Kapita Selekta Hukum Dagang
Kapita Selekta Hukum Dagang
HUKUM
PERSAINGAN USAHA
PARAMITA PRANANINGTYAS
2013/MT/HPU 1
PERSAINGAN USAHA
• Instrumen persaingan
• Mengapa bersaing ? – Harga
Penjual bertambah – Efisiensi produksi
banyak – Keunggulan produk
Konsumen terbatas – Keanekaragaman produk
Motivasi keuntungan – Luas jaringan
Memperluas jaringan – Pelayanan
– Pariwara
Penguasaan tehnologi
– Tehnologi
Prestise perusahaan
2013/MT/HPU 2
1
7/6/2013
2013/MT/HPU 3
PASAR TERDISTORSI
• Terjadi praktek monopoli, dimana tidak terjadi
persaingan
• Terjadi apabila :
– Pelaku usaha memiliki pengaruh untuk
menentukan harga
– Pelaku usaha tidak merasa perlu menyesuaikan
diri terhadap pesaing
– Adanya entry barrier bagi pelaku usaha lain
memasuki suatu pasar
2013/MT/HPU 4
2
7/6/2013
HUKUM PERSAINGAN
• Aturan yang mengatur agar terjadi persaingan
yang sehat antar pelaku usaha & menghindari
terjadinya praktek monopoli
• Tujuan :
– Agar persaingan antar pelaku usaha tetap hidup
– Agar persaingan yang dilakukan antar pelaku
usaha dilakukan secara sehat
– Agar konsumen tidak dieksploitasi oleh pelaku
usaha
2013/MT/HPU 5
2013/MT/HPU 6
3
7/6/2013
PENENTUAN LARANGAN
• PER SE ILLEGAL
– Penentuan berdsrkn pembuktian sederhana
– Pilihan ini dilakukan karena untuk meneliti semua faktor
dalam penentuan setiap kasus adalah sangat mahal dan
melelahkan
– Lebih banyak dipakai dalam kasus-kasus penetapan harga
(price fixing)
• RULE OF REASON
– Penentuan berdsrkn pembuktian yang rumit dilakukan krn
pembuktian tjdnya praktek monopoli / persaingan tdk
sehat harus memperhatikan semua faktor
2013/MT/HPU 7
BENTUK LARANGAN
DLM HUKUM PERSAINGAN
• Larangan terhadap pasar / market structure restraint
(dlm jumlah % tertentu)
– Penentuan pasar bersangkutan (relevant market) dimana
praktek monopoli / persaingan tdk sehat dilakukan
– Ditentukan berdasarkn produk & atau letak geografis
– Sebelum kasus diperiksa harus ditentukan lebih dulu pasar
bersangkutan
• Larangan terhadap perilaku (restrictive business
practices / behavior practices)
• Yang diterapkan dalam hukum persaingan Indonesia
ad/ kedua larangan dengan penekanan larangan
terhadap perilaku
2013/MT/HPU 8
4
7/6/2013
2013/MT/HPU 9
2013/MT/HPU 10
5
7/6/2013
SUBSTANSI LARANGAN
UU NO 5 THN 1999
2013/MT/HPU 11
2013/MT/HPU 12
6
7/6/2013
DEFINISI PERJANJIAN
KUHPERDATA UU NO 5 / 1999
Semua perjanjian yg Perjanjian adalah suatu
dibuat scr sah berlaku perbuatan satu a/ lebih
sbg UU bagi mereka yg pelaku usaha untuk
membuatnya mengikatkan diri
Sahnya perjanjian terhadap satu atau lebih
(sepakat, kecakapan, pelaku usaha lain dg
hal tertentu & sebab yg nama apapun baik
halal) tertulis maupun tidak
tertulis
2013/MT/HPU 13
1. Horizontal
• “dilakukan diantara pelaku usaha yang saling
bersaing”, contohnya: kartel, penetapan
harga, persekongkolan tender.
2. Vertikal
• “dilakukan diantara pelaku usaha yang saling
memiliki keterkaitan usaha” contohnya: resale
price maintenance (RPM), exclusive
distribution, exclusive dealing, tie-in sale.
2013/MT/HPU 14
7
7/6/2013
Tujuan Perjanjian
• Yang positif (+)
1. Meningkatkan efesiensi
2. Mengurangi resiko
3. Menciptakan produk baru dan meningkatkan kualitas
produk
4. Meningkatkan metode distribusi
5. Memperbaiki saluran informasi
• Yang negatif (-)
1. Menghilangkan persaingan
2. Membatasi produksi
3. Meningkatkan harga
2013/MT/HPU 15
PERJANJIAN OLIGOPOLI
• Dua atau lebih pelaku usaha
• Membuat perjanjian
• Untuk secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi & atau pemasaran
barang & atau jasa\
• Yg mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli & atau persaingan usaha tidak sehat
(Rule of Reason)
2013/MT/HPU 16
8
7/6/2013
OLIGOPOLI
• Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) diartikan bahwa
oligopoli itu sendiri merupakan suatu keadaan
dimana pelaku usaha (2 atau 3 pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha) secara bersama-
sama melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan jasa lebih dari 75%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
• Kemudian yang dilarang oleh UU Persaingan
Usaha adalah adanya perjanjian (kolusi) diantara
mereka untuk melakukan penguasaan produksi
dan atau pemasaran barang dan jasa.
2013/MT/HPU 17
ALASAN OLIGOPOLI
Salah satu bentuk struktur pasar dimana hanya
terdapat sedikit pelaku usaha (baik produsen ataupun
konsumen) yang menawarkan produk yang
seragam/identik kepada pelaku usaha lain.
9
7/6/2013
2013/MT/HPU 19
DAMPAK OLIGOPOLI
Kekuatan:
• Mampu mengakumulasi laba super normal
• Produksi paling prima & dinamis
• Pionir riset dan pengembangan teknologi
• Pionir pengembangan SDM
Keterbatasan:
• Berpotensi membentuk kekuatan monopoli
• Kapasitas tak terpakai
• Kesejahteraan yang hilang
2013/MT/HPU 20
10
7/6/2013
2013/MT/HPU 21
PENETAPAN HARGA
JENIS-JENIS :
1. Price Fixing (Pasal 5 UU No.5/1999);
2. Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6 UU
No.5/1999);
3. Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);
4. Resale Price Maintenance (Pasal 8 UUNo.5/1999)
Pertanyaan penting :
• Price fixing :
1. Apakah tujuan dari pelaku usaha melakukan
price fixing?
2. Mengapa price fixing perlu diatur secara per se?
2013/MT/HPU 22
11
7/6/2013
2013/MT/HPU 24
12
7/6/2013
2013/MT/HPU 26
13
7/6/2013
Pembagian Wilayah
• Dengan hilangnya persaingan mengakibatkan
pelaku usaha dapat mengenakan harga yang
lebih tinggi sehingga mereka dapat menikmati
laba yang lebih besar
• Akhirnya masing-masing pelaku usaha dapat
menentukan sendiri jumlah produk, kualitas dan
harga yang harus dibayar oleh konsumen
• Pelaku usaha tidak berupaya lagi melakukan
efisiensi, dan tidak mengupayakan peningkatkan
kualitas produk dan pelayanan yang baik bagi
konsumen
• Pembagian wilayah ini telah mengakibatkan
hilangnya pilihan bagi konsumen dan juga harus
membayar dengan harga yang lebih tinggi
2013/MT/HPU 27
PEMBAGIAN WILAYAH
Pembagian wilayah ini membuat pelaku usaha
yang terlibat di dalam praktek ini akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan
aktifitas usahanya, tetapi hal ini dikompensasi
dengan cara melakukan eksploitasi secara
besar-besaran terhadap konsumen
Namun pembagian wilayah tidak dapat berjalan
secara efektif bila konsumen mempunyai
kemampuan yang cukup untuk berpindah dari
pasar yang satu ke pasar yang lain untuk
membeli kebutuhannya
2013/MT/HPU 28
14
7/6/2013
PEMBOIKOTAN
• Perjanjian antara pelaku usaha ----- pelaku usaha
saingan
• Yg dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk
melakukan usaha yg sama baik untuk pasar dalam /
LN
• Menolak menjual barang / jasa dari pelaku usaha lain
sehingga :
– Merugikan atau dapat diduga merugikan
– Membatasi pelaku usaha lain dlm menjual / membeli
barang / jasa dari pasar bersangkutan (Rule of Reason)
2013/MT/HPU 29
PEMBOIKOTAN
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi
pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama,
baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri (Pasal 10 ayat (1) UU No.5/1999)
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya, untuk menolak menjual
setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain
sehingga perbuatan tersebut:
a. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain; atau
b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli
setiap barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan
(Pasal 10 ayat (2) UU No.5/1999)
2013/MT/HPU 30
15
7/6/2013
KARTEL
• Perjanjian antara pelaku usaha ----- pelaku
usaha saingan
• Dengan maksud mempengaruhi harga
• Dengan cara mengatur produksi / pemasaran
• Yg dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli & / persaingan usaha tidak sehat
(Rule of Reason)
2013/MT/HPU 31
KARTEL
• Salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku
usaha yang berasumsi jika produksi mereka di dalam
pasar dikurangi sedangkan permintaan terhadap
produk mereka di dalam pasar tetap, akan berakibat
kepada terkereknya harga ke tingkat yang lebih tinggi.
Dan sebaliknya, jika di dalam pasar produk mereka
melimpah, sudah barang tentu akan berdampak
terhadap penurunan harga produk mereka di pasar.
• Tujuannya untuk mengeruk keuntungan yang
sebesarbesarnya dengan mengurangi produk mereka
secara signifikan di pasar, sehingga menyebabkan di
dalam pasar mengalami kelangkaan, yang
mengakibatkan konsumen harus mengeluarkan biaya
yang lebih untuk dapat membeli produk pelaku usaha
tersebut di pasar.
2013/MT/HPU 32
16
7/6/2013
TRUST
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk melakukan kerjasama dengan membentuk
gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,
dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan
hidup masing-masing perusahaan atau perseoran
anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi
dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat (Pasal 12 UU No.5/1999)
• Trust merupakan wadah antar perusahaan yang didisain
untuk membatasi persaingan dalam bidang usaha atau
industri tertentu
• Gabungan antara beberapa perusahaan dalam bentuk trust
dimaksudkan untuk secara kolektif mengendalikan
pasokan, dengan melibatkan trustee sebagai koordinator
penentu harga.
2013/MT/HPU 33
TRUST
• Perjanjian antara pelaku usaha dg pelaku usaha
lainnya
• Untuk melakukan kerjasama dengan cara
– Membentuk gabungan perusahaan yg lebih besar
– Tetap mempertahankan kelangsungan perusahaan-
perusahaan anggotanya
• Tujuan utama mengontrol produksi / pemasaran
• Yg dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
& / persaingan usaha tidak sehat (Rule of Reason)
2013/MT/HPU 34
17
7/6/2013
PERJANJIAN OLIGOPSONI
• Perjanjian antara sesama pelaku usaha
• Untuk secara bersama-sama menguasai
pembelian / penerimaan pasokan
• Dg tujuan mengendalikan harga barang / jasa
dlm pasar bersangkutan
• Yg dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli & / persaingan usaha tidak sehat
(Rule of Reason)
2013/MT/HPU 35
OLIGOPSONI
• Oligopsoni adalah struktur pasar yang di dominasi oleh
sejumlah konsumen yang memiliki kontrol atas
pembelian
• Struktur pasar ini memiliki kesamaan dengan struktur
pasar oligopoli hanya saja struktur pasar ini terpusat di
pasar input
• Dengan adanya praktek oligopsoni produsen atau
penjual tidak memiliki alternatif lain untuk menjual
produk mereka selain kepada pihak pelaku usaha yang
telah melakukan perjanjian Oligopsoni
• Mengakibatkan produsen atau penjual hanya dapat
menerima saja harga yang sudah ditentukan oleh
pelaku usaha yang melakukan praktek oligopsoni.
2013/MT/HPU 36
18
7/6/2013
INTEGRASI VERTIKAL
• Perjanjian antara para pelaku usaha
• Dg tujuan menguasai sejumlah produk yg termasuk
dalam rangkaian produksi barang/jasa tertentu
• Syarat : setiap rangkaian produksi merupakn hasil
pengolahan atau proses lanjutan baik dalam
rangkaian langsung / tidak langsung
• Yg dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
& / persaingan usaha tidak sehat (Rule of Reason)
2013/MT/HPU 37
19
7/6/2013
Perjanjian Tertutup
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. (Pasal 15
ayat (1) UU No.5/1999)
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku
usaha pemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999)
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan
harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan
bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku
usaha pemasok :
a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok;
atau
b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku
usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
(Pasal 15 ayat (3) UU No.5/1999)
2013/MT/HPU 39
2013/MT/HPU 40
20
7/6/2013
2013/MT/HPU 41
PERJANJIAN DG PIHAK LN
• Perjanjian antara pelaku usaha di DN dengan
pelaku usaha di LN
• Yg memuat ketentuan yg dapat
mengakibatkan :
– Terjadinya praktek monopoli
– Persaingan usaha tidak sehat
– Rule of Reason
2013/MT/HPU 42
21
7/6/2013
2013/MT/HPU 43
MONOPOLI
• Upaya monopoli terhadap barang yg belum ada substitusinya
• Yg mengakibatkan
– hambatan masuk pasar (barrier to entry)
– Penguasaan pasar > 50%
• Tindakan monopoli dapat dilakukan dg cara :
– Membatasi output
– Menaikkan harga
• Tindakan monopoli mengakibatkan social cost
• Pengukuran monopoli dg Lerner Index & HHI Index serta CR 4
• Dikenal pula monopoli alamiah yg didapat dg cara sah (innocent acquired)
co/ keahlian, paten dll.
• Atau dimiliki oleh negara dg alasan akan lebih efisien bila hanya ada 1
pelaku usaha (UUD)
2013/MT/HPU 44
22
7/6/2013
2013/MT/HPU 45
2013/MT/HPU 46
23
7/6/2013
MONOPSONI
• Ada pelaku usaha yg menguasai pasokan >
50% atau menjadi pembeli tunggal atas
produksi & atau pemasaran barang/ jasa
• Dalam pasar yg bersangkutan yg dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli &
/ persaingan usaha tidak sehat (Rule of
Reason)
• Kasus fenomenal adalah BPPC
2013/MT/HPU 47
MONOPSONI
• Dalam praktek monopsoni yang menjadi korban
adalah pelaku usaha produsen/penjual
• Produsen/penjual tidak memiliki pilihan lain
dalam menjual produk yang diproduksinya atau
dipasarkannya
• Pembeli memiliki kekuasaan untuk menentukan
berapa harga yg dikehendaki serta persyaratan-
persyaratan lainnya yg biasanya memberatkan
pihak produsen/penjual
• Contoh fenomenal : BPPC, pembelian pasir laut
o/ Singapura
2013/MT/HPU 48
24
7/6/2013
2013/MT/HPU 49
PERSEKONGKOLAN
• Antara pelaku usaha dg pihak lain
• Yang bersekongkol / berkolaborasi untuk
– mengatur / menentukan pemenang tender (BID RIGGING)
– Mendapatkan informasi kegiatan pesaing yg termasuk
kategori rahasia co/ paten
– Menghambat produksi, pemasaran barang/jasa pesaing dg
maksud mengurangi jumlah, kuantitas, ketepatan waktu
(INDIRECT BOYCOTT)
– Yg dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli & /
persaingan usaha tidak sehat (Rule of Reason)
2013/MT/HPU 50
25
7/6/2013
PERSEKONGKOLAN TENDER
• Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain
untuk mengatur dan atau menentukan pemenang
tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat (Pasal 22 UU No.5/1999)
• Tender adalah tawaran mengajukan harga untuk
memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan
barang-barang, atau untuk menyediakan jasa
(Penjelasan Pasal 22 UU No.5/1999)
• Tujuan Tender
1. Memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku
usaha,
2. Mendapatkan barang dan atau jasa dengan harga
termurah dan kualitas terbaik
2013/MT/HPU 51
2013/MT/HPU 52
26
7/6/2013
2013/MT/HPU 53
PENGECUALIAN
• Dikecualikan dari UU ini adalah :
1. Perbuatan & atau perjanjian yg bertujuan
melaksanakan peraturan per UU an yg berlaku
2. Perjanjian yg berkaitan dg HKI (lisensi, paten,
merek dagang, hak cipta, desain produk industri,
rangkaian elektronik terpadu, rahasia dagang,
franchise)
3. Perjanjian penetapan standar tehnis produk barang
& / jasa yg tdk mengekang & / menghalangi
persaingan
4. Perjanjian internasional yg tlh diratifikasi
2013/MT/HPU 54
27
7/6/2013
PENGECUALIAN
5. Perjanjian dlm rangka keagenan yg isinya tidak memuat
ketentuan untuk memasok kembali barang & / jasa dg harga
yg lebih rendah drpd harga yg tlh diperjanjikan
6. Perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau
perbaikan standar hidup masyarakat luas
7. Perjanjian & / perbuatan yg bertujuan untuk ekspor yg tidak
mengganggu kebutuhan & / pasokan pasar DN
8. Pelaku usaha yg tergolong dalam usaha kecil
9. Kegiatan usaha koperasi yg secara khusus bertujuan untuk
melayani anggotannya
• Pasal 51 = monopoli oleh negara
2013/MT/HPU 55
2013/MT/HPU 56
28
7/6/2013
2013/MT/HPU 57
KPPU
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
1. KOMISIONER (ANGGOTA KOMISI)
• 1 ketua & 1 wakil ketua merangkap anggota & minimal 7 anggota
• Diangkat & diberhentikan Presiden atas persetujuan DPR berdasar
usul Pemerintah
• Masa jabatan 5 thn & dpt diangkat kembali 1 x
• Kualifikasi
• Independensi
2. SEKRETARIAT
• Dipimpin seorg Direktur Eksekutif yg dibantu o/ bbrp direktur &
kepala bagian
• Staf sekretariat diangkat Komisioner
• Mrpkn lembaga non struktural
3. KELOMPOK KERJA
• Terdiri dr para ahli
• Mrpkn kelompok ad hoc yg bekerja berdasarkan kasus & kontrak
2013/MT/HPU 58
29
7/6/2013
FUNGSI KPPU
• Melakukan penilaian thd perjanjian, kegiatan
usaha & penyalahgunaan posisi dominan;
pengambilan tindakan sbg pelaksanaan
kewenangan; pelaksanaan administratif
Jadi fungsi KPPU :
• Quasi eksekutif, untuk melaksanakan UU
• Quasi yudikatif, untuk penegakan UU
• Quasi legislatif, dalam pembuatan pedoman
• Pertimbangan & saran
2013/MT/HPU 59
DUGAAN
LAPORAN
2013/MT/HPU 60
30
7/6/2013
DUGAAN PELANGGARAN
• MONITORING DUGAAN PELANGGARAN
– Sasaran : pelaku usaha
– Sebab : laporan tertulis yg tidak lengkap ; informasi masyarakat
– Kegiatan : pengumpulan data & klarifikasi pd pelaku usaha
• KAJIAN DUGAAN PELANGGARAN
– Sasaran : sektor / pasar
– Sebab : informasi masyarakat
– Kegiatan : pengumpulan data, klarifikasi pada pelaku usaha, hearing
• LAPORAN DUGAAN PELANGGARAN
– Tertulis disampaikan pd KPPU oleh anggota masyarakat
(individu/badan hukum)
– Uraian perjanjian & a/ kegiatan usaha yg diduga melanggar UU no
5/1999
2013/MT/HPU 61
MONITORING KAJIAN
INISIATIF
Penelitian Pelaksanaan
Dokumen putusan
LAPORAN
2013/MT/HPU 62
31
7/6/2013
PENELITIAN LAPORAN
• Oleh Direktur eksekutif
• Laporan lengkap :
– Identitas pelapor; surat & dokumen ; informasi pendukung
• Kejelasan atas :
– Siapa (pelaku usaha)
– Melakukan atau membuat apa dlm berusaha
– Melanggar pasal berapa
• Rekomendasi :
– Diteruskan ke Pemeriksaan pendahuluan atau
– Monitoring
• Waktu 10 hari kerja
2013/MT/HPU 63
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
• Oleh Komisioner
• Kegiatan :
– Memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan & kompetensi
jurisdiksi
– Meminta keterangan pelapor, terlapor, saksi & para pihak
lain
• Penetapan :
– Mengakhiri pemeriksaan
– Meneruskan ke pemeriksaan lanjutan
• Pertimbangan :
– Ada / tidak indikasi pelanggaran
– Belum bisa disimpulkan krn banyak pihak masih perlu
didengar keterangannya
– Sikap terlapor : mengaku atau menolak
2013/MT/HPU 64
32
7/6/2013
PEMERIKSAAN LANJUTAN
• Oleh Majelis Komisi
• Kegiatan :
– Melakukan penyelidikan u/ mendpt bukti yg cukup
– Memeriksa pihak yg blm diperiksa di pemeriksaan
pendahuluan
• Penyelidikan dilakukan dg atau tanpa sepengetahuan
pelaku usaha
• Pemeriksaan dilakukan dlm sidang tertutup
• Para pihak tidak disumpah
• Waktu : 60 + 30 hari kerja
2013/MT/HPU 65
PEMERIKSAAN LANJUTAN
• Para pihak yg terlibat dlm pemeriksaan
– Seluruh anggota majelis komisi
– Penyelidik
– Panitera
– Pelaku usaha (terlapor & saksi), didampingi
konsultan hukum
– Pemerintah (Dirjen / Direktur Departemen Teknis)
• Klarifikasi ke berbagai pihak termasuk pelapor
2013/MT/HPU 66
33
7/6/2013
PEMBUATAN PUTUSAN
• Oleh Majelis Komisi atas nama KPPU
• Dibantu oleh penyelidik; panitera & bbrp sekretaris
• Kegiatan :
– Menganalisa temuan
– Merumuskan draft putusan
– Presentasi di depan komisi
– Menyusun putusan
• Semua pertemuan pembahasan putusan dilakukan
secara tertutup
• Waktu 30 hari kerja
2013/MT/HPU 67
PEMBACAAN PUTUSAN
• Dibacakan oleh Majelis Komisi atas nama
Komisi
• Dalam sebuah sidang terbuka untuk umum
• Semua pihak & mass media diberitahu
• Summary putusan disediakan untuk umum
• Setiap orang dapat memperoleh Putusan
lengkap majelis, melalui kantor KPPU /
internet
2013/MT/HPU 68
34
7/6/2013
2013/MT/HPU 69
2013/MT/HPU 70
35
7/6/2013
PELAKSANAAN PUTUSAN
• SUKARELA
– Menerima putusan & melaksanakan putusan dlm waktu 30
hari
• PAKSA
– Apabila pelaku usaha tidak banding tetapi juga tidak
melaksanakan Putusan
– Upaya :
• Penetapan eksekusi oleh PN
• Penyampaian putusan kepada penyidik
– 2 upaya paksa tsb adalah opsi dr KPPU
– Pertimbangan upaya paksa :
• Catatan sejarah pelaku usaha
• Itikad baik pelaku usaha
2013/MT/HPU 71
2013/MT/HPU 72
36
7/6/2013
SANKSI
• Administrasi
– Penetapan pembatalan perjanjian termasuk
penggabungan, peleburan & pengambilalihan
– Perintah penghentian kegiatan
– Pengenaan ganti rugi
– Pengenaan denda (antara 1 – 25 M)
• Pelimpahan putusan ke penyidik untuk
diproses secara pidana
2013/MT/HPU 73
2013/MT/HPU 74
37
7/6/2013
UPAYA KEBERATAN
• Perma no 01/2003 tidak memberi kesempatan
kepada pengadilan untuk melakukan pemeriksaan
kembali kepada pelaku usaha, saksi & atau pihak lain
• Psl 5 (2) & psl 6 Perma 01/2003 :
– Pemeriksaan keberatan hanya atas dasar putusan & berkas
perkara (termasuk berita acara dari pihak2 yg telah
diperiksa)
– Apbl dipandang perlu ada pemeriksaan tambahan maka
melalui keputusan sela perkara dikembalikan kembali kpd
KPPU
• PN = tingkat banding, tidak memeriksa ulang pokok
perkara, hanya memeriksa penetapan hukumnya
2013/MT/HPU 75
UPAYA KEBERATAN
• Upaya ini adalah upaya pengajuan keberatan sebagai
upaya hukum
• Yang berhak mengajukan adalah pelaku usaha yang
dilaporkan
• Pihak yang melaporkan dan yang dirugikan tidak
berhak mengajukan keberatan
• UPAYA KASASI
• Pihak yg tidak setuju dengan keputusan PN atas
upaya banding (keberatan atas putusan KPPU) dapat
melakukan kasasi ke MA
2013/MT/HPU 76
38
7/6/2013
EKSEKUSI PUTUSAN
Tiga faktor keputusan KPPU mempunyai
kekuatan hukum tetap :
1. Apbl pelaku usaha tidak mengajukan keberatan thd
keputusan KPPU dalam tenggang waktu yg
ditentukan UU
2. Apbl PN menolak alasan2 keberatan yg diajukan
oleh pelaku usaha & tidak ada permohonan kasasi
dalam tenggang waktu yg ditentukan UU
3. Apbl MA dalam tingkat kasasi menolak alasan-
alasan keberatan yg diajukan pelaku usaha
2013/MT/HPU 77
2013/MT/HPU 78
39
7/6/2013
2013/MT/HPU 79
40