SKRIPSI
Oleh:
Dwi Wahyu Hadiyantoro
20080210008
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul ”Penggunaan Edible Coating Gel Lidah Buaya Untuk
Memperpanjang Umur Simpan dan Mempertahankan Kualitas Buah Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill) Var. Martha” disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Sarjiyah, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian UMY,
2. Dr. Ir. Indira Prabasari, MP, selaku dosen pembimbing utama,
3. Ir. Nafi Ananda Utama, MS, selaku dosen pembimbing pendamping,
4. Ir. Agung Astuti, M.Si, selaku dosen penguji,
5. Seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian UMY.
6. Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku atas kasih sayang, cinta, semangat dan doa,
7. Semua pihak yang telah memberi motivasi dan kemudahan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
Inilah hasil terbaik yang dapat penulis susun, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari berbagai
pihak yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
vi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pelapisan gel lidah buaya yang
paling efektif antara pencelupan, penyemprotan, dan tetesan serta untuk mengetahui
suhu penyimpanan paling tepat untuk memperpanjang umur simpan dan
mempertahankan kualitas buah tomat varietas Martha.
Penelitian dilakukan dengan metode percobaan faktorial 2x4 yang disusun
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama suhu penyimpanan yaitu suhu
ruang dan suhu 15oC. Kemudian faktor kedua teknik aplikasi edible coating yaitu tanpa
pelapisan, pencelupan, penyemprotan (spray), dan tetesan. Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 2 ulangan. Parameter yang diamati meliputi presentase susut berat,
presentase kerusakan buah, kekerasan atau tekstur buah, kadar vitamin C, kadar gula
reduksi, total mikrobia, kadar air daging buah, dan uji organoleptik. Data yang
diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam pada taraf kesalahan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah tomat yang tidak dilapisi gel lidah
buaya dan disimpan dalam suhu 15oC memberikan hasil kekerasan buah yang paling
tinggi yaitu sebesar 2,07 kg/dt selama 12 hari penyimpanan. Hal ini menunjukkan
bahwa pelapisan gel lidah buaya belum dapat menghambat pertukaran O 2 dan CO2
antara buah dengan lingkungan. Penggunaan edible coating dengan berbagai teknik
aplikasi pada suhu simpan berbeda belum dapat memperpanjang umur simpan dan
mempertahankan kualitas tomat varietas Martha
Kata kunci: edible coating, gel lidah buaya, buah tomat varietas Martha
ABSTRACT
This study aims to determine the most effective Aloe vera gel coating
technique between dip application, spray application, and drip application as well as
to determine the most appropriate storage temperature to extend shelf life and to
maintain quality of tomato of Martha varieties.
The research was conducted by a 2x4 factorial experiment arranged in
Completely Randomized Design (CRD). The first factor is the storage temperature,
such as the room temperature and temperature of 15oC. Then the second factor, namely
edible coating application techniques without coating, dip application, spray
application, and drip application. Each treatment repeated into two replications. The
observed parameters were percentage of heavy losses, the percentage of fruit
damage, texture of fruit, vitamin C, reducing sugar, total microbial, moisture content of
vii
fruit flesh, and organoleptic tests. Data were analyzed with analysis of variance on 5%
level of error.
The results showed that the uncoated Aloe vera gel of tomatoes and stored in a
temperature of 15oC create the highest damage of fruit texture that is 2.07 kg/s for 12
days of storage. This indicates that the coating of Aloe vera gel can not inhibit the
exchange of O2 and CO2 between the fruit with the environment. The use of edible
coatings with various application techniques at different temperatures can not extend
shelf life and maintain quality of tomato of Martha varieties.
A. Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kandungan vitamin dan mineral dalam
tomat yang tinggi menjadikan buah ini banyak dikonsumsi baik dalam keadaan segar
maupun dalam bentuk olahan. Tingginya konsumsi tomat ditunjukkan dengan
meningkatnya permintaan tomat setiap tahunnya. Data konsumsi sayuran per kapita
tahun 2006 sampai dengan tahun 20082020 khususnya konsumsi tomat menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan. Tahun 2006 sebesar 1,17 kg/tahun, tahun 2007
sebesar 2,09 kg/tahun, dan pada tahun 2008 sebesar 22,32 kg/tahun, dengan nilai
pertumbuhan 967,33% (Pusdatin Kementan dalam Budi, 2010).
Seperti halnya produk hortikultura lain, meskipun memiliki nilai ekonomi yang
tinggi tetapi tomat mudah rusak jika disimpan dalam penyimpanan biasa dan waktu
simpannya pendek. Penyimpanan biasa merupakan penyimpanan pada suhu ruang
tanpa menerapkan teknologi pascapanen pada produk. Salah satu cara untuk
mempertahankan kesegaran buah tomat adalah dengan penambahan edible coating.
Penambahan lapisan pada buah berguna sebagai penghambat pertukaran gas CO 2 dan
O2, sehingga laju respirasi buah dapat dihambat dan proses metabolisme dalam buah
juga akan terhambat. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk lapisan dan
berfungsi sebagai barrier pertukaran gas dan antimikroba adalah gel lidah buaya.
Khasiat lidah buaya sebagai bahan baku obat, kosmetika, dan bahkan produk
makanan sudah lama diketahui masyarakat Indonesia. Potensi lidah buaya sangat baik
untuk terus dikembangkan, salah satunya adalah dengan penggunaan lidah buaya atau
Aloe vera sebagai bahan pengawet alami. Adanya kandungan enzim oksidase dapat
dimanfaatkan sebagai antimikroba dalam meningkatkan daya simpan bahan pangan
(Fabiani, 2010).
Gel lidah buaya dapat digunakan sebagai bahan pelapis untuk mempertahankan
kesegaran tomat. Hal ini dikarenakan adanya sifat antioksidan dan gel lidah buaya
dapat membuat lapisan seperti lilin ketika dilapisi ke buah, sehingga akan tetap
menjaga kualitas kulit buah (Fabiani, 2010).
Hasil penelitian Evi Savitri Iriani dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian tahun 2008 menunjukkan bahwa jeli atau gel lidah buaya mampu
menjaga kondisi buah belimbing sampai 21 hari, dibandingkan tanpa menggunakan
edible coating yang hanya bertahan 4 hari setelah panen. Aplikasi ini juga memberi
hasil yang sama pada strowberi, paprika, anggur dan ceri (Anonim, 2011).
Penambahan lapisan/ coating pada buah dan sayur dapat dilakukan dengan
metode pencelupan, pembusaan, penyemprotan (spray), tetesan (drip application), dan
tetesan terkendali (control drop application) (Krochta et al., 2002). Umumnya
penambahan lapisan dilakukan dengan metode pencelupan. Metode pencelupan ini
dirasa kurang efektif dan efisien jika dilakukan pada jumlah yang banyak. Oleh karena
itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui metode pelapisan gel lidah buaya mana
yang paling efektif dan efisien untuk memperpanjang umur simpan buah tomat.
B. Perumusan Masalah
Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Tomat mudah rusak jika disimpan dalam
penyimpanan biasa dan waktu simpannya pendek. Salah satu cara untuk
1
2
mempertahankan kesegaran buah tomat adalah dengan penambahan edible coating. Gel
lidah buaya dapat digunakan sebagai bahan pelapis untuk mempertahankan kesegaran
tomat. Penambahan lapisan pada buah umumnya dilakukan dengan metode pencelupan,
akan tetapi metode ini kurang efektif dan efisien jika dilakukan pada jumlah yang
banyak. Oleh karena itu perlu adanya alternatif metode pelapisan gel lidah buaya selain
pencelupan. Dalam penelitian ini akan dibandingkan tiga metode aplikasi gel lidah
buaya yaitu pencelupan, penyemprotan (spray), dan tetesan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui teknik pelapisan gel lidah buaya yang efektif antara pencelupan,
penyemprotan, dan tetesan dalam memperpanjang umur simpan buah tomat dan
pengaruhnya terhadap kualitas buah tomat Martha.
2. Mengetahui suhu penyimpanan paling tepat antara suhu ruang dan suhu 15 oC dalam
memperpanjang umur simpan serta mempertahankan kualitas buah tomat Martha.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Botani Tomat
manis masam dan aromanya yang khas merupakan daya tarik kepopuleran dan
Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut (Tim Penulis PS, 1994):
(berumur pendek) yang berarti tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah
itu mati. Tanaman tomat berbentuk perdu yang panjangnya dapat mencapai ± 2
meter. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir bisa dari
bambu ataupun kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (ke
atas).
jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat meningkatkan energi untuk bergerak
dan berpikir, yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan kalori. Kandungan gizi yang
terdapat dalam buah tomat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
3
2
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Tomat per 100 gram Bahan Makanan
Jenis zat Jumlah
Kalori (kal) 20
Protein (g) 1
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 4,2
Vitamin A (sl) 1.500
Vitamin B (mg) 0,06
Vitamin C (mg) 40
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 26
Besi (mg) 0,5
Air (g) 94
Sumber : Cahyono (2008)
pankreas, tumor usus besar, dan tumor tenggorokan. Hal ini telah dibuktikan
dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Norwegia.
Norwegia, orang-orang yang mengkonsumsi tomat lebih dari 14 hari dalam satu
dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Data produksi tomat dapat dilihat
pada Tabel 2. Data Tabel 2 tersebut menunjukkan produksi tomat setiap tahun
meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2010, meskipun tahun 2005-
terus dikembangkan.
3
2. Pascapanen Tomat
Waktu dari penanaman hingga panen buah pertama pada tanaman tomat
bergantung pada kultivar dan kondisi pertumbuhan, dan berkisar antara 70 hari
sampai dengan125 hari. Buah yang dijual segar dipanen ketika matang
fisiologis, dan berkisar dari fase hijau matang sampai berwarna merah
biokimia yang masih terus berjalan umumnya termasuk reaksi katabolik dan
yang paling penting yaitu respirasi yang pada dasarnya merupakan proses
4
CO2. Di sisi lain, produksi etilen buah non-klimakterik cenderung stabil dan
dan berdaging buah tebal. Tomat ini dapat berproduksi 60-80 ton/ha dengan
umur panen awal tanaman 80 hari dan akhir panen 120 hari setelah tanam.
Tekstur daging buahnya padat masir serta cocok dibudidayakan untuk dataran
dikenal sebagai salvila, di China di diberi nama lu hui dan di Prancis, Portugis,
Jerman dan lainnya disebut aloe. Klasifikasi tanaman lidah buaya adalah
Gel lidah buaya mengandung berbagai macam zat mineral dan vitamin.
diantaranya B1, B2, niacinamide, B6, choline, folic acid, vitamin C, dan lain
lain. Selain itu lidah buaya juga mengandung glucose, mannose, aldonentose, L-
1997). Hasil penelitian Reynolds dan Dweck (1999) menunjukkan bahwa zat-
zat yang terkandung dalam gel lidah buaya memiliki aktivitas antara lain
virus, mencegah chilling injury, serta dapat menyembuhkan luka dan mencegah
Berbagai macam kandungan yang ada pada gel lidah buaya dapat
meningkatkan daya simpan buah khususnya buah yang langsung dimakan tanpa
mengupas kulitnya. Hal ini disebabkan adanya sifat antioksidan dan gel lidah
buaya dapat membuat lapisan seperti lilin ketika dilapisi ke buah, sehingga akan
Gel lidah buaya yang sebagian besar terdiri dari polisakarida, berperan
makanan dan gel juga meningkatkan keamanan pangan. Gel lidah buaya
keracunan makanan pada manusia karena makanan yang sudah membusuk. Gel
ini ramah lingkungan daripada sulfur dioksida dan bahan pengawet makanan
lainnya, sehingga gel ini lebih aman untuk digunakan (Fabiani, 2010).
Komponen bioaktif yang terkandung dalam Aloe vera dapat dilihat pada Tabel
4.
buaya sebagai edible coating dapat berperan baik dalam menahan laju respirasi
dan beberapa perubahan fisiologis akibat proses pematangan pada buah anggur
mampu menjaga kelembaban dinding sel buah. Pelapisan dengan gel lidah
buaya juga bersifat permeable terhadap transfer gas dan air serta dapat
C. Edible Coating
berikut :
1. Aplikasi pencelupan
Metode ini dapat diaplikasikan dengan alat penghasil busa, akan tetapi
metode ini telah tergantikan oleh metode lain. Cara untuk mengaplikasikan
metode ini adalah dengan menambahkan bahan coating untuk dijadikan busa ke
dalam alat penghasil busa (compressor) (kurang dari 5 Psi atau 5 kPa) untuk
10
ditiupkan pada komoditas yang diberi lapisan (Long and Leggo, 1959; Hartman
3. Aplikasi penyemprotan
coating pada buah-buahan dan sayuran. Tekanan rendah pada alat penyemprot
4. Aplikasi tetesan
sayuran. Ukuran alat penetes yang berbeda akan memberikan berbagai ukuran
melapisi komoditas buah dan sayur yang dihasilkan. Pompa meter tekanan
menjadikan tetesan besar menjadi tetesan yang lebih kecil, kemudian dari nosel
perlakuan coating. Hal ini dikarenakan petani Indonesia belum terbiasa dengan
hal itu. Selain itu, pemberian coating dengan metode yang sudah ada juga akan
merepotkan dan menambah biaya produksi. dapat dibayangkan jika petani harus
mencelup satu per satu hasil panennya ke dalam larutan coating lalu
meniriskannya tentu itu akan merepotkan. Tambahan pula sebagian besar petani
11
adalah petani gurem dengan fasilitas dan modal yang terbatas. Hasil penelitian
Ahmad, dkk (2008) menunjukkan bahwa coating dari lidah buaya metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : buah tomat varietas
Martha, gel lidah buaya, CMC, gliserol, aquadest, larutan amilum 1%, larutan
meter stick, drigalsky, coloni counter, oven, botol timbang (Lampiran 3.a).
c) Metode Penelitian
penyimpanan yang terdiri dari dua aras yaitu suhu ruang dan suhu 15 oC. Faktor
kedua adalah cara aplikasi edible coating terdiri dari empat aras yaitu tanpa
T1 : Suhu ruang
T2 : Suhu 15oC
C2 : Pencelupan
C3 : Penyemprotan (spray)
C4 : Tetesan
sampel korban dan 8 sampel perlakuan, sehingga total buah tomat yang
buah tomat.
1. T1C1 : Penyimpanan suhu ruang tanpa pelapisan coating gel lidah buaya
2. T1C2 : Penyimpanan suhu ruang, coating gel lidah buaya aplikasi celup
3. T1C3 : Penyimpanan suhu ruang, coating gel lidah buaya aplikasi semprot
4. T1C4 : Penyimpanan suhu ruang, coating gel lidah buaya aplikasi tetesan
5. T2C1 : Penyimpanan suhu 15oC tanpa pelapisan coating gel lidah buaya
6. T2C2 : Penyimpanan suhu 15oC, coating gel lidah buaya aplikasi celup
7. T2C3 : Penyimpanan suhu 15oC, coating gel lidah buaya aplikasi semprot
8. T2C4 : Penyimpanan suhu 15oC, coating gel lidah buaya aplikasi tetesan
1. Persiapan bahan
14
Pembuatan gel lidah buaya adalah dengan mengupas kulit lidah buaya,
dengan 0,5 g CMC dan 1,5% gliserol, ekstrak edible coating gel lidah buaya
siap diaplikasikan. Cara pembuatan edible coating gel lidah buaya dapat dilihat
Buah tomat dipesan dari supplier sayuran yang didatangkan dari Garut
Jawa Barat. Buah tomat dipanen pada 8 Januari 2012 dan sampai di Yogyakarta
pada 9 Januari 2012. Setelah buah tomat diterima maka dilakukan sortasi untuk
memisahkan tomat yang masih berkualitas baik dengan tomat yang sudah
memar, keseragaman ukuran serta warna. Buah tomat yang telah disortasi
2. Perlakuan
Buah tomat yang telah disortasi dicuci dengan air supaya kotoran yang
diperlakukan edible coating gel lidah buaya yaitu dengan cara mencelup,
edible coating menggunakan pipet ukur. Buah tomat yang telah diperlakukan
3. Penyimpanan
Pengupasan
Pencucian lendir
Penyaringan
Pemetikan
Pemilihan/ sortasi
Pengangkutan
Perlakuan
T1C1 T2C1
T1C2 T2C2
T1C3 T2C3
T1C4 T2C4
e) Variabel Pengamatan
Pengamatan susut berat dilakukan pada hari ke-0, ke-4, ke-8, dan ke-12
a−b
% Susut berat = × 100 %
a
keterangan :
a = berat sebelum disimpan (g)
b = berat setelah disimpan (g)
Presentase kerusakan buah diamati pada hari ke-0, ke-4, ke-8, dan ke-12
penyimpanan. Buah tomat dinyatakan rusak apabila kulitnya kisut, tekstur melunak,
terdapat pertumbuhan mikrobia, dan luka atau terdapat noda pada buah minimal 25%
Pengamatan kekerasan buah dilakukan pada hari ke-0, ke-4, ke-8, dan ke-12
cara memasukkan pucuk alat pada tiga bagian buah yaitu bagian ujung, tengah, dan
pangkal buah dan hasilnya dirata-rata yang dinyatakan dalam satuan kg/ detik
(Anonim, 2010).
4. Kadar vitamin C
18
pengukuran kedua, pengukuran ketiga dilakukan pada 8 hari setelah buah disimpan dan
dengan metode titrasi Iod yang dilakukan sebagai berikut (Sudarmadji dkk, 1989):
lumpang porselen.
dan menyaringnya.
d. Mentitrasi dengan 0,01 N larutan iodium standar sampai terbentuk warna biru
A × FP× I ×100 g
Vitamin C dalam buah =
berat sampel (mg)
Pengamatan kadar gula reduksi dilakukan pada hari ke-0, ke-4, ke-8 dan ke-12
a. Menimbang bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2 g.
b. Memasukkan bahan cair ke dalam labu takar 100 ml, menambahkan aquadest
sampai tanda..
19
d. Memipet 1 ml larutan contoh yang jenuh tersebut ke dalam tabung reaksi yang
piala.
|.|FP
% gula reduksi = ×100 % (Sudarmadji, 1989)
n
keterangan :
abs : kadar gula pada sampel hasil peneraan
FP : faktor pengenceran
n : berat sampel (mg)
f) Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf kesalahan 5%.
Jika terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji Duncan Multiple Range
Test pada taraf 5%. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan
kualitas buah tidak panjang lagi. Hal yang berkaitan dengan proses tersebut
adalah respirasi dan transpirasi. Dalam upaya memperpanjang umur simpan dan
lapisan (coating) dan pengaturan suhu simpan. Ekstrak gel lidah buaya
digunakan sebagai pelapis dalam penelitian ini. Hasil pengaplikasian ekstrak gel
lidah buaya dengan teknik aplikasi yang berbeda dan pada suhu simpan yang
A. Susut Berat
menghasilkan energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran berupa gas
CO2 dan H2O. Air dan gas yang dihasilkan dan energi berupa panas akan
kehilangan air pada buah antara lain adalah luas berbanding volume buah
21
tersebut, lapisan alami permukaan buah, dan kerusakan mekanis pada kulit
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata antar perlakuan yang diujikan
dan tidak terdapat interaksi antara berbagai teknik aplikasi edible coating
Tabel 5. Rerata Presentase Susut Berat Tomat Martha Setelah 12 Hari Penyimpanan
(%)
Faktor I Faktor II (Teknik Aplikasi)
(Suhu Tanpa Pencelupan Penyemprotan Tetesan Rerata
Simpan) Lapisan
Ruang 8,55 13,65 7,84 12,56 10,65 a
15oC 12,61 12,47 10,01 12,81 11,98 a
Rerata 10,59 p 13,06 p 8,92 p 12,68 p (-)
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata
pada taraf 5%
A. Kerusakan Buah
umur simpan. Kerusakan buah yang terjadi saat pengamatan antara lain ditandai
dengan kulit tomat yang kisut, tekstur buah yang melunak, terdapat
pertumbuhan mikrobia dan luka atau terdapat noda (bercak hitam). Presentase
kerusakan buah tomat martha setelah 12 hari penyimpanan dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rerata Presentase Kerusakan Tomat Martha Setelah 12 Hari Penyimpanan (%)
Faktor I Faktor II (Teknik Aplikasi)
(Suhu Tanpa Pencelupan Penyemprotan Tetesan Rerata
Simpan) Lapisan
22
diketahui bahwa tidak ada beda nyata baik pada perlakuan teknik aplikasi edible
menunjukkan tidak ada beda nyata terhadap kerusakan buah. Rata-rata tingkat
berdasarkan suhu, kerusakan buah akan tinggi bila disimpan dalam suhu ruang.
Kerusakan pada kontrol yaitu tanpa diberi pelapisan, sebagian besar di tandai
dengan munculnya bercak warna hitam dan lembek pada buah. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya tambahan lapisan yang menutup pori-pori pada
kulit buah sehingga O2 lebih mudah masuk ke dalam buah yang mengakibatkan
peristiwa oksidasi akan terjadi. Selain itu disebabkan pula karena terjadinya
peningkatan konsentrasi pektin yang mudah larut dalam air (Winarno dan
Aman, 1981).
kadar air semakin berkurang serta mengakibatkan kulit buah menjadi kisut.
tersebut disebabkan karena meskipun pemberian lapisan ekstrak gel lidah buaya
dan suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4.a dan 4.b.
70 70
60 60
tanpa
50 lapisan 50
Kerusakan Buah (%)
40 40
pencelupan
30 30
20 penyem
protan 20 Ruang
10 10 15⁰C
0 tetesan
0
-10 0 2 4 6 8 101214
-10 0 2 4 6 8 101214
-20
-20
Hari Penyimpanan
Hari Penyimpanan
B. Kekerasan Buah
yang disimpan. Pada penelitian ini, pengukuran nilai kekerasan buah dilakukan
24
kekerasan buah menunjukkan bahwa buah sudah lunak dan matang, sedangkan
nilai kekerasan buah yang tinggi menunjukkan bahwa buah belum matang.
Menurut Winarno dan Aman (1981), penurunan nilai kekerasan buah terjadi
akibat degradasi pektin yang tidak larut dalam air (protopektin) berubah
menjadi pektin yang larut dalam air. Hal ini mengakibatkan menurunnya daya
kohesi dinding sel yang mengikat dinding sel yang satu dengan dinding sel yang
lain.
terhadap kekerasan buah. Semakin tinggi suhu simpan kekerasan buah tomat
semakin lunak.
Tabel 7. Rerata Kekerasan Buah Tomat Martha Setelah 12 Hari Penyimpanan (kg/dt)
Faktor I Faktor II (Teknik Aplikasi)
(Suhu Tanpa Pencelupan Penyemprotan Tetesan Rerata
Simpan) Lapisan
Ruang 0,19 b 0.63 a 1,17 a 1,80 a 0,95
15oC 2,07 a 1,42 a 1,94 a 1,40 a 1,71
Rerata 1,13 1,03 1,56 1,60 (+)
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata
pada taraf 5%
A. Kesimpulan
terhadap pengaruh teknik aplikasi edible coating dan penggunaan suhu terhadap umur
simpan buah tomat Martha setelah disimpan selama 12 hari, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
25
1. Buah tomat Martha yang tidak dilapisi gel lidah buaya dan disimpan dalam suhu
15oC mampu memberikan hasil kekerasan buah yang paling tinggi yaitu sebesar 2,07
kg/dt.
2. Penggunaan edible coating gel lidah buaya pada suhu simpan berbeda belum mampu
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelapisan edible coating gel lidah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., A. Nurisman, W. Fitrianto, A.R. Hakim, dan N. Hidayat. 2008. Edible
Coating Gel Lidah Buaya Sebagai Alternatif Bahan Untuk Mempertahankan
Mutu Produk dengan Aplikasi Spray. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim. 2010. Panduan Praktikum Fisiologi Pasca Panen. Laboratorium Pasca Panen
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Anonim. 2011. Jeli Lidah Buaya Perpanjang Umur Simpan Buah. CV Hijau Lestari
Mandiri. Bekasi.
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Sayuran Indonesia. Diakses dari
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=20. Pada 3 November 2011.
Beuchat, L.R. 1998. Surface Decontamination of Fruits and Vegetables Eaten Raw.
WHO. Switzerland.
Budi, G. 2010. Perkembangan Trend Pemasaran Sayuran Di Indonesia. Diakses dari
http://www.eapvp-forum.org/library/presentation/.../d1s1_perkembangan.pdf .
Pada 10 November 2011.
Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Fabiani, V.A. 2010. Gel Lidah Buaya, Pengawet Alami Buah-Buahan. Diakses dari
http://netsains.com/2010/01/gel-lidah-buaya-pengawet-alami-buah-buahan/ . Pada
7 November 2011.
Hayati, S.Z. 2006. Upaya Memperpanjang Umur Simpan Buah Apel Manalagi (Malus
sylvestris Mill.) Dengan Pelapisan Kitosan dan Penyemprotan CaCl2. Skripsi
26