Anda di halaman 1dari 25

Your Mistake!

By: devilojoshi

Kesalahan seorang dayang kerajaan yang


terlalu berharap bisa menjadi selir dan
mengalahkan ratu. Tanpa tau jika raja dan ratu
memang ditakdirkan bersama, tanpa penghalang.
Dan, membuat hanya menjadi seorang wanita
kesepian kerajaan.

Rated: Fiction T - Indonesian - Romance -


[Naruto U., Sasuke U.] Sakura H. - Words: 4,303 -
Reviews: 43 - Favs: 15 - Follows: 6 - Published:
8/16/2013 - Status: Complete - id: 9603333

Perkenalan Tokoh

Sasuke: Raja yang sangat mencintai permaisurinya.


Rela melakukan apapun untuk permaisurinya. Raja
dengan umur 30 Tahun.

Naruto: Permaisuri dengan jenis kelamin laki-laki,


dan bisa mempunyai anak. Laki-laki baik hati, dan
berwajah manis—bahkan lebih manis dibanding malaikat
yang jatuh dari kayangan. Menikah diumur yang masih
muda hingga sekarang berumur 23 tahun.
Menma: Anak dari Sasuke dan Naruto, putra
mahkota. Sangat tidak suka pada Sakura dan selalu
mengerjai Sakura. Lahir disaat Naruto masih sangat muda,
jadi sekarang dia berumur 6 tahun.

Sakura: Dayang kerajaan yang bermimpi ingin


menjadi wanita milik raja dan tidur dengan raja tanpa tau
jika itu hanya akan membuatnya menjadi sengsara. Hanya
berbeda satu tau lebih tua dari Naruto, 24 tahun.

Disebuah kerajaan dengan pemerintahan yang


makmur, rakyat yang begitu memuja rajanya yang
memang terkenal kehebatannya. Hasil panen yang selalu
melimpah di setiap musimnya. Musim ini, bunga sakura
dengan indahnya mekar di halaman utama kerajaan.
Seorang pemuda dengan rambut pirang berhiaskan
banyaknya perhiasan di rambutnya sedang beriringan
dengan seorang laki-laki yang cukup dewasa berambut
hitam kebiruan.

Pemuda dengan rambut pirang itu adalah permaisuri


dari kerajaan sejahtera itu. Bingung kenapa seorang
pemuda dapat menjadi permaisuri? Tidak usah bingung,
asalkan raja menginginkan, rakyat yang mendukung dan
yang paling penting pemuda itu dapat memberikan
pewaris kerajaan. Hal itu sama sekali bukan masalah.

Senyum indah begitu memukau orang yang


melihatnya. Anak dari bangsawan Namikaze ini bernama
Namikaze Naruto. Pemuda dengan rupa yang sangat
rupawan bagaikan seorang malaikat, baik hati seperti
para dewi khayangan dan tentu saja pintar. Menjadi
seorang permaisuri sebenarnya tidak pernah terpikir
olehnya. Dia hanya ingin menjadi seorang cendekiawan
yang hebat untuk kerajaan dan kemakmuran keluarganya.

Tapi ternyata sebuah garis kehidupan yang memang


sudah ditetapkan itu tertuju padanya. Benang merah
kasat mata membuatnya terikat pada seorang pemuda
yang ditemuinya di perpustakaan kerajaan. Naruto tidak
tau jika itu adalah putra mahkota kerajaan Uchiha. Dia
pikir pemuda itu adalah seorang cendekiawan seperti
dirinya. Dia mulai dekat dengan pemuda itu dengan
bertukar pikiran dan terus berdiskusi tentang
pemerintahan yang baik—bahkan tidak sering dia
bertengkar hanya untuk hal sepele. Hingga akhirnya
Sasuke—pemuda itu—menyatakan perasaannya sekaligus
membuka penyamarannya.

Naruto begitu kaget, tapi dia juga bahagia. Dia begitu


mencintai Sasuke yang ternyata juga mencintainya.
Hubungan mereka terus berlanjut hingga akhirnya Naruto
menerima pinangan Sasuke. Rakyat sama sekali tidak
keberatan, karena mereka tau bangsawan Namikaze
adalah bangsawan yang begitu baik pada rakyat, dan
mereka tau jika bangsawan Namikaze telah diberkahi oleh
dewa dengan membuat keturanan laki-lakinya dapat
mempunyai keturunan walaupun pasangannya sesama
laki-laki.
Rakyat begitu senang dengan pernikahan yang
diselenggarakan keluarga kerajaan. Begitu pun juga
keluarga kerajaan. Satu tahun berlalu dari masa jabatan
Sasuke dan Naruto—ada seorang bangsawan yang
melakukan pemberontakan, tapi berhasil digagalkan oleh
kerjasama raja dan ratu. Para menteri juga bersikokoh
untuk berada dibawah raja. Orang-orang yang ikut dalam
pemberontakan diasingkan disebuah pulau terkecil, dan
sebagian lain ada yang dihukum mati.

Satu tahun setelah pemberontakan, Naruto


dinyatakan hamil anak pertamanya. Kerajaan begitu
senang dengan kabar itu. Banyak orang yang selalu ke kuil
kerajaan untuk mendoakan kelahiran anak dari Uchiha—
Namikaze itu. Hingga tepat pada 9 bulan 10 hari, Naruto
melahirkan. Seorang bayi laki-laki lahir ke dunia. Sasuke
menamainya dengan Uchiha Menma.

Raja dan ratu begitu menyayangi anak mereka yang


tentu saja pada umur ke 5 tahunnya dinobatkan menjadi
putra mahkota. Sasuke bahkan dinyatakan tidak pernah
menyentuh selir-selir dari para bangsawan yang
memberikan putri mereka. Mereka hanya dijadikan selir
tanpa disentuh sama sekali. Sasuke hanya memberikan
fasilitas karena permintaan Naruto. Padahal Sasuke
berniat membuang wanita-wanita yang memujanya itu
untuk Naruto. Tapi karena Naruto memang selalu saja
tidak tega, jadi Sasuke harus mengikuti keinginan
ratunya.
Sekarang ini, Naruto dan Sasuke sedang beriringan
menuju pohon sakura yang dibilang bunganya sedang
mekar begitu indah. Menma berlari didepan mereka
dengan girang dan senyum cerahnya. Naruto tertawa
dengan lembut, lalu melihat Sasuke yang hanya
tersenyum samar.

Naruto tersenyum sambil mengambil tangan Sasuke


lembut, "Tersenyumlah lebih lebar lagi, rajaku." Ucap
Naruto dengan ceria.

"Senyumku hanya kau yang boleh melihatnya,


ratuku." Jawab Sasuke dengan lembut.

Naruto tersipu malu dengan apa yang dikatakan


Sasuke. Dia yakin ini pertama kalinya Sasuke memberikan
kata-kata yang begitu manis di hadapan banyak orang.
Biasanya Sasuke hanya akan memberikan kata-kata
manis itu apabila Sasuke sedang menginkan dirinya.

"Ayahanda, Ibunda!" panggil Menma sambil berlari ke


arah Naruto.

Naruto tersenyum lalu menyamakan tingginya


dengan Menma.

"Ada apa, putra mahkota?" tanya Naruto tersenyum.

"Ayo ikut, bunga sakuranya begitu indah disana."


Ucap Menma dengan ceria menyeret tangan Naruto untuk
mengikutinya.
Naruto hanya pasrah saja saat dirinya harus susah-
susah diseret dengan pakaian super ribet itu.

Sasuke hanya menggeleng dengan pelan melihat


kelakukan anak dan 'istri'nya itu. Menma memang
menuruni sikap Naruto. Bahkan kepintaran dalam
mengolah banyak kata Naruto pun menurun pada Menma.
Dan itu membuat Sasuke semakin menyayangi Menma.

Dengan gagah Sasuke mengikuti Naruto dan Menma.


Sesampainya, dia melihat Menma yang sedang tertawa
dengan girang dan Naruto yang tertawa dengan cerah.
Tawa yang membuat hatinya begitu hangat.

"Apa aku tidak diajak?" tanya Sasuke tanpa nada


formal seperti biasanya.

Naruto dan Menma berhenti tertawa, saling melihat


lalu tersenyum.

"Tentu saja, ayah." Jawab Menma.

Disaat seperti inilah mereka tidak akan pernah


menggunakan ucapan formal. Mereka bagaikan keluarga
bahagia tanpa adanya batasan ucapan antara raja, ratu
dan putra mahkota. Mereka benar-benar seperti sebuah
keluarga bahagia!

Para dayang tersenyum melihat kebahagian raja dan


ratu mereka. Walaupun mereka terkadang iri dengan
kehidupan Naruto tapi mereka sadar, Naruto pantas
mendapatkan kebahagiaan itu. Lagipula mereka begitu
menyayangi Naruto sebagai ratu mereka. Sedangkan pada
Sasuke, para dayang itu juga mengidolakannya. Mereka
yang memang wanita milik raja begitu setia pada Sasuke,
walaupun ada di hati mereka jika mereka juga ingin
menjadi salah satu selir Sasuke—kalau bisa.

Seorang dayang dengan rambut seperti permen karet


berwarna pink dengan mata emerald melihat semua itu
dengan rasa iri. Jelas, dia begitu mencintai rajanya. Tapi
rajanya sama sekali tidak pernah meliriknya sama sekali,
walaupun jelas dia sudah berdandan—yang menurutnya—
bisa mengalahkan Naruto. Menurutnya, Naruto itu sama
sekali tidak cocok menjadi ratu. Ratu itu haruslah wanita
tulen dengan sifat yang lembut sepertinya. Dengan segala
cara dia akan berusaha mendekati raja, walaupun harus
dengan melalui ratu yang dibencinya.

Disaat dia sedang berpikir dengan otak liciknya.


Sakura—nama dayang itu—tidak sadar bahwa putra
mahkota menghampirinya sambil membawa sesuatu di
tangannya.

"Ah, dayang ini mirip dengan Gamabunta!" ucap


Menma dengan ceria mendekatkan Gamabunta—kodok
hijau yang ditemukannya dibawah pohon sakura—itu pada
tubuh Sakura.

Tapi karena Sakura tidak juga menjerit dan hanya


bengong, Menma akhirnya dengan lincah menaiki pagar
yang cukup besar itu dan menaruh Gamabunta di pundak
Sakura.

"Wook..." Gamabunta mulai berbunyi.


Sakura tersentak kaget dan merasakan sesuatu di
pundaknya. Dengan perlahan Sakura melihat ke arah
pundah sebelah kanannya. Selintas dia melihat Menma
yang dijaga dayang lain agar tidak jatuh sedang duduk
disebelahnya—tersenyum aneh padanya.

"Wook..." Gambunta berbunyi lagi.

Sakura lagi-lagi tersentak dan melihat ke arah


pundaknya. Wajahnya berubah seperti apa yang dilakukan
matanya. Selang beberapa detik sebelum...

"Kyaaaaa!" Sakura berteriak sambil menangis


melihat kodok di pundaknya, tapi tidak bisa berbuat
apapun karena jelas dia tidak mau mengambil kodok itu
dengan tangannya.

Menma terlihat tertawa dengan terbahak-bahak,


sambil menunjuk Sakura yang masih menangis sejadi-
jadinya. Semua dayang yang kenal dengan Sakura juga
tau, jika salah satu dayang teman mereka itu begitu tidak
menyukai kodok. Yang sayangnya menurut Menma—
sepertinya keturunan dari Naruto—menyukai kodok.
Jadilah Menma selalu mengerjai Sakura. Sebenarnya
bukan tanpa alasan Menma melakukan hal itu, Menma—
dia memang tidak menyukai Sakura.

Menma mulai mengerjai Sakura karena tidak sengaja


beberapa bulan yang lalu saat dia bermain, dia mendengar
Sakura sedang membicarakan ibunya itu. Bergosip dengan
banyak dayang—yang sebenarnya juga tidak menyukai
sifat Sakura—kalau dia bisa menjadi salah satu selir dari
Sasuke.

Oh, saat itu rasanya ingin sekali membotaki habis


rambut norak yang membuat matanya sakit itu. Tapi
karena didikan Naruto yang—memang—sangat keras,
Menma lebih mengandalkan otaknya. Mencoba untuk
membuat Sakura jengah untuk terus berdekat-dekatan
dengan menjadi salah satu dayang yang selalu ada
disamping Sasuke. Sebenarnya sih, Sakura itu bukan
dayang yang diadakan untuk Sasuke. Sakura adalah
dayang khusus untuk melayani Naruto—seperti beberapa
dayang yang ada.

Karena Sasuke—dengan bujukan Menma—menolak


dengan keras rekomendasi untuk membuat dayang norak
itu menjadi dayangnya. Tapi, karena Naruto yang terlalu
baik dan tidak tau sifat asli Sakura. Jadilah, dia yang
mengambil Sakura untuk menjadi dayangnya.

Oh, sungguh baiknya pemuda dari ibu putra mahkota


ini.

"Menma," Tegur Naruto sambil membantu Sakura


untuk menjauhkan Gamabunta.

Menma masih terlihat tertawa dengan terpingkal-


pingkal. Sasuke hanya menatap Sakura datar, lalu
mendekati Menma. Mengusap lembut rambut hitam
Menma yang memang di turunkan darinya.
"Kau tidak boleh seperti itu, Menma." Tegur Naruto
yang sekarang sudah ada disamping Sasuke.

Sasuke berbalik melihat Naruto. "Biarkanlah, Menma


pasti hanya ingin bermain, Naruto." ucap Sasuke
menenangkan Naruto.

"Tap—"

"Ha—ah... kau terlalu memanjakannya, Sasuke."


Desah Naruto menyerah saat dia melihat tatapan mata
mengiba Menma—yang entah kenapa—mengingatkannya
pada dirinya masih kecil. Oh, sepertinya karena mata biru
Menma yang memang menurun darinya, makanya saat ini
Naruto seperti melihat cerminan dirinya dulu.

"Ha—ah..." Hela nafas Naruto lelah. Sedangkan


Sasuke hanya menepuk pundak Naruto lalu mengelusnya
dengan pelan. Naruto tersenyum ke arah Sasuke dan
Menma, lalu beralih pada dayangnya yang—selalu—
menjadi korban keisengan Menma. "Maafkan putra
mahkota ya, Sakura. Dia masih anak-anak untuk tidak
bersikap seperti itu." ucap Naruto.

Sakura sebenarnya sedang marah luar biasa dalam


hatinya. Tapi dengan kepintarannya berakting—hanya
dimata Naruto—Sakura tersenyum dengan ramah. "Tidak
apa, ratuku. Hamba juga mengerti." Ucap Sakura sopan.

'Huh, dasar muka dua.' Batin Menma dengan geram.


Dengan sengaja menggenggam tangan Sasuke dengan
keras.
Sasuke melihat kearah anaknya yang sepertinya
sangat membenci Sakura. "Tenanglah, kau bisa
melakukannya lagi nanti." Bisik Sasuke membuat Menma
dengan girangnya melompat ke arah gendongan Sasuke
dan terpekik girang. Membiarkan Sasuke membawanya
pergi dari tempat itu.

Ternyata ayah dan anak sama bencinya pada mahluk


pink didepan mereka.

Naruto hanya tersenyum lalu menyusul Sasuke


maupun Menma. Dayang-dayang yang lain pun langsung
mengikuti mereka—termasuk Sakura tentunya.

Di Taman Bagian Selatan Dekat Pavilium Ratu

Naruto sedang memberi makan ikan-ikan mas di


kolam istana. Naruto memang senang melakukan itu. Dia
bilang memberi makan ikan sangat menyenangkan. Selain
menghabiskan buku di perpustakaan kerajaan, tempat
yang paling disenangi Naruto di sini. Menurutnya selain
perpustakaan, dia bisa berdamai dihalaman ini. Halaman
yang memang sengaja di bangun karena permintaan
Naruto—dan juga hadiah dari Sasuke.

Ah—raja dan ratu yang romantis.

Naruto tersenyum melihat banyaknya ikan yang bisa


dia beri makan. Tersenyum terus hingga sebuah suara
membuatnya berbalik melihat sang empu suara. Dengan
alis yang diangkat lalu tersenyum. "Sakura-chan." Ucapnya
menanggapi panggilan itu. "Ada apa?" tanya Naruto sambil
menghampiri Sakura.

Sakura sengaja melakukan gerakan yang terlihat


gelisah, "Ha-hamba... bolehkah meminta sesuatu, ratuku?"
tanya Sakura sok manis.

Naruto tersenyum, "Tentu, kau salah satu dayang aku


sayangi, Sakura-chan."

Oh—Naruto, andai kau tau apa yang akan diminta


dayangmu itu adalah—

"Bo-boleh—ah, mak-maksud saya..."

"Bicaralah, kau tidak perlu sungkan."

"A-aku... ha-hamba ingin berhenti menjadi dayang,


ratuku. Ha-hamba i-ingin sekali menjadi salah satu wanita
milik raja yang sesungguhnya."

Permintaan yang sudah menghancurkan senyum


Naruto seketika itu.

Naruto yang pintar bisa menebak bahwa Sakura ingin


menjadi salah satu selir milik Sasuke. Tapi bukan itu yang
dipikirkannya. Naruto terlalu baik, dia malah berpikir
maukah Sasuke untuk menyentuh dayangnya ini? Dia
tidak yakin, apalagi mengingat Sasuke yang begitu anti
pada wanita—atau mungkin Sakura. Naruto tau betul
Sasuke dan anaknya—Menma memang tidak menyukai
dayangnya yang satu ini.
Dia takut dengan segala hatinya, kalau Sakura hanya
akan menjadi wanita kesepian. Tanpa pengawal, tanpa
orang-orang seperti sekarang yang ada di dekatnya, tanpa
fasilitas, tanpa kekuasaan yang—mungkin—seharusnya di
berikan pada selir tetapi bukan pada wanita kesepian di
kerajaan dan lagi... Naruto takut, Sakura akan menjadi
salah satu orang yang menjadi korban seperti kejadian
lima tahun belakangan—tepat sebelum Sakura menjadi
dayang.

Naruto menghela nafas dengan semua pemikirannya.


Dia sangat percaya pada Sasuke. Sasuke bukan tipe orang
yang akan mengkhianatinya, bahkan walaupun diberi obat
perangsang sekali pun. Naruto tau betul itu, karena itu
pernah terjadi pada wanita kesepian lima tahun itu.
Dayang yang disayanginya juga—Hinata. Entah apa yang
diberikan Hinata waktu itu, tapi pulang dari tempat Hinata,
Sasuke begitu menggebu-gebu semalaman 'bermain'
dengannya. Sampai akhirnya Naruto tahu, sesaat sebelum
Sasuke pergi dari tempat Hinata—walau Naruto yakin
sudah dicegah Hinata—dayangnya itu mencampurkan obat
pada minuman yang diminum Sasuke. Hingga satu bulan
setelahnya, Hinata hanya menjadi wanita kesepian dan
mati bunuh diri di dalam kerajaan.

Ah, Naruto sungguh tidak mau hal itu juga terjadi


pada Sakura.

Dengan senyum lirih Naruto memandang Sakura.


"Apa kau yakin?" tanya Naruto.
Sakura menatap Naruto. "Tentu, ratuku. Jika anda
mengabulkannya, hamba sangat berterima kasih." Ucap
Sakura.

Naruto menghela nafas sekali lagi lalu tersenyum.


"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan coba
berbicara pada Sasuke. Tapi maaf jika apapun yang akan
terjadi nantinya, aku tidak akan membantumu lagi.
Setelah semua ini, hanya Sasuke yang akan melakukan
dan memutuskannya. Apa yang menjadi kedudukanmu.
Menjadi selirnya yang pertamakah? Atau menjadi wanita
yang seperti biasa Sasuke jabatkan pada mereka."

Sakura tertegun, lalu mengangguk.

Oh—keputusan yang sangat salah.

Menma terlihat berlari pada pavilium raja, para


pengawal yang mengawalnya terlihat kewalahan dengan
tingkah putra mahkota yang sangat superaktif itu.
Sesampainya di paviliun raja, Menma berlari kedalam
tanpa meminta izin terlebih dahulu. Para penjaga didepan
pavilium raja dan pengawal Menma saling bertatapan
dengan tanda tanya lalu akhirnya hanya mengangkat
bahunya.

"Ayah!" Teriak Menma menghampiri Sasuke yang


sedang terduduk di ruangannya.
Sasuke tersenyum ramah pada anaknya itu.
Menggapai Menma yang langsung terduduk di
pangkuannya.

"Ada apa?" Tanya Sasuke mengelus rambut Menma.

Menma memajukan bibirnya dengan kesal, "Pelayan


dengan rambut norak itu menghasut ibu!" Kesalnya
menyilangkan tangannya didepan dada melihat Sasuke
yang sepertinya tidak mengerti perkataannya. "Itu, salah
satu dayang ibunda yang rambutnya pink itu bilang pada
ibu kalau dia ingin menjadi salah satu wanita milik ayah."
Jelas Menma sambil menjambak rambut ravennya. "Uh,
aku tidak suka padanya." Ucapnya kesal.

Sasuke mengambil tangan Menma. "Tenang, biar


ayah selesaikan masalah itu. Ayah yakin ibumu nanti
malam datang untuk membicarakan hal itu." ucap Sasuke
tenang.

Menma memasang wajah bingung.

"Ya, ayah akan selesaikan hal itu."

Ternyata benar, malamnya di paviliun barat tempat


Sasuke. Naruto datang dan membicarakan apa yang
diminta Sakura padanya. Dengan raut wajah bingung
Naruto mengungkapkannya. Membujuk Sasuke sebisanya
walau akhirnya syarat yang harus dilakukannya pasti
membuatnya harus mengalami 9 bulan 10 hari yang
menyusahkan.
Ya, Sasuke meminta Naruto untuk melayaninya
semalaman dan tanpa pengaman—lagi. Sasuke benar-
benar ingin membuat Naruto hamil kembali. Tapi entah
kenapa Naruto menerimanya. Demi pelayannya itu, Naruto
mau mengambil resiko untuk hamil kembali. Dan dengan
senang hati Sasuke melakukannya. Biasanya ratunya ini
sulit sekali untuk dibujuk, dengan alasan Menma masih
kecil dan dia belum mau hamil lagi. Bukankah putra
mahkota saja sudah cukup? Itulah yang biasa dibicarakan
Naruto padanya.

Uh—sekarang dia tidak akan menyia-nyiakannya. Dia


akan membuat Naruto hamil untuk kedua kalinya.
Melahirkan seorang pangeran yang tampan atau seorang
putri yang manis. Ah, memikirkannya saja membuat
Sasuke melayang.

"Selamat, Sakura-chan. Aku disini memang sengaja


untuk menunjukkan pavilium untukmu." Ucap Naruto
tersenyum.

Dibelakangnya ada banyak pengawal dan dayang


yang terus mencibir melihat Sakura tidak senang. Mereka
tidak habis pikir jika Sakura berani melakukan hal itu—
membujuk Naruto—hanya untuk mendapatkan raja.

Oh—ayolah, bohong kalau mereka juga tidak mau


berada di pihak Sakura. Tapi mereka tentu tau jika ratu
mereka itu terlalu baik. Jadi dengan rasa terima kasih
pada Naruto, mereka hanya bekerja sebisa mereka tanpa
mencoba menarik hati raja mereka yang terkenal keren
itu.

Sakura terlihat mencibir dengan kesal melihat


'mantan' rekan dayangnya itu. Dengan angkuh
membalikkan badan dan menyamakan langkahnya dengan
Naruto—merasa derajatnya hampir sama dengan Naruto.
Hingga banyak orang yang melihatnya bergumam 'Uh,
sombong sekali dia'. Tapi sepertinya Sakura sama sekali
tidak memperdulikannya. Dengan rasa bangga dihatinya,
Sakura berjalan seperti biasa.

Naruto dan yang lainnya sampai disebauh pavilium


kecil yang berada dibagian tenggara kerajaan. Terlihat
pavilun itu memang sepertinya habis dibersihkan—dalam
artian bukanlah baru. Sakura melihat ke arah Naruto
dengan pandangan yang sulit di artikan. Dia berharap
mendapatkan pavilium yang lebih dari ini. Tapi, tidak... dia
tidak akan membuat Naruto berpikir jika dia itu jahat. Jadi
dengan wajah berpura-pura tersenyum Sakura melihat
Naruto.

"Terima kasih, ratuku. Anda sungguh baik." Ucap


Sakura membungkukkan badannya.

"Hm..." Naruto hanya menyahutinya.

Naruto perlahan masuk melihat-lihat lalu berbalik


melihat Sakura. Menyuruh para pengawal dan dayang
yang ada meninggalkan mereka.
"Sakura," panggil Naruto. Sakura melihat kearah
Naruto. "Kau tahu, malam ini adalah kesempatan pertama
dan terakhirmu. Jika kau tidak bisa membuat Sasuke tidur
denganmu, kau tau apa yang akan terjadi bukan?" tanya
Naruto.

Sakura menundukkan kepalanya. "Ya, ratuku."


Jawabnya.

Naruto tersenyum. "Bagus. Aku senang kau tau apa


resiko yang akan kau ambil. Tapi, sebelumnya aku hanya
akan memberitahumu sesuatu yang tidak boleh kau
lakukan." Ucap Naruto tegas. Sisi laki-lakinya yang satu ini
sudah kembali muncul, walaupun dia jelas seorang ratu,
bukan berarti Naruto tidak pernah bersikap seperti laki-
laki. Dengan wajahnya yang mulai mengeras Naruto
berjalan ke arah Sakura. "Jangan pernah menggunakan
cara curang, seperti mencampurkan apapun pada
minuman atau makanan yang akan kau berikan pada
Sasuke. Karena Sasuke jelas tau apa yang masuk ke
dalam tubuhnya. Jangan pernah lakukan! Atau kau hanya
akan berdiam disini sendirian." Ucap Naruto lalu pergi
meninggalkan Sakura sendirian.

Melihat tempat Naruto berlalu Sakura hanya


tersenyum dengan sombong. "Kau pikir aku takut. Kau
hanya menakut-nakutiku saja, Naruto." ucap Sakura lalu
menuju kamarnya dalam paviliun itu.
Malam hari

Saatnya Sasuke mengunjungi Sakura—tentunya


setelah bujukan dari Naruto. Dengan langkah yang gagah
Sasuke mendatangi pavilium Sakura. Terlihat Sakura
sudah menjamunya dengan pakaian yang anggun. Sakura
mempersilahkan Sasuke untuk duduk dan menuangkan
mimuman pada cangkir Sasuke.

Melihat Sasuke dengan malu-malu Sakura mencoba


mengajak bicara Sasuke, "Ra-rajaku, hamba tidak tahu ji-
jika anda akan menerima hamba menjadi wanita mili—"

"Jika bukan karena Naruto aku tidak akan mau,


Sakura." Ucap Sasuke menyela perkataan Sakura.

Melihat Sakura yang membulatkan matanya sambil


melihatnya. "Aku menerimamu karena bujukan Naruto."
ucap Sasuke.

"Ta-tapi hamba pikir anda juga—"

"Tidak! Yang bisa menarik perhatianku hanya


Naruto." Sela Sasuke untuk yang kedua kalinya.

Sakura terlihat sedih menatap Sasuke dengan


berpura-pura tersenyum. Mengepalkan kedua tangannya
yang berada di bawah meja kecil di depannya. Berusaha
tersenyum Sakura melihat cangkir Sasuke yang belum
terjamah sama sekali. Dalam pikirannya Sakura masih
mempunyai kesempatan. Jika dia berhasil membuat
Sasuke untuk tidur dengannya dan dia hamil, Sasuke tidak
bisa lagi menyingkirkannya.
Mengingat minuman yang berada dalam cangkir itu
telah dicampurnya dengan ramuan yang dibeli
suruhannya. Tersenyum kearah Sasuke, Sakura berbicara.

"Baiklah, tapi bolehkah hamba minum bersama anda,


rajaku?" tanya Sakura.

Sasuke mendengus dengan cepat meminum air


dalam cangkirnya. Sakura tersenyum saat melihat air itu
habis masuk kedalam tubuh Sasuke. Dengan perlahan
menggerakkan tubuhnya untuk mendekati Sasuke, tapi
ternyata Sasuke sudah terlebih dulu untuk beranjak dari
tempat duduknya.

"Aku muak. Asal kau tau, aku tidak suka pada cara
curang ini." ucap Sasuke dingin melihat Sakura yang
terkaget dengan apa yang baru saja di katakannya.
Berdecak kesal Sasuke melihat Sakura. "Asal kau tahu,
aku tahu apa yang baru saja aku minum itu telah kau
campurkan sesuatu. Aku tidak suka pada cara kotormu
itu." ucap Sasuke pergi.

Sakura ternganga. Dia ketahuan seperti apa yang


diberitahukan Naruto padanya tadi siang. Ternyata itu
bukanlah gertakan tapi sungguhan. Dengan air mata
berlinang Sakura tau, dia sudah gagal malam ini. Tapi
tidak... dia tidak akan menyerah. Dia akan mencoba terus
merebut Sasuke dari Naruto.

Tapi sebelum Sakura memikirkan semua itu, Sasuke


berhenti dari berjalannya. Berbalik melihat Sakura, "Asal
kau tau, sekali lagi kau berusaha merebut posisi Naruto,
aku tidak akan tinggal diam. Mulai saat ini kau menjadi
wanita ditempat ini."

Pergi.

Sasuke pergi setelah mengatakan hal itu.


Meninggalkan Sakura sendiri dalam tangisnya.

Naruto sedang berada dalam paviliunnya. Dengan


baju tidur berwarna putih polos terlihat sangat lembut—
mungkin terbuat dari sutra. Naruto menggenggam
tangannya erat. Jelas sekali dia sangat takut jika Sasuke
berhasil didapatkan Sakura. ‘Tapi dia tidak boleh egois,’
pikirnya menenangkan diri.

"Paduka raja datang!" Teriak salah satu penjaga


pavilium Naruto.

Naruto tersentak. 'Bukankah Sasuke ada dikediaman


Sakura?' pikirnya dengan bingung. Segera mengambil
jubah ratu yang sedikit bisa melindungin pakaian
dalamnya dari pandangan Sasuke, Naruto menyambut
Sasuke. Menatap Sasuke dengan pandangan tidak di
mengertinya. Menghampiri Sasuke.

"Rajaku? Bu-bukankah anda di—"

"Jangan bahas hal itu!" Ucap Sasuke dingin. Melihat


Naruto dengan pandangan yang sulit diartikan. Bola
matanya terlihat sangat gelap, sampai sekali melihat
Naruto tahu—Sakura melakukan hal yang sama dengan
Hinata. Sasuke berjalan kearah tempat tidur Naruto yang
sudah rapih dan siap pakai. Berbaring disana lalu melihat
Naruto.

"Sekarang layani aku, Naruto. Aku membutuhkanmu."


Ucap Sasuke parau.

Ha—ah... dia tidak bisa menolak jika seperti ini.


Sasuke benar-benar membutuhkannya, dan jauh dalam
lubuk hatinya, Naruto sungguh bersyukur Sasuke masih
'hanya' miliknya. Tanpa ada bekas perempuan lain pada
tubuh rajanya itu.

Mendekat dan mendekap tubuh bidang didepannya,


Naruto tersenyum. "Aku milikmu, Sasuke-Teme." Bisiknya.

Sasuke tersenyum. "Dobe, aku senang kau kembali


menyebut nama itu lagi." bisiknya.

Malam yang panas untuk paviliun timur, tempat


dimana Naruto dan Sasuke menghabiskan malamnya.
Bahkan para pengawal disana hanya bisa diam dengan
muka yang memerah mendengar jelas 'keributan' didalam
paviliun itu. Walaupun mereka sudah diperintahkan untuk
menutup pendengaran dan pikiran mereka, mereka tentu
tidak bisa menutupnya secara pasti. Apalagi jika suara
ratu mereka itu begitu merdu.

Omake 1

Satu tahun lamanya Sakura dapat bertahan. Tanpa


orang yang mendampinginya, dia hanya bisa melihat
orang-orang yang silih berganti memberikan semua hal
yang diperlukannnya. Tapi, manusia bukanlah makhluk
yang bisa hidup hanya dengan fasilitas yang didapatkan.
Manusia membutuhkan orang lain. Dan Sakura adalah
salah satu dari banyaknya manusia itu.

Sakura membutuhkan teman, untuk diajaknya bicara


atau bahkan hanya sekedar saling mengejek atau
bertengkar. Semakin lama berada didalam paviliun itu
sendirian tanpa ada orang dan hanya penjaga yang
menjaganya. Membuatnya seperti seorang tahanan
kerajaan dengan fasilitan yang memadai dan hidup enak.
Ah, entahlah untuk hidup yang enak itu, dia merasa sangat
menderita.

Tanpa ada laki-laki yang mau menemani harinya atau


bahkan hanya untuk sekedar berbicara dengannya saja
tidak ada. Hingga suatu ketika Sakura mengingatnya
dengan jelas, ada seorang laki-laki yang begitu
mencintainya. Tapi dengan angkuh Sakura menolaknya
dan berkata dia hanya pantas dengan Sasuke—raja
mereka. Meninggalkan pemuda itu dan menjadi salah satu
dayang kerajaan untuk menarik perhatian Sasuke.

Dia tidak tahu hidupnya hanya akan menjadi seperti


ini—tanpa ada orang yang mau berdekatan dengannya.
Bahkan para dayang yang silih berganti ke paviliunnya
juga enggan untuk mengajaknya bicara. Sudah beberapa
kali Sakura mengamuk dan bicara dia membutuhkan
teman tapi Naruto yang baik hati pun tidak pernah
mengunjunginya. Sebenarnya Naruto selalu dilarang oleh
Sasuke dan dengan pintarnya Menma membuat ibundanya
itu harus selalu berada disampingnya. Jadi sungguh
malang sekali. Dia hanya menjadi wanita yang benar-
benar diasingkan didalam kerajaan.

Sakura sedang berjalan disamping paviliunnya.


Karena dia dilarang untuk keluar dari pavilium dan daerah
sekitarnya oleh Sasuke, maka dari itu penjaga tidak ada
yang berani untuk membiarkan Sakura berjalan sendirian.
Dengan cara berjalan sempoyongan, Sakura berhenti
disalah satu danau kecil didalam kerajaan. Melihat danau
itu dengan pandangan kosong, sampai akhirnya dia benar-
benar kehilangan kesadaran.

Tanpa seorang pun tau, Sakura sudah meminum


racunnya sendiri.

Omake 2

Sasuke sedang memandang langit dalam keadaan


diam. Mengalihkan perhatiannya pada Menma yang sudah
beranjak lebih dewasa sedang bermain dengan salah satu
anak bangsawan sebayanya. Naruto sedang berada di
paviliunnya. Dengan perintahnya pada pengawal
kepercayaannya Sasuke memanggil pengawal itu.

"Jangan pernah biarkan Naruto tahu apa yang terjadi


pada Sakura. Aku tidak mau dia sedih." Ucap Sasuke.

Ya, Sasuke sudah tahu berita kematian Sakura tepat


setelah beberapa menit Sakura mati.
Omake 3

Naruto bersenandung pelan, dengan posisinya


sekarang dia terlihat manis—mengendong seorang bayi
mungil di tangannya. Tersenyum pada bayinya lalu melihat
seorang wanita di depannya.

"Terima kasih informasinya, Temari." Ucap Naruto


tersenyum.

Temari meninggalkan Naruto sendiri. Dalam


pikirannya Naruto tahu Sasuke tidak akan membiarkannya
tahu tentang berita kematian Sakura. Tersenyum maklum,
Naruto melihat bayi di gendongannya.

"Ayahandamu terlalu baik, Yuki." Ucap Naruto


tersenyum pada bayi manis digendongannya.

Putri yang muncul setelah beberapa bulan lalu telah


memasuki bulan ke-6 didunia. Ah, betapa senangnya
Naruto akhirnya memiliki seorang putri. Tersenyum,
Naruto terus tersenyum. Walaupun Naruto sedikit tidak
suka dengan perilaku Sasuke yang tidak memperbolehkan
atau dalam artian lain menyembunyikan kematian
'mantan' dayangnya itu. Naruto hanya bisa memahaminya.
Sasuke terlalu sayang dan tidak mau dia bersedih oleh
kematian kedua kalinya dayangnya itu.

Ah—Naruto sungguh mencintai Sasuke. Mencintai


semua perhatian laki-laki itu padanya.

Fin

Anda mungkin juga menyukai