Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN PENGEMBANGAN BISNIS

PENGOLAHAN ALUMINIUM
PT TOMODACHI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Semester VII Program
Studi Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2018/2019

Disusun oleh :
Ilya Rahma Putri (100.701.15.046)
M. Liana Rahmy (100.701.15.064)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H / 2018 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat ALLAH.SWT yang telah memberikan rahmat dan


hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Rancangan
Pengembangan Bisnis Aluminium PT TOMODACHI” tepat pada waktunya.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua kami yang
telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagi penulis berupa moril dan
materi, serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari laporan yang penulis susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kedepannya laporan yang penulis susun menjadi lebih baik.
Semoga laporan yang penulis susun ini bermanfaat bagi semua orang,
khususnya mahasiswa Teknik Pertambangan UNISBA.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Bandung, 31 Desember 2018


Penyusun

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Maksud & Tujuan............................................................................2
1.2.1 Maksud..................................................................................2
1.2.2 Tujuan....................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................2
BAB II PROFIL INDUSTRI................................................................................4
2.1 Profil Perusahaan...........................................................................4
2.2 Situasi Bisnis..................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................6
3.1 Ide Bisnis........................................................................................6
3.2 Rencana Realisasi..........................................................................6
3.2.1 Tahapan Pengolahan.............................................................6
3.2.2 Tahapan Pemurnian...............................................................9
3.3 Strategi.........................................................................................11
3.4 Evaluasi / Analisis Ekonomi..........................................................11
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang
melimpah, bahkan indonesia dikatakan sebagai negara dengan sumber daya
alam terbesar didunia, hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya sumber daya
alam yang menjadi ciri khas dari daerahnya masing masing, Hal itu didasarkan
pada letak Indonesia yang berada tepat digaris yang dilalui khatulistiwa sehingga
menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan hal itu juga yang berpengaruh
terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara geologis Indonesia
berada pada pertemuan tiga lempeng yang mana itu semua memungkinkan
munculnya deretan gunung api yang secara otomatis akan banyakya
keterdapatan sumber daya maupun cadangan tambang.
Kepulauan Riau contohnya, dimana terdapat banyaknya cadangan
bauksit yang merupakan batuan asal dari logam bijih Alumunium (Al). Alumunium
sendiri merupakan logam bijih dengan keterdapatan yang sangat banyak di
indonesia, bahkan indonesia berada diurutan ke 7 sebagai negara dengan
cadangan Alumnium terbanyak di dunia, hal tersebut didukung dengan
banyaknya permintaan pasar mengenai logam alumunium (Al). Permintaan
aluminium global diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5% pada tahun 2018.
Sedangkan pemangkasan produksi yang diperkirakan akan turun dalam kisaran
3,5 juta dan 4 juta metrik ton setiap tahun selama tiga tahun mendatang dengan
kemungkinan kisaran harga US$ 1.900 - US$ 2.500 per metrik ton.
Hal ini tentunya sangat menguntungkan pabrik pengolahan bijih bauksit,
dimana permintaan pasar yang tinggi terhadap logam alumunium menyebabkan
keuntungan tersendiri bagi perusahaan pengolahan bijih bauksit, ditambah lagi
dengan adanya PP nomor 1 tahun 2014 yang mewajibkan setiap perusahaan
tambang bijih memiliki smelter, pengolahan bijih bauksit di indonesia sendiri
sudah sempurna, dengan adanya hal ini tentu sangat mengutungkan apabila
dilakukan pembangunan pabrik pengolahan bijih bauksit.

1
2

1.2 Maksud & Tujuan


1.2.1 Maksud
Rencana bisnis pengolahan bijih bauksit ini dilakukan dengan maksud
untuk memenuhi aturan dalam UU Minerba yang mewajibkan suatu pelaku
usaha pertambangan bijih untuk membuat smelter guna meningkatkan nilai jual
baha galiannya serta untuk memenuhi kebutuhan alumunium dalam negeri yang
semakin meningkat.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari rencana bisnis yang akan dilakukan ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat memenuhi aturan UU Minerba mengenai kewajiban membangun
smelter bagi pelaku usaha pertambangan bijih, serta meningkatkan nilai
jual bahan galian.
2. Dapat merencanakan dan mengatur teknis pengolahan dan pemurnian
bijih bauksit menjadi alumunium
3. Dapat meningkatkan keuntungan yang didapatkan oleh PT TOMODACHI.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan
mengenai rencana bisnis pengolahan bijih bauksit dan pemurnian di PT
TOMODACHI
1. Mengapa perlu dilakukan pengolaha bijih bauksit?
2. Bagaimana cara penambahan nilai jual bijih bauksit hasil tambang?
3. Apa saja tahapan yang perlu dilakukan dalam pengolahan bijih bauksit?
4. Berapa kuntungan yang diperoleh dari kegiatan pengolahan tersebut?

1.4 Manfaat
Bisnis pengolahan bijih bauksit ini dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan serta dapat membantu perekonomian di Indonesia, diantaranya:
1. Meningkatkan pendapatan kas negara melalui pajak sesuai dengan
ketetapan aturan pemerintah.
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar tambang dengan
membuka lapangan pekerjaan baru bagi pengangguran.
3

3. Membantu memenuhi kebutuhan bahan alumina bagi industri pengolahan


alumunium dalam negeri dengan harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan bahan alumina yang di import, namun dengan
kualitas yang lebih baik.
4. Membantu memenuhi kebutuhan alumunium dalam negeri.
5. Meningkatkan keuntungan bagi perusahaan tambang.
BAB II
PROFIL INDUSTRI

2.1 Profil Perusahaan


PT TOMODACHI merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan dengan bahan galian berupa bauksit sebagai bahan baku
alumunium. PT TOMODACHI didirikan pada tahun 2015 dengan letak
perusahaan di Jl. Asia Afrika KM 14, Tanjung Pinang, Bintan, Kepulauan Riau
dengan jumlah cadangan bauksit sebesar 15 juta ton. Perusahaan ini bekerja
dengan cakupan kegiatan berupa eksplorasi, penambangan, pengolahan serta
pemasaran komoditas bijih bauksit. Perusahaan ini tidak hanya melakukan
kegiatan pengolahan bijih bauksit untuk mendapatkan alumina, tetapi kegiatan
pengolahan yang dilakukan sampai memperoleh hasil berupa alumunium.
PT TOMODACHI memiliki konsumen jangka panjang yang loyal pada
perusahaan The Boeing Company, seatle, united states. Mengingat luasnya
lahan konsesi pertambangan dan besarnya jumlah cadangan dan sumber daya
yang dimiliki, PT TOMODACHI bekerja sama dengan bursa efek indonesia untuk
membentuk mitra kerja sama agar dapat memanfaatkan cadangan yang ada
menjadi tambang yang menghasilkan keuntungan.

2.2 Situasi Bisnis


Bauksit merupakan bahan dasar alumina yang banyak digunakan dalam
produk sehari-hari. Saat ini industri pengolahan alumunium sedang dalam
kondisi terpuruk karena adanya peningkatan harga import bahan dasar
pembuatan alumunium. Harga alumunium ini meningkat hingga 1.7% menjadi
US$2445 per ton. Kenaikan harga alumunium ini juga berdampak pada
kenaikkan harga bahan alumina yang sangat pesat. Kenaikan bahan alumina ini
dipengaruhi oleh adanya pemangkasan produksi di beberapa negara maju
seperti Brazil yang di prediksi mencapai US$650 per ton.
Peningkatan harga import alumina untuk bahan dasar dalam pengolahan
alumunium ini sebanding dengan kebutuhan akan bahan alumina tersebut,
sehingga industri pengolahan alumunium sedikit kesulitan dalam memenuhi

4
5

kebutuhan bahan alumina tersebut. Kesulitan ini juga dipengaruhi oleh


banyaknya industri pertambangan bauksit yang tidak melakukan kegiatan
pengolahan hasil tambang bauksit tersebut menjadi bahan dasar alumina,
melainkan langsung di eksport dalam bentuk bahan mentah berupa bijih bauksit.
Sehingga banyak industri pengolahan alumunium dalam negeri harus
mengimport bahan alumina dari luar negeri walaupun dengan harga yang lebih
mahal.
Jika dilihat dari sudut pandang hukum yang mengatur tentang industri
pertambangan, bahan mentah bauksit dilarang untuk dieksport keluar negeri.
Larangan ini sudah dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 2014 guna dalam
meningkatkan nilai jual bahan baku alumunium tersebut. Larangan tersebut
diatur dalam UU Minerba dengan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
pelaku industri pertambangan yaitu dibangunnya smelter atau pabrik
pengolahan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ide Bisnis


Ide bisnis yang ingin dikembangkan adalah pembuatan pabrik
pengolahan bauksit untuk menghasilkan bahan alumina serta produk alumunium.
Ide bisnis ini timbul karena adanya larangan untuk mengeksport bahan mentah
bauksit ke luar negeri. Selain itu, ide bisnis ini juga didukung oleh kondisi harga
bahan alumina yang umumnya di import dari luar negeri melonjak naik secara
drastis, sehingga ide pembuatan pabrik pengolahan bijih bauksit ini memiliki
alasan yang kuat untuk di realisasikan dengan baik agar dapat memenuhi
kebutuhan bahan alumina bagi industri pengolahan alumunium.
Rencana kegiatan pengolahan ini dilakukan dengan mempertimbangkan
pasar industri pengolahan alumunium dengan kebutuhan yang terus meningkat
seiring dengan meningkatnya harga import bahan alumina. Kebutuhan ini terus
meningkat seiring dengan perkembangan zaman dimana membutuhkan banyak
barang dengan bahan dasar berupa alumunium.

3.2 Rencana Realisasi


Kegiatan pengolahan bijih bauksit untuk peningkatan nilai tambah bahan
galian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni tahapan pengolahan dan
tahapan pemurnian, dimana tahapan pengolahan dan tahapan pemurnian ini
dilakukan dengan beberapa proses, antara lain:
3.2.1 Tahapan Pengolahan
S Dalam pengolahan bijih bauksit memerlukan beberapa tahap preparasi
dan ekstraksi. Dalam preparasi, bijih bauksit dicuci dan disaring untuk
menghilangkan sebanyak mungkin terutama lempung dan kwarsa serta pengotor
lain yang berukuran kecil. Setelah dilakukannya pencucian haruslah dilakukan
proses pengolahan bijih bauksit yang bertujuan untuk memisahkan konsentrat
dari pengotornya serta mendapatkan ukuran yang sesuai untuk ke proses
metalurgi atau pemurnian.

6
Gambar 4.1
Diagram Alir Pengolahan Bauksit

7
Adapun beberapa tahapan yang dilakukan ialah sebagai berikut :
1. Run Of Mine
Hasil dari penambangan langsung dari tambang merupakan bijih bauksit
dengan ukuran material kurang lebih 30 cm, dimana ukuran ini langsung
didapatkan dari hasil penambangan bijih bauksit
2. Hopper
Setalah bijih bauksit didapatkan dari hasil penambangan, bijih bauksit di
simpan atau diletakan ke dalam hopper sebelum masuk kedalam proses
kominusi atau reduksi
3. Primary Crusher (Jaw Crusher)
Setelah bijih bauksit disimpan dalam hopper, material bijih bauksit masuk
kedalam tahapan crushing, dimana pada tahap ini dapat menggunakan alat
jaw crusher tipe CPE-750 x 1060 dengan kapasitas 115 – 208 t/h. Ukuran
produkta yang dihasilkan yaitu 15cm. Jumlah alat yang dibutuhkan sebanyak
2 alat.
4. Secondary Crusher (Cone Crusher)
Proses selanjutnya bijih bauksit yang telah di reduksi di jaw crusher masuk
ke tahap secondary crusher menggunakan alat cone crusher tipe HPT300-
C2 dengan kapasitas alat 190 – 380 t/h, dimana pada tahap ini ukuran
produkta yang dihasilkan yaitu 5cm. Jumlah alat yang dibutuhkan sebanyak
2 alat.
5. Grinding (Rod Mill)
Dalam tahap grinding, menggunakan alat Rod mill tipe MBS4235 dengan
kapasitas 64 – 180 t/h, dimana pada proses ini material dilakukan
penggerusan sehingga ukuran produkta yang didapat menjadi lebih halus
lagi, yaitu kurang lebih 35#
6. Sizing (Vibrating Screen)
Proses sizing dilakukan untuk mendapatkan ukuran butir 35#, dimana
vibrating screen digunakan untuk memisahkan material yang berukuran 35 #
dan yang lebih dari 35#, dimana material dengan ukuran 35# akan diambil
dan masuk ke tahap selanjutnya, dan material yang ukurannya lebih besar
dari 35# akan kembali masuk ke tahap grinding untuk mendapatkan ukuran
butir 35#. Jenis vibrating screen yang digunakan yaitu tipe WFPS-1550

8
dengan kapasitas alat 150 t/h. Pada proses sizing diperlukan alat vibrating
screen sebanyak 2 alat.
7. Concentration (Humprey spiral)
Pada proses concentration ini menggunakan alat humprey spiral tipe
Multotec NHM. Dalam pemisahan mineral bauksit dengan mineral asosiasi
atau pengikutnya. Proses concentration dapat dilakukan dengan heavy
medium separation atau pemisahan dengan menggunakan medium pemisah
yang berat jenisnya lebih besar dari air. Dalam pemisahan menggunakan
media air yang ditambah dengan ferrosilikon dengan berat jenis 2,90 – 3,40
ton/m3, sehingga dengan media tersebut bauksit yang memiliki berat jenis
2,5-2,6 akan mengalami keadaan float atau mengapung, sedangkan mineral
pengikut seperti zirkon dan rutil yang berat jenis nya lebih dari 4 akan
mengendap sebagai tailing.
3.2.2 Tahapan Pemurnian
Secara umum proses metalurgi bauksit menjadi alumina dapat digunakan
dengan proses bayer, dimana proses bayer ini terdiri dari 3 tahapan. Diantaranya
1. Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam
proses Bayer. Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam
natrium hidroksida dan menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Al(OH)3 + NaOH → NaAlO2 + 2 H2O
AlO(OH) + NaOH → NaAlO2 + H2O
Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat –
zat lain seperti silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam
natrium hidroksida.
Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada proses ekstraksi yaitu :
a. Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit,
seperti kaolin, dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut.
Reaksi yang terjadi adalah :
5 Al2Si2O5(OH)4 + 2 Al(OH)3 + 12 NaOH → 2 Na6Al6Si5O17(OH)10 + 10 H2O
Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal untuk
mendapatkan produk yang murni.

9
b. Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dengan natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan
presipitasi kalsium karbonat. Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam
proses Bayer. Reaksi yang terjadi adalah :
Na2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2 NaOH
Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat – zat
organik oleh natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan
terkena udara luar.
2. Tahap pemisahan
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat
dengan red mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red
mud. Red mud ditambah dengan kapur (Ca(OH) 2) untuk causticization supaya
terbentuk natrium hidroksida dan kalsium karbonat.  Reaksi yang terjadi yaitu :
Na2CO3 + Ca(OH)2 → 2 NaOH + CaCO3
3. Tahap presipitasi
Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
NaAlO2 + 2 H2O → Al(OH)3 + NaOH
Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi
dilakukan dengan cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk
menginisiasi presipitasi. Ada 6 macam precipitating agents yang dapat
digunakan di dalam proses ini antara lain :
 Hidrogen peroksida (H2O2)
 Karbon dioksida (CO2)
 Amonium karbonat ((NH4)2CO3)
 Amonium hidrogen karbonat ((NH4)HCO3)
 Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2)
 Kristal aluminium hidroksida (Al(OH)3

10
3.3 Strategi
Dalam melakukan pemasaran produk, PT TOMODACHI akan melakukan
beberapa strategi pemasaran, diantaranya ialah pembuatan brosur, membuat
iklan atau mempromosikan lewat media social, pemasaran secara langsung,
memberikan penjelasan tentang produk yang dibuat agar konsumen dapat
memahaminya, memberi potongan harga untuk awal produksi ,mengadakan
promosi mengenai hasil produk alumunium.
Selain itu juga dapat dilakukan yakni pertama, melalui pemesanan baik
konsumen itu sendiri yang langsung memesan ataupun melalui peranta pihak
lain, seseorang konsumen akan memesan langsung, lalu orang yang akan
membuatkan pesanan tersebut akan membuatkan produk yang dipesan tersebut
disesuaikan dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Kedua, pekerja akan menjual secara langsung kepada konsumen tanpa melalui
pemesanan terlebih dahulu. Dan mengenai pembayaran biasanya konsumen
akan memberikan uang muka. Sedangkan uang tersebut dipergunakan untuk
mempersiapkan bahan yang akan digunakan. Sedangkan pelunasan akan
dilakukan setelah proses produksi dan pemasangan telah diselesaikan kemudian
melakukan penagihan kembali kepada konsumen setelah pekerjaan telah
diselesaikan.
Melakukan pemasaran produk alumunium dengan cara dipasarkan
sendiri ke tempat usahanya dengan dengan menjalin kemitraan dengan para
tengkulak melalui perusahaan besar seperti perusahaan pembuatan pesawat
dan lain-lain yang menginformasikan produk alumunium yang sedang digemari
konsumen dan produk yang baru disamping memberikan pinjaman modal usaha.

3.4 Evaluasi / Analisis Ekonomi


Untuk mengembangkan bisnis usaha alumunium ini agar lebih produktif,
maka diperlukan beberapa sistem manajemen yang perlu dilakukan. Sistem
manajemen tersebut sangatlah berguna bagi para pelaku usaha, jadi diperlukan
beberapa pemahaman dan diperhatikan yang mendalam supaya dapat
melaksanakan manajemen usaha yang baik dan benar.
Modal untuk membuka usaha bisnis PT TOMODACHI ini diperkirakan
akan mengeluarkan dana sekitar 4 sampai 5 miliar rupiah, yang merupakan
modal pribadi, modal peminjaman dari bank, serta modal yang diperoleh dari

11
investor. Sebagian besar untuk membeli peralatan untuk memproses pengolahan
bijih bauksit yang diperlukan untuk penggerusan hingga tahap penyeragaman
ukuran sehingga hasilnya dapat berupa sebuah konsentrat. Selain peralatan
pengolahan juga diperlukan bahan-bahan untuk proses pemurnian sehingga
didapatkan produk dengan hasil akhir yaitu alumunium. Dari penjelasan tersebut
maka dapat di jumlahkan bahwa PT TOMODACHI membutuhkan dana sebesar
4.5 miliar rupiah, selebihnya adalah biaya operasional, seperti listrik, dan air.
Sedangkan untuk gaji para karyawan kami menggunakan sistem
manajemen keuangan bagi hasil, yaitu dengan membagi hasil secara bijak
antara PT TOMODACHI dengan para karyawannya. Para karyawan diberi upah
per bulannya sekitar Rp 4.000.000 kemudian juga memberikan bonus tambahan
berupa materi atau non materi bagi para karyawannya jika berhasil membuat
suatu produk alumunium yang memiliki persen kemurnian yang tinggi, sehingga
memiliki nilai estetika dan bernilai ekonomi yang tinggi pula. Berikut merupakan
cash flow perusahaan PT TOMODACHI
Tabel 3.1
Cash Flow PT TOMODACHI
Produksi Alumunium Satuan Harga satuan (US$) banyak Harga (US$)
Pengeluaran
Alat berat + alat metalurgi Unit 500,000,000.00 1 unit 500,000,000.00
Biaya pemeliharaan 10% alat smelting 50,000,000.00 5 Tahun 250,000,000.00
Batubara*** tahunan 1,000,000.00 5 Tahun 5,000,000.00
larutan Kimia * tahunan 1,000,000.00 5 Tahun 5,000,000.00
Listrik tahunan 3,500,000.00 5 Tahun 17,500,000.00
Air tahunan 2,000,000.00 5 Tahun 10,000,000.00
Gaji Pekerja tahunan 40,000,000.00 5 Tahun 200,000,000.00
luas tanah ha 100 (Masuk biaya diluar pabrik) -
kantor / panel kerja unit 2,000,000.00 1 unit 2,000,000.00
Tagihan investasi Dollar 1,000,000,000.00 10% + investasi 1,100,000,000.00
Tagihan Bank Dollar 1,000,000,000.00 10% + pinjaman 1,100,000,000.00
Transportasi pekerja Unit 1,000,000.00 1 unit 1,000,000.00
Biaya diluar pabrik smelting ** Unit 2,500,000,000.00 1 unit 2,500,000,000.00
Total Pengeluaran Dolar 5,690,500,000.00
Pendapatan
Penjualan Logam**** per ton 2,500.00 2,500,000 ton 6,250,000,000.00
Pinjaman Bank ****** Dolar 1,000,000,000.00 1 kali pinjaman 1,000,000,000.00
Investasi saham ****** Dolar 1,000,000,000.00 1 kali investasi 1,000,000,000.00
Total Pendapatan Dollar 8,250,000,000.00
Total keseluruhan ***** Dolar 2,559,500,000.00

12
BAB IV
KESIMPULAN

Dari rencana pembuatan pabrik pengolahan alumunium ini, dapat ditarik


beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Rencana bisnis ini dilakukan untuk memenuhi aturan UU Minerba
mengenai kewajiban membangun smelter bagi pelaku usaha
pertambangan bijih. Pembangunan smelter ini dilakukan bukan semata-
mata untuk memenuhi aturan UU Minerba, melainkan juga untuk
membantu perekonomian negara dengan menyediakan lapangan
pekerjaan bagi para pengangguran dan membantu memenuhi kebutuhan
bahan alumina bagi para pelaku industr pengolahan alumunium yang
kesulitan mendapatkan bahan alumina dari luar negeri karena harga
import bahan alumina tersebut yang terus meningkat. Selain itu
pembangunan smelter ini juga dilakukan untuk meningkatkan nilai jual
bahan galian bijih bauksit yang umumnya dijual dalam bentuk bahan
mentah ke luar negeri untuk diolah menjadi bahan alumina yang akan di
import lagi oleh para pelaku industri pengolahan alumunium atau menjadi
produk alumunium yang kemudian di import oleh negara Indonesia
dengan harga yang berkali-kali lipat lebih mahal.
2. Rencana bisnis yang dilakukan umumnya merupakan kegiatan
pengolahan dan pemurnian bijih bauksit guna mengubah bahan galian
bijih bauksit menjadi bahan setengah jadi berupa alumina maupun bahan
jadi berupa alumunium. Kegiatan pengolahan yang dilakukan adalah
primary crushing, secondary crushing, grinding, sizing, & consentration
dengan produk berupa bahan setengah jadi (alumina). Sedangkan
kegiatan pemurnian dilakukan dengan mengolah bahan setengah jadi
(alumina) hasil pengolahan menjadi bahan jadi berupa alumunium melalui
beberapa tahapan dalam proses bayer seperti tahap ekstraksi yang
dibagi menjadi 2 macam yaitu Desillication dan Causticization of liquor,
tahap pemisahan, dan tahap presipitasi. Proses pemurnian yang

13
dilakukan membutuhkan beberapa bahan pendukung lainnya (reagent)
seperti amonium karbonat

14
15

((NH4)2CO3), karbon dioksida (CO2), hidorgen peroksida (H2O2), Amonium


aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2), dan lain sebagainya.
3. Dengan adanya kegiatan pengolahan bijih bauksit ini, diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan yang didapatkan oleh PT TOMODACHI.
Karena hasil pengolahan merupakan bahan setengah jadi dan bahan jadi
yang kebutuhannya sangat besar di pasar dalam negeri, sehingga
penjualan dari produk akan berjalan dengan maksimal. Selain itu, produk
pengolahan tersebut akan dijual dengan harga yang relative lebih mahal,
karena proses yang dilalui untuk memperoleh produk tersebut
membutuhkan waktu yang lebih panjang serta biaya yang cukup besar.
Dari perhitungan ekonomi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan perbulan sebesar Rp.
575.000.000 hingga Rp.625.000.000 dengan modal awal yang cukup
besar yaitu sekitar ± 5 Miliar Rupiah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2008, “Bayer and Hall-Heroult Procces”. ft.unsada.ac.id/wp-


content/uploads/2008/10/bab1-pp1.pdf diakses pada 21 November
2018.
2. Anonim, 2009, “Cara Pembuatan Aluminium”.www.aluminum-
matter.co.uk, diakses pada 21 November 2018.
3. Anonim, 2009, “Classification Aluminum”. www.aluminum-matter.co.uk
diakses pada 21 November 2018
4. Josef Domagala, Petra Haag.2006. “Handbook of aluminium recycling:
fundamentals, mechanical preparation, metallurgical
processing, plant design”. Vulkan-Verlag GmbH.

5. Steven, R. E. Cs. “Marketing Planning Guide, Joice Publihing House 2002,


Alma, Buchari. Pengantar Bisnis”. Alfabeta Bandung 2008

Anda mungkin juga menyukai