LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PENYAKIT SISTEM EKSKRESI
(HEPATITIS )
disusun oleh;
Sultan Al Adami Pradana
Neng Wiwin Mulyati
Sukmara Aji Falah
Desry
PENGERTIAN ....................................................................................................................... 3
KLASIFIKASI ....................................................................................................................... 3
ETIOLOGI ............................................................................................................................. 4
PENYEBAB HEPATITIS ...................................................................................................... 5
FAKTOR RISIKO HEPATITIS ............................................................................................. 6
GEJALA HEPATITIS ............................................................................................................ 6
PATOFISIOLOGI .................................................................................................................. 6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .......................................................................................... 7
PENATALAKSANAAN MEDIS .......................................................................................... 8
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ........................................................................................ 8
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ........................................................................................ 9
Tabel 1.1 Tabel intervensi keperawatan individu dengan hepatitis.................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12
PENGERTIAN
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini ditandai
dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan atau
kerusakan membran hati. Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non
infeksi. Faktor penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. Selain karena virus
Hepatitis A, B, C, D, E dan G masih banyak virus lain yang berpotensi menyebabkan
hepatitis misalnya adenoviruses , CMV , Herpes simplex , HIV , rubella ,varicella dan lain-
lain. Sedangkan bakteri yang menyebabkan hepatitis antara lain misalnya bakteri
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi , tuberkulosis , leptosvera. Faktor noninfeksi
misalnya karena obat. Obet tertentu dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan
hepatitis (Ii & Teori, 2008)
KLASIFIKASI
Virus hepatitis A
Virus hepatitis A adalah picornavirus dengan genom berupa RNA positif utas
tunggal yang berbentuk linear. Virus ini tidak memiliki selubung. Transmisi penyebaran
virus ini adalah melalui jalur feses dan oral, sedangkan tempat replikasinya adalah pada sel-
sel hati. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan telah tersedia
vaksinasi untuk virus ini.
Virus hepatitis B
Virus Hepatitis C
Virus Hepatitis C adalah anggota dari keluarga Flaviviridae yang memiliki genom
berupa RNA utas tunggal yang berbentuk linear. Virus ini memiliki selubung. Infeksi dari
virus ini dapat menyebabkan infeksi kronis dan serosis hati.
ETIOLOGI
Virus hepatitis A
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini disebut viral
protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom sitoplasma sel hati. Virus
hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi dalam tubuh dapat terjadi dalam sel
epitel usus dan epitel hati. Virus hepatitis A yang ditemukan di tinja berasal dari empedu
yang dieksresikan dari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel saluran empedu dan dari
sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat dan
tahan terhadap panas pada suhu 60ºC selama ± 1 jam. Stabil pada suhu udara dan pH yang
rendah. Tahan terhadap pH asam dan asam empedu memungkinkan VHA
melalui lambung dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu (Siswanto, 2020)
Virus Hepatitis B
Protein yang dibuat oleh virus ini bersifat antigenik serta memberi gambaran
tentang keadaan penyakit (pertanda serologi khas) adalah : (1) Surface antigen atau HBsAg
yang berasal dari selubung, yang positif kira-kira 2 minggu
sebelum terjadinya gejala klinis. (2) Core antigen atau HBcAg yang merupakan
nukleokapsid virus hepatitis B. (3) E antigen atau HBeAg yang berhubungan erat dengan
jumlah partikel virus yang merupakan antigen spesifik untuk hepatitis B (Siswanto, 2020)
Virus Hepatitis C
HCV adalah virus hepatitis yang mengandung RNA rantai tunggal berselubung
glikoprotein dengan partikel sferis, inti nukleokapsid 33 nm, yang dapat diproduksi secara
langsung untuk memproduksi protein-protein virus (hal ini dikarenakan HCV merupakan
virus dengan RNA rantai positif). Hanya ada satu serotipe yang dapat diidentifikasi,
terdapat banyak genotipe dengan distribusi yang bervariasi di seluruh dunia, misalnya
genotipe 6 banyak ditemukan di Asia Tenggara.
Genom HCV terdiri atas 9400 nukleotida, mengkode protein besar sekitar residu
3000 asam amino. Sepertiga bagian dari poliprotein terdiiri atas protein struktural. Protein
selubung dapat menimbulkan antibodi netralisasi dan sisa dua pertiga dari poliprotein
terdiri atas protein nonstruktural (dinamakan NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5 B) yang
terlibat dalam replikasi HCV. Replikasi HCV sangat melimpah dan diperkirakan seorang
penderita dapat menghasilkan 10 trilion virion perhari.(Siswanto, 2020)
PENYEBAB HEPATITIS
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Namun, penyebab
yang paling sering adalah infeksi virus. Berikut adalah beberapa jenis hepatitis yang
disebabkan oleh infeksi virus:
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
atau menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita
hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
Hepatitis D
Hepatitis E
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi
berikut:
Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat menyebabkan
peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara
keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.
GEJALA HEPATITIS
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala apa pun,
sampai akhirnya penyakit ini menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi hati. Pada
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, gejala hepatitis akan muncul setelah penderita
melewati masa inkubasi. Masa inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu sekitar
2 minggu sampai 6 bulan.
Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis:
1. Mual
2. Muntah
3. Demam
4. Kelelahan
5. Feses berwarna pucat
6. Urine berwarna gelap
7. Nyeri perut
8. Nyeri sendi
9. Kehilangan nafsu makan
10. Penurunan berat badan
11. Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning
PATOFISIOLOGI
Masa inkubasi Hepatitis A berkisar dari 1 sampai rata 30 hari. Perjalanan penyakt
dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8 minggu. Umumnya untuk hepatitis A berlangsung
lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia di atas 40 tahun. Virus hepatitis A
hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum; pada saat timbul ikterus kemungkinan
pasien tidak infeksius lagi. Perjalanan penyakit dan faktor resiko. Berbeda dengan hepatitis
A yang terutama ditularkan lewat jalur fekal-oral, hepatitis B terutama ditularkan melalui
darah ( jalur perkutan dan permukosa ). Virus tersebut pernah ditemukan pada darah, saliva,
semen serta sekret vagina dan dapat ditularkan melalui membran mukosa serta luka pada
kulit.
Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang rata-rata 70-80 hari. Virus
hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap pada serum selama periode yang
relatif lama sehingga memungkinan penularan tersebut. Dengan demikian, individu yang
beresiko untuk terkena hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium klinik,
dokter gigi, perawat, dan terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisis
onkologi dan laki-laki biseksual dan homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan
para pemakai obat-obat IV juga beresiko tinggi. Skrining HbsAg pada donor darah sangat
menurunkan insidens pasca transfuse
Masa inkubasi Hepatitis C bervariasi dan dan dapat berkisar dari 15 hingga 160
hari. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B; gejala hepatitis C
biasanya ringan. Meskipun demikian, status karier yang kronis sering terjadi dan terdapat
peningkatan resiko untuk menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C,
termasuk sirosis dan kanker hati. Terapi interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang
lama terbukti efektif dalam sejumlah uji cobaa pendahuluan pada beberapa penderita
hepatitis C. walaupun begitu, respon tersebut hanya bersifat sementara. Kombinasi preparat
interferon dengan rabavirin suatu analaog nukelosida, kini telah diuji untuk menentukan
apakah ada manfaat yang lebih lama ( Fried & Hoofnagle, 1995). Pemeriksaan skrining
hepatitis C pada darah yang akan digunakan untuk transfusi telah mengurangi jumlah kasus
hepatitis yang berkaitan dengan transfusi. Masa inkubasi hepatitis D rata-rata 35 hari dan
masa inkubasi hepatitis E rata-rata 42 hari.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubin serum total
- Bilirubin urine
- Urobilirubin urine
- Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
- Protein total serum
- Albumin serum
- Globulin serum
- HbsAg
c. Waktu protombin
- Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- Rontgen abdomen
- Kolestogram dan kalangiogram
- Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- Laparoskopi
- Biospi hati
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan
pencegahan
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang
akan enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan
risiko kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian,
bila terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali
nilai batas atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai
adanya hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator,
dan antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene
glikol (PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada
HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok (Brunner & Suddarth, 2015).
2. Dasar data pengkajian pasien
Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati.
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2) Sirkulasi
Tanda : Bradikardia
Gejala : Ikterus pada sklera, kulit dan membran mukosa.
3) Elimnasi
Gejala : Urine gelap, diare/ konstipasi, feses berwarna hitam, adanya/
berulangnya hemodialisis.
4) Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau
meningkat odem, mual/ muntah.
Tanda : asites
5) Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
6) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan atas,
mialgia, atralgia, dan sakit kepala.
Tanda : otot tegang, gelisah.
7) Pernafasan
Gejala : tidak minat/ enggan merokok.
8) Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/ produk darah.
Tanda : Demam, urtikaria, lesi makutopapular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring.
9) Seksualitas
Gejala : Pola hidup/ perilaku meningkat resiko terpajan (contoh : homo
seksual aktif/ biseksual pada wanita).
10) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau
toksin. Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah dengan anastesi
halotan: terpajan pada kimia toksik (contoh : karbon tetraklorida, vinil
klorida): obat resep (contoh : surfanomit, fenotizid).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Anamnesa
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu
makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan
sakit kepala pada HVB, serta hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
2) Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, demam, malaise, mual, muntah (anoreksia), feses
berwarna tanah liat dan urine pekat.
b. Riwayat penyakit lalu
Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah
menderita masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang meliputi
penyakit gagal hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien
pernah mengindap infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang pernah
digunakan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis,
dan penyakit biliaris.
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1) Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2) Sirkulasi
a. Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5) Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
a. Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan
1. Hipertermia b.d invansi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perasaan tidak nyaman
di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolic karena anoreksia, mual,
muntah.
3. Nyeri akut b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Resiko gangguan fungsi hati b.d penurunan fungsi hati dan terinfeksi virus hepatitis.
6. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, kurang penerimaan terhadap diagnostic dan asupan diet yang
tepat (Nuratif, 2015).
INTERVENSI KEPERAWATAN
http://daek-chin.blogspot.com/2014/12/laporan-pendahuluan-pada-pasien.html?m=1
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.