012: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0053.P/DIR/2020
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN T5.012: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero) No. 0053.P/DIR/2020
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK
DAN JARINGAN TRANSMISI
R
UA
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
*
PLN
PT PLN (PERSERO)
TENTANG
SPLN T5.012
PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK DAN JARINGAN TRANSMISI
6. Peraturan
15. Peraturan .
Paraf
ozb lk
*
PLN
15. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
0051.P/DlRy2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja PT
PLN (Persero) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
0021.P|D1N2020:
'16. Keputusan Oireksi PT PLN (Persero) Nomor
033.t(DlR/2005 tentang Penetapan PT PLN (Persero)
Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan sebagai
Penanggung Jawab Kegiatan Standardisasi di Lingkungan
PT PLN (Persero).
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 23 JuIi 2020
R UTAMA,
P
{
)I RI]
FLI ZAINI
Paraf
zl\t lAt
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Transmisi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No. 0013.K/DIR/2020
Narasumber:
- Imam Agus Prayitno
SPLN T5.012: 2020
Daftar Isi
i
SPLN T5.012: 2020
Daftar Gambar
Daftar Tabel
ii
SPLN T5.012: 2020
Prakata
Standar SPLN T5.012: 2020 dibuat sebagai pedoman dalam perencanaan dan
pembangunan pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi untuk mendapatkan
keandalan sistem yang baik dan menjamin keamanan peralatan dan keselamatan personil.
Standar ini mencakup persyaratan pembumian pada gardu induk yang mengatur konstruksi
dan persyaratan desain grid pembumian, ketentuan koneksi-koneksi pembumian, dan
spesifikasi material pada pembumian yang digunakan. Standar ini juga mencakup
pembumian pada jaringan transmisi yang mengatur persyaratan pembumian pada tower
dan saluran kabel. Pembumian pada ruang kontrol diatur pada standar terpisah.
Dengan ditetapkannya standar ini, maka segala ketentuan terkait pembumian pada gardu
induk dan jaringan transmisi tidak boleh bertentangan dengan standar ini.
iii
SPLN T5.012: 2020
1 Ruang Lingkup
Standar ini memberikan pedoman untuk menentukan kriteria desain pembumian pada
gardu induk dan jaringan transmisi. Pembumian pada gardu induk yang diatur di dalam
standar ini terbatas pada instalasi di serandang luar (switchyard) sebagai penghubungan
pembumian peralatan dan pembumian sistem (misal: Neutral Grounding Resistance (NGR)
transformator).
Pembumian yang dimaksud dalam standar ini mengacu pada istilah grounding.
2 Tujuan
Tujuan standarisasi pembumian pada sistem tenaga listrik ini adalah untuk memberikan
pedoman yang terarah dalam perencanaan dan pembangunan pembumian pada gardu
induk dan jaringan transmisi untuk mendapatkan keandalan sistem yang baik dan menjamin
keamanan peralatan, keselamatan personil, dan masyarakat sekitar.
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada
dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.
1
SPLN T5.012: 2020
Pembumian
Tegangan listrik maksimum yang mungkin timbul pada suatu sistem mesh grounding, relatif
terhadap suatu titik pembumian yang diasumsikan sebagai tegangan nol bumi.
Tegangan yang timbul diantara dua kaki seseorang yang melangkah dengan jarak 1 (satu)
meter tanpa menyentuh objek yang ditanahkan. Pengertian tegangan langkah sesuai
Gambar 1 (step voltage).
Beda tegangan antara GPR dengan tegangan permukaan pada suatu titik dimana
seseorang berdiri dan menyentuh objek yang ditanahkan.
2
SPLN T5.012: 2020
Nilai maksimum rms arus hubung-singkat sesaat setelah gangguan tanah terjadi.
Faktor yang menunjukkan perbandingan terbalik antara besaran arus hubung-singkat yang
terjadi dengan arus hubung-singkat yang mengalir ke bumi melalui mesh grounding.
Sistem pembumian yang disusun dari beberapa konduktor yang saling terhubung
membujur dan melintang membentuk anyaman (mesh) atau kisi-kisi (grid) dan ditanam di
bawah tanah suatu area yang diamankan.
Konduktor yang ditanam di dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi.
Plat berupa busbar yang berfungsi sebagai terminal hubung beberapa konduktor
pembumian sebelum dihubungkan ke mesh grounding.
Gabungan seluruh fasilitas pembumian yang saling terhubung dalam suatu area tertentu.
Sebuah sistem dimana setidaknya terdapat satu konduktor atau titik (node) yang
ditanahkan baik secara solid ataupun menggunakan resistans.
Nilai resistansi tanah dalam ohm (Ω) yang didapat melalui pengukuran menggunakan earth
tester.
3
SPLN T5.012: 2020
Nilai yang menunjukan resistansi spesifik tanah, dinyatakan dalam satuan ohm.meter
(Ω.m). Tahanan jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tipe tanah,
kelembaban tanah, komposisi kimia dan konsentrasi garam terkandung dalam air pada
tanah, dan juga dipengaruhi oleh temperatur, ukuran butiran, dan kepadatan tanah.
Nilai resistansi dalam ohm (Ω) antara elektrode pembumian dengan ‘remote’ elektrode
pembumian. Remote diartikan suatu jarak dimana resistansi mutual antara dua elektrode
dengan jarak tersebut sama dengan nol.
Konduktor atau kawat yang dipasang melintang pada gardu induk pada titik tertinggi
serandang untuk melindungi gardu induk dari sambaran petir langsung.
Lightning rod
Batang konduktor yang dipasang pada serandang gardu induk yang mampu melindungi
peralatan di dalam sudut lindungnya dari sambaran petir langsung.
Exothermic welding
Proses pengelasan dua konduktor listrik atau lebih dengan menggunakan bahan campuran
tembaga yang dicairkan dengan panas tinggi untuk menggabungkan konduktor secara
permanen.
Earthing clamp
Menghubungkan selubung metal (sheath) suatu segmen kabel ke selubung segmen kabel
yang lain; aksesori kabel, seperti casing sambungan (joint), termination bell, atau link box;
atau sistem pembumian, seperti bus, elektrode, atau konduktor pembumian.
4
SPLN T5.012: 2020
Pembumian pada gardu induk yang diatur di dalam SPLN ini mengatur konstruksi dan
persyaratan desain mesh grounding, ketentuan koneksi-koneksi pembumian, dan
spesifikasi material pada pembumian yang digunakan.
Mesh grounding
Mesh grounding pada gardu induk berfungsi untuk menghilangkan beda potensial di
seluruh area gardu induk serta sebagai pengaman terhadap tegangan langkah dan
tegangan sentuh.
Desain mesh grounding mengacu pada standar IEEE Std 80-2013 dengan tambahan
persyaratan yang ada di dalam standar ini.
Desain mesh grounding harus dibuat sehingga memenuhi perhitungan batasan toleransi
Estep dan Etouch pada tubuh dan memenuhi parameter pada Tabel 1.
Perhitungan batasan toleransi pada tubuh menggunakan asumsi berat badan 50 kg, nilai
tahanan jenis tanah hasil pengukuran di lapangan, serta material permukaan (surface
material) dan ketebalannya sesuai dengan rencana pelaksanaan.
No Parameter Batasan
CATATAN
*) Dasar batasan mengikuti Lampiran A.
**) Pengambilan titik pengukuran dilakukan di luar area gardu induk dengan minimal 2 sampel
pengukuran.
▪ Tegangan langkah (Es) adalah tegangan langkah maksimum yang timbul pada mesh grounding.
▪ Tegangan mesh (Em) adalah tegangan sentuh maksimum yang timbul pada mesh grounding.
▪ Tahanan pembumian grid (Rg) adalah nilai keseluruhan tahanan pembumian pada mesh
grounding.
5
SPLN T5.012: 2020
No Parameter Kriteria
Asumsi minimal 50 kA.
Pada kondisi sistem dengan short-circuit level
1 Arus hubung-singkat (If)
> 50 kA, maka nilai menyesuaikan kebutuhan
sistem.
2 Faktor pembagi arus hubung-singkat (Sf) Asumsi minimal 60%.
3 Durasi hubung singkat (tf) Asumsi minimal 1 s.
4 Tahanan jenis tanah (ρ) Nilai ini diukur sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai, umumnya dicari pada saat pekerjaan
penyelidikan tanah. Nilai tahanan jenis tanah
diperlukan dalam perhitungan desain
pembumian.
5 Tahanan jenis material permukaan (ρs) Untuk gardu induk luar ruangan harus
menggunakan hamparan kerikil dengan material
granit yang melalui proses pencucian (washed
granite) dengan ρs ≥ 5000 Ω.m.
6 Ketebalan material permukaan (hs) Minimal 15 cm.
7 Konduktor penyusun mesh grounding Bare Copper Conductor (BCC) dari tembaga
murni.
8 Luas penampang konduktor mesh Ukuran ditentukan dengan melakukan
grounding (A) perhitungan terkait dengan arus hubung singkat
yang dapat dialirkan.
Minimal 150 mm2
9 Ukuran grid (D1, D2) Ukuran grid ditentukan dengan melakukan
perhitungan untuk mendapatkan desain mesh
grounding yang efisien serta aman terhadap
tegangan langkah dan tegangan sentuh yang
terjadi.
Maksimal 5 m x 5 m
10 Kedalaman penanaman mesh grounding (h) Minimal 0,5 m
11 Jumlah elektrode pembumian (N) Kebutuhan jumlah elektrode pembumian dan
panjangnya diestimasi pada saat mendesain
mesh grounding. Nilai ini disesuaikan untuk
mendapatkan desain mesh grounding yang
optimal.
Elektrode pembumian dipasang setiap jarak
maksimal 15 m pada mesh grounding atau
mengikuti jarak antar bay.
12 Luas area mesh grounding (L1 x L2) Dilebihkan 1,5 – 2 m dari pagar keliling.
6
SPLN T5.012: 2020
Setiap struktur baja serandang pada gardu induk harus terkoneksi ke mesh grounding
melalui jarak terdekat sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Koneksi
menggunakan konduktor pembumian.
Seluruh selungkup peralatan yang terbuat dari metal dihubungkan ke mesh grounding
melalui jarak terdekat sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Koneksi
menggunakan konduktor pembumian. Koneksi peralatan tersebut dibuat secara duplicated.
Lightning arrester dipasang sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi dan
terminal pembumiannya terhubung langsung ke mesh grounding yang ada di bawahnya.
Penempatan lightning arrester mengikuti persyaratan pada SPLN konstruksi gardu induk.
Khusus untuk pembumian lightning arrester dan netral transformator tenaga, selain
terhubung ke mesh grounding melalui jarak terdekat, ditambahkan satu elektrode
pembumian yang ditanam dekat peralatan tersebut.
Rangka besi pondasi dari struktur baja atau penopang peralatan yang terhubung secara
elektris dapat berfungsi sebagai tambahan elektrode pembumian. Sehingga rangka besi
pondasi dapat dihubungkan ke mesh grounding.
Setiap kubikel local control cabinet (LCC) dihubungkan ke sistem pembumian. Koneksi
dapat dilakukan dengan menggunakan konduktor pembumian melalui equipotential
bonding bar. Equipotential bonding bar dihubungkan ke mesh grounding pada jarak
terdekat.
Pembumian pada bangunan pusat kontrol harus terhubung ke mesh grounding dan
dilengkapi dengan ring grounding yang ditanam mengelilingi bangunan.
7
SPLN T5.012: 2020
Peralatan common facilities di gardu induk seperti pagar, rak baterai, transformator
pemakaian sendiri, genset, panel hubung bagi, dan peralatan metal lainnya harus
terhubung ke sistem pembumian. Koneksi dapat dilakukan dengan menggunakan
konduktor pembumian melalui equipotential bonding bar. Equipotential bonding bar
dihubungkan ke mesh grounding pada jarak terdekat.
Panel Panel
ACDC ACDC
Panel
Kontrol
Baterai
Perangkat Hubung
Bagi Tegangan
Menengah
Eq.
Bonding
Bar
Mesh grounding
CATATAN:
Gambar merupakan ilustrasi dan tidak menggambarkan ketentuan konstruksi.
Pada kondisi dalam satu sistem terdapat dua atau lebih mesh grounding, harus dilakukan
penghubungan antar mesh grounding. Penghubung antar mesh dilakukan pada sisi-sisi
yang berhadapan pada banyak titik setiap maksimal 15 m (Gambar 3). Konduktor
penghubung menggunakan tembaga dengan luas penampang minimal 150 mm2.
8
SPLN T5.012: 2020
Konduktor
Penghubung
≤ 15 m
Dalam hal daerah di antara kedua area mesh grounding merupakan lahan yang digunakan
untuk aktivitas manusia, maka ketentuan pembumian mengikuti persyaratan mesh
grounding.
Kawat tanah atau lightning rod dipasang untuk mengamankan serandang gardu induk
terhadap sambaran petir langsung pada batasan nilai arus petir yang ditentukan. Kawat
tanah atau lightning rod terhubung ke mesh grounding yang ada di bawahnya melalui
struktur baja.
Konduktor pembumian berupa bare conductor (BC) yang dapat terbuat dari baja galvanis
atau tembaga. Ukuran disesuaikan sehingga mampu mengalirkan arus hubung singkat
sistem.
Elektrode pembumian terbuat dari tembaga (copper-clad steel) dengan panjang minimal 2
m dan memenuhi kriteria desain mesh grounding.
Equipotential bonding bar terbuat dari tembaga dengan dimensi lebar dan ketebalan
minimal 100 mm × 10 mm (Gambar 4).
9
SPLN T5.012: 2020
≥ 100
CATATAN:
5.3.4 Sambungan-sambungan
Pembumian pada jaringan transmisi yang diatur di dalam SPLN ini mencakup persyaratan
pembumian pada tower dan saluran kabel.
Pembumian pada tower transmisi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi
(SUTT/SUTET) bertujuan untuk menjamin keamanan personil dari tegangan sentuh dan
tegangan langkah pada tower, dan mengalirkan impuls petir ke bumi.
Metode pembumian pada tower dilakukan dengan metode driven rod (butir 6.1.1), metode
counterpoise (butir 6.1.2), metode lainnya, atau kombinasinya sehingga nilai tahanan
pembumian pada tower tercapai maksimal 10 Ω. Pada tower yang sering terjadi gangguan
back-flashover bisa menggunakan nilai tahanan yang lebih rendah. Khusus untuk 5 (lima)
tower dari gardu induk nilai tahanan pembumian pada tower sesuai Tabel 4. Pengukuran
tahanan pembumian tower diukur tanpa dihubungkan dengan kaki tower.
10
SPLN T5.012: 2020
Dalam hal ditentukan lain atau disepakati, dapat ditambahkan dengan metode pembumian
pondasi (butir 6.1.3).
Jika material yang digunakan berbeda, titik sambung kaki tower ke konduktor pembumian
menggunakan earthing clamp jenis bimetal.
Metode driven rod dilakukan dengan menanam kawat konduktor dan elektrode pembumian
tegak lurus permukaan tanah lalu menghubungkannya ke kaki tower.
Kawat yang digunakan terbuat dari tembaga dengan luas penampang minimal 38 mm2 atau
baja galvanis dengan luas penampang minimal 55 mm2. Pada ujungnya dipasang elektrode
pembumian yang terbuat dari tembaga (copper-clad steel) dengan panjang minimal 2 m
(Gambar 5).
Jumlah driven rod disesuaikan sehingga didapat nilai pembumian yang dibutuhkan.
11
SPLN T5.012: 2020
Kaki Tower
Kawat
konduktor
Elektroda
pembumian
Kawat yang digunakan terbuat dari tembaga dengan luas penampang minimal 38 mm2 atau
baja galvanis dengan luas penampang minimal 55 mm2.
Kaki Tower
Kawat
konduktor
Penggelaran kawat di dalam tanah dilakukan menjauhi kaki tower dengan arah sejajar
konduktor (Gambar 7).
Pola penggelaran counterpoise dan panjang konduktor disesuaikan sehingga didapat nilai
pembumian yang dibutuhkan.
12
SPLN T5.012: 2020
Struktur baja
pondasi
klem
Pembumian peralatan pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) bertujuan untuk
menjamin keamanan peralatan dan keselamatan personil dan masyarakat saat terjadi arus
petir atau gangguan hubung singkat.
Pembumian pada SKTT terdiri dari pembumian pada terminasi dan jointing, serta bonding
kabel.
Dalam hal ujung kabel berada di gardu induk, maka pembumian pada terminasi harus
dihubungkan ke sistem pembumian yang ada pada gardu induk.
Dalam hal ujung kabel berada di tower, maka pembumian pada terminasi harus
dihubungkan ke sistem pembumian yang ada pada tower.
Pembumian pada jointing harus dihubungkan pada sistem pembumian pada joint hole. Nilai
tahanan pembumian pada joint hole maksimal 3 Ω.
Konduktor ujung pada terminasi kabel SKTT harus terhubung ke lightning arrester untuk
mereduksi impuls petir akibat adanya perubahan impedansi. Pembumian lightning arrester
dihubungkan pada jarak terdekat ke selubung (sheath) kabel dan dihubungkan ke sistem
pembumian.
13
SPLN T5.012: 2020
Kabel yang dilalui arus dapat menginduksi medan magnet pada bagian selubung metal
(sheath) atau konduktor lainnya yang sejajar. Pada selubung yang membentuk loop tertutup
akan timbul aliran arus sirkulasi yang menyebabkan rugi-rugi resistif dan berkontribusi pada
kenaikan suhu kabel sehingga dapat menurunkan kapasitas kuat hantar arus kabel,
mengurangi efisiensinya, dan mempercepat penuaan isolasi. Metode bonding digunakan
untuk menyela jalur elektrik pada selubung tersebut sehingga aliran arus sirkulasi
berkurang/hilang, namun akibatnya dapat menimbulkan kenaikan tegangan pada selubung.
Untuk itu pengaturan bonding tertentu harus dilakukan agar dapat mengurangi arus
sirkulasi dan membatasi nilai tegangan pada selubung.
Bonding pada kabel SKTT inti tunggal (single-conductor power cables) mengacu pada
metode bonding khusus (special bonding techniques) pada standar IEEE 575-2014 dengan
ketentuan tegangan standing-sheat voltage pada selubung ujung maksimal 150 V.
14
SPLN T5.012: 2020
Lampiran A
Perhitungan Batasan Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh
Lampiran ini memberikan dasar perhitungan terkait batasan tegangan langkah dan
tegangan sentuh maksimum yang diizinkan timbul pada mesh grounding.
Perhitungan batasan aman tegangan langkah dan sentuh bagi manusia didasarkan pada
nilai arus pada durasi tertentu yang masih dapat ditoleransi oleh manusia tanpa terjadi
ventrikel fibrilasi (ventricular fibrillation).
Mengacu pada IEEE Std 80-2013, pada studi Dalziel dkk., besar arus IB yang tidak
menyebabkan fibrilasi pada durasi 0,03 s hingga 3,0 s adalah sebanding dengan energi
yang diserap tubuh sesuai persamaan berikut:
dimana
IB : besar arus rms yang mengalir ke tubuh (A)
ts : durasi mengalirnya arus (s)
SB : konstanta empiris yang sebanding dengan energi kejut yang dapat ditoleransi tubuh
oleh sejumlah persen populasi
Dalziel menyimpulkan bahwa energi kejut maksimal yang dapat diterima oleh 99,5% orang
dengan berat 50 kg adalah SB = 0.0135. Sehingga formula arus yang diperbolehkan
mengalir di tubuh adalah sebagai berikut:
Merujuk pada IEEE Std 80-2013, batasan maksimal tegangan langkah dan tegangan
sentuh didefinisikan sebagai persamaan berikut:
𝑹𝒇 Persamaan A.4
𝑬𝒕𝒐𝒖𝒄𝒉 = (𝑹𝑩 + )𝑰
𝟐 𝑩
dimana
Estep : tegangan langkah (V)
Etouch : tegangan sentuh (V)
RB : tahanan tubuh yang diasumsikan 1000 Ω
Rf : resistansi tanah pada lapisan permukaan di bawah kaki (Ω)
15
SPLN T5.012: 2020
dimana
Cs : Faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
ρs : Tahanan jenis permukaan material (lapisan batu koral), (Ω-m)
Dengan memasukkan asumsi tahanan tubuh 1000 Ω pada persamaan A.3 dan A.4 dan
subtitusi menggunakan persamaan A.5, didapat definisi sebagai berikut:
𝟎, 𝟏𝟏𝟔
𝑬𝒔𝒕𝒆𝒑𝟓𝟎 = (𝟏𝟎𝟎𝟎 + 𝟔𝑪𝒔 × 𝝆𝒔 ) Persamaan A.6
√𝒕𝒔
𝟎, 𝟏𝟏𝟔
𝑬𝒕𝒐𝒖𝒄𝒉𝟓𝟎 = (𝟏𝟎𝟎𝟎 + 𝟏, 𝟓𝑪𝒔 × 𝝆𝒔 ) Persamaan A.7
√𝒕𝒔
dimana
Estep50 : Tegangan langkah untuk berat badan manusia 50 kg
Etouch50 : Tegangan sentuh untuk berat badan manusia 50 kg
Cs : Faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
ρs : Tahanan jenis permukaan material (lapisan batu koral), (Ω-m)
tf : Durasi/lama gangguan (waktu pemutusan), (s)
Merujuk pada persamaan A.6 dan A.7 tersebut, dihitung tegangan sentuh dan tegangan
langkah yang menjadi batasan standar SPLN menggunakan asumsi sebagai berikut:
Tabel A.1 Asumsi Batasan Perhitungan Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah
𝝆
𝟎, 𝟎𝟗 (𝟏 − 𝝆 )
𝑪𝑺 = 𝟏 − 𝒔 Persamaan A.8
𝟐𝒉𝒔 + 𝟎, 𝟎𝟗
16
SPLN T5.012: 2020
Sehingga menggunakan Persamaan A.6, A.7, dan A.9 dapat dihitung batasan maksimum
tegangan langkah dan tegangan sentuh sebagai berikut:
Dari Persamaan A.10 dan A.11, dalam SPLN ini, dijadikan batasan tegangan langkah
(Es) dan tegangan mesh (Em) sistem mesh grounding (Tabel 1) sebagai berikut:
𝑬𝒔 = 𝟐𝟖𝟎𝟎 𝑽
𝑬𝒎 = 𝟕𝟖𝟕 𝑽
17
Pengelola Standardisasi: