Kekhwatiran utama pada analisis piutang ialah munculnya resiko piutang yang tak
tertagih Akibat dari suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan
mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).
b. Jelaskan informasi yang harus dikumpulkan untuk menilai resiko tidak tertagihnya
piutang
Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)Resiko ini terjadi jika jumlah
piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisadisebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam
memilihlangganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan
yang tidak potensial dalammembayar tagihan, juga dapat terjadi adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidakmenentu sehingga piutang
tidak dapat dikembalikan.
Resiko tidak dibayarnya sebagian piutangHal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlahpiutang yang
diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
Resiko keterlambatan pelunasan piutangHal ini akan menimbulkan adanya
tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan danaini akan
menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang. Resiko ini terjadi karena adanya
tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akanmengakibatkan jumlah
modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini
bisamengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
4.6 a. Jelaskan pentingnya tingkat aktivitas pada beban pokok produksi perunit oleh produsen
Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan, baik
yang bersifat strategis maupun taktis, diantaranya adalah sebagai berikut.
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya. Penyusutan tidak dipakai untuk menyatakan perubahan fisik atau
penurunan nilai pasar. Istilah penyusutan/depresiasi digunakan untuk aset tetap seperti:
gedung, mesin, peralatan. Faktor yang mempengaruhi penyusutan dan yang perlu diperhatikan
untuk menilai biaya penyusutan adalah Harga Pokok, Nilai Sisa dan Taksiran Umur
Ekonomis.
4.20 a. Identifikasi prosedur akuntansi dasar yang mengatur penilaian asset tidak berwujud
Hal yang mengatur penilaian aset tak berwujud yang dibeli adalah biaya historis. Jika
perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk mengiklankan produk atau melatih
tenaga penjualan, yaitu menciptakan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal,
perusahaan biasanya tidak dapat mengapitalisasi biayanya, meskipun nanti
kemungkinan ada manfaat di masa depan. Aset tak berwujud yang dibeli akan dicatat
pada laporan posisi keuangan, perlakuan ini disebabkan oleh konservatisme, yaitu
kemungkinan dari meningkatnya ketidakpastian realisasi manfaat aset tak berwujud
seperti iklan dan pelatihan dibandingkan manfaat aset berwujud seperti bangunan dan
peralatan.
Aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan akan dicatat dalam rekening sesuai dengan
harga perolehannya. Jika aset tak berwujud ini diperoleh dari pembelian, maka harga
perolehannya sebesar uang yang dikeluarkan dalam pembelian aset tersebut. Jika
diperoleh dari pertukaran dengan aset lainnya maka harga perolehannya sebesar harga
pasar dari aset yang dipakai sebagai penukarnya. Dan jika perolehan aset tak berwujud
ini tanpa adanya pengeluaran, maka tidak diperbolehkan untuk dicantumkan dalam
laporan keuangan atau neraca.
Apabila aset tak berwujud memiliki umur yang terbatas maka harga perolehannya di
amortisasi sesuai dengan umurnya. Namun jika umurnya tidak terbatas maka harga
perolehannya tetap dicantumkan dalam neraca, tetapi terkadang harga perolehannya
dihapuskan dari neraca, bisa sekaligus ataupun bertahap seperti amortisasi, dan
penghapusan ini dikarenakan aset tersebut sudah tidak ada gunanya lagi.
Perbedaan antara akuntansi untuk goodwill dan aset tak berwujud yang dikembangkan
secara internal dengan goodwill yang dibeli
c. Diskusikan pentingnya membedakan antara asset tak berwujud yang dapat didentifikasi
dengan asset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi
4.21 Jelaskan implikasi analisis pada goodwill terhadap prosedur akuntansi terkini
Goodwill adalah kelebihan harga beli di atas harga pasar dari entitas yang dibeli. Pencatatan
goodwill terjadi ketika perusahaan melakukan akuisisi. Goodwill dapat berasal dari sesuatu
yang dianggap memberi kemampuan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan atau
kualitas yang ada dalam aktivitas perusahaan tersebut, seperti organisasi, efektivitas, dan
efisiensi. Goodwill menunjukkan kemampuan laba, artinya terjadinya perubahan goodwill
menjadi kelebihan laba di masa depan, misalnya seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an
produk atau perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya. Menurut FASB
Stament no.142, goodwill tidak lagi diamotisasikan untuk tujuan pelaporan keuangan . Secara
umum, Perusahaan harus mengamortisasi aktiva tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas
selama umur manfaat tersebut.Oleh karena goodwill memiliki umur manfaat tidak terbatas
serta tidak bisa diestimasi, maka goodwill tidak diamortisasi. Hal ini memang masuk akal, sebab
jika goodwill diamortisasi, maka kemungkinan akan memberikan dampak kerugian bagi
perusahaan dimasa mendatang sebab terjadi penggelembungan “beban”. Namun, perlu
diadakan evaluasi ketika ada penurunan atau kenaikan goodwill tiap tahunnya dan manghapus
nilai goodwill sebesar penurunannya. Konsep amortisasi atas goodwill saat ini di Indonesia
sudah tidak digunakan lagi dalam PSAK No. 22 (revisi 2010) tentang kombinasi bisnis dan PSAK
No. 19 (revisi 2010) tentang asset tidak berwujud. Pendekatan akuntansi goodwill saat ini di
Indonesia telah disesuaikan denga aturan IFRS. Pengujian penurunan nilai (Impairment test)
terhadap saldo goodwill yang belum di amortisasi setiap tanggal neraca harus dilakukan. Jika
terjadi impairment maka harus diakui sebagai beban pada periode yang bersangkutan.