1. Yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut :
1) Cek kesadaran ibu dengan metode AVPU, jika ibu unresponsive, panggil penolong/tenaga kesehatan lain sebanyak 3 orang. 2) Resusitasi maternal dilakukan dengan pendekatan ABC dan diawali look, listen, and feel. Lakukan look, listen, and feel napas ibu (<10 detik) dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu. Posisikan ibu berbaring miring ke sisi kiri dengan sudut 15-30° atau bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri. 3) Bebaskan jalan nafas. Dengan teknik head tilt-chin lift dan evakuasi benda asing di jalan napas. Bila sumbatan berupa benda padat, maka sapu keluar dengan jari atau lakukan dorongan pada dada di bagian tengah sternum (chest thrust). Hindari menekan prosesus xiphoideus. 4) Jaga jalan napas agar terbuka, jika ibu tidak sadar dapat dilakukan pemasangan OPA untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan menyebabkan obstruksi airway atau dapat direncanakan melakukan intubasi untuk pemasangan endotrakeal tubes (ETT). 5) Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi dan berikan Oksigen sebagai tindakan suportif. 6) Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal, periksa pulsasi arteri karotis dengan cepat (<10 detik). Bila nadi teraba, namun ibu gasping berikan bantuan nafas (ventilasi) melalui mulut ke mulut dengan menggunakan alas (kain bersih, kassa), 1x nafas setiap 5-6 detik. Pengembangan dada dapat terlihat apabila volume nafas buatan cukup. Pasien juga dapat diberikan suplementasi oksigen pada pasien dengan tekanan ventilasi positif menggunakan bag valve mask sebanyak 15 liter/menit oksigen 100%. Setelah itu dapat dilakukan jalan napas definitif dengan intubasi dan pemasangan ETT ukuran 0,5 – 1 mm yang lebih kecil dari ukuran normal dan berikan oksigen 100%. 7) Cek nadi karotis setiap 2 menit. Jika tidak teraba, segera lakukan RJP. Pada pasien hamil maka harus dilakukan Left Uterus Displace (LUD) sambil di RJP untuk mengurangi kompresi aortacaval yang dapat mengganggu venous return dan cardiac output. LUD dapat dilakukan apabila tinggi fundus uteri di umbilikus atau diatasnya. 8) Kompresi dada dilakukan di pertengahan sternum, dengan kedalaman 5 cm dan kecepatan 100-120x/menit. Lakukan RJP 30 kompresi dan 2 bantuan pernapasan. * Jika dalam 4 menit RJP tidak berhasil ROSC (return of spontaneous circulation) atau pasien tidak ada harapan hidup, maka harus segera dilakukan PMCD (perimortem cesarean delivery) dan upaya untuk melahirkan bayi dalam 5 menit sejak resusitasi dilakukan. 9) Pasang kanul intravena (2 jalur jika perlu) untuk memasukkan cairan. Jika hipovolemia (oliguria) berikan loading cairan kristaloid 500 cc. 10) Berikan MgSO4 sebagai lini pertama. Initial dose 4 g IV bolus (MgSO4 20%) 20 cc selama 5-10 menit (jika tersedia MgSO4 40% berikan 10 cc diencerkan dengan 10 cc aquadest). Jika didapatkan kejang ulangan, berikan tambahan 2 g IV bolus (MgSO4 20%) 10 cc selama 2-5 menit (jika tersedia MgSO4 40% berikan 5cc diencerkan dengan 5cc aquadest), dapat diulang 2 kali. 11) Jika masih kejang kembali beri diazepam 10 mg IV/ fenobarbital 125 mg IV. 12) Berikan obat antihipertensi jika TD ≥ 160 mmHg berupa nifedipin 3x10 mg PO dan atau metildopa 3x500 mg. 13) Jika sebelum Cardiac Arrest pasien mendapat terapi MgSo4, segera hentikan, dan belikan Calcium Clorida IV/IO 10 ml dalam larutan 10% atau Calcium Glukonas 10 ml dalam larutan 10%. 2. Prinsip pasien dengan kehamilan yang mengalami kegawatdaruratan adalah sebagai berikut : Pada kegawatdaruratan ibu hamil dengan eklampsia, prinsip penanganan adalah menjaga perfusi oksigen dan terminasi segera tanpa memandang usia kandungan. Apabila terjadi henti jantung, harus segera dilakukan RJP dan dilakukan Left Uteri Displacement (LUD). Apabila dalam 4 menit, tidak terjadi ROSC, maka harus dilakukan PMCD (Perimortem Cesarean Delivery). PMCD memberikan peluang untuk melakukan resusitasi terpisah pada janin yang berpotensi hidup dan pembebasan akhir kompresi aortokaval, sehingga dapat mengembalikan sirkulasi spontan atau meningkatkan status hemodinamik maternal setelah uterus dikosongkan.