Anda di halaman 1dari 4

4.3 a.

Identifikasi perhatian utama dalam analisis piutang

Kekhwatiran utama pada analisis piutang ialah munculnya resiko piutang yang tak
tertagih Akibat dari suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan
mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).

b. Jelaskan informasi yang harus dikumpulkan untuk menilai resiko tidak tertagihnya

piutang

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu:

 Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)Resiko ini terjadi jika jumlah
piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisadisebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam
memilihlangganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan
yang tidak potensial dalammembayar tagihan, juga dapat terjadi adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidakmenentu sehingga piutang
tidak dapat dikembalikan.
 Resiko tidak dibayarnya sebagian piutangHal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlahpiutang yang
diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
 Resiko keterlambatan pelunasan piutangHal ini akan menimbulkan adanya
tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan danaini akan
menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
 Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang. Resiko ini terjadi karena adanya
tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akanmengakibatkan jumlah
modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini
bisamengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

4.6 a. Jelaskan pentingnya tingkat aktivitas pada beban pokok produksi perunit oleh produsen

Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan, baik
yang bersifat strategis maupun taktis, diantaranya adalah sebagai berikut.

 Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah


akan dapat menentukan harga yang sekiranya tidak akan menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
 Dasar pembuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya produksi
sebuah produk maka mereka dapat membandingkannya dengan harga jual
produk pesaing. Berdasarkan hal tersebut, manajer akan dapat menentukan
apakah sebaliknya produk dihentikan produksinya atau dapat terus dilanjutkan.

b. Alokasi biaya overhead memerlukan asumsi tertentu, jelaskan alokasi biaya

keterkaitannya dengan tingkat aktivitas dan contoh


4.14 Identifikasi alat analisis yang berguna untuk mengevaluasi beban penyusutan. Jelaskan mengapa

alat tersebut berguna

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya. Penyusutan tidak dipakai untuk menyatakan perubahan fisik atau
penurunan nilai pasar. Istilah penyusutan/depresiasi digunakan untuk aset tetap seperti:
gedung, mesin, peralatan. Faktor yang mempengaruhi penyusutan dan yang perlu diperhatikan
untuk menilai biaya penyusutan adalah Harga Pokok, Nilai Sisa dan Taksiran Umur
Ekonomis.

 Harga Pokok Aktiva


Adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan aktiva sampai aktiva
tersebut siap dipakai. Ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya
penyusutan aset. Biaya inilah yang menjadi dasar penghitungan seberapa besar
depresiasi yang harus dialokasikan per periode akuntansi.
 Nilai Sisa
Adalah suatu penaksiran nilai yang diharapkan dapat diwajibkan pada saat aktiva
tersebut sudah tidak bisa digunakan kembali. Untuk menentukan jumlah biaya aset yang
akan disusutkan, nilai residu harus dikurangi dengan biaya aset tetap.
 Taksiran Umur Ekonomis
Adalah periode waktu yang diharapkan selama aset tetap berguna bagi pemiliknya.
Pentingnya bagi suatu bisnis untuk memperkirakan umur ekonomis suatu aset, supaya
mereka dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi atau
mengalokasikan dana untuk peralatan yang baru.

4.20 a. Identifikasi prosedur akuntansi dasar yang mengatur penilaian asset tidak berwujud

Hal yang mengatur penilaian aset tak berwujud yang dibeli adalah biaya historis. Jika
perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk mengiklankan produk atau melatih
tenaga penjualan, yaitu menciptakan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal,
perusahaan biasanya tidak dapat mengapitalisasi biayanya, meskipun nanti
kemungkinan ada manfaat di masa depan. Aset tak berwujud yang dibeli akan dicatat
pada laporan posisi keuangan, perlakuan ini disebabkan oleh konservatisme, yaitu
kemungkinan dari meningkatnya ketidakpastian realisasi manfaat aset tak berwujud
seperti iklan dan pelatihan dibandingkan manfaat aset berwujud seperti bangunan dan
peralatan.

Aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan akan dicatat dalam rekening sesuai dengan
harga perolehannya. Jika aset tak berwujud ini diperoleh dari pembelian, maka harga
perolehannya sebesar uang yang dikeluarkan dalam pembelian aset tersebut. Jika
diperoleh dari pertukaran dengan aset lainnya maka harga perolehannya sebesar harga
pasar dari aset yang dipakai sebagai penukarnya. Dan jika perolehan aset tak berwujud
ini tanpa adanya pengeluaran, maka tidak diperbolehkan untuk dicantumkan dalam
laporan keuangan atau neraca.
Apabila aset tak berwujud memiliki umur yang terbatas maka harga perolehannya di
amortisasi sesuai dengan umurnya. Namun jika umurnya tidak terbatas maka harga
perolehannya tetap dicantumkan dalam neraca, tetapi terkadang harga perolehannya
dihapuskan dari neraca, bisa sekaligus ataupun bertahap seperti amortisasi, dan
penghapusan ini dikarenakan aset tersebut sudah tidak ada gunanya lagi.

b. Perbedaan akuntansi untuk goodwill

Perbedaan antara akuntansi untuk goodwill dan aset tak berwujud yang dikembangkan
secara internal dengan goodwill yang dibeli

 Aset tak berwujud yang dikembangkan secara internal.


 Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan aset tak berwujud secara internal
dibebankan pada periode terjadinya biaya. Misalnya biaya pengembangan,
pemeliharaan atau pengembalian niat baik dan sebagian besar biaya yang
terkait dibebankan pada pendapatan.
 Ada biaya tertentu terkait aset tak berwujud yang dapat dikapitalisasi, yaitu
seperti biaya hukum dan biaya lainnya terkait pembelaan aset tersebut, biaya
pendaftaran atau konsultasi atas aset, dan biaya langsung lainnya untuk
mendapatkan aset tak berwujud tersebut.
 Biaya pengeluaran untuk menghasilkan aset tidak dapat dibedakan dengan
biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan.
 Sulit menentukan biaya perolehan aset secara andal.
 Aset tak berwujud yang dibeli.
 Biaya perolehan terdiri dari harga beli, bea impor, pajak pembelian dan biaya
yang terkait dalam mendapatkan aset tersebut.
 Biaya yang dapat dikapitalisasi dapat berupa nilai wajar yang diberikan atau nilai
wajar dari properti yang diakuisisi.
 Biaya perolehan aset secara terpisah dapat diukur secara andal.

c. Diskusikan pentingnya membedakan antara asset tak berwujud yang dapat didentifikasi
dengan asset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi

d. Jelaskan prinsip yang mendasari amortisasi asset takberwujud

4.21 Jelaskan implikasi analisis pada goodwill terhadap prosedur akuntansi terkini

Goodwill adalah kelebihan harga beli di atas harga pasar dari entitas yang dibeli. Pencatatan
goodwill terjadi ketika perusahaan melakukan akuisisi.   Goodwill dapat berasal dari sesuatu
yang dianggap memberi kemampuan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan atau
kualitas yang ada dalam aktivitas perusahaan tersebut, seperti organisasi, efektivitas, dan
efisiensi. Goodwill menunjukkan kemampuan laba, artinya terjadinya perubahan goodwill
menjadi kelebihan laba di masa depan, misalnya seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an
produk atau perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya. Menurut FASB
Stament no.142, goodwill tidak lagi diamotisasikan untuk tujuan pelaporan keuangan . Secara
umum, Perusahaan harus mengamortisasi aktiva tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas
selama umur manfaat tersebut.Oleh karena goodwill memiliki umur manfaat tidak terbatas
serta tidak bisa diestimasi, maka goodwill tidak diamortisasi. Hal ini memang masuk akal, sebab
jika goodwill diamortisasi, maka kemungkinan akan memberikan dampak kerugian bagi
perusahaan dimasa mendatang sebab terjadi penggelembungan “beban”. Namun, perlu
diadakan evaluasi ketika ada penurunan atau kenaikan goodwill tiap tahunnya dan manghapus
nilai goodwill sebesar penurunannya. Konsep amortisasi atas goodwill saat ini di Indonesia
sudah tidak digunakan lagi dalam PSAK No. 22 (revisi 2010) tentang kombinasi bisnis dan PSAK
No. 19 (revisi 2010) tentang asset tidak berwujud. Pendekatan akuntansi goodwill saat ini di
Indonesia telah disesuaikan denga aturan IFRS. Pengujian penurunan nilai (Impairment test)
terhadap saldo goodwill yang belum di amortisasi setiap tanggal neraca harus dilakukan. Jika
terjadi impairment maka harus diakui sebagai beban pada periode yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai