Auditing 2
02
Ekonomi dan Bisnis Akuntasi 84062 Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI
Abstract Kompetensi
Merancang desain samping audit, baik Mampu menjelaskan konsep dan
menggunakan pendekatan statistical menerapkan sampling yang
dan atau nonstatistical. Pendekatan representatif pada uji pengendalian dan
angka-angka matematis dalam statistik substantif. Dapat membedakan
matematika masih memerukan pemilihan statistical dan nonstatistical
professional judgement subjektif. sampling dan antara probabilistic dan
nonprobabilistic sample. Dapat
mendefinisikan, menjelaskan, dan
menerapkan atribut sampling dan
distribusi sampling pada uji
pengendalian dan substantif.
Pendahuluan
Konsep Dasar Sampling Audit
Dalam audit kontemporer, penerapan sampling audit telah menjadi hal yang umum. Penerapan sampling audit
dijelaskan dalam SA 350. SA 350.01 mendefinisikan sampling audit sebagai penerapan prosedur audit
terhadap unsur-unsur suatu saldo rekening atau kelompok transaksi yang kurang dari 100%. Tujuannya untuk
menilai beberapa karakteristik saldo rekening atau kelompok transaksi tersebut. Melakukan evaluasi terhadap
sample audit merupakan hal yang esensial dan bagian yang menantang dalam pengauditan. Kapankah
ukuran sample mencukupi besarnya evaluasi populasi? Apakah sample dapat merepresentasikan secara
akurat informasi akuntansi?
Sampling audit dapat diterapkan baik pada pengujian pengendalian atau pun substantif. Namun, sampling
tidak bisa diterapkan pada semua prosedur audit yang biasa dilakukan dalam melakukan pengujian.
Sampling audit dapat dilakukan pada prosedur vouching, konfirmasi, dan tracing. Tetapi tidak dapat
dilakukan pada pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis.
Representatives Samples
Dalam memenuhi standar tentang bukti audit, auditor diminta untuk mendapatkan dasar yang layak untuk
memberikan pendapat. Representatif sample1 adalah sample yang dapat memenuhi karakteristik populasi,
artinya bahwa karakteristik sample sama dengan yang tidak disamplingkan.
Dalam praktiknya, auditor diperkenankan untuk mendapat sejumlah ketidakpastian2, dengan dasar
pertimbangan bahwa kemungkinan waktu dan biaya untuk melakukan pemeriksaan 100% akan lebih besar
dari kemungkinan pendapat yang keliru. Hal ini juga merupakan dasar pemikiran kenapa audit sampling
dilakukan. Ketidakpastian dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut dengan risiko audit 3. Sampling
audit dalam pengujian pengendalian bertujuan memberikan informasi langsung berkaitan dengan penentuan
risiko pengendalian. Sampling audit dalam pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan
mengendalikan risiko deteksi.
Ketidakpastian dalam pemenuhan standar pekerjaan lapangan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) berhubungan langsung dengan pemakaian sampling (risiko sampling); 2) tidak berhubungan dengan
sampling (risiko nonsampling).
1
Sebagai bukti audit yang layak.
2
Auditor tidak pernah mengetahui kapan sample yang diambilnya merupakan representative sample walaupun setelah
keseluruhan pengujian telah dilakukan. Satu-satunya cara adalah dengan menerapkan uji pada seluruh populasi.
3
Ingat kembali dua dari tiga risiko audit, yaitu risiko pengendalian dan deteksi.
2017 Auditing II
2 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko yang tidak berkaitan dengan sampling, untuk mengatasi
masalah hal ini, auditor harus dapat menerapkan standar kualitas mutu. Risiko sampling terjadi ketika
simpulan auditor tidak tepat karena sample yang diambil tidak representatif. Terdapat dua cara mengontrol
risiko sampling, yaitu: 1) adjust sample size; 2) menggunakan metode pemilihan sample yang tepat yang bisa
merepresentasikan populasi.
Tahap ini masuk dalam tahap kedua dalam pengelolaan sampling. Dalam pemilihan sample probabilistic,
auditor memilih items secara random (acak), setiap populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih
4
Tiga langkah dalam pengelolaan sampling, yaitu perencanaan sample, memilih sample yang representatif, dan
mengevaluasi hasil sampling.
2017 Auditing II
3 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai sample. Sedangkan pemilihan sampel nonprobabilistik berdasarkan pada professional judgement.
Terdapat beberapa jenis metode pemilihan sampling, yaitu:
a. Nonprobabilistic dengan metode sampling nonstatistical, terdiri dari beberapa metode, yaitu:
1. Directed sample selected
Auditor memilih sample berdasarkan pertimbangan profesionalnya secara subyektif. Beberapa
pendekatan yang umum dilakukan dalam tipe pemilihan sample ini adalah:
Items Most Likely to Contain Misstatements. Auditor umumnya telah memahami akun-akun
mana saja yang biasa terjadi salah saji, misalnya: accounts receivable outstanding dalam waktu
yang lama, pembelian dari atau penjuaan dari perusahaan afiliasi, dan transaksi-transaksi
besar dan kompleks yang tidak biasanya terjadi.
Items Containing Selected Population Characteristics. Dengan memilih satu atau dua item
dengan karakteristik populasi yang berbeda, auditor akan lebih mudah mendesain sample yang
representatif. Misalnya: mengambil sample akun bank, dengan perbedaan lokasi atau
perbedaan tipe akuisisinya.
Large Dollar Coverage. Nilai transaksi yang tinggi cenderung dipilih sebagai sample audit, yaitu
berusaha untuk mereduce terjadinya salah saji yang cukup material.
2. Block sample selection.
Pemilihan item sample dengan mengklasifikan transaksi dalam blok tertentu kemudian memilihnya
dalam sequence (urutan). Penggunaan tipe pengambilan sampel ini perlu dicermati, pemilihan
bloknya harus beralasan, jika tidak, kemungkinan pengambilan sample yang tidak representatif
akan terjadi.
3. Haphazard sample selection
Pemilihan sample tanpa memperdulikan kemungkinan bias yang terjadi. Auditor memilih items
dalam populasi tanpa mempertimbangkan size, source, atau karakteristik pembeda lainnya.
Metode pemilihan sample ini memang terlihat kurang logis, namun sering kali dapat digunakan
dalam kasus-kasus tertentu dan memiliki dasar pertimbangan tertentu pula.
b. Probabilistic dengan metode sampling statistical, terdiri dari beberapa metode, yaitu:
1. Simple random.
Setiap populasi memiliki kesepatan yang sama untuk menjadi (terpilih) sebagai sample. Hal ini
bisa dilakukan auditor, jika tidak terdapat penekanan-penekanan tertentu dalam populasi atau
terdapat tipe-tipe items yang lain.
2. Systematic sample selection.
Auditor mengkalkulasi interval kemudian memilih sample-sample berdasarkan besar interval.
3. Probability proportional to size dan atau Stratified Sample Selection.
Dalam tipe pemilihan sample ini, terkadang penekanan populasi pada nilai transaksi yang tinggi
lebih menguntungkan, terdapat dua cara dalam pemilihan sample jenis ini, yaitu:
Mengambil sample dengan probabilitas item populasi secara individual yang terpilih
proporsional terhadap jumlah yang direcord. Metode ini disebut sampling with probability
2017 Auditing II
4 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
proportional to size (PPS). Evaluasi pemilihan sampling dengan menggunakan non-statistical
sampling atau monetary unit statistical sampling.
Membagi populasi ke dalam sub populasi, biasanya berdasarkan besar rupiah atau ukuran
yang lebih besar/luas.
Auditor bisa menggunakan sampling untuk memeroleh informasi tentang berbagai macam karakteristik
populasi yang berbeda-beda. Pengambilan sample pada umumnya ditujukan untuk memperkirakan: 1) tingkat
deviasi (penyimpangan); dan 2) monetary misstatement dalam data transaksi dan atau account balance
details. Dalam sampling statistik, terdapat dua teknik sampling, yaitu:
1. Sampling atribut. Teknik sampling ini ditujukan untuk jenis pengujian pengendalian. Tujuannya adalah
untuk menaksir tingkat deviasi dari pengendalian yang telah ditetapkan dalam suatu populasi.
2. Sampling variabel. Teknik sampling ini ditujukan untuk menaksir jumlah total rupiah suatu populasi atau
jumlah kekeliruan rupiah dalam suatu populasi.
Sampling atribut digunakan hanya apabila ada alur bukti dokumen dalam pelaksanaan prosedur
pengendalian. Prosedur pengendalian tersebut biasanya meliputi prosedur otorisasi, dokumen dan catatan,
dan pengecekan secara independen. Tahapan-tahapan dalam rencana sampling statistik untuk pengujian
pengendalian akan dijabarkan sebagai berikut di bawah ini. Tahap 1-5 dalam tahapan diselenggarakan
selama perencanaan audit. Setiap tahapan harus didokumentasikan dalam kertas kerja.
1. Menentukan tujuan audit.
Tujuan utama dari pengujian pengendalian adalah mengevaluasi keefektifan rancangan dan pengoperasian
pengendalian intern. Hasil pengujian pengendalian yang dimasukkan ke dalam rencana sampling atribut
selanjutnya digunakan untuk menentukan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang
bersangkutanyang dipengaruhi oeh kelompok transaksi terkait.
2. Merumuskan populasi dan unit sampling.
Auditor harus menentukan bentuk perwujudan fisik dari populasi sesuai dengan tujuan sampling yang
direncanakan. Misalnya bertujuan untuk menguji pengendalian atas asersi kelengkapan transaksi
pembelian, maka populasi yang akan diambil haruslah semua voucher yang telah disetujui dan dicatat.
2017 Auditing II
5 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perumusan populasi harus mempertimbangkan homogenitas populasi dalam hubungannya dengan
pengendalian yang akan diuji. Misalnya, bila klien memiliki beberapa lokasi (misalnya cabang atau divisi),
auditor bisa memandang setiap segmen secara terpisah. Dengan anggapan bahwa setiap lokasi memiliki
internal kontrol yang berbeda, namun jika tidak maka setiap segmen bisa dianggap homogen apalagi bila
klien membuat Laporan Keuangan Konsolidasian. Demikian pula bila terjadi perubahan kebijakan dalam
masa satu periode audit (satu tahun), auditor bisa membaginya dalam da segmen, yaitu sebelum dan
setelah terjadi perubahan dalam kebijakan internal kontrol. Unit sampling adalah suau elemen individual
dalam poulasi. Untuk asersi kelengkapan, unit samplingnya bisa berupa dokumen. Untuk asersi
keberadaan (keterjadian) transaksi fiktif dalam register voucher, unit samplingnya adalah ayat register.
3. Menentukan atribut-atribut.
Atribut adalah karakteristik dalam populasi yang akan diuji. Auditor harus cermat dalam menentukan
atribut, karena atribut akan menjadi dasar dalam menentukan jumlah deviasi dari pengendalian yang telah
ditetapkan. Setiap atribut harus bersangkutan dengan suatu pengendalian yang tingkat risikonya
diharapkan auditor di bawah maksimum. Auditor harus memperhatikan arti penting relatif dari suatu atribut
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan parameter statistik yang harus dirumuskan dalam
menentukan ukuran dan mengevaluasi sampel. Misalnya, dalam situasi tertentu, tanda tangan persetujuan
kredit bisa dianggap lebih penting dari pada verifikasi ketelitian perhitungan. Melakukan identifikasi atribut
adalah dengan mengkodifikasi karakteristik yang diuji ke dalam angka. Contoh atribut, misalnya:
Atribu
Penjelasan tentang Atribut
t
1 Keberadaan salinan faktur penjualan beserta dokumen pengiriman
pendukung, order penjualan, dan pesanan dari pembeli
2 Otorisasi penjualan dari pegawai bagian penjualan yang berwenang
3 Verifikasi departemen order penjualan mengenai kesesuaian antara order
penjualan dengan pesanan dari pembeli mengenai kuantitas, keterangan,
dan harga
4 Persetujuan kredit dari personil departemen kredit yangb berwenang.
5 Kecocokan detail jurnal penjualan dan pembukuan ke buku besar
pembantu dengan faktur penjualan
Tingkat deviasi bisa ditoleransi (Tolerable exception rate (TER)), adalah tingkat deviasi maksimal
dari suatu pengendalian yang akan diterima yang akan diterima dan masih menggunakan risiko
pengendalian direncanakan. Dalam memutuskan tingkat toleransi, auditor harus
mempertimbangkan hubungan dari masing-masing deviasi terhadap: 1) catatan akuntansi yang
diuji; 2) setiap pengendalian yang berkaitan; 3) tujuan evaluasi yang dilakukan oleh auditor. The
audit Sampli Guide memberikan pedoman sebagai berikut:
Risiko Pengendalian Tingkat Deviasi Bisa Ditoleransi
Direncanakan Rentang (%)
Rendah 2-7
Moderat 6 - 12
Tinggi 11 -20
Tingkat deviasi populasi diharapkan (Estimated population exception rate (EPER)), dalam menaksir
tingkat deviasi ini, auditor dapat melakukan: 1) tingkat deviasi sample tahun lalu, disesaikan dengan
pertimbangan auditor untuk perubahan dalam efektivitas pengendalian tahun lalu; 2) estimasi
semata-mata didasarkan pada penilaian auditor atas pengendalian tahun lalu; 3) tingkat tertentu
yang diperoleh pada sample pendahuluan kuang lebih 50 unsur.
Dalam Audit Sampling Guide, besarnya populasi tidak berpengaruh terhadap ukuran sample. Penentuan
ukuran sample dapat mengikuti ketentuan dalam tabel-tabel statistik yang menjadi pedoman dalam
standar. Berikut ini akan diilustrasikan ukuran sample dengan asumsi penetapan risiko sample terlalu
rendah 5%, tingkat deviasi bisa ditoleransi 5%, dan tingkat deviasi populasi diharapkan 1%.
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran populasi tidak terlalu berpengaruh thp
Populasi Sample Populasi Sample ukuran sample
100 64 2000 92
500 87 5000 93
1000 90 100000 93
Ikhtisar faktor-faktor yang memengaruhi ukuran sample atribut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Hubungan terhadap
Faktor Ukuran Sample Ukuran sample pada tingkat
5% > tingkat risiko 10%
Risiko Penetapan Risiko Pengendalian Terbalik
Semakin tinggi tingkat deviasi
Terlalu Rendah
semakin rendah jumlah sample
Tingkat deviasi bisa ditoleransi Terbalik
Kebutuhan informasi yang lebih akurat
Tingkat deviasi populasi dapat diharapkan Langsung
dlm menghindari deviasi populasi maka
Ukuran populasi: jumlah sample juga akan bertambah
> 5.000 unit Tidak Berpengaruh
< 5.000 unit Langsung
Pendekatan yang dimaksud di sini adalah metode probability proportional to size sampling (PPS) (lihat
juga penjelasan di atas). Terdapat dua metode perancangan sampling untuk uji substantif, yaitu PPS dan
variabel klasik (tidak banyak dijelaskan dalam modul ini). Terdapat tiga jenis dalam teknik sampling variabel
klasik, yaitu: 1) mean-per-unit (MPU); 2) selisih; dan 3) rasio. Teknik yang sering digunakan Audit Samplig
Guide menganjurkan beberapa pertimbangan dalam penggunaan teknik sampling variabel klasik, yaitu: 1)
kemampuan untuk merancang suatu strata sample, stratifikasi dapat mengurangi ukuran sample secara
signifikan pada metode MPU, tetapi hal ini tidak terjadi pada eknik selisih dan rasio. 2) Ekspektasi jumlah
perbedaan antara nilai audit dengan nilai buku. Jumlah perbedaan minimal harus terjadi di antara kedua nilai
2017 Auditing II
8 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini dalam teknik sample selisih dan rasio. 3) Tersedianya informasi, nilai buku harus tersedia untuk setiap unit
sampling dalam estimasi rasio dan selisih. Nilai buku tidak harus ada pada teknik MPU. Dengan pertimbangan
kendala-kendala tersebut, auditor memiliki kecenderungan untuk lebih memilih teknik selisih dan rasio, karena
dianggap lebih murah dalam memenuhi tujuan audit.
Berdasarkan Audit Sampling Guide yang diterbitkan AICPA, model PPS ditujukan untuk pengujian transaksi
atas saldo yang salah sajinya terlalu tinggi (overstated) dan terutama akan berguna dalam pengujian: 1)
piutang apabila pengkreditan yang tidak dikerjakan terhadap rekening debitur tidak signfikan. 2) investasi
dalam surat berharga. 3) pengujian harga persediaan apabila diperkirakan hanya terdapat sedikit selisih. 4)
Tambahan pada aktiva tetap. Penggunaan model ini tidak murah dan tidak sesuai jika digunakan untuk tujuan
sampling melakukan estimasi secara independen atas kelompok transaksi atau saldo-saldo. Tahapan-tahapan
dalam perencanaan sampling PPS, yaitu:
1. Menetapkan tujuan rencana sampling.
Tujuan samping PPS umumnya adalah untuk mendapatkan bukti bahwa saldo rekening menurut catatan
tidak salah saji secara material. Dalam tingkatan asersi, auditor harus memiliki keyakinan akan prosedur
yang diterapkan untuk masing-masing sample.
2. Merumuskan populasi dan unit sampling.
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo rekening yang akan diuji. Untuk setiap populasi auditor
harus memutuskan apakah semua unsur akan dimasukkan atau tidak, misalnya: apakah semua saldo,
saldo debet / kredit saja, dan atau saldo nol. Unit sampling PPS adalah rupiah individual, dan populasi
adalah suatu angka rupiah yang sama dengan total jumlah rupiah dari populasi. Meskipun rupiah-rupiah
individual adalah dasar untuk pemilihan sample, auditor sesungguhnya tidak melakukan pemeriksaan atas
rupiah secara individual, melainkan terhadap rekening, transaksi, dokumen atau unsur tertentu yang
berkaitan dengan rupiah. Unsu-unsur bawaan tersebut biasa disebut sebagai unit sampling logis (logical
sampling unit). Selanjutnya, auditor bisa memilih unsur-unsur sample dari perujudan fisik populasi.
Terdapat dua keterbatasan dalam sampling PPU, yaitu: dalam pengujian aktiva, saldo nol dan atau negatif
harus dikeluarkan dalam populasi, karena pasti tidak terpilih sebagai sample.
3. Menentukan ukuran sample.
Rumus untuk menentukan ukuran sample dalam PPS adalah sebagai berikut:
NB X FK
n=
SD−( AS X FE)
Nilai buku populasi yang diuji (NB), nilai buku harus sesuai dengan rumusan populasi. NB memiliki
pengaruh langsung kepada ukuran sample. Semakin besar NB yang diuji maka semakin besar sample.
Faktor keandalan untuk risiko salah menerima yang telah ditetapkan (FK), dalam menetapkan risiko
salah menerima yang dapat diterima, auditor harus mempertimbangkan: 1) tingkat risiko audit yang telah
ditetapkan auditor bahwa suatu salah saji material tidak akan terdeteksi, 2) tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan, 3) hasil pengjian detil dan prosedur analitis. Risiko salah menerima mempunyai pengaruh
terbalik terhadap ukuran sample, semakin rendah risiko yang ditetapkan, maka semakin tinggi uk sample.
2017 Auditing II
9 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Salah saji bisa ditoleransi (SD), adalah materialitas. SD memiliki pengaruh terbalik dengan ukuran
sample semakin kecil SD, semakin besar ukuran sample.
Antisipasi salah saji (AS), dalam samping PPS, auditor tidak mengkuantifikasi risiko keliru menolak dan
AS merupakan kendali tidak langsung. AS berhubungan terbalik dengan risiko menolak dan berhubungan
langsung dengan ukuran sample. Dalam menentukan AS diperlukan pengalaman di masa lalu,
pengetahuan tentang klien, serta pertimbangan profesional.
Faktor ekspansi (FE) diperlukan hanya apabila salah saji diantisipasi, nilainya ditentukan dari nilai risiko
keliru menerima yang telah ditetapkan oleh auditor. FE memiliki hubungan langsung dengan kran sample.
4. Menentukan metode pemilihan sample
Metode pemilihan sample yang umum digunakan dalam PPS adalah systematic sampling, yaitu dengan
menentukan interval sampling, metode ini membagi total rupiah populasi dengan interval2 rupiah yang
NB
sama, dengan rumus sebagai berikut: IS=
n
5. Melaksanakan rencana sampling.
Dalam tahap ini, audtor melaksanakanprosedur pengauditan yang sesuai untuk menentukan suatu nilai
menurut audit untuk setiap unit logis yang diiktsertakan dam sampel. Misalnya melakukan konfirmasi,
vouching, dan sebagainya kemudian melakukan prosedur-prosedur pemeriksaan audit, apakah terdapat
perbedaan atau kesalahan dalam salah saji.
6. Mengevaluasi hasil sampel.
Menentukan BAS (Batas Atas Salah Saji) dari sample dan membandingkannya dengan salah saji yang
ditoleransi sebagaimana ditetapkan dalam rancangan sample. Apabila BAS ≤ SD (materialitas), maka
hasil sample mendukung simpulan. Dan sample bebas dari risiko salah menerima yang ditetapkan.
Rumus BAS adalahTotal proyeksi salah saji dalam populasi (PS) dibagi dengan cadangan risiko salah
saji (CRS).
Tidak ditemukan salah saji. Hasil sample digunakan untuk memperkirakan total PS, jika tidak ditemukan
salah saji dalam sample, berarti PS = 0. Maka, faktor CRS terdiri dari satu komponen yang disebut
presisi dasar (PD). Nilai PD merupakan hasil kali dari FK untuk salah saji nol pada risiko keliru menerima
yang ditetapkan dengan IS (PD = FK x IS). Karena PS = 0, maka BAS = CRS, yang jumlahnya ≤ SD.
Namun demikian masih perlu dilakukan sebuah professional judgement dalam hal-hal tertentu, dimana
auditor perlu membuat simpulan yang lebih spesifik bahwa NB populasi tidak salah saji melebihi PD.
Ditemukan beberapa salah saji. Apabila ditemukan salah saji dalam sampel, auditor harus menghitung
baik proyeksi total salah saji dalam populasi maupun cadangan risiko sampling untuk menentukan
batas atas salah saji untuk salah saji terlalu tinggi. Selanjutnya BAS dibandingkan dengan SD.
Pertimbangan Kualitatif. Seperti halnya dalam sampling atribut, auditor perlu mempertimbangkan aspek
kualitatif dari salah saji dalam jumlah rupiah. Salah saji bisa disebabkan oleh: 1) perbedaan dalam
prinsip atau penerapannya; 2) kekeliruan atau ketidakberesan. Pertimbangan juga perlu dilakukan
terhadap hubungan salah saji dengan tahapan audit lainnya. Auditor harus menggunakan pertimbangan
2017 Auditing II
10 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
profesional dalam menggabungkan bukti yang diperoleh dari berbagai sumber untuk mencapai simpulan
menyeluruh tentang apakah suatu saldo rekening bebas dari salah saji material.
Langkah-langkah sampling dengan pendekatan non statistik dalam pengujian pengendalian antara lain:
1. Menentukan ukuran sample. Determinan utama dalam ukuran sample adalah: 1) risiko penetapan
risiko pengendalian terlalu rendah; 2) tingkat deviasi bisa ditoleransi; 3) tingkat deviasi populasi
diharapkan untuk setiap atribut. Auditor harus secara subjektif mengenali pengaruh-pengaruh terhadap
ukuran sample bila suatu faktor berubah, sedangkan faktor-faktor lainnya konstan, yaitu: 1) faktor
penetapan risiko pengendalian terlalu, pengaruhnya terhadap ukuran sample terbalik; 2) tingkat deviasi
bisa ditoleransi, berpengaruh terbalik terhadap ukuran sample; 3) tingkat deviasi populasi diharapkan
berpengaruh langsung terhadap ukuran sample.
2. Menentukan metode pemilihan sample. Dalam metode non statistik, auditor bisa menggunakan
sampling blok atau sampling sederhana, selain metode nomor acak dan metode sistematik. (Lihat
pembahasan tentang pemilihan metode sample di atas)
3. Mengevaluasi hasil sampling. Auditor harus mengaitkan tingkat deviasi yang ditemukan dalam sample
dengan tingkat yang bisa ditoleransi tertentu yang bersangkutan dalam menentukan ukuran sample.
Selisihnya bisa dipandang sebagai suatu cadangan untuk risiko sampling.
Langkah-langkah sampling dengan pendekatan non statistik dalam pengujian substantif antara lain:
1. Menentukan ukuran sample. Dalam penentuan ukuran sample, auditor harus mempertimbangkan
hubungan-hubungan sebagai berikut: 1) ukuran populasi memiliki pengaruh langsung terhadap ukuran
sampel; 2) variasi dalam populasi memiliki pengaruh langsung terhadap ukuran sampel; 3) salah saji
ditoleransi memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel; 4) salah saji diharapkan memiliki
pengaruh langsung terhadap ukuran sampel; 5) risiko keliru menerima memiliki pengaruh terbalik
terhadap ukuran sampel; 6) risiko keliru menerima memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel.
Analisis subyektif dan professional judgement serta pengalaman audit akan menghasilkan ukuran
sample yang lebih tepat dibandingkan dengan memilih sample secara sembarang.
2. Evaluasi hasil sample. Seperti halnya dalam sampling statistik, auditor harus: 1) memproyeksi salah
saji yang dijumpai dalam sample ke populasi; dan 2) mempertimbangkan risiko sampling dalam
mengevaluasi hasil sample. Terdapat dua metode yang lazim untuk memproyeksi salah saji dalam
2017 Auditing II
11 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sampling non statistik, yaitu: 1) membagi jumlah total rupiah salah saji dalam sample dalam bagian dari
total rupiah dalam populasi yang termasuk dalam sample; 2) mengalikan rata-rata selisih antara nilai
audit dengan nilai buku dari unsur-unsur sample dengan jumlah unit dalam populasi.
2017 Auditing II
12 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Arens, A.A., R.J. Elder, dan M.S. Beasley. 2012. Auditing And Assurance Services: An Integrated Approach.
Pearson Prentice Hall. New Jersey.
Hayes, Rick, R. Dassen, A. Schilder, P. Wallage. 2005. Principles of Auditing: An Introduction to International
Standards on Auditing. Second Edition. Pearson Education Limited. United Kingdom.
Jusuf, Al. Haryono. 2002. Auditing. Penerbitan SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
2017 Auditing II
13 Yulis Audiana Alfia
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id