I. SKENARIO
Seorang pasien, usia 24 tahun, datang ke klinik gigi untuk memeriksakan tambalan
gigi depan dan belakang yang lepas bersamaan sejak dua hari yang lalu. Hasil
pemeriksaan terdapat gigi 12 dan 16 berlubang. Dokter gigi memutuskan untuk
menumpat langsung gigi 12 dengan bahan tumpatan sewarna gigi. Gigi 16
direncanakan untuk restorasi non plastis berbahan logam yang biokompatible.
Setelah selesai ditumpat , dokter gigi meminta pasien membuka dan menutup mulut
untuk melihat hubungan tonjol gigi rahang atas dan rahang bawah apakah sudah
baik agar pasien dapat mengunyah dengan benar.
III. KEYWORDS
2. Gigi berlubang
3. Bahan tumpatan
5. Pengunyahan
1
6. Apakah ada restorasi selain restorasi non plastis?
V. LEARNING ISSUES
1. Bahan tumpatan
A. Definisi
B. Jenis
C. Karakteristik
D. Komposisi
E. Kelebihan dan kekurangan
2. Mastikasi
A. Definisi
B. Organ yang berperan
C. Fisiologi
3. Oklusi
A. Definisi
B. Penyimpangan
C. Fisiologi
2
VI. SKEMA
Pemeriksaan
Plastis
Tambalan gigi yang
lepas
Bahan
Non plastis
Tumpatan
Karakteristi
k
Mastikasi
VII. PEMBAHASAN
1. Bahan Tumpatan
A. Definisi Tumpatan
Tumpatan adalah pengembalian fungsi gigi dalam mulut dengan jalan menghentikan
proses karies dan menjaga pulpa agar tetap vital dan sehat. Penumpatan gigi merupakan
suatu tindakan restorasi gigi dengan cara membuang jaringan karies dan meletakkan bahan
restorasi pada gigi yang mengalami kerusakan. Tindakan perswatan menggunakan bahan
restorasi lebih efektif dibandingkan dengan pencabutan karena pertimbangan estetika dan
fungsional.
3
Amalgam merupakan paduan logam dengan merkuri, perak, timah, seng, dan
tembaga, serta beberapa elemen tambahan. Amalgam khususnya cocok untuk
restorasi tipe I dan tipe II. Dengan komposisi yang terdiri dari berbagai macam
logam, tentunya amalgam akan menghasilkan warna yang jauh berbeda dari
warna asli gigi.
b. Resin komposit
Resin komposit adalah hasil polimerisasi campuran bahan organic resin dengan
bahan pengisi bubuk anorganik dari glass. Resin komposit termasuk dalam
bahan restorasi dengan estetika yang baik karena warna dan translusensinya
hampir mendekati warna gigi.
c. Glass Ionomer Cement
GIC adlaah material restorasi yang sewarna gigi dan dapat digunakan untuk
restorasi kavitas dengan tekanan kunyah yang rendah. Bahan GIC terdiri dari
bubuk dan cairan. Material GIC terbukti aman dengan sedikit kecenderungan
iritasi terhadap jaringan lunak.
2. Non-Plastis
4
a. Porselen
Digunakan saat estetika sangat diperlukan dan dapat dipakai sebagai bahan
pengganti restorasi komposit pada gigi posterior. Mempunyai kekuatan tekan
dan mampu menahan beban oklusal yang besar.Sifat porcelain ini sangat
bergantung pada melting point nya, semakin tinggi meltingpointnya maka
semakin baik kekuatannya
b. Logam
Karena titik lebur logam yang lebih rendah dari pada porselen,sehingga dalam
porselen fuse to metal, dipilih bahan porselen yang memiliki titik lebur rendah
sedangkan logam yang digunakan memiliki titik lebur tinggi. Porselen tipe low
5
melting point dapatdigunakan bersama titanium alloy karena memiliki
koefisienekspansi termal hampir sama dengan logam.
6
a. Alloy Konvensional:
Silver =67-74%
Tin = 25 -27 %
Kuprum=0 -6%
Zinc = 0 – 2%
Beberapa alloy yang mengandung 2 – 3% mercury beramalgamisasi lebih cepat.
b. Alloy kaya kuprum:
Blended alloy alloy/dispersion modified alloy, mengandung 2 bagian
partikel alloy konvensional di tambah satu bagian alloy silver –copper
eutectic spheris (kira-kira 70% Ag + 30% Cu)
Komposisi keseluruhan kira-kira sebagai berikut:
Silver – 69 %
Tin = 17%
Kuprum = 13%
Zinc = 4 %
Alloy kebalikan tipe 1, alloy ini mengandung 2 bagian alloy, terdiri dari :
Ag = 60 %
Sn = 25%
Cu = 15%
Di tambah 1 bagian alloy konvensional, Campuran alloy konvensional dan copper
amalgam. Ada referensi lain, komposisi alloy amalgam yaitu:
a. Perak (Ag) 67-74% :
Elemen utama dalam reaksi
Menaikkan setting expansion
Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
Memperputih alloy
Menaikkan strength
Menurunkan creep
b. Timah (Sn) 25-28% :
Elemen utama dalam reaksi
Menaikkan setting expansion
Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
Memperputih alloy
Menaikkan strength
7
Menurunkan creep
c. Tembaga (Cu) 0-6% :
Elemen utama dalam reaksi
Menaikkan setting expansion
Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
Memperputih alloy
Menaikkan strength
Menurunkan creep
d. Seng (Zn) 0-2% :
Elemen utama dalam reaksi
Menaikkan setting expansion
Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
Memperputih alloy
Menaikkan strength
Menurunkan creep
e. Air raksa (Hg) 0-3%
2. Glass Ionomer Cement (GIC)
Bisphenol A Glycidyl methacrylate 35,6%, methacrylate groups, B.H.T,
silicium dioxide, sodium fluoride, calcium fluoride, catalyst.
a. Liquid : menggunakan asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-
50%
b. Bubuk :
Silica 41,9%
Alumina 28,6%
Alumunium fluoride 1,6%
Calcium fluoride 15,7%
Sodium fluoride 9,3%
Alumunium phosphate 3,8%
3. Resin Komposit
Matriks resin, bahan pengisi, copling agents, sistem insiator, akselerator.
8
Merupakan bahan restorasi tertua dan cukup terkenal di masyarakat luas
oleh karena kekuatan, daya tahan, dan harganya yang relatif murah
(Perben HB.2008).
b. Kekurangan:
Penggunaan amalgam perak tidak dianjurkan untuk perempuan hamil
atau ditunda (Socialstyrelsen forfattningssamling (SOSFS) 1988). Alasannya
karena ketidak pastian mengenai toksisitas Hg dari tambalan amalgam si ibu
terhadap embrio (Kosta L, Byrne AR, Zelenko V. 1975).
2. Resin komposit
a. Kelebihan:
Lebih estetis.
Mempertahankan struktur gigi (conservative approach).
Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup
margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi dan
Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adaptasi dan membedakan
antara restorasi, lesi karies dan struktur gigi sehat.
b. Kekurangan:
Terjadi penngkerutan saat polimerisasi.
Terjadinya lesi karies sekunder.
Dapat mengabsorbsi air (hydrolytic breakdown).
3. Glass Ionomer Cement
a. Kelebihan:
Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula
dengan email dan dentin.
Dapat melepaskan flouride.
Memiliki stabilitas dimensi tinggi.
Mempunyai sifat biokompatibilitas.
b. Kekurangan:
9
Perbandingan ukuran bubuk dan cairan kurang tepat.
Warna kurang stabil atau tidak persis sama dengan gigi.
Mudah berubah bentuk.
4. Gutta percha
a. Kelebihan:
Tidak bersifat konduktor.
Mudah pengerjaannya
Mempunyai warna yang harmonis.
Mempunyai daya elastisitas yang baik.
Bila perlu mudah dikeluarkan/diambil dari kavitas
b. Kekurangan:
Crussing resistensinya rendah.
Dalam mulut bereaksi dengan sulfida. Oleh karena itu, dalam mulut
dengan higiene oral yang buruk, gutta percha dapat hancur.
Pada pendinginan, aka mengalami kontraksi sehingga dapat lepas
dari dinding kavitas.
Tidak dapat dipoles.
2. Mastikasi
A. Definisi
Pengunyahan (Mastikasi) adalah suatu proses penghancuran partikel makanan
di dalam mulut dengan bantuan dari saliva untuk mengubah ukuran dan
konsistensi makanan yang pada akhirnya akan membentuk bolus sehingga
mudah untuk ditelan. Proses penghancuran makanan tersebut dilakukan oleh
gigi-geligi dibantu dengan otot-otot mastikasi dan pergerakan dari kondilus
melalui artikulasi temporomandibula.
10
1. Organ-organ Aktif Mastikasi
a. Pterygoideus Lateralis
Caput Superior Origo : facies infratemporalis dan &Crista
infratemporalis ala magna ossis sphenoidalis
Caput Inferior Origo : Facies lateral lamina lateralis proc pterigoideus
Insersio : Sebagian capsula dan discus articularis proc articularis
mandibula,dan sebagian fovea pterygoideus dari colum mandibula
Fungsi : Otot utama untuk gerakan membuka mulut.
Inervasi : N. V (Trigeminus)
b. M. Digastricus
Venter posterior : dari Fossa digastrica ke os hyoid
Venter anterior : dari os hyoid ke incisura mastoidea
Intermediate tendon : terikat pada cornu majus os hyoid oleh
jaringan apeneurotica
Fungsi : membantu gerakan membuka mulut
c. M. Buccinator
Origo : pterygomandibular raphae, tepi alveolar maxilla dan
mandibula
Insersio : beberapa serabut mencampurkan dan menyediakan origo
untuk orbicularis oris dan beberapa serabut bercampur dalam bibir
atas dan bawah berkontraksi sedangkan m. pterygoideus lateralis
dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup perlahan,
m. temporalis dan m. masseter juga berkontraksi untuk membantu
gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal.
11
d. M. Pterygoideus Medialis
Caput Superficial Origo : Lamina lateralis proc pterigoideus facies
medialis dan proc. pyramidalis ossis palatine
Caput Profundus (lebih besar) Origo : Proc pyramidalis ossis palatini
dan tuber maxilla
Insersio : Tuberositas pterygoidea pada bagian dalam angulus
mandibula
Fungsi : Otot utama untuk gerakan menutup mulut
Inervasi : N.V (Trigeminus)
e. M. Temporalis
Origo : Fossa temporalis, caudal dari linea temporalis inferior dan
fascia temporalis lapisan yang profundus
Insersio : Processus coronoideus dan tepi ventral ramus mandibula
Fungsi : membantu gerakan menutup mulut
Inervasi : N.V (Trigeminus), N. auriculotemporalis
f. M. Masseter
Lapisan SuperFicial (lebih besar)
Origo : Processus Zygomaticus ossis maxillae,2/3 ventral dari tepi
caudal arcus Zygomaticus
Insersio : Tuberositas maseterica
Lapisan Profundus Origo : 1/3 dorsal dari tepi caudal arcus
Zygomaticus,permukaan dalam arcus Zygomaticus
Insersio : 1/2 cranial ramus mandibula dan processus muskularis
Fungsi : membantu gerakan menutup mulut
Inervasi : N.V (Trigeminus)
2. Organ Aktif Mastikasi: Otot-otot Tambahan
Selain otot-otot pengunyahan, terdapat beberapa otot-otot tambahan yang
merupakan organ aktif mastikasi diantaranya adalah lidah, palatum, pipi dan
bibir.
a. Lidah
Lidah ikut berperan serta pula pada proses pengunyahan karena lidah
berfungsi membawa makanan diantara permukaan oklusi gigi-geligi,
membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang, dan
substansi yang tidak enak rasanya serta berfungsi untuk membawa
12
massa makanan yang sudah dikunyah ke palatum sebelum akhirnya
ditelan. Selain itu lidah juga berperan penting dalam mempertahankan
kebersihan mulut yaitu untuk menghilangkan debris makanan pada
gingiva, vestibulum dan dasar mulut.
Pipi dan bibir juga berperan penting dalam membantu proses mastikasi
dengan cara berikut, vestibulum berfungsi untuk menampung makanan dan
bibir berfungsi sebagai alat sensoris (temperatur, taktil) dan alat mekanis
(membantu memasukan makanan kedalam mulut)
13
2. Otot dilator bibir
a) M.levator labii superior
b) M.Zygomaticus mayor dan minor
c) M.levator anguli oris
d) M.risorius
e) M.depressor anguli oris
f) M.depressor labii in#erior
g) M.mentalis
3. Otot pipi
M. buccinator berada di maksila dan mandibula pada daerah molar
dan masuk ke dalam muskulus-muskulus di dekitar sudut mulut.
Membentuk sebagian besar dinding lateral pipi. Menyimpan makanan di
dalam rongga mulut pada saat proses mastikasi.
3. Organ Pasif Mastikasi
Organ-organ yang termasuk dalam organ pasif mastikasi adalah gigi geligi,
temporomandibular joint serta mandibula.
a. Gigi geligi
b. Temporomandibular joint
c. Mandibula
14
Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari
processus kondilaris dan meniskus ke depan dan ke belakang sepanjang
tuberkulum artikularis di dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan
serat. Pergerakan dari memajukan mandibula terjadi karena tertariknya
kondilus dan meniskus ke depan sepanjang tuberkulum artikularis.
Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh serat-serat posterior dari
muskulus temporalis yang menarik kondilus dan meniskus ke belakang dan
ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus masseter
mempertahankan kontak gigi-geligi. Pergerakan mandibula ke samping oleh
aktivitas muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis
pada satu sisi, dimana processus kondilaris dan diskus artikularis akan
terdorong ke depan dan ke eminansia artikularis.
C. Fisiologi
1. Fasel oral
Terjadi secara sadar
Makanan bercampur dengan liur menjadi bolus
Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat, terjadi penutupan
nasofaring oleh m.levator veli palatine
Kontraksi m. Palatofaring bolus tidak akan kembali ke rongga mulut
2. Fase faringeal
Terjadi secara reflex dan merupakan akhir fase oral
Aferen n.IX dan n.X ke medulla dan pons
Perpindahan bolus dan faring ke esofagus
Kontraksi pilar elevasi palatum molle kontraksi m.faring superior; unuk
membantu bolus masuk ke faring dan mencegah bolus kembali ke rongga
mulut
Kontraksi m.faring ke atas pangkal lidah ditarik ke depan
- Elevasi laring adduksi pita suara asli dan palsu penutupan epiglottis
kea rah pita suara
- Menarik bolus ke arah faring sehingga dapat menyebar masuk ke
valekula yang terletak di atas garis epiglottis sebelum didorong oleh
gerakan peristaltic
Peristaltic faring relaksasi sfingter krikofaring; relaksasi dinding otot
faring, kontraksi otot di belakang bolus
15
3. Fase Esofageal
• Perpindahan bolus dari esofagus ke lambung
• Relaksasi m.krikofaring introitus esofagus terbuka bolus masuk ke
esofagus bolus terdorong ke distal oleh gerakan peristaltic; sfingter akan
terbuka secara reflex mengakibatkan bolus melewatinya sehingga sfingter
menutup lagi
3. Oklusi
A. Definisi
Oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi
rahang bawah pada saat kedua rahang menutup.
B. Penyimpangan Oklusi
Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi
juga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang
berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi. Maloklusi dapat timbul
karena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar
gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya,ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu,
dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan
bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dalam
lengkung gigi. Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tulang rahang terganggu.
Macam-macam Maloklusi
Maloklusi dibagi 3:
a. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang
bawah terhadap tulang kepala normal,tapi gigi-giginya mengalami
penyimpangan
b. Maloklusi tipe skeletal,terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang
bawah terhadap tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan rahang
c. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga
timbul gangguan saat dipakai untuk mengunyah
a. Kelas I Angle
16
Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah
Neutroklusi
b. Kelas II Angle
Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih ke mesial dari posisi kelas 1
Telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawah
Gigi M1 bawah lebih ke distal: Distoklusi
C. Fisiologi
1. Gigi geligi pada tiap lengkung rahang harus memiliki inklinasi mesiodistal dan
bukolingual yang ideal dan hubungan aproksimal gigi yang benar pada setiap area
kontak interdental.
2. Hubungan antar lengkung yang sedemikian rupa hingga gigi geligi rahang bawah
berkontak dengan gigi geligi rahang atas (kecuali gigi insisivus sentralis).
3. Ketika gigi geligi berada pada posisi interkuspal maksimum, maandibula harus
berada pada posisi sentrik relasi, yaitu kedua kondilus mandibula berada pada posisi
yang simetris dan terletak paling retrusi/posterior dalam fossa glenoidalis.
17
4. Hubungan fungsional pada pergerakan mandibula harus ideal, khususnya ketika
pergerakan lateral, harus ada kontak oklusal pada sisi kerja dengan tidak ada kontak
oklusal pada sisi kontra lateral, serta pada oklusi potrusi, kontak terjadi pada gigi
insisivus, tetapi tidak pada gigi molar.
Oklusi normal adalah ketika gigi molar rahang atatsa dan rahang bawah berada
dalam suatu hubungan dimana puncak cusp mesiobuccal molar rahang atas berada pada
groove buccal molar rahang bawah, serta gigi tersusun rapid an teratur mengikuti garis
kurva oklusi.
Menurut Houston et al, oklusi normal adalah oklusi ideal yang mengalami
penyimpangan yang masih dapat diterima dan tidak menimbulkan masalah estetik serta
fungsional.
Andrew menyebutkan 6 ciri oklusi normal yaitu :
1. Hubungan yang terdapat dari gigi
molar pertama permanen pada
bidang sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus
yang tepat pada bidang transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi insisivus yang
tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung gigi,
tanpa diastema maupun berjejal.
6. Bidang oklusal yang datar/sedikit melengkung.
18
19