Anda di halaman 1dari 1

Diah Tantri

Kerajaan Patali, di daratan Jambu Warsa memang sangat disegani oleh pemerintahan apenage dibawah
kekuasaannya. Tak terkira, aliran upeti setiap tahun diterima oleh rajanya, Sri Ari Dara. Kendati aliran
upeti, emas dan permata yang melimpah ruah, ia tetap tak terpengaruh oleh kenikmatan dunia itu.
Sehingga tak diragukan lagi, benar adanya, para bhagawanta istana, menjuluki beliau dengan gelar Sri
Singapati yaitu orang besar yang telah mampu menaklukkan panca indra. Pasalnya, sedari muda ia
begitu rajin belajar menekuni sastra Wedha.
Sekian tahun dalam hitungan hari umur buana bertambah. Seiring pula perjalanan usia sang penguasa
Patali, yang ditunjukkan sengan raut yang mulai keriput, rambut mulai berwarna. Hatinya mulai gusar,
apalagi melihat permaisurinya tidak lagi berkulit kencang. Guratan ketuaan memancar dari wajahnya.
Untuk menghilangkan kegundahannya itu, ia pun mengadakan pesta pora untuk rakyatnya tercinta.
Tatkala pesta tiba, baginda raja merasa cemburu melihat pasangan muda dan mudi Patali berduyun-
duyun datang ke alun-alun. Betapa mesra mereka di pesta itu. Angannya, menerawang masa mudanya.
Api asmara itu menggelegar kembali, membunuhi perasaan tua. Ia merasa perjaka kembali. Namun saat
ia menoleh ke arah permaisuri di sebelahnya. Uph! Binar jiwanya meredup. "Istriku tiada lagi menarik..."
pekik bathinnya.
Akhirnya Ki Patih Badeswarya menyerah. Ia sendiri mengantar putrinya ke istana. Betapa senangnya,
Prabhu Ari Dhara. "Andaikata Ki Patih menyadari, aku menginginkan putrinya, tentu kejadian ini dapat
dihindarkan. Sampai saat ini, aku sangat menghormati kesetiaan dan pengabdian Ki Patih,"kata batinnya.
Saat malam mulai merambah, sang raja sangat lelah. Ia pun merebahkan diri disamping Diah Tantri.
Dengan sabar Diah Tantri melepaskan mahkota sang Prabhu, sembari bercerita. Ia menceritakan
Nadhaka Harana. Sang Prabhu sampai tertidur mendengar kisah Diah Tantri yang luar biasa. Malam,
keesokan harinya pun kejadiannya sama, Sang Prabhu minta dilanjutkan cerita, raja pun mengantuk lalu
tertidur lagi. Begitulah seterusnya, Diah Tantri tak pernah selesai menuturkan ceritanya, selalu
bersambung dan tak pernah habis ide ceritanya. Bagaikan air yang mengalir tiada henti.
Perjuangan Diah Tantri ternyata berhasil, raja mulai sadar. Ia kembali pada permaisurinya. Hidup rukun di
usia senja. Selama menjadi istri kedua raja, Diah Tantri tak pernah disentuh, ya, seperti gadis Patali
Lainnya. Prabhu Ari Dhara lebih menyukai tutur ceritanya yang menawan.

Kumpulan Dongeng Hindu olih Putu Sugih Arta


satua selengkapnya klik Diah Tantri.doc

Anda mungkin juga menyukai