Sejak diakuisisi oleh Pemerintah, Inalum kini tengah mengembangkan produksi hilir
aluminium dengan mendorong diversifikasi produk dari aluminium ingot ke
aluminium alloy, billet dan wire rod, serta menggarap pabrik peleburan baru yang
terintegrasi di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Tanah Kuning,
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara dan mempersiapkan diri untuk menjadi induk
holding BUMN bidang pertambangan yang direncanakan mengakuisisi Freeport
Indonesia.
Pada HUT ke-45 ini, INALUM memiliki target jangka panjang yang harus dicapai
pada tahun 2030. Hal ini juga diutarakan oleh Direktur Pelaksana INALUM, Oggy
Achmad Kosasih dalam sambutannya. “INALUM sangat berambisi untuk dapat
mengembangkan sayapnya menjadi perusahaan besar berbasis Aluminium yang
terintegrasi dengan kapasitas produksi aluminium menjadi sekitar 1,3 juta ton
Aluminium per tahun di tahun 2030,”
Saat ini, 80 persen produksi aluminium Inalum sudah terserap di dalam negeri,
sisanya diekspor. Pemerintah juga berkomitmen melakukan program hilirisasi produk
aluminium ingot Inalum.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum pada tahun ini bakal
meningkatkan porsi penjualan aluminium ke pasar domestik. Inalum menargetkan
pasokan ke pasar dalam negeri mencapai 80% dari total penjualan.
Direktur Pelaksana PT Inalum (Persero) Oggy Achmad Kosasih
menyampaikan, pihaknya memprioritaskan konsumsi aluminium di dalam negeri
untuk menunjang pertumbuhan dan daya saing industri. Pada tahun 2020, penjualan
domestik aluminium Inalum tercatat 75%, sementara 25% lainnya dipasok ke pasar
ekspor. Untuk 2021, direncanakan Inalum akan meningkatkan porsi penjualan
domestik mencapai 80% dari total penjualan. Covid-19 tidak memberikan dampak
yang signifikan terhadap kinerja produksi. Hal ini dikarenakan Perusahaan
melaksanakan maintenance peralatan sesuai jadwal, serta ketersediaan sparepart dan
bahan baku sesuai yang diperlukan. Namun lain halnya dari sisi penjualan. pandemi
covid-19 cukup memberikan dampak, khususnya terhadap penjualan domestik
aluminium pada periode Kuartal II-2020. Kala itu demand industri menurun karena
perlambatan proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Inalum pun menyiasatinya dengan mengalihkan penjualan domestik yang
tidak terserap ke pasar ekspor. Alhasil, penurunan penjualan Inalum pada tahun 2020
bisa ditekan, yakni hanya merosot 1,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu,
volume penjualan Inalum mencapai 250.000 ton. Meski turun tipis dibandingkan
tahun 2019, namun secara target tahunan, angka itu mencapai 103% dari target
penjualan Inalum di 2020. “Sehingga secara keseluruhan baik dari sisi produksi dan
penjualan, tahun 2020 Inalum mampu memenuhi target dari pemegang saham,
Meski begitu, pada tahun ini Inalum mematok target yang lebih rendah
dibandingkan realisasi produksi dan penjualan aluminium pada 2020. Secara umum
target produksi Inalum di 2021 lebih rendah 3% dari tahun 2020, sedangkan untuk
target penjualan turun 5%. Oggy mengatakan, penurunan target produksi dan
penjualan tersebut mempertimbangkan pengerjaan modernisasi tungku (upgrading
pot) pada fasilitas peleburan aluminium di Sumatera Utara. “Penurunan target
produksi dan penjualan bukan dikarenakan covid-19, namun Perusahaan akan mulai
melakukan proyek pot upgrading untuk meningkatkan kapasitas pabrik aluminium ke
depannya.
Dengan upgrading pot tersebut, Inalum menargetkan kapasitas produksi bisa
meningkat menjadi 300.000 metrik ton per tahun. Modernisasi tungku yang
merupakan salah satu proyek strategis Inalum itu sedang dalam tahap finalisasi
kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC).