Di Susun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulias sehingga penulis bisa berhasil menyelesaikan critical book
review ini yang Alhamdulillah puji Tuhan tepat pada waktunya yang berkaitan dengan
pendidikan seumur hidup.critical book review ini membahas tentang Bahasa Indonesia Dan
juga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasi kepada ibu dosen Bahasa Indonesia selaku
dosen mata kuliah tersebut,dan juga warga kelas yang selalu mendukung pelaksanaan tugas
ini .penulis menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan critical book review ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan critical book review ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai dan memberkati segala usaha kita
semua.amin.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Dafatar Isi.................................................................................................................................
Identitas Buku........................................................................................................................
BAB I Pendauluhan..........................................................................................................
Latar Belakang...........................................................................................................
Tujuan.........................................................................................................................
Manfaat.......................................................................................................................
BAB II Ringkasan..................................................................................................................
Keunggulan Buku......................................................................................................
Kelemahan Buku..........................................................................................................
Keterkaitan Buku…………………………………………………………...………
BAB IV Penutup..................................................................................................................
Kesimpulan.................................................................................................................
Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
Identitas buku pertama:
Judul Buku : Sosiologi Pendidikan
Penulis : S.Nasution
Penerbit : bumi aksara
Kota Terbit : jakarta
Jumlah Halaman: 183 halaman
PENDAULUHAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
Untuk kita mengetahui cara membuat critical book review dengan baik
Untuk mengetahui definisi bimbingan konseling pribadi sosial
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tersebut
Untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling pribadi sosial
1.3.Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan critical book review ini adalah agar penulis
melaui pemahaman akan bimbingan konseling Tentang teknik teknik nya bisa meningkatkan
kemampuan bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri sesuai minat dan
bakat yang dimiliki dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan teknik bimbingan konseling
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A.Ringkasan pada Isi Buku Pertama
BAB 1
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
yang berikut:
BAB 2
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
a. Pendidikan dan Lingkungan Sosial
Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut
apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi
pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Melalui pendidikan terbentuklah
kepribadian seseorang. Kepribadian individu selalu bertalian erat dengan kebudayaan
lingkungan tempat ia hidup.
b. Faktor-Faktor Dalam Perkembangan Manusia
Sedangkan lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni unsur sosial yakni
interaksi di antara manusia dan unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama yang terdapat
di kalangan kelompok manusia. Budaya ini diterima dalam kelompok dan meliputi bahasa,
nilai-nilai, norma kelakuan, adat kebiasaan dan sebagainya.
Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada empat cara
yang dapat digunakan sekolah, yakni :
1. Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran
secara langsung.
2. Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, pramuka, dan
sebagainya.
3. Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai model
yang dapat ditiru kelakuannya.
4. Menggunakan tindakan positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan
yang layak dalam bimbingan sosial.
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan
pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memasuki
sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah daripada yang
sudah-sudah. Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali
masyarakat baru.
BAB 3
Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih
sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah
kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari
golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat
bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah
kejuruan. Murid-murid sendiri lebih cenderung memilih sekolah menengah umum, walaupun
sekolah kejuruan memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja daripada yang
lulus sekolah menengah umum.
g. Sosiometri
Untuk mengetahui hubungan sosial antara murid-murid dalam kelas kita dapat
menggunakan metode sosiometri. Biasanya metode ini dilakukan dengan cara anak-anak
diminta menulis nama satu orang dengan siapa ia suka uduk sebangku. Dapat juga kita minta
nama dua orang menurut prioritas anak itu bahkan ditambah dengan nama anak yang paling
tidak disukainya. Selain daripada teman sebangku dapat juga diganti dengan teman
menonton, teman belajar, dan sebagainya. Anak yang paling banyak dipilih adalah anak yang
paling populer, yang diberi julukan “bintang”. Sebaliknya anak yang tidak dipilih oleh
siapapun disebut “isolate” karena ia terpencil dari masyarakat kelas.
Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status dalam masyarakat itu yang
didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perpindahan
orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau yang lebih rendah disebut
mobilitas sosial vertikal. Mobilitas ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial
yang berbeda dengan sebelumnya.
Sekolah dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan status anak-anak dari golongan
rendah. Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran, mempelajari buku yang
sama, mempunyai guru yang sama, bahkan berpakaian seragam yang sama dengan anak-anak
dari golongan tinggi. Dengan prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olahraga, kegiatan
ekstra kurikuler, organisasi sekolah, dan lain-lain, mereka akan diterima dan dihargai oleh
semua murid.
Pendidika bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam
hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu
meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu, oleh sebab banyak daya-daya diluar sekolah
yang memelihara atau mempertajamnya.
BAB 4
Teori ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya dengan sikap-
sikap lain yang terdapat pada manusia.
Prasangka biasa digunakan oleh golongan yang dominan untuk menyingkirkan golongan
minoritas dari dunia persaingan. Prasangka digunakan pula untuk mendapatkan “kambing
hitam” bagi kelemahan atau kekalahan nasional. Ada pula yang mencari harga diri pribadi
dalam prasangka.
Kepribadian merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan
perkembangan prasangka. Orang yang berprasangka tampaknya harmonis, penuh
kepercayaan akan diri sendiri, akan tetapi pada hakikatnya merasa diri tak aman, menaruh
perasaan bermusuhan yang terpendam terhadap dunia luar, sangat terikat pada pola-pola
hidup yang diterimanya dari orang tua, mudah mempersalahkan orang lain atas
kegagalannya, sadar akan statusnya, memandang rendah terhadap orang bawahan.
Untuk memahami prasangka harus kita gunakan pendekatan yang multi dimensional.
Oleh sebab prasangka dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, maka tak akan dapat
ditemukan satu cara tertentu untuk mengatasinya. Bila prasangka itu multi dimensional, maka
cara mengatasinya harus melalui berbagai pendekatan. Teknik yang digunakan sedapat
mungkin harus bertalian dengan pengertian kita tentang sebab-sebabnya. Dan karena sebab-
sebab itu saling berhubungan harus berbagai teknik digunakan serempak.
Tiap sekolah mempunyai pola hubungan tertentu antar guru, antar murid, antara guru
dengan murid, yaitu suatu struktur sosial yang mempengaruhi sikap dan kelakuan murid.
Masyarakat sekolah mempengaruhi anak dalam pergaulannya dengan anggota-anggota lain
dalam masyarakat itu.
Sekolah hanya salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang mempengaruhi hubungan
antar golongan. Sekolah tak mampu mengubah masyarakat. Untuk menghilangkan prasangka
terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus turut serta, termasuk pemerintah yang
harus berusaha meniadakan segala macam bentuk diskriminasi. Juga guru-guru harus menjadi
model pribadi yang toleran dalam ucapan maupun perbuatannya.
BAB 5
a. Masyarakat
Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan
dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat
utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat
manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung
pada jumlah anggotanya.
b. Kebudayaan
Dalam tiap masyarakat besar terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai sub-
kebudayaan atau subculture yang tersendiri. Mereka menggunakan bahasa tersendiri yakni
kata-kata yang mempunyai makna yang khas bagi mereka. Mereka mempunyai norma-norma
tersendiri dan mempunyai buah pikiran yang tidak dimiliki oleh masyarakat umumnya.
BAB 6
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok
yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang
kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Struktur sosial yang
ada disekolah memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif
dengan baik.
b. Kedudukan dan Peranan
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni
menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan individu, apakah ia
diatas atau dibawah status orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi
atau akibat kedudukan atau status seseorang. Peranan mencakup kewajiban dan hak yang
bertalian dengan kedudukan.
Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah yaitu yang
berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara mereka, jadi mengenai kepala
sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta,
Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Tingkat kedua berkenaan dengan sistem kedudukan dan
hubungan antara murid-murid.
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi disekolah berkat kedudukannya,
tetapi juga sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. Kepala sekolah
merupakan perantara antara atasan yakni Kanwil dengan guru-guru. Kepala sekolah juga
berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk, nasehat, saran-saran kepada
guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki mutu sekolah. Kepala sekolah juga memegang
kepemimpinan di sekolah dan ia diharapkan sanggup memberi pimpinan dalam segala hal
yang mengenai sekolah, dalam menghadapi masyarakat, murid-murid maupun guru-guru.
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena itu ia harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang mengenai sekolah.
Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang baik dari
kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya ditentukan oleh
hubungannya dengan kepala sekolah itu. Kedudukan guru juga ditentukan oleh lama masa
kerja.
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil :
1. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid.
2. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan
kelakuan sebagai hasil belajar.
3. Perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya
agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
Hubungan dalam klik informal tersebut sering memegang peranan dalam mengambil
berbagai keputusan. Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang
dipandangnya sebagai sahabat.
Yang termasuk golongan ini antara lain pegawai administrasi dan pesuruh sekolah.
Di suatu sekolah dapat ditemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar
murid, antara lain :
Murid-murid suatu kelas, yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cenderung
untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain.
Antara murid-murid yang berbeda tingkat kelas terdapat hubungan atasan-bawahan, super
ordinat- sub ordinat atau kakak-adik. Murid-murid yang tinggi kelasnya mempunyai kontrol
dan kekuasaan terhadap murid-murid yang kelasnya lebih rendah dan usianya lebih muda.
Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan struktur sosial murid-
murid. Berhasil atau gagalnya seorang murid dalam pelajarannya turut menentukan
kedudukannya dalam kelompoknya.
Pengelompokan murid atau adanya berbagai klik dalam sistem sosial kelas
mempengaruhi kelakuan anggota kelompok itu, kearah yang baik akan tetapi juga kearah
yang dapat merugikan pelajaran.
Berbagai hal di luar sekolah yang dapat mempengaruhi sistem sekolah, antara lain:
BAB 7
PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN DALAM MASYARAKAT
a. Kedudukan dan Peranan Guru
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya
sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Sebagai pegawai kedudukan guru
ditentukan oleh pengalaman kerja, golongan, ijazah, dan lama kerjanya.
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat
tentang kedudukan guru. Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal
pembangunan bangsa. Masyarakat menganggap bahwa pekerjaan guru bukan sebagai mata
pencaharian belaka, namun juga menyangkut pendidikan anak, pembangunan negara, dan
masa depan bangsa.
Walaupun buruh di negara-negara tertentu berhak mogok, namun pemogokan oleh guru-
guru tidak diterima dan karena itu selalu dikecam oleh masyarakat. Bahkan di kalangan guru
sendiri pemogokan dianggap tidak sesuai dengan tugas dan martabat guru. Pekerjaan guru
tidak boleh dikaitkan dengan penghargaan material belaka.
e. Peranan Guru Dalam Hubungannya Dengan Guru-Guru Lain Dan Kepala Sekolah
Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus menaati segala peraturan
kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Dalam segala tugas kewajiban ia senantiasa
dibawah pengawasan kepala sekolah yang harus memberi konduite yang baik agar
memperoleh kenaikan tingkat.
Guru-guru juga cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru dan sesama guru mudah
saling memahami dan dalam pergaulan antara sesama rekan dapat memelihara kedudukan
dan peranannya sebagai guru.
BAB 8
KEPRIBADIAN GURU
a. Pribadi Guru
Guru wanita, bila dibandingkan dengan wanita lain yang bekerja di kantor, bersifat lebih
serius, berpakaian konservatif karena enggan mengikuti model terbaru, bahkan tidak malu
menggunakan pakaian yang sama berulang-ulang. Guru lebih kritis terhadap kelakuan orang
lain, guru tidak mudah bergaul dengan sembarang orang. Dalam hiburan seperti menonton
bioskop ia membatasi diri dan tidak suka berjumpa dengan murid di tempat serupa itu.
Dalam penelitian tentang latar belakang sosial mereka yang memilih profesi guru ternyata
bahwa kebanyakan berasal dari golongan rendah atau menengah- rendah. Walaupun ini tidak
berarti bahwa semua anak-anak golongan ini akan memilih jabatan sebagai guru.
BAB 9
Hubungan guru-murid banyak ragamnya tergantung pada guru, murid, serta situasi yang
dihadapi. Misalnya guru yang otoriter menjaga jarak dengan murid sedangkan guru yang
ramah dekat serta akrab dengan muridnya.
Bagaimana reaksi murid terhadap peranan guru dapat diketahui dari ucapan murid tentang
guru itu. Pada umumnya, guru yang disukai ialah guru yang sering dimintai nasehatnya, yang
mau diajak bercakap-cakap dalam situasi yang menggembirakan, selalu ramah dan selalu
berusaha memahami anak didiknya. Sedangkan guru yang tidak disukai ialah guru yang
sering marah, tak pernah ketawa, suka menyindir, tak mau membantu anak dalam kesulitan
belajar, dan menjauhkan diri dari murid di luar kelas.
Dalam suatu penelitian ternyata bahwa pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran
rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru itu oleh murid. Jadi guru yang disukai, yang
ramah, yang suka bergaul dengan murid dalam kegiatan rekreasi, yang sering dimintai
nasehat mengenai soal-soal pribadi, ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan
ilmu.
d. Kelakuan Murid Berhubungan Dengan Kelakuan Guru :
1. Guru yang dominatif dalam kelas akan menghadapi murid-murid yang tidak menunjukkan
sikap kerjasama
2. Murid-murid di bawah pimpinan guru-guru yang dominatif juga akan bersifat dominatif
terhadap murid-murid yang lain
3. Guru-guru yang integratif atau koperatif dalam hubungannya dengan murid akan
menimbulkan sikap kerjasama pada muridnya, baik terhadap guru maupun terhadap murid
lainnya.
Tidak ada bukti bahwa guru yang turut serta dalam berbagai kegiatan masyarakat
meningkatkan kemampuannya mengajar sehingga mempertinggi prestasi belajar murid.
Bahkan ada kemungkinan partisipasi guru dalam berbagai kegiatan di luar sekolah akan
mengurangi waktu dan perhatiannya untuk murid dan dengan demikian merugikan murid dan
sekolah.
Di sekolah, guru dapat memegang berbagai peranan selain mengajar yakni sebagai kepala
sekolah, pembimbing OSIS, koordinator bidang studi, piket, dan lain-lain. Dalam prestasi
belajar anak tidak ada pengaruh peranan tambahan yang dipegang oleh guru.
BAB 10
a. Sosialisasi
Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku,
kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga keterampilan-keterampilan sosial seperti
berbahasa, bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam
interaksi individu dengan lingkungan.
b. Proses Sosialisasi
Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak. Anak mengalami
perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Di sekolah anak itu mengalami
suasana yang berlainan dengan suasana yang ia dapatkan dirumah. Dengan suasana sekolah
seperti itu, anak melihat dirinya sebagai salah seorang diantara anak-anak lainnya.
Pada umumnya nilai-nilai yang dianut di sekolah sejalan dengan yang berlaku dalam
masyarakat sekitarnya. Anak-anak dikirim ke sekolah dengan tujuan agar mereka di didik
menjadi manusia sesuai dengan cita-cita masyarakat.
Dalam iklim demokratis anak-anak mendapat lebih banyak kebebasan untuk berkelakuan
menurut kepribadian masing-masing, sedangkan dalam iklim otokratis kelakuan anak di
kontrol ketat oleh guru. Namun individu yang hanya dapat berbuat menurut perintah orang
lain tanpa diberi kesempatan untuk memberi pertimbangannya sendiri, sukar akan
berkembang menjadi manusia yang sanggup berpikir dan berdiri sendiri, bahkan sulit
menjalankan peranannya dengan baik dalam iklim demokrasi.
Pola kelakuan anak diperolehnya melalui proses sosialisasi. Anak memerlukan model,
contoh atau teladan pola kelakuan itu. Di sekolah, guru diharapkan menjadi teladan bagi
murid-muridnya. Begitu juga dengan orang tua yang harus menjadi teladan bagi anak-
anaknya dirumah.
Ada kecenderungan kedudukan guru semakin banyak ditempati oleh kaum wanita,
khususnya di SD dan juga di SMP. Dapat kita katakan bahwa guru-guru menunjukkan
heterogenitas, dan mereka semuanya diharapkan menjadi guru yang “baik” dimanapun
mereka mengajar dan dapat menjadi model atau teladan bagi anak didiknya. Bila kelakuan
guru berbeda sekali dengan cita-cita murid, maka ia akan mencari model yang lain di luar
sekolah.
Disiplin yang ketat, melarang anak-anak bicara atau bekerja sama dalam pelajaran
sebenarnya menghalangi sosialisasi anak dan perkembangan pribadinya. Karena sosialisasi
hanya dapat berlangsung dalam interaksi sosial dalam suasana bebas.
Orang tua mengirimanaknya ke sekolah agar menjadi “pandai”, artinya menguasai apa
yang diajarkan di sekolah. Orang tua juga sangat mementingkan kemajuan anaknya di
sekolah dan mengharapkan agar anaknya mematuhi perintah gurunya serta berkelakuan baik.
Orang tua mengharapkan pula agar anaknya mendapat rapor yang baik agar dapat
melanjutkan pelajarannya ke sekolah yang lebih tinggi. Karena orang tua mengutamakan
prestasi akademis dan intelektual, mereka tidak terlampau mementingkan perkembangan
pribadi dan sosialisasi anak. Bahkan mereka melihat bahaya dan kerugian bila anaknya
terlampau banyak berteman karena menyimpangkan perhatian anak dari pelajaran sekolah.
Yang dipentingkan para pemuda adalah agar pandai bergaul, dapat berhubungan dengan
teman-teman dalam suasana gembira. Apa yang diingainkan oleh teman-teman akan berbeda
dari sekolah ke sekolah, dari zaman ke zaman. Bagi pemuda pakaian soal penting. Mereka
mengharapkan teman-temannya berpakaian sesuai dengan mode yang berlaku dikalangan
mereka.
Pemuda pada umumnya menghargai prestasi dalam bidang olahraga atau musik. Mereka
yang berprestasi dalam bidang ini menjadi populer, asal tidak sombong dan menganggap
dirinya lebih jago dari yang lain. Maka bagi mereka yang mencapai prestasi akademis tinggi
seperti yang diharapkan oleh guru dan orang tua timbul kesulitan agar juga disenangi oleh
teman-temannya.
BAB 11
Tiap masyarakat mempunyai sesuatu yang khas, lain daripada yang lain. Yang memberi
kekhasan pada suatu masyarakat adalah hubungan sosialnya. Untuk memahami suatu
masyarakat hal-hal yang paling perlu diselidiki adalah sistem nilai dan struktur
kekuasaannya.
Tiap masyarakat mempunyai sistem nilainya sendiri yang coraknya berbeda dengan
masyarakat lain. Dalam sistem nilai itu senantiasa terjalin nilai-nilai kebudayaan nasional
dengan nilai-nilai lokal yang unik. Dalam nilai-nilai itu terdapat jenjang prioritas, ada nilai
yang dianggap lebih tinggi daripada yang lain yang dapat berbeda menurut pendirian
individual.
Tiap sekolah, tiap guru harus mengenal lingkungan sosial tempat ia berada agar ia dapat
memahami latar belakang kultural anak dan jangan mengucapkan atau berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.
Dalam tiap masyarakat terdapat tokoh atau kelompok yang berkuasa mengambil
keputusan dan melaksanakannya berdasarkan otoritas yang ada padanya. Kekuasaan serupa
ini diperlukan dalam tiap masyarakat agar terdapat ketertiban dan pengawasan atas tindakan
orang.
Hingga saat ini bisa dikatakan bahwa hubungan antar sekolah dan masyarakat masih
sangat minim oleh sebab pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk
kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah selama ini bersifat akademis dan dapat dijalankan
berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat. Anak-anak
perlu disiapkan agar hidup efektif dalam masyarakat. Salah satu usaha yang agak radikal
ialah diciptakannya community school.
f. Masyarakat Sebagai Sumber
Kelakuan sosial anak serta norma-norma lingkungan tempat anak itu bermain dan bergaul
tercermin pada kelakuan anak-anak. Adalah tanggungjawab orang tua dan para pendidik
untuk mengusahakan lingkungan yang sehat diluar rumah. Untuk itu perlu kerja sama dan
bantuan seluruh masyarakat.
Anak itu sebagai makhluk suatu kebulatan dalam pendidikannya. Ia dipengaruhi oleh
lingkungan secara keseluruhan, rumah, sekolah, dan lingkungan. Kerja sama instansi
diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak. Kurangnya perhatian
akan apa yang disebut lingkungan ketiga ini antara lain menyebabkan banyaknya anak-anak
menjadi nakal atau menyimpang kelakuannya dari norma-norma yang diinginkan masyarakat.
Kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemajuan sosial. Dalam bidang emosi, moral,
sikap kasih terhadap sesama manusia, tidak mengalami kemajuan yang sejajar dengan
kemajuan teknologi itu. Selain itu, tiap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan masalah-masalah baru yang lebih kompleks dan lebih sukar untuk diatasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Keunggulan Buku
Di dalam buku utama yaitu untuk mendorong kita untuk membaca ringkasan luar
tentang bagaimana sosiologi pendidikan tersebut sedangkan yang kedua menyangkut
tentang isinya sosiologi dan juga Antropologi.
bahasa yang digunakan dalam buku tersebut sudah baku
dalam kedua buku ini sudah dijelaskan secara rinci tentang sosiologi dan antropologi
sehingga pembaca lebih mudah memahami
Dalam buku ini juga membahasa tentang definisi – definisi para ahli, sehingga
pembaca lebih mudah memahami
3.2.Kelemahan Buku
Kalau dilihat dari sisi pemahaman dan konsep susunan pada buku ini tidak ada
masalah yang terlalu signifikan tetapi kalau dilihat pada kenyataanya di lapangan atau
proses tempat belajar mengajar itu sangat jarang dan sukar untuk dilakukan. untuk
Negara Indonesia sendiri masih banyak sebenarnya yang diperbaiki dalam hal pribadi
sosial salahsatunya konselor/guru BK harus professional dalam melaksanakan tugas
tetapi kebiasaan lamah dan sifat malas orang Indonesia maka ini sulit diterapkan
sesuai dengan apa yang ada di buku,dan dalam buku ini juga tidak menerangkan
tentang suatu konsep dan cara apa yang bisa dipakai oleh pendidik agar siswa terasa
nyaman disekolah.cuman untuk pembahasan jangan terlalu banyak mengarah dari luar
permasalahn utama tetapi langsung to the point saja dalam hal ini permasalahan
sosial/pekerjaan yang terjadi dan dampaknya di masa mendatang
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Sosiologi komunikasi merupakan interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para
individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Sosiologi komunikasi
membahas bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan
media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan
bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang di dorong oleh efek media
berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai
akibat darfi perubahan yang didorong oleh media massa itu.
4.2.Saran
Buku utama dan buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi
kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-
masing buku tersebut. Baik dari segi fisik ataupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki
dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang
kurang jelas pemahamannya didalam buku utama maupun buku pembanding
hendaknya bisa diperluas
DAFTAR PUSTAKA