Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Wayan Saka Wibawa

NIM : 1810029015
Stase Anestesi
Tugas Pembelajaran 7

Pada tugas pembelajaran 4, Anda telah menganalisis kasus nyeri akut. Pada tugas pembelajaran
ini, Anda dapat mempelajari proses pengkajian nyeri kronik melalui video yang Anda lihat.
1. Jelaskan perbedaan fisiologi, cara pengkajian, dan pengelolaan nyeri akut dan kronik.
2. Jika Anda diminta untuk memberikan terapi farmakologis pada pasien dalam video
tersebut, obat apa yang Anda berikan dan mengapa?
3. Praktekkan pengkajian nyeri kronik dengan seorang teman atau keluarga yang menderita
nyeri kronik (nyeri kepala atau nyeri punggung) dengan menggunakan pendekatan
PQRST dan ACT-UP dengan tetap memperhatikan physical distancing. Rekamlah sesi
pengkajian Anda dengan video untuk dibahas bersama dalam sesi synchronous.

1. Nyeri akut adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang jelas dan sebagai
bentuk poteksi. Sedangkan nyeri kronik dapat diakibatkan beberapa hal, seperti
keganansan, kelainan otot, dan tulang. Secara fisiologis nyeri akut dan kronik memiliki
mekanisme kerja mulai dari transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Tetapi pada
nyeri kronik terdapat sensitisasi perifer dan sentral yang akan menyebabkan terjadinya
hiperalgesia dan alodinia.
Transduksi, prinsipnya adalah proses konversi energi mekanik menjadi energi listrik
yang diperantarai oleh nosiseptor pada ambang tertentu.
Transmisi adalah penyaluran energi listrik melalui first order neuron yaitu
menghubungkan nosiseptor ke kornu dorsalis medulla spinalis (pada serabut A dan
C), second order neuron yaitu dari medulla spinalis ke thalamus, dan third order
neuron yaitu dari thalamus (gyrus postsentral) ke korteks cerebri
Modulasi yaitu proses pengaturan impuls yang terdiri dari eksitatori dan inhibisi.
Gate control theory di cornu dorsalis medulla spinalis.
Persepsi adalah apresiasi impuls saraf yang sampai ke susunan saraf pusat dan
dipersepsikan sebagai nyeri.
Sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral merupakan mekanisme terjadinya nyeri
kronik, karena pada nyeri kronik terjadi kerusakan jaringan saraf juga yang
melibatkan saraf lain di sekitarnya sehingga rangsangan nyeri sangat besar dan tidak
sebanding dengan kerusakan jaringan.
Hiperalgesia adalah rangsangan nyeri yang apabila pada keadaan normal hanya
menyebabkan sedikit nyeri tetapi pada nyeri kronik menimbulkan rasa nyeri yang
hebat.
Alodinia adalah rangsangan nyeri yang biasanya tidak menimbulkan nyeri pada
keadaan normal tetapi pada nyeri kronik dipersepsikan sebagai nyeri.
Pengkajian nyeri dapat dilakukan melalui asesmen dengan PQRST dan ACT-UP
PQRST :
P : Provokes dan Palliate, apa yang menimbulkan terjadinya nyeri dan yang mengurangi
nyeri
Q : Quality, deskripsi nyeri
R : Region & Radiation, lokasi dan penjalaran nyeri
S : Severity, skala nyeri
T : Temporal, waktu terjadinya nyeri
ACT-UP :
A : Activity, apakah mengganggu aktivitas sehari-hari pada saat nyeri timbul
C : Coping, mekanisme pertahanan atau pengalihan nyeri
T : Think, persepsi pasien terhadap nyeri
U : Upset, emosi pasien terhadap nyeri
P : People, hubungan dengan orang lain/respon orang lain terhadap kondisi pasien

Skala nyeri dapat diukur melalui VAS, NRS, BPS, NIPS, FLACC, FACES.
Pengelolaan nyeri akut dan kronik dibuat berdasarkanWHO Analgetic Ladder yaitu pada
pasien nyeri akut obat yang diberikan dimulai dari tangga tertinggi seperti nerve block
atau opioid kemudian diturunkan apabila nyeri telah berkurang, sedangkan pada nyeri
kronik dimulai dari tangga terbawah seperti non opioid (NSAID) kemudian dinaikkan
jika nyeri bertambah atau tidak berkurang.
2. Pada video tersebut pasien mengalami nyeri punggung yang kronik. Berdasarkan
Analgetic WHO Ladder, terapi dimulai dari tangga terbawah yaitu nonopioid. Dapat
diberikan terapi farmakologis NSAID misalnya Natrium Diclofenak dosis 100-150
mg/hari terbagi dalam
2-3 dosis.

Anda mungkin juga menyukai