Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REVIEW

Sosiologi dan Antropologi Pendidikan

Di Susun Oleh :

Nama : Tika Anggraini Usri (1173351063)

Kelas : BK Reguler D 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulias sehingga penulis bisa berhasil menyelesaikan critical book
review ini yang Alhamdulillah puji Tuhan tepat pada waktunya yang berkaitan dengan
pendidikan seumur hidup.critical book review ini membahas tentang Bahasa Indonesia Dan
juga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasi kepada ibu dosen Bahasa Indonesia selaku
dosen mata kuliah tersebut,dan juga warga kelas yang selalu mendukung pelaksanaan tugas
ini .penulis menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan critical book review ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan critical book review ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai dan memberkati segala usaha kita
semua.amin.

Medan, 15 april 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................

Dafatar Isi.................................................................................................................................

Identitas Buku........................................................................................................................

BAB I Pendauluhan..........................................................................................................

Latar Belakang...........................................................................................................

Tujuan.........................................................................................................................

Manfaat.......................................................................................................................

BAB II Ringkasan..................................................................................................................

BAB III Pembahasan.........................................................................................................

Keunggulan Buku......................................................................................................

Kelemahan Buku..........................................................................................................

Keterkaitan Buku…………………………………………………………...………

Perbandingan Antara Buku………………………………………………...………

BAB IV Penutup..................................................................................................................

Kesimpulan.................................................................................................................

Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
Identitas buku pertama:
Judul Buku : Sosiologi Pendidikan
Penulis : S.Nasution
Penerbit : bumi aksara
Kota Terbit : jakarta
Jumlah Halaman: 183 halaman

Identitas buku kedua:


Judul Buku : SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Penulis : S.W. Septiarti, M.Si., dkk
Penerbit : UNY Press
Kota Terbit : jakarta
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman: 291 halaman
BAB I

PENDAULUHAN

1.1.Latar Belakang

. Kompleksitas problem di era globalisasi memang sulit dikendalikan. Ia melaju dengan


kecepatan mahadasyat dan selalu menimbulkan masalah psikologi, moral, mental, mind set, dan
transformasi kultural dan struktural yang canggih dan supercepat. Lambat mengantisipasi dinamika
akseleratif ini membuat sekolah semakin ketinggalan zaman.

Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan


pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja
praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang
ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai tehnik
juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak
mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan.
Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk mengambangkan teknik
konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem.

1.2.Tujuan

Tujuan penulisan critical book review ini dengan tujuan:

 Untuk kita mengetahui cara membuat critical book review dengan baik
 Untuk mengetahui definisi bimbingan konseling pribadi sosial
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tersebut
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling pribadi sosial

1.3.Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan critical book review ini adalah agar penulis
melaui pemahaman akan bimbingan konseling Tentang teknik teknik nya bisa meningkatkan
kemampuan bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri sesuai minat dan
bakat yang dimiliki dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan teknik bimbingan konseling
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A.Ringkasan pada Isi Buku Pertama

BAB 1

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Ada beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, diantara lain:

a.       Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi


b.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
c.       Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan
masyarakat
d.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
e.       Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
f.       Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
g.      Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan

Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok

yang berikut:

a.       Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat


b.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah
c.       Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah
d.      Sekolah dalam masyarakat

BAB 2
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
a.       Pendidikan dan Lingkungan Sosial

Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut
apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi
pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Melalui pendidikan terbentuklah
kepribadian seseorang. Kepribadian individu selalu bertalian erat dengan kebudayaan
lingkungan tempat ia hidup.
b.      Faktor-Faktor Dalam Perkembangan Manusia

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor biologis,


lingkungan alamiah dan lingkungan sosial budaya. Kepribadian tak dapat dilepaskan dari
aspek biologis yang berfungsi, misalnya adanya tangan ibu jari yang dapat dipertemukan
dengan jari-jari lainnya, mekanisme pendengaran, penglihatan, dan sebagainya. Lingkungan
alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memeberikan tempat dan bahaya
yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan makan, hujan,
matahari, dan sebagainya. Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti
laut untuk menangkap ikan, berlayar, berdagang, dan sebagainya.

Sedangkan lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni unsur sosial yakni
interaksi di antara manusia dan unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama yang terdapat
di kalangan kelompok manusia. Budaya ini diterima dalam kelompok dan meliputi bahasa,
nilai-nilai, norma kelakuan, adat kebiasaan dan sebagainya.

c.       Pendidikan dan Kebudayaan

Pendidikan formal tak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan


kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting dalam
pendidikan transmisi kebudayaan. Pendidikan norma-norma, sikap adat istiadat, keterampilan
sosial, dan lain-lain banyak diperoleh dalam keluarga masing-masing.

d.      Fungsi Sekolah


-          Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
-          Sekolah memberikan keterampilan dasar
-          Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
-          Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
-          Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
-          Sekolah membentuk manusia yang sosial
-          Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan

e.       Kontrol Sosial dan Pendidikan


Kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau tindakan dari
seseorang atau suatu pihak untuk mengatur kelakuan orang lain. Sedangkan dalam arti sempit
dengan kontrol soial dimaksud pengendalian eksternal dalam kelakuan individu oleh orang
lain yang memegang otoritas atau kekuasaan.

f.       Sekolah Sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial

Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada empat cara
yang dapat digunakan sekolah, yakni :

1.      Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran
secara langsung.
2.      Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, pramuka, dan
sebagainya.
3.      Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai model
yang dapat ditiru kelakuannya.
4.      Menggunakan tindakan positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan
yang layak dalam bimbingan sosial.

g.      Kontrol Eksternal Dalam Pendidikan


-          Sumber kontrol. Kontrol langsung di sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru
-          Tujuan kontrol. Ada pihak yang menginginkan perubahan, pembangunan perluasan
mobilitas sosial. Dilain pihak ada usaha untuk mempertahankan status quo dan melestarikan
norma-norma budaya yang ada.
-          Alat kontrol. Berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan-peraturan
kepegawaian.

h.      Perubahan Sosial dan Kependidikan

Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan


dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan tetapi jika terbukanya komunikasi dan
transportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan
berkembang dengan lebih cepat. Demikian pula pendidikan dan sekolah tak luput dari
perubahan, karena pendidikan senantiasa berfungsi di dalam dan terhadap sistem sosial
tempat sekolah itu berbeda.
i.        Pendidikan Sebagai Daya Pengubah

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi


kebudayaan, diantaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam fungsi ini
sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi kestabilan politik,
kesatuan dan persatuan bangsa. Disamping itu sekolah juga turut mendidik generasi muda
agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

j.        Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat

Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan
pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memasuki
sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah daripada yang
sudah-sudah. Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali
masyarakat baru.

BAB 3

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

a.       Penggolongan Sosial

Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori,


dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah, yang biasa disebut dengan kasta.
Dengan demikian maka terjadilah stratifikasi sosial. Biasanya penggolongan sosial tidak
seketat itu akan tetapi fleksibel dengan batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat
mengalami perubahan.

b.      Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial


1.      Metode obyektif : stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah
pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan.
2.      Metode subyektif : golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu.
3.      Metode reputasi : golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.

c.       Golongan Sosial Sebagai Lingkungan Sosial


Golongan sosial sangat menentukan lingkungan sosial seseorang. Pengetahuan,
kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural dan sosial
yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan lain.

d.      Tingkat Pendidikan dan Tingkat Golongan Sosial

Tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks


kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara
kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Walaupun
tingkat sosial seseorang tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan pendidikannya,
namun pendidikan tinggi bertalian erat dengan kedudukan sosial yang tinggi. Ini tidak berarti
bahwa pendidikan tinggi dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi.

e.       Golongan Sosial dan Jenis Pendidikan

Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih
sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah
kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari
golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat
bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah
kejuruan. Murid-murid sendiri lebih cenderung memilih sekolah menengah umum, walaupun
sekolah kejuruan memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja daripada yang
lulus sekolah menengah umum.

f.       Bakat dan Golongan Sosial

Penelitian tentang angka-angka murid menunjukkan bahwa angka-angka yang tinggi


lebih banyak diperoleh murid-murid dari golongan sosial yang tinggi. Kegagalan dalam
pelajaran lebih banyak terdapat di kalangan murid dari golongan sosial rendah. Walaupun
dalam tes inteligensi ternyata kelebihan IQ anak-anak golongan atas, namun tak seluruh
kegagalan dan angka-angka rendah yang kebanyakan terdapat di kalangan anak-anak dari
golongan sosial rendah, dapat dijelaskan berdasarkan IQ itu.

g.      Sosiometri
Untuk mengetahui hubungan sosial antara murid-murid dalam kelas kita dapat
menggunakan metode sosiometri. Biasanya metode ini dilakukan dengan cara anak-anak
diminta menulis nama satu orang dengan siapa ia suka uduk sebangku. Dapat juga kita minta
nama dua orang menurut prioritas anak itu bahkan ditambah dengan nama anak yang paling
tidak disukainya. Selain daripada teman sebangku dapat juga diganti dengan teman
menonton, teman belajar, dan sebagainya. Anak yang paling banyak dipilih adalah anak yang
paling populer, yang diberi julukan “bintang”. Sebaliknya anak yang tidak dipilih oleh
siapapun disebut “isolate” karena ia terpencil dari masyarakat kelas.

h.      Mobilitas Sosial

Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status dalam masyarakat itu yang
didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perpindahan
orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau yang lebih rendah disebut
mobilitas sosial vertikal. Mobilitas ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial
yang berbeda dengan sebelumnya.

i.        Pendidikan dan Mobilitas Sosial

Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat pendidikan seseorang


dapat meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan secara merata memberi kesamaan dasar
pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah.

j.        Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan

Sekolah dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan status anak-anak dari golongan
rendah. Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran, mempelajari buku yang
sama, mempunyai guru yang sama, bahkan berpakaian seragam yang sama dengan anak-anak
dari golongan tinggi. Dengan prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olahraga, kegiatan
ekstra kurikuler, organisasi sekolah, dan lain-lain, mereka akan diterima dan dihargai oleh
semua murid.

k.      Tingkat Sekolah dan Mobilitas Sosial

Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan


mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar bila
pendidikan itu hanya terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Ijazah SMA tidak lagi
memberikan mobilitas yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan yang
tinggi masih dapat memberikan mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan
perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijazah untuk meningkat dalam status sosial.

l.        Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial

Pendidika bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam
hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu
meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu, oleh sebab banyak daya-daya diluar sekolah
yang memelihara atau mempertajamnya.

BAB 4

PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

a.       Prasangka Dalam Hubungan Antar Kelompok


-          Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari

Teori ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan sikap-
sikap lain yang terdapat pada manusia.

-          Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis

Prasangka biasa digunakan oleh golongan yang dominan untuk menyingkirkan golongan
minoritas dari dunia persaingan. Prasangka digunakan pula untuk mendapatkan “kambing
hitam” bagi kelemahan atau kekalahan nasional. Ada pula yang mencari harga diri pribadi
dalam prasangka.

-          Prasangka sebagai aspek pribadi

Kepribadian merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan
perkembangan prasangka. Orang yang berprasangka tampaknya harmonis, penuh
kepercayaan akan diri sendiri, akan tetapi pada hakikatnya merasa diri tak aman, menaruh
perasaan bermusuhan yang terpendam terhadap dunia luar, sangat terikat pada pola-pola
hidup yang diterimanya dari orang tua, mudah mempersalahkan orang lain atas
kegagalannya, sadar akan statusnya, memandang rendah terhadap orang bawahan.

-          Pendekatan multi dimensional

Untuk memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional.
Oleh sebab prasangka dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, maka tak akan dapat
ditemukan satu cara tertentu untuk mengatasinya. Bila prasangka itu multi dimensional, maka
cara mengatasinya harus melalui berbagai pendekatan. Teknik yang digunakan sedapat
mungkin harus bertalian dengan pengertian kita tentang sebab-sebabnya. Dan karena sebab-
sebab itu saling berhubungan harus berbagai teknik digunakan serempak.

b.      Pendidikan Umum dan Hubungan Antar Kelompok

Menurut penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang prasangkanya


terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan minoritas. Mereka yang
berpendidikan universitas ternyata menunjukkan sikap yang paling toleran. Jika penelitian itu
benar, maka pendidikan harus ditingkatkan sampai taraf yang setingginya untuk
menghilangkan prasangka itu.

c.       Struktur Hubungan Antar Kelompok di Sekolah

Sekolah biasanya terlampau memusatkan perhatian kepada pendidikan akademis. Salah


satu aspek yang perlu mendapat perhatian ialah memupuk hubungan sosial di kalangan
murid-murid. Program pendidikan antar murid, antar golongan ini bergantung pada struktur
sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas di kalangan mereka mempengaruhi
hubungan antar kelompok itu.

Tiap sekolah mempunyai pola hubungan tertentu antar guru, antar murid, antara guru
dengan murid, yaitu suatu struktur sosial yang mempengaruhi sikap dan kelakuan murid.
Masyarakat sekolah mempengaruhi anak dalam pergaulannya dengan anggota-anggota lain
dalam masyarakat itu.

d.      Usaha-Usaha Memperbaiki Hubungan Antar Kelompok di Sekolah


-          Menggugah nilai-nilai dan sikap anak-anak secara individul, rasa keadilan, rasa keagamaan
yang mengemukakan kesamaan manusia di hadapan Tuhan. Cara ini dapat dilakukan dengan
cara pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.
-          Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada masyarakat.
-          Memberikan contoh-contoh tokoh-tokoh besar yang menunjukkan toleransi besar terhadap
sesama manusia atau tokoh-tokoh olahraga, musik dan lain-lain yang berasal dari kaum
minoritas yang membawa keharuman bagi negara berkat prestasi yang gemilang.
-          Menggunakan metode sosiodrama atau teknik bermain peran.
e.       Efektivitas Pendidikan Antar Golongan
- Asumsi pertama : Dianggap bahwa prasangka disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.
Oleh sebab itu, seseorang dapat dibebaskan dari prasangka dengan memberikan informasi
yang cukup kepadanya.
- Asumsi kedua : Bahwa pengalaman disekolah dapat mengubah kelakuannya di luar sekolah
dan situasi-situasi lain.
- Asumsi ketiga : Bahwa hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain akan mengurangi
prasangka. Oleh sebab bila hubungan tidak disertai dengan pengalaman yang menyenangkan
maka prasangka yang ada tidak akan berkurang.

f.       Efektivitas Pendidikan

Sekolah hanya salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang mempengaruhi hubungan
antar golongan. Sekolah tak mampu mengubah masyarakat. Untuk menghilangkan prasangka
terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus turut serta, termasuk pemerintah yang
harus berusaha meniadakan segala macam bentuk diskriminasi. Juga guru-guru harus menjadi
model pribadi yang toleran dalam ucapan maupun perbuatannya.

g.      Dasar-Dasar Bagi Pendidikan Antar Golongan

Program-program tentang hubungan antar golongan dapat dilakukan menurut pola


pelajaran lainnya, yakni dengan menyampaikan informasi seperti pelajaran sejarah, geografi,
dan lain-lain.

BAB 5

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH

a.       Masyarakat

Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan
dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat
utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat
manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung
pada jumlah anggotanya.

b.      Kebudayaan
Dalam tiap masyarakat besar terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai sub-
kebudayaan atau subculture yang tersendiri. Mereka menggunakan bahasa tersendiri yakni
kata-kata yang mempunyai makna yang khas bagi mereka. Mereka mempunyai norma-norma
tersendiri dan mempunyai buah pikiran yang tidak dimiliki oleh masyarakat umumnya.

c.       Kebudayaan Sekolah


-          Kenaikan kelas
-          Upaca-upacara
-          Upacara bendera

d.      Norma-Norma Sosial

Norma-norma di sekolah harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat.


Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelasnya
dalam bentuk norma-norma. Sedapat mungkin norma-norma yang dijalankan di sekolah
jangan bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga anak didik. Dalam hal ini
pribadi guru dan latar belakangnya turut menentukan cara menginterprestasikan norma-
norma masyarakat kedalam situasi kelas.

e.       Latar Belakang Guru

Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui


pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru itu sendiri
berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat
oleh latar belakangnya.

BAB 6

STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH

a.       Struktur Sosial

Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok
yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang
kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Struktur sosial yang
ada disekolah memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif
dengan baik.
b.      Kedudukan dan Peranan

Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni
menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan individu, apakah ia
diatas atau dibawah status orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi
atau akibat kedudukan atau status seseorang. Peranan mencakup kewajiban dan hak yang
bertalian dengan kedudukan.

c.       Berbagai Kedudukan Dalam Masyarakat Sekolah

Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah yaitu yang
berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara mereka, jadi mengenai kepala
sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta,
Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Tingkat kedua berkenaan dengan sistem kedudukan dan
hubungan antara murid-murid.

d.      Struktur Sosial Orang Dewasa di Sekolah

Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi disekolah berkat kedudukannya,
tetapi juga sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. Kepala sekolah
merupakan perantara antara atasan yakni Kanwil dengan guru-guru. Kepala sekolah juga
berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk, nasehat, saran-saran kepada
guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki mutu sekolah. Kepala sekolah juga memegang
kepemimpinan di sekolah dan ia diharapkan sanggup memberi pimpinan dalam segala hal
yang mengenai sekolah, dalam menghadapi masyarakat, murid-murid maupun guru-guru.

e.       Kedudukan Guru Dalam Struktur Sosial Sekolah

Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena itu ia harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang mengenai sekolah.
Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang baik dari
kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya ditentukan oleh
hubungannya dengan kepala sekolah itu. Kedudukan guru juga ditentukan oleh lama masa
kerja.

f.       Hubungan Guru-Murid

Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil :

1.      Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid.
2.      Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan
kelakuan sebagai hasil belajar.
3.      Perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya
agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.

g.      Klik Di Kalangan Guru

Di kalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “klik” yang


bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin, ada yang
berdasarkan minat profesional untuk membicarakan masalah-masalah pendidikan, dan ada
pula kelompok yang bersifat sosial bagi guru pria dan wanita yang berkumpul pada waktu-
waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang menggembirakan.

Hubungan dalam klik informal tersebut sering memegang peranan dalam mengambil
berbagai keputusan. Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang
dipandangnya sebagai sahabat.

h.      Orang Dewasa Tak Mengajar

Yang termasuk golongan ini antara lain pegawai administrasi dan pesuruh sekolah.

i.        Struktur Sosial Murid-Murid di Sekolah

Di suatu sekolah dapat ditemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar
murid, antara lain :

-          Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas


-          Struktur sosial berhubung dengan kurikulum
-          Klik atau kelompok persahabatan di sekolah
-          Hubungan antara struktur masyarakat dengan pengelompokan di sekolah.
-          Kelompok elite
-          Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal

j.        Kedudukan Menurut Usia dan Kelas

Murid-murid suatu kelas, yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cenderung
untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain.
Antara murid-murid yang berbeda tingkat kelas terdapat hubungan atasan-bawahan, super
ordinat- sub ordinat atau kakak-adik. Murid-murid yang tinggi kelasnya mempunyai kontrol
dan kekuasaan terhadap murid-murid yang kelasnya lebih rendah dan usianya lebih muda.

k.      Struktur Sosial Berhubungan Dengan Kurikulum

Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan struktur sosial murid-
murid. Berhasil atau gagalnya seorang murid dalam pelajarannya turut menentukan
kedudukannya dalam kelompoknya.

l.        Pengelompokan Di Sekolah

Pengelompokan murid atau adanya berbagai klik dalam sistem sosial kelas
mempengaruhi kelakuan anggota kelompok itu, kearah yang baik akan tetapi juga kearah
yang dapat merugikan pelajaran.

m.    Pengaruh-Pengaruh Luar Terhadap Sekolah

Berbagai hal di luar sekolah yang dapat mempengaruhi sistem sekolah, antara lain:

-          Pengaruh terhadap peranan murid


-          Pengaruh terhadap peranan guru
-          Pengaruh terhadap sekolah

BAB 7
PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN DALAM MASYARAKAT
a.       Kedudukan dan Peranan Guru

Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya
sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Sebagai pegawai kedudukan guru
ditentukan oleh pengalaman kerja, golongan, ijazah, dan lama kerjanya.

b.      Peranan Guru Sehubungan Dengan Murid :


1.      Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru
harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu
mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak.
2.      Dalam situasi informal, guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial
misalnya dengan menunjukkan sikap bersahabat dan dapat bergaul dengan murid dalam
situasi yang akrab.
c.       Peranan Guru Dalam Masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat
tentang kedudukan guru. Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal
pembangunan bangsa. Masyarakat menganggap bahwa pekerjaan guru bukan sebagai mata
pencaharian belaka, namun juga menyangkut pendidikan anak, pembangunan negara, dan
masa depan bangsa.

d.      Guru Bukan Buruh Belaka

Walaupun buruh di negara-negara tertentu berhak mogok, namun pemogokan oleh guru-
guru tidak diterima dan karena itu selalu dikecam oleh masyarakat. Bahkan di kalangan guru
sendiri pemogokan dianggap tidak sesuai dengan tugas dan martabat guru. Pekerjaan guru
tidak boleh dikaitkan dengan penghargaan material belaka.

e.       Peranan Guru Dalam Hubungannya Dengan Guru-Guru Lain Dan Kepala Sekolah

Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus menaati segala peraturan
kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Dalam segala tugas kewajiban ia senantiasa
dibawah pengawasan kepala sekolah yang harus memberi konduite yang baik agar
memperoleh kenaikan tingkat.

Guru-guru juga cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru dan sesama guru mudah
saling memahami dan dalam pergaulan antara sesama rekan dapat memelihara kedudukan
dan peranannya sebagai guru.

BAB 8
KEPRIBADIAN GURU
a.       Pribadi Guru

Guru wanita, bila dibandingkan dengan wanita lain yang bekerja di kantor, bersifat lebih
serius, berpakaian konservatif karena enggan mengikuti model terbaru, bahkan tidak malu
menggunakan pakaian yang sama berulang-ulang. Guru lebih kritis terhadap kelakuan orang
lain, guru tidak mudah bergaul dengan sembarang orang. Dalam hiburan seperti menonton
bioskop ia membatasi diri dan tidak suka berjumpa dengan murid di tempat serupa itu.

b.      Perkembangan Pribadi Guru


Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dan sifat pekerjaannya. Kedudukannya sebagai guru akan membatasi
kebebasannya dan dapat pula membatasi pergaulannya. Ia tidak akan diajak melakukan
kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru. Ia akan mencari pergaulannya terutama dari
kalangan guru yang sependirian dengan dia.

c.       Ciri-Ciri Stereotip Guru :


-          Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian
yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda.
-          Guru pandai menahan diri. Ia hati-hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan
dengan orang lain.
-          Guru cenderung untuk menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul secara intim
dengan orang lain.
-          Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma
yang berkenaan dengan kedudukannya.
-          Guru cenderung untuk bersifat otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi.
-          Guru cenderung bersifat konservatif baik dalam pendiriannya maupun dalam hal-hal
lahiriyah seperti mengenai pakaian.
-          Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru.
-          Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
-          Guru lebih cenderung untuk mengikuti pimpinan daripada memberi pimpinan.
-          Guru dipandang kurang agresif dalam menghadapi berbagai masalah.
-          Guru cenderung untuk memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda dari golongan
pekerja lainnya.
-          Guru menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan berjasa.

d.      Memilih Jabatan Guru

Dalam penelitian tentang latar belakang sosial mereka yang memilih profesi guru ternyata
bahwa kebanyakan berasal dari golongan rendah atau menengah- rendah. Walaupun ini tidak
berarti bahwa semua anak-anak golongan ini akan memilih jabatan sebagai guru.

e.       Ketegangan Dalam Profesi Keguruan:


-          Kepuasan yang dicari dari pekerjaannya sebagai guru
-          Aspek finansial
-          Status guru
-          Otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada murid
-          Pengakuan sebagai profesi
-          Pekerjaan guru didalam kelas

f.       Gangguan Fisik dan Mental Guru

Dengan kemungkinan mengalami frustasi, gangguan, ketidakseimbangan, guru masih


dapat mengembangkan kepribadian yang “normal”, sehat, gembira, penuh kepercayaan akan
diri sendiri, dan menghadapi masa depan dengan optimisme serta penuh harapan.

BAB 9

PERANAN GURU DAN KELAKUAN MURID

a.       Jenis-Jenis Hubungan Guru-Murid

Hubungan guru-murid banyak ragamnya tergantung pada guru, murid, serta situasi yang
dihadapi. Misalnya guru yang otoriter menjaga jarak dengan murid sedangkan guru yang
ramah dekat serta akrab dengan muridnya.

b.      Reaksi Murid Terhadap Peranan Guru

Bagaimana reaksi murid terhadap peranan guru dapat diketahui dari ucapan murid tentang
guru itu. Pada umumnya, guru yang disukai ialah guru yang sering dimintai nasehatnya, yang
mau diajak bercakap-cakap dalam situasi yang menggembirakan, selalu ramah dan selalu
berusaha memahami anak didiknya. Sedangkan guru yang tidak disukai ialah guru yang
sering marah, tak pernah ketawa, suka menyindir, tak mau membantu anak dalam kesulitan
belajar, dan menjauhkan diri dari murid di luar kelas.

c.       Hubungan Antara Hasil Belajar Murid Dengan Kelakuan Guru

Dalam suatu penelitian ternyata bahwa pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran
rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru itu oleh murid. Jadi guru yang disukai, yang
ramah, yang suka bergaul dengan murid dalam kegiatan rekreasi, yang sering dimintai
nasehat mengenai soal-soal pribadi, ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan
ilmu.
d.      Kelakuan Murid Berhubungan Dengan Kelakuan Guru :

1.      Guru yang dominatif dalam kelas akan menghadapi murid-murid yang tidak menunjukkan
sikap kerjasama
2.      Murid-murid di bawah pimpinan guru-guru yang dominatif juga akan bersifat dominatif
terhadap murid-murid yang lain
3.      Guru-guru yang integratif atau koperatif dalam hubungannya dengan murid akan
menimbulkan sikap kerjasama pada muridnya, baik terhadap guru maupun terhadap murid
lainnya.

e.       Peranan Guru Dalam Masyarakat dan Respon Murid

Tidak ada bukti bahwa guru yang turut serta dalam berbagai kegiatan masyarakat
meningkatkan kemampuannya mengajar sehingga mempertinggi prestasi belajar murid.
Bahkan ada kemungkinan partisipasi guru dalam berbagai kegiatan di luar sekolah akan
mengurangi waktu dan perhatiannya untuk murid dan dengan demikian merugikan murid dan
sekolah.

f.       Peranan Guru Lainnya Di Sekolah Dan Respon Murid

Di sekolah, guru dapat memegang berbagai peranan selain mengajar yakni sebagai kepala
sekolah, pembimbing OSIS, koordinator bidang studi, piket, dan lain-lain. Dalam prestasi
belajar anak tidak ada pengaruh peranan tambahan yang dipegang oleh guru.

BAB 10

SOSIALISASI DAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH

a.       Sosialisasi

Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku,
kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga keterampilan-keterampilan sosial seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam
interaksi individu dengan lingkungan.
b.      Proses Sosialisasi

Sosialisasi terjadi melalui “conditioning” oleh lingkungan yang menyebabkan individu


mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti berbahasa, cara berjalan,
berkelakuan sopan, dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik.
Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya.

c.       Kesulitan Sosialisasi


-          Adanya kesulitan komunikasi, hal ini akan terjadi bila anak itu tak memahami lambang-
lambang seperti bahasa, isyarat, dan sebagainya.
-          Adanya kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan
-          Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi,
industrialisasi, dan urbanisasi

d.      Sosialisasi Di Sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak. Anak mengalami
perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Di sekolah anak itu mengalami
suasana yang berlainan dengan suasana yang ia dapatkan dirumah. Dengan suasana sekolah
seperti itu, anak melihat dirinya sebagai salah seorang diantara anak-anak lainnya.

e.       Nilai-Nilai Yang Dianut Di Sekolah

Pada umumnya nilai-nilai yang dianut di sekolah sejalan dengan yang berlaku dalam
masyarakat sekitarnya. Anak-anak dikirim ke sekolah dengan tujuan agar mereka di didik
menjadi manusia sesuai dengan cita-cita masyarakat.

f.       Pengaruh Iklim Sosial Terhadap Sosialisasi Anak

Dalam iklim demokratis anak-anak mendapat lebih banyak kebebasan untuk berkelakuan
menurut kepribadian masing-masing, sedangkan dalam iklim otokratis kelakuan anak di
kontrol ketat oleh guru. Namun individu yang hanya dapat berbuat menurut perintah orang
lain tanpa diberi kesempatan untuk memberi pertimbangannya sendiri, sukar akan
berkembang menjadi manusia yang sanggup berpikir dan berdiri sendiri, bahkan sulit
menjalankan peranannya dengan baik dalam iklim demokrasi.

g.      Persaingan Dan Kerja Sama


Dalam banyak hal murid harus bersaing dengan murid-murid lain. Persaingan itu paling
menonjol dalam hal angka-angka. Sikap persaingan ini telah dipupuk sejak anak masuk
sekolah dengan mendorongnya untuk memperoleh angka yang setinggi-tingginya untuk tiap
pelajaran. Selain persaingan, terdapat kerjasama yang sangat dihargai dalam masyarakat dan
karena itu sudah selayaknya dipupuk pula disekolah. Namun kesempatan kerja sama selama
ini di sekolah kurang mendapat perhatian. Kerja kelompok sebagai metode mengajar jarang
dilakukan. Murid-murid justru dilarang bekerja sama atau bertukar pikiran selama jam
pelajaran.

h.      Model Dan Peranan

Pola kelakuan anak diperolehnya melalui proses sosialisasi. Anak memerlukan model,
contoh atau teladan pola kelakuan itu. Di sekolah, guru diharapkan menjadi teladan bagi
murid-muridnya. Begitu juga dengan orang tua yang harus menjadi teladan bagi anak-
anaknya dirumah.

i.        Model-Model Bagi Murid Di Sekolah

Anak-anak perlu diperkenalkan dengan model-model dari berbagai segmen masyarakat di


luar sekolah dan mendapatkan interaksi sosial dengan kelompok-kelompok lain. Mobilitas
zaman modern menuntut perlunya murid-murid memahami macam-macam kelakuan
manusia. Kesempatan berinteraksi sosial yang luas dan aneka ragam jarang diberikan oleh
sekolah.

j.        Guru Sebagai Model

Ada kecenderungan kedudukan guru semakin banyak ditempati oleh kaum wanita,
khususnya di SD dan juga di SMP. Dapat kita katakan bahwa guru-guru menunjukkan
heterogenitas, dan mereka semuanya diharapkan menjadi guru yang “baik” dimanapun
mereka mengajar dan dapat menjadi model atau teladan bagi anak didiknya. Bila kelakuan
guru berbeda sekali dengan cita-cita murid, maka ia akan mencari model yang lain di luar
sekolah.

k.      Apakah Yang Diharapkan Oleh Guru?

Guru-guru pada umumnya menginginkan agar murid-murid mempelajari yang diajarkan


dan ditugaskan. Tiap murid harus menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung
serta bidang studi lainnya. Mereka harus rajin belajar agar memperoleh prestasi yang tinggi
supaya naik kelas. Bagi guru, pelanggaran disiplin kelas dan sekolah dianggap serius
misalnya bercakap-cakap dalam kelas, mencontek, berkelahi atau ribut.

Disiplin yang ketat, melarang anak-anak bicara atau bekerja sama dalam pelajaran
sebenarnya menghalangi sosialisasi anak dan perkembangan pribadinya. Karena sosialisasi
hanya dapat berlangsung dalam interaksi sosial dalam suasana bebas.

l.        Apa Yang Diharapkan Orangtua?

Orang tua mengirimanaknya ke sekolah agar menjadi “pandai”, artinya menguasai apa
yang diajarkan di sekolah. Orang tua juga sangat mementingkan kemajuan anaknya di
sekolah dan mengharapkan agar anaknya mematuhi perintah gurunya serta berkelakuan baik.
Orang tua mengharapkan pula agar anaknya mendapat rapor yang baik agar dapat
melanjutkan pelajarannya ke sekolah yang lebih tinggi. Karena orang tua mengutamakan
prestasi akademis dan intelektual, mereka tidak terlampau mementingkan perkembangan
pribadi dan sosialisasi anak. Bahkan mereka melihat bahaya dan kerugian bila anaknya
terlampau banyak berteman karena menyimpangkan perhatian anak dari pelajaran sekolah.

m.    Apa Yang Diharapkan Oleh Murid-Murid?

Yang dipentingkan para pemuda adalah agar pandai bergaul, dapat berhubungan dengan
teman-teman dalam suasana gembira. Apa yang diingainkan oleh teman-teman akan berbeda
dari sekolah ke sekolah, dari zaman ke zaman. Bagi pemuda pakaian soal penting. Mereka
mengharapkan teman-temannya berpakaian sesuai dengan mode yang berlaku dikalangan
mereka.

Pemuda pada umumnya menghargai prestasi dalam bidang olahraga atau musik. Mereka
yang berprestasi dalam bidang ini menjadi populer, asal tidak sombong dan menganggap
dirinya lebih jago dari yang lain. Maka bagi mereka yang mencapai prestasi akademis tinggi
seperti yang diharapkan oleh guru dan orang tua timbul kesulitan agar juga disenangi oleh
teman-temannya.

BAB 11

MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN

a.       Sekolah Dan Masyarakat

Sekolah yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disbeut community


school atau “sekolah masyarakat”. Sekolah ini berorientasi pada masalah-masalah kehidupan
dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia melestarikan alam, memanfaatkan sumber
daya alam dan manusia, masalah kesehatan, dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak
dituntut agar turut serta dalam kegiatan masyarakat.

b.      Mengenal Masyarakat

Tiap masyarakat mempunyai sesuatu yang khas, lain daripada yang lain. Yang memberi
kekhasan pada suatu masyarakat adalah hubungan sosialnya. Untuk memahami suatu
masyarakat hal-hal yang paling perlu diselidiki adalah sistem nilai dan struktur
kekuasaannya.

c.       Sistem Nilai-Nilai

Tiap masyarakat mempunyai sistem nilainya sendiri yang coraknya berbeda dengan
masyarakat lain. Dalam sistem nilai itu senantiasa terjalin nilai-nilai kebudayaan nasional
dengan nilai-nilai lokal yang unik. Dalam nilai-nilai itu terdapat jenjang prioritas, ada nilai
yang dianggap lebih tinggi daripada yang lain yang dapat berbeda menurut pendirian
individual.

Tiap sekolah, tiap guru harus mengenal lingkungan sosial tempat ia berada agar ia dapat
memahami latar belakang kultural anak dan jangan mengucapkan atau berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.

d.      Sistem Kekuasaan Dalam Masyarakat

Dalam tiap masyarakat terdapat tokoh atau kelompok yang berkuasa mengambil
keputusan dan melaksanakannya berdasarkan otoritas yang ada padanya. Kekuasaan serupa
ini diperlukan dalam tiap masyarakat agar terdapat ketertiban dan pengawasan atas tindakan
orang.

e.       Hubungan Sekolah Dan Masyarakat

Hingga saat ini bisa dikatakan bahwa hubungan antar sekolah dan masyarakat masih
sangat minim oleh sebab pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk
kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah selama ini bersifat akademis dan dapat dijalankan
berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat. Anak-anak
perlu disiapkan agar hidup efektif dalam masyarakat. Salah satu usaha yang agak radikal
ialah diciptakannya community school.
f.       Masyarakat Sebagai Sumber

Sekolah yang banyak menggunakan masyarakat sebagai sumber pelajaran memberi


kesempatan yang luas untuk mengenal kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Diharapkan
anak itu lebih sanggup menyesuaikan dirinya dengan masyarakat, lebih mengenal lingkungan
sosialnya, dapat berhubungan dengan orang dari berbagai golongan agama atau suku bangsa.

g.      Lingkungan Dan Pendidikan Anak

Lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan pribadi


anak. Di situlah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar rumah
dan sekolah. Kelakuan anak harus disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan itu. Penyimpangan akan segera mendapat teguran agar disesuaikan.

Kelakuan sosial anak serta norma-norma lingkungan tempat anak itu bermain dan bergaul
tercermin pada kelakuan anak-anak. Adalah tanggungjawab orang tua dan para pendidik
untuk mengusahakan lingkungan yang sehat diluar rumah. Untuk itu perlu kerja sama dan
bantuan seluruh masyarakat.

h.      Usaha Bersama

Anak itu sebagai makhluk suatu kebulatan dalam pendidikannya. Ia dipengaruhi oleh
lingkungan secara keseluruhan, rumah, sekolah, dan lingkungan. Kerja sama instansi
diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak. Kurangnya perhatian
akan apa yang disebut lingkungan ketiga ini antara lain menyebabkan banyaknya anak-anak
menjadi nakal atau menyimpang kelakuannya dari norma-norma yang diinginkan masyarakat.

i.        Masyarakat Yang Makin Kompleks

Kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemajuan sosial. Dalam bidang emosi, moral,
sikap kasih terhadap sesama manusia, tidak mengalami kemajuan yang sejajar dengan
kemajuan teknologi itu. Selain itu, tiap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan masalah-masalah baru yang lebih kompleks dan lebih sukar untuk diatasi.

Perubahan-perubahan yang cepat dan menyeluruh makin mempersulit manusia untuk


meramalkan atau merencanakan masa depan dunia. Kekuasaan dan kekuatan yang dilahirkan
teknologi modern demikian dahsyatnya sehingga bila tidak di kontrol dapat memusnahkan
manusia yang menciptakannya.

j.        Tugas Sekolah Di Masa Modern


Di sekolah sejak mulanya harus diajarkan kaitan antara ilmu dan etika, antara
pengetahuan dan moral. Kepandaian, ilmu, harus senantiasa dilihat dalam hubungannya
dengan kesejahteraan manusia. Pendidikan, termasuk pengajaran matematika dan eksakta
harus diresapi oleh nilai-nilai moral sosial.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Keunggulan Buku

 Di dalam buku utama yaitu untuk mendorong kita untuk membaca ringkasan luar
tentang bagaimana sosiologi pendidikan tersebut sedangkan yang kedua menyangkut
tentang isinya sosiologi dan juga Antropologi.
 bahasa yang digunakan dalam buku tersebut sudah baku
 dalam kedua buku ini sudah dijelaskan secara rinci tentang sosiologi dan antropologi
sehingga pembaca lebih mudah memahami
 Dalam buku ini juga membahasa tentang definisi – definisi para ahli, sehingga
pembaca lebih mudah memahami

3.2.Kelemahan Buku

Kalau dilihat dari sisi pemahaman dan konsep susunan pada buku ini tidak ada
masalah yang terlalu signifikan tetapi kalau dilihat pada kenyataanya di lapangan atau
proses tempat belajar mengajar itu sangat jarang dan sukar untuk dilakukan. untuk
Negara Indonesia sendiri masih banyak sebenarnya yang diperbaiki dalam hal pribadi
sosial salahsatunya konselor/guru BK harus professional dalam melaksanakan tugas
tetapi kebiasaan lamah dan sifat malas orang Indonesia maka ini sulit diterapkan
sesuai dengan apa yang ada di buku,dan dalam buku ini juga tidak menerangkan
tentang suatu konsep dan cara apa yang bisa dipakai oleh pendidik agar siswa terasa
nyaman disekolah.cuman untuk pembahasan jangan terlalu banyak mengarah dari luar
permasalahn utama tetapi langsung to the point saja dalam hal ini permasalahan
sosial/pekerjaan yang terjadi dan dampaknya di masa mendatang

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Sosiologi komunikasi merupakan interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para
individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Sosiologi komunikasi
membahas bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan
media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan
bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang di dorong oleh efek media
berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai
akibat darfi perubahan yang didorong oleh media massa itu.

4.2.Saran
Buku utama dan buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi
kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-
masing buku tersebut. Baik dari segi fisik ataupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki
dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang
kurang jelas pemahamannya didalam buku utama maupun buku pembanding
hendaknya bisa diperluas
DAFTAR PUSTAKA

Yalom, I.D. 1975. The Theory and Practice of Group Psychotheraphy.

4th edition. New York : Basic Book, inc.

Anda mungkin juga menyukai