BONANG
Oleh : Nailun Najah
bin
Syekh Jumadil Qubro
Ahmad Jalaludin Maulana Malik
bin (Jamaluddin Akbar bin
Khan Ibrahim
Khan)
bin
Muhammad Sohib
Alawi Ammil Faqih
Ali Kholi' Qosam bin Mirbath bin
(dari Hadramaut)
(dari Hadramaut)
bin
Muhammad Sohibus
Alawi Ats-Tsani bin bin Alawi Awwal
Saumi'ah
bin
bin
Selain pementasan gamelan dan wayang, Sunan Bonang juga dikenal banyak
mengalihfungsikan karya sastra ke dalam bentuk Tembang Tembang atau Suluk. Salah satu
karyanya yang dibawakan hingga saat ini adalah lagu Tombo Ati (Penyembuh Jiwa).
Menurut kosakata bahasa Arab, Suluk sendiri berarti mengikuti jalan Tariqah atau
tasawuf. Jika dibawakan dalam bentuk lagu disebut suluk, sedangkan bila diuraikan dalam
bentuk prosa disebut wirid.
a. Suluk wujil
Suluk Sunan Bonang yang paling terkenal adalah Suluk Wujil. Nama Wujil diambil dari
nama salah satu Cantriks. Ada dua makna dalam puisi itu, keduanya menjelaskan
pertimbangan ilmu sufi, yaitu kajian tentang konsep ketuhanan sekaligus khazanah. Suluk
ini tercipta karena salah satu siswanya, Wujil Kinasih, ingin mengetahui pro dan kontra
agama dengan rahasia terdalam. Apakah ilmu kebatinan berarti Wujil tersirat bahwa ilmu
adalah tentang dirinya sendiri, inti maksud dan tujuan orang yang beribadah.
d. Suluk Khalifah
Sedangkan Khalifah Suluk lebih merupakan gambaran tentang kisah perjuangan Wali
Songo selama kelas Islam di Indonesia. Puisi mengecualikan khalifah adalah cerita
spiritual tentang bagaimana orang-orang kudus Allah mengajar mereka ke Islam. Selain
itu ada juga cerita Sunan Bonang saat memesan artikel Riyadh di Aceh dan cerita saat haji.
e. Gita Suluk Wali
Gita suluk wali adalah karya Sunan Bonang berupa teks puisi yang menarik. Puisi yakin
mereka pasti mengandung Sunskrit sementara Leber dipasang karena cinta seperti di air
laut atau dibakar oleh api. Selain itu, di akhir ayat ini dituliskan pepatah sufi yang
berbunyi “Qalb al-mukmin bait Allah”, yang artinya hati manusia percaya sebagai
tempat tinggal Allah SWT.
f. Suluk Jebeng
Suluk jebeng dikenal dalam lagu Dandanggula. Nama Jebeng diambil dari istilah anak
muda yang dibesarkan untuk mencari ilmu. Suluk diawali dengan perbincangan tentang
pembentukan khalifah di muka bumi dan pengakuan harga diri sebagai upaya menuju
jalan yang benar. Selain itu Suluk ini juga menggambarkan kesatuan manusia dan Gustine
yang digambarkan sebagai gema dan suara yang harus dipahami.
Makam Sunan Bonang Ada 2
Kisah Makam Sunan Bonang yang bermula dari dua rencana penguburan adalah
perjuangan para santri. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M di daerah Lasem, Jawa
Tengah. Saat itu, berita kematian Sunan Bonang dengan cepat menyebar ke seluruh tanah
Jawa, sehingga murid-muridnya datang dari berbagai sudut untuk memberikan
penghormatan terakhir.
Pertama, jenazah Sunan Bonang dimakamkan di dekat makam Sunan Ampel di wilayah
Surabaya. Akan tetapi, santri Sunan Bonang dari Madura menginginkan pemakamannya
berlangsung di Madura. Ketika santri Tuban mendengar bahwa jenazah Sunan Bonang
diangkut ke Madura dengan perahu, mereka bertempur, dan akhirnya kapal tersebut
terdampar di perairan Tuban.
Ia dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami ‘Tuban. Ketika siswa Madura hanya
diperbolehkan membawa kafan dan pakaian, ada dua kali pemakaman. Akan tetapi yang
dianggap asli dan sering dikunjungi adalah makam di Tuban.
Setidaknya hanya Tuhan yang tahu bahwa kita dapat menerima hikmah bahwa Tuhan
akan mencintai kekasih-Nya dengan tidak menimbulkan permusuhan di antara kedua
murid Sunan Bonang.
TUGAS
KE 2 Teman Dakwah Sunan Bonang
Dalam cerita sejarah yang saya baca, beliau melakukan dakwah ini sendirian. Seperti
yang kita ketahui bahwasannya Sunan Bonang mensyiarkan Islam melalui beberapa
metode, diantaranya memanfaatkan media wayang, tembang, sastra sufistik, termasuk
tasawuf. Namun pada kenyataannya, sebelum beliau berdakwah melalui kesenian, dakwah
Sunan Bonang diketahui menggunakan pendekatan yang cemderung mengandung
kekerasan. Misalnya, pada waktu itu beliau menghancurkan arca-arca yang dipuja
masyarakat Kediri.
Jadi selama beliau mensyiarkan Islam hanya dilakukan secara sendirian tanpa ada
orang bersamanya. Menurut catatan Sadjarah Dalam, dikisahkan bahwa Sunan Bonang
hidup menyendiri atau tidak menikah hingga akhir hayatnya. Bahkan ketika dalam proses
mensyiarkan Islam beliau kurang berhasil, beliau masih tetap dengan kesendiriannya
sampai pada akhirnya beliau bertolak ke Demak atas panggilan Raden Patah untuk
menjadi Imam Masjid Agung Demak.
Asal-usul Karomah Sunan Bonang
Selama hidupnya Sunan Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau
meninggal dunia pada saat berdakwah di Pulau Bawean. Berita segera disebarkan ke seluruh
tanah Jawa. Para muridnya pun berdatangan dari berbagai penjuru untuk memberikan
penghormatan terakhir.
Murid Sunan Bonang yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan di Pulau Bawean.
Tetapi, murid yang berasal dari Madura dan Surabaya ingin jenazah beliau dimakamkan di dekat
ayahnya di Surabaya. Bahkan dalam hal memberikan kain kafan pembungkus jenasah pun
mereka tak mau kalah. Jenasah yang sudah dibungkus dengan kain kafan milik orang Bawean
masih ditambah lagi dengan kain kafan yang dibawakan dari Surabaya.
Konon pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep
untuk mengelabuhi orang-orang Bawean dan Tuban. Disaat orang sedang tertidur, jenazah Sunan
Bonang dibawa ke Surabaya dengan menggunakan kapal.Namun, karena tindakannya yang
tergesa-gesa, kain kafan jenazah tertinggal satu. Sementara kapal layar segera bergerak ke arah
Surabaya. Tapi ketika berada diperairan Tuban, tiba-tiba saja kapal yang ditumpangi tidak bisa
bergerak hingga akhirnya jenazah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban yaitu sebelah barat
Masjid Jami Tuban.Sementara kain kafannya yang tertinggal di Bawean ternyata juga masih ada
jenasahnya. Sehingga orang-orang Bawean pun menguburkannya di pulau itu dengan penuh
khidmat.
Dengan demikian, ada dua jenasah Sunan Bonang, inilah karomah atau kelebihan yang
diberikan Allah SWT, sehingga tidak ada permusuhan di antara murid-muridnya.
Murid Sunan Bonang
Menurut sejarah yang ada, dikisahkan bahwa setelah selesai berdiskusi akhirnya sunan
Bonang akan pergi melanjutkan perjalannnya. Sebelum sunan Bonang pergi beliau menunjuk
buah pohon aren dengan tongkatnya yang seketika itu biji aren berubah menjadi biji emas.
Brandal Lokajaya semakin dibuat terpukau dengan keajaiban yang dilihatnya itu. Karena
penasaran, ia memanjat pohon aren itu. Namun ketika akan memetik buah aren tesebut, tiba
tiba buah aren emas itu rontok mengenai kepalanya dan membuatnya pingsan.
Setelah bangun dari pingsan, Brandal Lokajaya atau Raden mas Syahid sadar kalau orang
berbaju putih itu bukan orang biasa. Akhirnya dikejarnya orang berbaju putih itu untuk
menyampaikan keinginannya berguru kepadanya.
Setelah bertemu dengan sunan Bonang, Raden Mas Syahid diperintahkan untuk menjaga
tongkatnya yang ditancapkan di pinggir kali (sungai) dan tidak boleh pergi sebelum ia
kembali.
Kurang lebih selama tiga tahun Raden Mas Syahid menjaga tongkat itu hingga sunan
Bonang datang menemuinya. kala itu ia sudah berubah menjadi pertapa yang sudah
ditumbuhi lumut dan tertutup ruput, bahkan ada sarang burung di tubuhnya.
Kemudian Raden mas Syahid dibangunkan dari bertapanya dan diajak pergi ke Tuban
untuk diberi pelajaran agama.
Thanks!