Anda di halaman 1dari 2

Teori kontekstual ekologi

Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik
antara anak atau seseorang dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kutural, dan historis dimana
interaksi tersebut terjadi. Jadi konteks satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan yang menimbulkan
adanya timbal balik dari suatu interaksi tersebut

Ada dua teori kontekstual, yaitu teori etologis dan teori ekologis.

Teori etologis tingkah laku pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan tingkah laku yang terjadi dalam
lingkungan alam. Teori etologi mengenai perkembangan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau sensitif (Santrok, 1998).
Jadi teori ini memandang bahwa perkembangan psikologi seseorang itu berkembang karena faktor yang
terkait dengan intern dari diri orang tersebut bukan dari faktor eksternal atau lingkungan dimana orang
tersebut tinggal.

Berbeda dengan teori etologis, teori ekologis merupakan kebalikan dari teori etologi yaitu bahwa teori
ini memberikan penekanan yang sama pada sistem lingkungan. Jadi menurut teori ini lingkunganlah
yang memberikan pengaruh pada perkembangan psikologi seseorang. Tokoh utama teori ekologi adalah
Urie Brofenbrenner. Dekat dengan perkembangan ekologis bahwa konteks dimana berlangsung
perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik motivasional,
maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-unsur penting bagi perkembangan (Seifert & Hoffnung,
1994).

Brofenbrenner menggambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan psikologi terjadi, yaitu
mikrosistem, mesositem, ekositem, dan makrosistem.

A. Mikrosistem

suasana dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini meliputi
keluarga, teman, sebaya, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya.

B. Mesositem

hubungan antara dua atau lebih mikrositem atau hubungan beberapa konteks. Misalnya hubungan
antara rumah dan sekolah.

C. Ekositem
Terdiri dari setting sosial dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan penting yang
diambil memiliki dampak terhadap orang-orang yang berhubungan langsung dengannya.

D. Makrosistem

Meliputi pembentukan sosial dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengorganisir institusi
kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkar mikrosistem, mesositem, dan ekosistem yang
dicirikan dari sebuah subkultur, kultur, atau konteks sosial lainnya yang lebih luas.

Orientasi Teoritis Elektrik

Pengertian Teori Eklektik

Teori eklektik juga dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena orientasi
teori eklektik adalah penggabungan teori – teori konseling dengan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan pada masing – masing teori – teori tersebut.

Konsep Dasar

Eklektik memandang kepribadian manusia sebagai bagian yang terintegrasi, bersifat psikologis,
mengalami perubahan yang dinamis., aspek perkembangan yang dipengaruhi factor social budaya.

Tujuan Konseling

Sesuai dengan pemenuhan dasar yang ingin dicapai oleh individu, maka tujuan pendekatan eklektik
adalah membantu klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari
sejauh mana klien dapat mengaktualisasikan diri sekaligus memperoleh integritas.

Tahapan – tahapaan eklektik

Tahapan yang di bawah ini adalah model tahapan konseling sistematik yang dirancang oleh Carkhuff
(dikutip dari Latipun, 2001) yang dibagi dalam enam tahapan, yaitu :

1. Tahap eksplorasi Masalah

2. Tahap perumusan Masalah

3. Tahap Perncanaan

4. Tahap Tindakan/Komitmen

5. Tahap Penilaian dan Umpan Balik

Anda mungkin juga menyukai