TULUNGAGUNG
A. Analisis Kuantitatif
Jumlah Pegawai Di Unit Farmasi total berjumlah 13 orang (3 apoteker dan 10 orang
tenaga teknis kefarmasian). Dimana 1 apoteker dan 2 TTK ditempatkan di gudang serta 2
Apoteker dan 9 TTK ditempatkan di pelayanan farmasi.
Dalam menghitung beban kerja, digunakan metode WISN. Langkah pertama perhitungan
WISN menurut Shipp (1998) adalah menghitung waktu kerja tersedia per tahun yaitu dengan
Cara mengurangi jumlah hari kerja dengan cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari libur
nasional dan ketidakhadiran kerja, kemudian dikalikan dengan waktu kerja tiap hari.
Jam kerja perhari yaitu Shift pagi pukul 07.00-14.00, Shift siang pukul 14.00-20.00 dan
shift malam pukul 20.00-07.00.
Jam Rata-rata Kerja Per Hari :
B. Analisis Kualitatif
1. Beban kerja Cukup Banyak
Di Instalasi Farmasi beban kerja cukup banyak meskipun sudah merupakan tanggung
jawab dari petugas farmasi, tetapi harus didukung dengan jumlah tenaga yang memadahi.
Adapaun tugas tenaga di farmasi adalah melayani resep rawat jalan dan inap, menganfra
kebutuhan obat ke gudang tiap pagi, menata obat, menerima barang yang masuk di
instalasi farmasi, memulangkan pasien rawat inap, menyiapkan paket untuk OK bila ada
permintaan, mendata obat yang dipakai pasien dari OK, meracik obat, menegecek dan
menghitung stok narkotika dan psikotropika, memberi label LASA dan High alert pada
sediaan injeksi, membuat laporan harian, mengunci troli bila ada pasien rawat inap yang
butuh obat dari troli, memeriksa expired date dari tiap obat. Oleh karena itu, diperlukan
tenaga yang memadahi supaya pekerjaan bisa terselesaikan tepat waktu tiap shift
2. Petugas farmasi merasa kewalahan
Pada shift sore beberapa poli seperti poli dalam, jantung, anak, urologi, mata dan syaraf
praktek dengan waktu yang hampir bersamaan, terjadilah penumpukan resep di instalasi
farmasi. Di sisi lain, resep rawat inap, OB dan pasien pulang juga masuk bersamaan.
Kemudian, biasanya juga ada permintaan paket dari OK dan paket yang kembali dari OK
harus dilist terlebih dahulu mana obat yang digunakan. Hal Ini menimbulkan kewalahan
dan kebingungan bagi petugas, resep mana yang harus didahulukan.
3. Petugas merasa rancu
Ketika resep menumpuk, terjadilah komplain dari pasien karena obat tak kunjung
dilayani. Ada juga pasien yang meminta didahulukan obatnya karena pelayanan sedikit
lama sehingga sering bertanya kepada petugas di depan komputer. Hal tersebut dapat
mengganggu konsentrasi dan menghambat petugas yang menginput resep di depan
komputer.
4. Petugas merasa kelelahan
Banyaknya resep yang masuk di Instalasi farmasi, mengakibatkan petugas terus
mengerjakan resep hingga selesai. Tapi pada kenyataannya, sering juga pada satu shift
resep pun belum selesai dan harus dioperkan pada shift selanjutnya. Petugas pun pada
kondisi itu terkadang tidak sempat istirahat, apalagi pada shift sore jarang beristirahat
maupun makan.