Anda di halaman 1dari 3

Hukum Perjanjian

(Kontrak Bisnis)

 Definisi Kontrak Bisnis


- Kontrak berasal dari istilah perjanjian. Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh dua atau lebih pihak dimana masing-masing pihak yang ada didalamnya dituntut
untuk melakukan kewajiban dan mendapatkan ha katas perjanjiannya.
- Sedangkan Bisnis adalah tindakan-tindakan yang mempunyai nilai komersial
- Kontrak Bisnis merupakan suatu perjanjian dalam bentuk tertulis dimana substansi yang
disetujui oleh para pihak yang terikat didalamnya bermuatan bisnis.

 Bentuk-bentuk Kontrak Bisnis


- Kontrak Tertulis
Kontrak Bisnis yang dibuat dibawah tangan dimana para pihak menandatangani sebuah
kontrak bisnis diatas materai.
Kontrak Bisnis yang didaftarkan (waarmerken) untuk disahkan isi dan tanda tangan
kontrak tersebut dihadapan notaris. Kemudian kontrak bisnis dalam bentuk akta notaris.
- Kontrak tidak tertulis/lisan
Sebuah kontrak yang disetujui kedua belah pihak secara lisan. Biasanya kontrak lisan ini
diikat dengan dasar pengakuan dan sumpah kedua belah pihak dan dapat dibuktikannya
dengan menghadirkan seorang saksi.

 Jenis-jenis perjanjian

Secara umum perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perjanjian obligatoir
dan perjanjian non obligatoir.

1. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan


atau membayar sesuatu.
a. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu
pihak. Misalnya perjanjian hibah, perjanjian penanggungan (borgtocht), dan perjanjian
pemberian kuasa tanpa upah.
Sedangkan perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan prestasi pada
kedua belah pihak. Misalnya jual beli.
b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban.
Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian di mana pihak yang satu memberikan suatu
keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya.
Misalnya hibah, pinjam pakai, pinjam meminjam tanpa bunga, dan penitipan barang
tanpa biaya.
Sedangkan perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu
untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh
pihak lain. Contoh perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa menyewa, dan pinjam
meminjam dengan bunga.
c. Perjanjian konsensuil, perjanjian riil dan perjanjian formil.
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari
kedua belah pihak. Contohnya perjanjian jual beli dan perjanjian sewa menyewa.
Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang tidak hanya mensyaratkan kesepakatan,
namun juga mensyaratkan penyerahan obyek perjanjian atau bendanya. Misalnya
perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai.
Perjanjian formil adalah perjanjian yang selain dibutuhkan kata sepakat, juga dibutuhkan
formalitas tertentu, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Contohnya pembebanan jaminan fidusia.
d. Perjanjian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian campuran.
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur di dalam undang-
undang.
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus di dalam
udang-undang. Misalnya perjanjian leaseing, franchising dan factoring.
Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang merupakan kombinasi dari dua
atau lebih perjanjian bernama. Misalnya perjanjian pemondokan (kost) yang merupakan
campuran dari perjanjian sewa menyewa dan perjanjian untuk melakukan suatu
pekerjaan (mencuci baju, menyetrika baju, dan membersihkan kamar).

2. Sedangkan perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak mewajibkan seseorang
untuk menyerahkan atau membayar sesuatu.

Perjanjian obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Zakelijk overeenkomst, adalah perjanjian yang menetapkan dipidindahkannya suatu hak


dari seseorang kepada orang lain. Misalnya balik nama hak atas tanah.
Bevifs overeenkomst, adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu.
Liberatoir overeenkomst, adalah perjanjian dimana seseorang membebaskan pihak lain
dari suatu kewajiban.
Vaststelling overenkomst, adalah perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi
dan luas perhubungan hukum di antara para pihak.

 Subjek perjanjian
- Para pihak yang mengadakan kontrak itu sendiri
- Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya
- Pihak ketiga

 Syarat-syarat sahnya perjanjian


Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat sahnya perjanjian yang harus
dipenuhi ketika membuat surat perjanjian.
- Kesepakatan para pihak
Kesepakatan yang dimaksud di sini adalah kesepakatan tersebut lahir dari kehendak
para pihak tanpa ada unsur kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan.
- Kecakapan para pihak
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan tidak cakap adalah
mereka yang:
a. Belum dewasa, berarti mereka yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
belum menikah. Sebagai contoh, seorang anak yang baru berusia 8 tahun tidak
dapat membuat perjanjian untuk dirinya sendiri.
b. Berada di bawah pengampuan, seseorang dianggap berada di bawah pengampuan
apabila ia sudah dewasa, namun karena keadaan mental atau pikirannya yang
dianggap kurang sempurna, maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa.

- Adanya objek perjanjian


Suatu perjanjian harus memiliki objek yang jelas. Objek tersebut tidak hanya berupa
barang dalam bentuk fisik, namun juga dapat berupa jasa yang dapat ditentukan
jenisnya.
- Sebab yang halal
Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri, di mana perjanjian
tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan UU, norma
kesusilaan, atau ketertiban umum. Perjanjian yang dibuat berdasarkan sebab yang tidak
benar atau dilarang membuat perjanjian tersebut menjadi tidak sah.

 Akibat hukum jika tidak memenuhi 4 syarat sah perjanjian


- Tidak terpenuhi point 1 dan 2 (syarat subjek)
Apabila para pihak tidak memenuhi syarat subjektif, maka konsekuensinya adalah
perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan atau voidable. Artinya, salah satu pihak
yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan pembatalan kepada hakim.
Namun, perjanjian tersebut tetap mengikat para pihak sampai adanya keputusan dari
hakim mengenai pembatalan tersebut.
- Tidak terpenuhi point 3 dan 4 (syarat objek)
Apabila para pihak tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut akan
dianggap batal demi hukum atau null and void. Artinya, perjanjian ini dianggap tidak
pernah ada sehingga tidak akan mengikat para pihak.

 Asas-asas hukum perjanjian


- ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK :
Para pihak mempunyai kebebasan menentukan isi perjanjian sejauh tidak melanggar
perundangan , kepatutan dan kesusilaan.
- ASAS PUCTA SUNT SERVANDA:
Semua perjanjian yang dibuat secara sah menjadi undang-undang/hukum bagi mereka
yang membuatnya.
- ASAS KONSENSUALISME :
Perjanjian itu lahir sejak adanya kesepakatan (consensus)
- ASAS IKTIKAD BAIK:
Perjanjian harus dibuat tanpa adanya paksaan dan penyalahgunaan
situasi , kepatutan dan kewajaran.

Anda mungkin juga menyukai