan karena beberapa faktor
meningkat akibatnya kehilangan air diantaranya adalah karena kehilangan
menjadi lebih tinggi. Hal ini berarti gas CO2 hasil respirasi, sehingga pisang
bahwa perlakuan pemberian edible barangan mengalami kerusakan yang
coating dengan pelarut glycerol tersebut cepat dan susut bobotnya semakin
mampu membentuk lapisan yang tinggi. Hal ini disebabkan didalam
melindungi buah pisang barangan cukup penggunaannya edible coating dapat
baik untuk menekan proses respirasi dan menyebabkan terjadi respirasi anaerobik
transpirasi sehingga penyusutan bobot yang akan menyebabkan kerusakan
buah dapat rendah. Hal ini sesuai (Rachmawati, 2010). Hal ini Menurut
dengan pernyataan Rudito (2012) bahwa Winarno (2002) saat kandungan pati
kecilnya susut bobot pada buah tomat menurun maka kandungan sukrosa akan
yang diberi lapisan karena memiliki laju naik, dan sukrosa yang terbentuk akan
respirasi yang lebih lambat. Rahcmawati dipecah lagi menjadi fruktosa dan
(2010) menyatakan bahwa ketebalan glukosa. Glukosa yang terbentuk akan
coating berpengaruh pada permeabilitas digunakan sebagian untuk proses
gas dan uap air, karena semakin tebal pernapasan (respirasi). Peningkatan nilai
edible coating maka permeabilitas gas KPT beriringan dengan proses
dan uap air akan semakin kecil. Tinggi pematangan buah hal ini sesuai dengan
konsentrasi glycerol yang digunakan pernyataan Pujimulyani (2012), yang
dalam pembentukan edible coating maka menyatakan buah yang mengalami
kesempurnaan lapisan maka semakin pematangan maka zat padat terlarutnya
baik menahan O2 dan akibatnya pori- akan meningkat. Peningkatan ini akan
pori kulit buah semakin tertutup semakin tajam jika terjadi transpirasi
sehingga dapat menekan besarnya laju yang sangat cepat
respirasi dan transpirasi (Linder 1992).
Kelarutan bahan pembentuk Edible Vitamin C Selama Penyimpanan (%)
Coating disebabkan oleh konsentradi Hasil analisis pengaruh konsentrasi
glycerol berpengaruh terhadap susust glycerol dalam pelapisan Edible Coating
bobot buah pisang barangan hal terhadap kandungan vitamin C buah
disebabkan edible coating bersifat pisang barangan selama penyimpanan
biodegradable sekaligus bertindak suhu kamar mengalami perubahan
sebagai barrier untuk mengendalikan kandungan. Hasil pengukuran dan
transfer uap air yang besar, sekalligus analisa yang diperoleh bahwa rata-rata
Edible Coating: diharapkan dapat dari masing-masing perlakuan (G)
mempertahankan kualitas dari produk terhadap kandungan vitamin C sejak
makanan dan merupakan barrier awal penyimpanan semakin tinggi dan
terhadap uap air dan pertukaran gas 02 berbeda tidak nyata sampai 6 hari
dan C02 (Bourtoom, 2008). penyimpanan, tetapi setelah 9 hari
Table 1. diatas juga dapat diketahui penyimpanan memberikan pengaruh
bahwa lama penyimpanan dari pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan
konsentrasi gliserol pada pembuatan Vitamin C. Pada Kontrol vitamin C
edible coating memberikan susut bobot bertambah sampai 9 hari penyimpanan
yang berbeda masing-masing perlakuan dan menurun sampai akhir (15 hari).
dengan susut bobot G0 > G1 > G2 > G43> Penyimpanan dari pengaruh konsentrasi
G4. Menurut Rahmawati (2010) Gliserol terdapat meningkat sampai 12
konsentrasi glycerol sebagai pelapis hari kecuali penggunaan 6 g dan 8 g
yang digunakan harus diperhatikan jika Glyserol (G3 dan G4) dan keduanya
terlalu kental akan menyulitkan didalam menunjukkan perbedaan yang tidak

54
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

nyata. Dari hasil yang diperoleh bahwa anjuran dalam penyimpanan buah pisang
penggunaan Glyserol 6 g (G3) barangan (Tabel 2).
merupakan edible coating sebagai
Tabel 2. Rata-rata Persentasi Vitamin C (mg/100 g) pengaruh konsentrasi Glyserol pada
Edible Coating untuk penyimpanan pisang barangan pada 0 – 15 hari

Pengukuran (Minggu)
Perlakuan 0 3 6 9 12 15
G0 (Tanpa Glyserol) 0.55a 8.67a 19.23a 25.76b 23.78c 20.76c
G1 (2 ml Glyserol) 0.63a 7.45a 16.67a 28.54a 38.65a 29.45b
G2 (4 ml Glyserol) 0.66a 6.98a 15.87a 18.76c 33.87ab 31.43b
G3 (6 ml Glyserol) 0.51a 6.45a 14.87a 17.87c 32.76c 38.67a
G4 (8 ml Glyserol) 0.54a 6.15a 13.87a 16.98d 27.76c 41.87a
STDEV = 0.06 0.99 2.04 5.51 6.02 8.28
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom rata-rata yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf 5 %

Table 2 menunjukkan, taraf Berdasarkan hasil penelitian dapat


konsentrasi Glyserol dalam diketahui bahwa pengaruh konsentrasi
pembentukan Edible Coating terhadap Glyserol pada edible coatil sangat
kandungan vitamin C dalam mempengaruhi ketahanan vitamin C
penyimpanan selama (0 hari), (3 hari), dalam simpanan buah pisang barangan.
(6 hari), (9 hari), (12 hari), dan (15 hari). Semakin tinggi kandungan glycerol
Penggunaan konsentrasi Glyserol pada sebagai pelarut dalam edible cotil dapat
12 hari terlihat kandungan vitamin C mempertahankan kualitas vitamin C
dengan G1 > G2 > G3 > G4 akan tetapi selama penyimpanan. Perubahan
pada penyimpanan 15 hari terjadi kandungan Vitamin C selama
perubahan G4 > G3 > G2 > G1> G0. penyimpanan dapat dilihat pada Gambar
2.

25.00

20.00
Vitamin C (%)

15.00

10.00
G4

5.00 G3
G2
0.00
0h 3h 6h 9h 12 h 15 h G1
Lama Penyimpanan (hari) G0
Gambar 2. Perubahan Kandungan Vitamin C pada
buah Pisang dari Pengaruh konsentrasi gliserol

Buah merupakan sumber utama selama penyimpanan dengan adanya


vitamin dan mineral, salah satu vitamin edible coating. Vitamin C merupakan
yang dikandung buah-buahan adalah fresh food vitamin karena sumber
vitamin C. Kandungan vitamin C buah utamanya adalah buah-buahan dan
pisang barangan mengalami peningkatan sayuran segar seperti jeruk, pisang,

55
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

brokoli, brussel sprout, kubis, lobak dan mengakibatkan asam askorbat


stroberi. Selama penyimpanan teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat
kandungan vitamin C buah mengalami yang sangat labil dan dapat mengalami
peningkatan setiap harinya. Peningkatan perubahan lebih lanjut menjadi asam L-
kandungan vitamin C disebabkan diketogulanat yang tidak memiliki sifat
terjadinya proses biosintesis vitamin C vitamin C lagi sehingga kadar vitamin C
dari glukosa yang terdapat pada buah menurun.
(Googman, 1996 dalam Kartika, 2012).
Vitamin C pada tumbuhan merupakan Kadar Asam Total
metabolit sekunder,karena terbentuk dari Data dari hasil analisis pengaruh
glukosa melalui jalur asam D-glukoronat pelarut Glyserol pada Edible Coating
dan L-gulonat (Manito, l98l dalam pada beberapa tingkat konsentrasi
Syafaryani dkk, 2007). terhadap kadar Asam buah pisang
Menurut Pantastico (1986) barangan setelah dilakukan lama
pelapisan Edible Coating yang lebih penyimpanan sejak 0 sampai 15 hari
merata akan menghasilkan atmosfir di pada suhu kamar dapat dilihat pada
dalam buah, yang mengandung sedikit Tabel 3.
O2 dan CO2 banyak, sehingga
Tabel 3. Rata-rata total asam pengaruh konsentrasi Glyserol pada Edible
Coating untuk penyimpanan pisang barangan 0 - 15 hari
Pengukuran (Minggu)
Perlakuan 0 3 6 9 12 15
G0 (tanpa Glyserol) 0.50a 0.53a 0.53a 0.53a 0.53a 0.55a
G1 (2 ml Glyserol) 0.50a 0.52a 0.50a 0.48a 0.47ab 0.45b
G2 (4 ml Glyserol) 0.50a 0.52a 0.48a 0.46a 0.42bc 0.40bc
G3 (6 ml Glyserol) 0.49a 0.51a 0.49a 0.44a 0.42bc 0.39bc
G4 (8 ml Glyserol) 0.50a 0.50a 0.47a 0.40a 0.36c 0.31c
STDEV = 0.004 0.011 0.023 0.048 0.062 0.009
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom rata-rata yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf 5 %

Pengaruh pemberian Glyserol dalam Rata-rata total asam pada 15 hari


Edibel Cating terhadap total asam penyimpanan terlihat paling rendah
selama penyimpanan Hasil uji lanjut ditemukan pada penggunaan glysero 4 g
BNT pada hari ke-3 sampai hari ke 6 (G4) merupakan yang paling rendah,
menyatakan berbeda tidak nyata dengan tetapi berbeda tidak nyata terhadap
semua perlakuan sedangkan hari ke -9 penggunaan Glyserol 4 dan 6 g (G2 dan
menyatakan bahwa perlakuan G3). Konsentrasi glycerol dalam edible
pemberian Edibel Coating berbeda tidak coating yang tinggi mengalami
nyata (Tabel 3). Berdasarkan nilai rata- perubahan total asam lebih rendah
rata nilai total asam pada 3, 6, 9, 12 dan dibandingkan dengan buah yang
15 masing-masing mengalami terlapisi dengan konsentrasi Glyserol
peningkatan total asam, tetapi kenaikan yang rendah. Konsentrasi Glyserol yang
total asam dipengaruhi oleh konsentrasi tinggi akan membentuk lapisan yang
Glyserol dalam Edibel Coating (G) pada lebih tebal akibatnya pori-pori
control akan tetapi adanya Glyserol permukaan buah lebih tertutup sehingga
peningkatan total asam terjadi sampai 9 dapat menghambat proses metabolisme
hari penyimpanan tetapi menun setelah yang tinggi. Perbedaaan penggunaan
penyimpanan 12 hari (berbeda nyata) konsentrasi Glyserol pada edible coating

56
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

selama penyimpanan dapat diihat pada Gambar 3.


0.060

0.050

Total asam (%)


0.040

0.030
G0
0.020
G1
0.010
G2
0.000
0h 3h 6h 9h 12 h 15 h G3
Lama Penyimpanan (hari) G4
Gambar 3. Perubahan Total Asam Buah Pisang dari Pengaruh
konsentrasi gliserol
Menurut Winarno (2002) tingkat yang akan menyebabkan kerusakan
kematangan buah ditunjukkan oleh ratio (Rahmawati, 2010)
gula dan asam. Kandungan total asam
pada buah mencapai maksimum selama
KESIMPULAN
pembentukan dan pertumbuhan dalam
pohon serta akan turun periode Kesimpulan
pematangan. Hal ini sesuai dengan
1) Pertambahan konsentrasi antara
pernyataan Bari (2006) dalam Novita
Glyserol dalam Edibel Coating
dkk (2013) yang menyebutkan bahwa
memberikan pengaruh terhadap
total asam buah akan meningkat pada
Susut Bobot, Vitamin C, dan
tingkat kematangan awal dan akan
total asam karena masih terjadi
menurun lagi pada buah yang mendekati
respirasi pada buah pisang
pembusukan. Tranggono dan Sutardi
barangan selama 15 hari
(1990) menyebutkan bahwa dalam
2) Lama penyimpanan memberi
proses respirasi, selain gula, asam
pengaruh terhadap kualitas
organik juga dapat dioksidasi, sehingga
pisang barangan terhadap
bila laju respirasi suatu produk tinggi
perubahan Susut Bobot, Vitamin
maka laju pengurangan asam organiknya
C, dan total asam.
juga semakin cepat. Penurunan total
Saran
asam terjadi disebabkan oleh kandungan
1) Ketahanan kualitas pisang
asam organik menurun selama proses
barangan dapat dipertahankan
pematangan yang akan digantikan oleh
selama penyimpanan sebaiknya
kandungan gula.
buah pisang barangan dilakukan
Berdasarkan uji Statistik yang telah
pelapisan menggunaan Glyserol
dilakukan dengan konsentrasi Gliserol
dalam pembentuk Edible Coating
dengan lama penyimpanan (3 hari
dengan gliserol 4 g (G2).
sampai 6 hari) terhadap perlakuan G0
2) Gliserol pada 4 g dipadukan
(kontrol), G1, G2, G3, dan G4 tidak
dalam ketan dijadikan menjadi
memberikan pengaruh nyata terhadap G0
Edible Coating adalah untuk
(kontrol) ini disebabkan oleh pengaruh
memperpanjang umur simpan
perbandingan konsentrasi Gliserol dan
dari setiap bahan yang akan
Pati Ketan pada saat pembuatan Edible
dicoating.
Coating tidak sebanding, karena
konsentrasi pelapis yang digunakan
harus diperhatikan jika terlalu kental DAFTAR PUSTAKA
akan menyulitkan didalam Ahmad, U. 2013. Teknologi Penanganan
penggunaannya serta dapat Pascapanen Buahan dan Sayuran.
menyebabkan terjadi respirasi anaerobik

57
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

Graha Ilmu. Yogyakarta. 141 Perbankan . Mei 2012. Vol. 1, No.


Halaman. 1.
Andarwulan, N. dan Sutrisno K. 1992. Krochta, J. M. , E. A. Baldwin, dan M.
Kimia Vitamin. Rajawali Press, Jakarta. O. Nisperas – Carriedo. 1994
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Edible coating and film to
Sayur. Penerbit Alumni. Bandung. improve food quality. Teach
105 Halaman. nomik Publ. Co. In. Pennsylvania
Bourtoom, T. 2008. Edible films and Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi
coating: characteristics and dan Metabolisme. U I Press, Jakarta.
properties. International Food Meilgaard, M., G. V. Civille and
Research Journal. 15 (3) : 237- B. T. Carr. 1999. Sensory
248. Evaluation Techniques 3.
Burg, S.P. 2004. Postharvest Physiology Novita, Rita dkk. 2012. “Exploring
and Hypobaric Storage of Fresh Primary Student’s Problem-
Produce. CABI Publishing, Solving Ability by Doing Tasks
Miami, USA. Burton, W.G. Like PISA’s Question”. Jurnal on
1982. Post-Harvest Physiology of Mathematics Education, 3(2):
Food Crops. Longman Scientific 133-150. Diakses pada tanggal 8
and Technical, New York. Maret 2016(http://jims-b.org/wp-
Cuq, B., N. Gonthar, J.L. Cuq, and S. content/uploads/2013/11/Full-
Guilbert. 1996. Functional IndoMS-JME-32-Rita-Novita.pdf)
Properties of Myofibrillar Pantastico. 1989. Fisiologi Pasca Panen,
Protein-Based Biopacking as Penanganan dan Pemanfaatan
Affected by Film Thickenes. Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran
Journal of Food Science. Tropika dan Subtropika . UGM-
Garcia, N. L. , L. Ribbon, A. Dufresne, Press. Yogyakarta. 906 Halaman.
M. Aranguren, and S. Goyanes Pujimulyani, D. 2012. Teknologi
2011. Effect of glycerol on the Pengolahan Sayur-sayuran dan
morphology of nanocomposi test Buah-buahan. Graha Ilmu.
made from thermo plastic starch Yogyakarta. 288 Halaman.
and starch nano crystals. Rachmawati, M. 2010. Kajian Sifat
Carbohidrate Polymers Kimia Salak Pondoh (Salaka
Gennadios, A. and C. L Weller. 1990. edulis Reinw) dengan pelapisan
Edible Films and coating from khitosan selama penyimpanan
wheat and corn proteins.Food untuk memprediksi masa
Technol simpannya. Jurnal Teknologi
Gontard, N, Guilbert S., Cuq J.L. 1993. Pertanian.
Water and Gliserol as Plasticizers Rita Novita Sari, Dwi Dian Novita,
Affect Mechanichal and Water Cicih Sugianti. 2015. Pengaruh
Vapor Barrier Properties of an Konsentrasi Tepung Tepung
Edible Wheat Film. J. Of Food
Karagenan dan Gliserol Sebagai
Sci. 58 : 206-211.
Guilbert, S. , N. Gontard, and L. G. M Edible Coating Terhadap
Gorris 1996. Prolongation of the Perubahan Mutu Buah Stroberi
shelf life perishable food products (Fragaria x ananassa) Selama
using biodegradable films and Penyimpanan. Journal Teknik
coatings.Lebensm.Wiss Technol Pertanian lampung Vol 4. No 4.:
Kartika A. 2012.Pengaruh Kondisi 305 – 314.
Keuangan dan Non Keuangan
Rudito. 2012. Perlakuan Komposisi
terhadap Penerimaan Opini Going
Gelatin dan Asam Sitrat dalam
concern pada Perusahaan
Edible Coating yang Mengandung
Manufaktur di BEI. Dinamika
Gliserol pada Penyimpanan
Akuntansi, Keuangan dan

58
Jurnal Agroteknosains/Vol.4/No. 1/April 2020/p-ISSN: 2598-6228/ e-ISSN : 2598-0092

Tomat. Politeknik Pertanian Teknologi Pangan Buku C :


Negeri Samarinda. Jurnal Pangan dan Gizi.p.53-63.
Teknologi Pertanian 6 (1) : 1-6. Tamaeala, pieter dan sherly sss
Safaryani, N., Haryanti, S., dan Hastuti, Lewerissa 2007 Karakteristek
E. D. 2007. Pengaruh Suhu dan Edible film dari
Lama Penyimpanan terhadap karagenan.Fakultas Perikanan dan
Penurunan Kadar Vitamin C Ilmu Kehutahanan Universitas
Brokoli (Brassica oleracea L). Pattimura. Ambon
Buletin Anatomi dan Fisiologi, Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia
15(2): 39 – 45. dan teknologi Pasca Panen.
Suhardi. Pujimulyani, D. dan Aprillia, Universitas Gadjah Mada.
R. 2001. Pengaruh Penambahan Yogyakarta.
Tepung Kecambah Kecipir Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas
(Psophocarpus tetragonolobus) Panen Produk Hortikultura . M-Brio
Terhadap Sifat Kimia, Fisik dan Press,
Tingkat Kesukaan Biskuit. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Prosiding Seminar Nasional Gizi. Gramedia, Jakarta.

59

Anda mungkin juga menyukai