Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika
Agriekonomika Volume 7, Nomor 1, 2018
Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet PTPN VII
Padang Pelawi Bengkulu
Deny Kurnia Sisti, Joni Murti Mulyo Aji, Evita Soliha Hani

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember


Received: September 2017; Accepted: Maret 2018; Published: April 2018
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/agriekonomika.v7i1.3828

ABSTRAK
Karet adalah komoditas perkebunan strategis yang memiliki peranan ekonomi yang
signifikan bagi petani dan bagi Negara sebagai penyumbang devisa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelayakan finansial dan teknis usaha karet; (2)
sensitivitas terhadap penurunan harga output, penurunan produksi dan kenaikan harga
input; (3) strategi pengembangan. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara
dan pengumpulan data produksi tahun 2015. PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan onfarm hingga offarm karet. Produk
yang dihasilkan adalah SIR 20. Hasil penelitian menggunakan analisis Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) dan Payback
Period (PP) dengan tingkat bunga sebesar 6,75% menunjukkan bahwa perusahaan
secara finansial layak. Analisis sensitivitas untuk menguji tingkat sensitivitas proyek
terhadap penurunan produksi sebesar 5%, penurunan harga output sebesar 5% dan
kenaikan harga input sebesar 6% menunjukkan perusahaan tidak sensitif dan strategi
pengembangan PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu adalah memaksimalkan sumber
daya alam dan tenaga kerja. Kelayakan usaha karet PTPN VII Unit Padang Pelawi
Bengkulu layak untuk dilanjutkan.
Kata kunci: kelayakan, sensitivitas, strategi pengembangan, karet
Rubber Factory Feasibility and Development in PTPN VII Padang Pelawi Bengkulu
ABSTRACT
Rubber is a strategic commodity with significant economic contribution for farmer and
national economic. This research aims to analyze: (1) Financial and technical feasibility
of rubber factory; (2) sensitivity to decreasing output price and production and increasing
input price; (3) development strategy. The data obtained from interview and production
data of 2015. PTPN VII Padang Pelawi Unit is a company that manages onfarm and off-
farm activity of rubber plantation. Their product is SIR 20. The result of financial feasibility
analysis using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit and Cost
Ratio (B / C Ratio) and Payback Period (PP) with an interest rate of 6.75% showing that
the company is financially feasible. Sensitivity analysis tests the sensitivity of the factory
to the production decrease of 5%, output price decrease of 5% and input price increase
of 6% and strategy development at PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu. The result
shows that PTPN VII Padang Pelawi is Financially and Technically feasible.
Keywords: feasibility, sensitivity, development strategy, rubber


Corresponding author : © 2018 Universitas Trunojoyo Madura
Address : Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang
p-ISSN 2301-9948 | e-ISSN 2407-6260
Email : denykurnia15@gmail.com
Phone : 085815431403
20 | Deny Kurnia Sisti, dkk., Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Karet merupakan salah satu komoditas Daerah penelitian ditentukan dengan me-
pertanian penting Indonesia. Karet meru- tode purposive method (Nazir, 2005).
pakan hasil pertanian yang menunjang PTPN VII Padang Pelawi dipilih karena
perekonomian Negara (Tim Penulis PS, memiliki kebun yang luas dan pabrik pen-
2008). Perkebunan besar yang mengelola golahan sendiri. Metode yang digunakan
karet adalah PT. Perkebunan Nusantara metode deskriptif dan analitik. Data yang
(PTPN) I, II, III, V, VII, VIII, IX, XII, XIII, dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
XIV. ). Perkebunan besar memberi kontri- primer dan data sekunder. Data primer di-
busi 20% dari total produksi karet nasional dapat dari key informant sedangkan data
yang mencapai 2,6 juta ton pada tahun primer diperoleh dari data keuangan peru-
2010 (Barani, 2012). sahan.
PTPN VII Unit Padang Pelawi Kelayakan finansial dinilai dengan
merupakan BUMN yang mengusahakan menggunakan kriteria investasi :
karet dengan luas lahan 5.804 ha. Ta- 1. Net Present Value (NPV)
hun 2008 PTPN VII Unit Padang Pelawi Bt − Ct
NPV = ∑ t =1
n
Bengkulu melakukan Tanam Ulang (TU) (1)
(1 + i )
t
luasan 3.000 ha. TU dilakukan di Afde-
ing I-VIII. Penebangan pohon karet pada
Afdeling I-VIII dilakukan bertahap selama Dimana NPV adalah Net Present
6 tahun. Umur ekonomis tanaman karet Value, Ct Cost waktu ke-n (Rp), Bt Benefit
adalah adalah 32 tahun (Anwar, 2006; Titik waktu ke-n (Rp), n adalah Waktu (tahun),
Widyasari, Slamet Hartono, 2015). dan I adalah Tingkat bunga (%).
TU berdampak pada menurunnya Kriteria pengambilan keputusan :
produksi karet. Kondisi ini menyababkan a) NPV > 0, layak
perusahaan membeli karet dari pihak lain b) NPV = 0, impas
dengan harga lebih mahal. Pembelian ini c) NPV < 0, tidak layak
berkurang seiring dengan mulai berproduk-
sinya kebun milik perusahaan (Janudianto, 2. B/C Ratio
Rahayu, Joshi, & Wulandari, 2010).
Bt − Ct
∑ (1 + i )
t
Produk karet PTPN VII Unit Pa- t =1 t
dang Pelawi adalah SIR (standart Indone- Net B C = (2)
sia rubber) 20. Pabrik pengolahan memi- B −C
∑ (1 + i )
t t t
t =1 t
liki struktur pengolahan yang rapi. Pabrik
pengolahan memiliki peralatan dan mesin Dimana Net B/C adalah Net Be-
yang lengkap untuk menunjang kegiatan nevit Cost Ratio, Bt merupakan Benefit
produksi SIR 20. Kapasitas olah pabrik se- waktu ke-n, Ct adalah Cost waktu ke-n
banyak 40 ton bokar/hari. Kapasitas terse- Kriteria pengambilan keputusan:
but merupakan target pabrik dalam waktu a) Net B/C > 1, layak
16 jam perhari (Nugroho, 2012). b) Net B/C = 1, impas
Rumusan masalah penelitian ini c) Net B/C < 1, tidak layak
adalah (1) Bagaimana kelayakan finansial
3. Gross B/C
dan teknis perusahaan; (2) Bagaimana
sensitivitas perusahaan terhadap kenai-  B 
∑  (1 + i )
t n

kan harga input serta penurunan harga 
i =1

n

output dan produksi; (3) Bagaimana ru- Gross B C ==


 C 
∑ i=1  (1 + ni )n 
t
musan strategi pengembangan komoditas
 
(3)
karet pada PTPN VII Unit Padang Pelawi
Dimana Gross B/C adalah Gross Benefit
Bengkulu.
Cost Ratio, Bn adalah Benefit bruto tahun
ke-n, dan Cn adalah Biaya pada tahun ke-
Agriekonomika, 7(1) 2018: 19-29 | 21

n. b) Jika PP > umur ekonomis tanaman


Kriteria pengambilan keputusan : karet,tidak layak.
a) Gross B/C ratio >1, layak Permasalahan ketiga mengenai
b) Gross B/C ratio < 1, tidak layak strategi pengembangan PTPN VII Unit
Padang Pelawi Bengkulu dianalisis meng-
4. Internal Rate of Return (IRR) gunakan analisis Medan Kekuatan (Force
Field Analysis) dengan tahapan sebagai
berikut. (Siabipar et al 2003).
(4) a. Identifikasi faktor pendorong dan
penghambat
Dimana IRR ialah Internal Rate of Identifikasi faktor pendorong dan
Return, ii adalah Tingkat bunga NPV positif, penghambat bersumber dari internal dan
iii adalah Tingkat bunga NPV negatif, NPVi eksternal melalui wawancara dengan in-
adalah NPV pada i terendah, dan NPVii forman kunci dan survei daerah penelitian.
adalah NPV pada i tertinggi. Aspek yang dinilai
Kriteria pengambilan keputusan : Menentukan faktor keberhasilan
a) IRR > r, layak sebagai faktor-faktor strategis atau faktor
b) IRR = r, impas kunci keberhasilan. Aspek yang dinilai dari
c) IRR < r, tidak layak tiap faktor adalah:
1. Urgensi atau bobot dalam mencapai
5. Payback Period (PP) tujuan
2. Dukungan atau kontribusi tiap faktor
dalam mencapai tujuan
3. Keterangan antara foktor dalam
(5) mencapai tujuan
Ketentuan penilaian tabel yaitu :
1. Sangat baik = 5.
Dimana n adalah Tahun cash flow 2. Baik = 4.
belum bisa menutup original investment, a 3. Cukup = 3.
adalah Jumlah original investment, b ada- 4. Curang = 2.
lah Jumlah kumulatif cash flow pada tahun 5. Sangat kurang = 1.
ke n, dan c adalah Jumlah kumulatif cash
flow pada tahun ke n+1.
Kriteria pengambilan keputusan :
a) Jika PP < umur ekonomis tanaman
karet, layak

Tebel 1. Tingkat Urgensi antar Faktor


Faktor
No. Tingkat Komparasi NU
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
D1
D2
D3
D4
H1
H2
H3
Total Nilai Urgensi
Sumber: Sianipar dan Entang, 2003
22 | Deny Kurnia Sisti, dkk., Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet

b. Penilaian Faktor Pendorong dan Faktor pendorong dan faktor pengham-


Penghambat bat yang teridentifikasi untuk mengetahui
Penilaian faktor pendorong dan peng- strategi yang diterapkan untuk pengemba-
hambat meliputi: gan PTPN VII Unit Padang Pelawi Beng-
1. NU (Nilai Urgensi), dinilai dengan kulu yaitu:
rating scale 1-5 dengan memband- Faktor Pendorong (D):
ingkan faktor yang paling urgen. 1. Keadaan Sumber Daya Alam (D1)
2. BF (Bobot Faktor) 2. Sarana dan prasarana (D2)
3. Bahan Baku (D3)
4. Terbuka pasar dalam dan luar negeri
(6) (D4)
5. Tenaga Kerja (D5)
3. ND (Nilai Dukungan), Cara men- 6. Teknologi informasi (D6)
emukan nilai dukungan (ND) sama 7. Teknik produksi (D7)
dengan penentuan Nilai Urgensi
(NU). Faktor penghambat:
1. Modal Usaha (H1)
4. NBD (Nilai Bobot Dukungan) 2. Fluktuasi Harga (H2)
3. Produksi sejenis dalam satu wilayah/
NBD = NDxBF (7) daerah (H3)
4. Masuknya produk luar (H4)
5. NK (Nilai Keterkaitan), Nilai ket- 5. Bisnis perkaretan oleh owner asing
erkaitan tiap faktor menggunakan (H5)
rentang nilai 1-5.
6. TNK (Total Nilai Keterkaitan), diten- d. Penyusunan Strategi Pengembangan
tukan dari jumlah total nilai keterkai- disesuaikan dengan kenyataan usaha
tan antar faktor pendorong dan fak- PTPN VII Unit Padang Pelawi di
tor penghambat dalam situasi baris. lapangan sebagaiman tergambar dalam
7. NRK (Nilai rata-rata Keterkaitan diagram medan kekuatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


(8) Analisis Kelayakan Aspek Teknis
8. NBK (Nilai Bobot Keterkaitan) Lokasi Pabrik
Keunggulan lokasi pabrik ada-
NBK= ND x BF (9) lah ketersediaan air dari sungai andalas,
9. TNB (Total Nilai Bobot) drainase yang cukup, memiliki tempat
TNB= NDB + NBK (10) pembuangan limbah yang tidak mence-
mari lingkungan, daya dukung tanah, in-
c. Faktor Kunci Keberhasilan dan Diagram frastruktur, dan dekat dengan lokasi perke-
Medan Kekuatan bunan karet.
1. Dipilih berdasarkan TNB yang Fasilitas Produksi dan Pendukung
terbesar. Fasilitas produksi memiliki kapasi-
2. Apabila TNB sama maka dipilih BF tas produksi 40 ton per hari dibagi menjadi
terbesar. dua yaitu pengolahan basah dan pengo-
3. Apabila BF sama maka dibilih NBD lahan kering. Pengolahan basah meliputi
terbesar. slab cutter, blending, hammer I, hammer
4. Apabila NBD sama maka dipilih NBK II, macerator, crepe jumbo I, crepe jumbo
terbesar. II, crepe jumbo III, crepe finisher I, crepe
5. Apabila NBK sama maka dipilih finisher II, timbangan crepe, lift dan pre
bedasarkan pengalaman dan drying. Pengolahan kering meliputi shred-
rasionalitas der, vortex pump,trolley, dryer, timbangan
Agriekonomika, 7(1) 2018: 19-29 | 23

press bale, metal detector, timbangan digi- 16 jam kerja, kapasitas olah setiap bulan
tal cross ceck, dan packing. Sedangkan mencapai 1.200 ton dan untuk kapasitas
fasilitas pendukung yaitu kendaraan ope- olah setiap tahunnya sebesar 13.600 ton.
rasional, perumahan, fasilitas pengadaan Dalam satu tahun hari kerja yang dibutuh-
air, peralatan komunikasi, peralatan pem- kan adalah selama 348 hari. Dapat disim-
adam kebakaran, computer, laboratorium, pulkan bahwa dengan jumlah bahan baku
dan alat-alat penunkang lainnya. tersebut maka kapasitas olah sudah di-
Bahan Baku dan Produksi manfaatkan secara maksimal oleh perusa-
Kapasitas mesin pabrik mampu haan (Azizah, Wijana, & Effendi, 2015)
memproduksi sebanyak 40 ton dalam 1 a. Proses Produksi
kali produksi. Mesin pabrik yang terdapat Proses pengolahan bahan mentah
di PTPN VII terdiri dari 1 set mesin pabrik. karet menjadi produk SIR 20 terbagi
Kapasitas olah pabrik normal perusahaan menjadi pengolahan basah dan pen-
dalam satu hari dapat mengolah 40 ton golahan kering.
bahan baku yang berupa bokar dengan 1. Proses Pengolahan Basah
waktu kerja sebanyak 2 sift dan selama 2. Proses Pengolahan Kering

Tabel 2.
Kebutuhan kapasitas olah pabrik pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
Uraian Jumlah
Kapasitas 40 ton
Jam Kerja / hari 16 jam
Hari Kerja / bulan 29 hari
Hari Kerja / tahun 348 hari
Kebutuhan kapasitas olah / hari 40 ton
Kebutuhan kapasitas olah / bulan 1.200 ton
Kebutuhan kapasitas olah / tahun 13.600 ton
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Sumber: Data Primer Diolah, 2016


Gambar 1
Alur Produksi Pengolahan Basah
24 | Deny Kurnia Sisti, dkk., Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet

Sumber: Data Primer Diolah, 2016


Gambar 2
Alur Produksi Pengolahan Kering
Tabel 3
Analisis kelayakan PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
Kriteria Hasil Kriteria Keputusan Keputusan
NPV (Rp) 541.498.999.203 >0 Layak
Net B/C 2,03 >1 Layak
Gross B/C 1,40 >1 Layak
IRR (%) 12,23% >suku bunga (6,75%) Layak
PP 10 tahun 8 bulan < lama umur investasi Layak
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Kelayakan Finansial PTPN VII Unit Pa- Nilai tersebut menunjukkan bahwa kegia-
dang Pelawi Bengkulu tan usaha karet pada PTPN VII Unit Pa-
Kelayakan finansial penting guna meng- dang Pelawi Bengkulu layak dilanjutkan.
etahui keuntungan usaha yang dijalan- 3. Gross B/C
kan, kriteria investasi yang digunakan Hasil perhitungan untuk nilai gross
yaitu Net Present Value (NPV), B/C Ratio, B/C yaitu sebesar 1,40 yang mana nilai
Gross B/C, Internal Rate Of Return (IRR), tersebut lebih besar dari satu. Hal ini dapat
payback period (PP) dengan pembahasn diartikan bahwa usaha karet pada PTPN
pada Tabel 3. VII Unit Padang Pelawi Bengkulu layak un-
1. Net Present Value (NPV) tuk dilanjutkan dimana usaha karet terse-
Nilai NPV sebesar Rp but memberikan penerimaan atau benefit
541.498.999.203. Hal ini menunjukkan kotor sebesar 1,40 kali lipat dari biaya.
bahwa PT. Perkebunan Nusantara VII Unit 4. Internal Rate Of Return (IRR)
Padang Pelawi Bengkulu layak untuk di- Nilai IRR dari usaha karet pada
lanjutkan karena nilai NPV sebesar Rp PTPN VII Unit padang Pelawi Bengkulu
541.498.999.203 > 0. sebesar 12,23% lebih besar dari nilai ting-
2. B/C Ratio kat suku bunga bank pada masa penelitian
Nilai Net B/C dalam perhitungan yaitu sebesar 6,75%. Nilai tersebut mem-
diawali pada tahun ke-0 sampai tahun ke- buktikan dari segi penilaian kelayakan un-
32 adalah lebih besar dari 1 yaitu 2,30. tuk IRR usaha karet PTPN VII Unit Padang
Agriekonomika, 7(1) 2018: 19-29 | 25

Pelawi Bengkulu layak. Hasil analisis sensitivitas dengan


adanya penurunan produksi sebesar 5%
5. Payback Period (PP)
NPV menjadi Rp 447.113.926.966 Nilai
Diperoleh hasil payback period
NPV tersebut lebih kecil dibandingkan
yaitu 10 tahun 8 bulan. Hal ini mengartikan
dengan nilai NPV awal. Nilai net B/C ratio
bahwa dalam jangka waktu tersebut maka
sebesar 1,84 mengalami penurunan 0,19
modal investasi yang dikeluarkan oleh Pe-
dimana nilai net B/C ratio pada kondisi
rusahaan akan kembali dan untuk waktu
awal sebesar 2,03. Nilai gross B/C sebe-
selanjutnya merupakan hasil keuntungan
sar 1,33 yang artinya nilai dari gross B/C
yang diperoleh oleh perusahaan.
tersebut efisien. Nilai tersebut turun sebe-
Sensitivitas PTPN VII Unit Padang Pe- sar 0,07 dari hasil perhitungan gross B/C
lawi Bengkulu awal. Nilai payback period (PP) yaitu 12
Analisis sensitivitas merupakan analisis tahun 8 bulan, dapat disimpulkan setelah
yang dilakukan untuk mengetahui aki- terjadinya penurunan produksi sebesar 5%
bat dari perubahan paremeter-perameter usaha karet pada PTPN VII Unit Padang
produksi Perubahan penurunan produksi 5%, Pelawi layak.
perubahan penurunan harga output 5% Penurunan harga output sebe-
dan perubahan kenaikan harga input 6% sar 5% merubah Nilai NPV menjadi Rp
akan mempengaruhi nilai kriteria investasi 199.382.576.110. Nilai net B/C ratio sebe-
seperti pada Tabel 4 berikut. sar 1,37 dimana nilai net B/C ratio mengala-
mi kenaikan setelah terjadinya penurunan
Tabel 4
Hasil Analisis Sensitivitas pada PTPN VII Unit Padan Pelawi Bengkulu Penurunan
Produksi 5%
Kriteria Investasi Nilai Kelayakan Usaha
NPV DF 6,75% 447.113.926.966 Layak
NPV DF 11,4 % 2.195.472.008 Layak
NPV DF 11,5 % -3.728.107.199 Tidak Layak
Net B/C 1,84 Layak
Gross B/C 1,33 Layak
IRR % 11,55% Layak
PP 12 tahun 8 bulan Layak
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 5
Hasil Analisis Sensitivitas pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu dengan
Penurunan Harga Output 5%
Kriteria Investasi Nilai Kelayakan Usaha

NPV DF6,75% 199.382.576.110 Layak


NPV DF 9,1 % 740.386.999 Layak
NPV DF 9,2% -5.853.751.604 Tidak Layak
Net B/C 1,37 Layak
Gross B/C 1,15 Layak
IRR % 9,16% Layak
PP 16 tahun 8 bulan Layak
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
26 | Deny Kurnia Sisti, dkk., Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet

harga output. Nilai gross B/C sebesar 1,15 memadukan dua faktor yaitu faktor pen-
lebih besar dari nilai gross B/C semula. dorong dan faktor penghambat, kedua fak-
Nilai payback period (PP) yaitu 16 tahun tor tersebut harus dipertimbangkan untuk
8 bulan, adanya penurunan harga output kemajuan usaha tersebut.
sebesar 5% menjadikan usaha karet pada Pengembangan usaha karet pada
PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengku-
layak (Marampa, 2014). lu dapat diketahui dengan adanya fak-
Nilai NPV sebesar Rp tor pendorong dan faktor penghambat dengan
460.726.852.470 mengalami penurunan menggunakan alat analisis medan kekuatan atau
sebesar Rp 80.772.146.733. Nilai net B/C Force Field analysis (FFA). Alat analisis tersebut
ratio mengalami penurunan dari 2,03 men- merupakan alat analisis yang digunakan dalam
jadi 1,82. Nilai gross B/C ratio mengalami merencanakan perubahan berdasarkan
penurunan dari 1,40 menjadi 1,32, nilai faktor pendorong dan faktor penghambat.
payback period (PP) yaitu 11 tahun 8 bu- Setelah dilakukan analisis menggunakan
lan, dapat disimpulkan dengan adanya alat analisis medan kekuatan atau Force
kenaikan harga input sebesar 6%, usaha Field Analysis (FFA) maka akan didapat-
karet pada PTPN VII Unit Padang Pelawi kan sebuah hasil yang dapat memuncul-
Bengkulu tetap layak. kan sebuah rekomendasi kebijakan yang
meminimalkan faktor penghambat dan
Strategi Pengembangan PTPN VII Unit mengoptimalkan faktor pendorong ke arah
Padang Pelawi Bengkulu tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan
Pengembangan usaha karet pada PTPN hasil wawancara dengan responden yang
VII Unit Padang Pelawi Bengkulu per- ada di lapang, terdapat tujuh faktor pen-
lu dilakukan untuk dapat meningkatkan dorong dan lima faktor penghambat yang
produksi karet dengan adanya kegiatan terdapat pada usaha karet pada PTPN VII
replanting yang dilakukan, sehingga menyebab- Unit Padang Pelawi Bengkulu.
kan produksi karet tidak maksimal. Produksi ka- Berdasarkan Tabel 7, dapat diketa-
ret yang tidak maksimal disebabkan karena hui FKK pendorong yang memiliki nilai tert-
sebagian lahan yang ditanami karet masih inggi yaitu faktor D5 (Tenaga Kerja) den-
masuk ke dalam golongan tanaman be- gan nilai TNB terbesar yaitu 1,74. Faktor
lum menghasilkan (TBM), sehingga peru- tenaga kerja memiliki nilai bobot yang pal-
sahaan harus membeli bahan baku karet ing tinggi karena tenaga kerja merupakan
dari petani yang berada di luar PTPN VII komponen terpenting dalam suatu usaha,
Unit Padang Pelawi Bengkulu untuk dapat tanpa adanya tenaga kerja maka perusa-
memenuhi kebutuhan produksi karet setiap haan tidak akan dapat berproduksi. Tena-
harinya. Pengembangan usaha karet tersebut ga kerja merupakan asset penting bagi pe-

Tabel 6
Analisis Sensitivitas pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu dengan
Kenaikan Harga Input 6%
Kriteria Investasi Nilai Kelayakan Usaha
NPV DF 6,7 5% 460.726.852.470 Layak

NPV DF 11,3 % 1.971.515.345 Layak

NPV DF 11,4% -4.332.776.446 Tidak Layak

Net B/C 1,82 Layak

Gross B/C 1,32 Layak

IRR % 11,65% Layak

PP 11 tahun 8 bulan Layak


Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Agriekonomika, 7(1) 2018: 19-29 | 27

Tabel 7
Perolehan nilai TNB dari seluruh responden untuk pengembangan usaha karet
pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
Faktor TNK NRK NBK TNB FKK
D1 30,5 2,55 0,37 0,74 5
D2 29 2,55 0,5 1,28 2
D3 330,5 2,36 0,4 1,26 3
D4 32,5 3 0,15 0,27 7
D5 31,5 2,64 0,64 1,74 1*
D6 30 2,73 0,2 0,42 6
D7 28 2,27 0,28 0,76 4
Total 212 18,1 2,54 6,47
H1 31,5 2,86 0,64 2,25 2
H2 35 3,18 1,06 2,26 1*
H3 29,5 2,68 0,6 0,79 3
H4 29,5 2,68 0,3 0,55 5
H5 25 2,27 0,25 0,62 4
Total 151 13,7 2,84 6,46
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Keterangan:
*) : Prioritas FKK
TNK : Total Nilai Keterkaitan
NRK : Nilai Rata-rata Keterkaitan
NBK : Nilai Bobot Keterkaitan
TNB : Total Nilai Bobot
FKK : Faktor Kunci Keberhasilan
rusahaan, tidak akan berjalan suatu usaha Bengkulu dapat dilihat pada Gambar 3
tanpa adanya tenaga kerja di dalamnya. berikut.
Selain faktor pendorong, terdapat pula fak- Berdasarkan Gambar 3 dapat dili-
tor penghambat yang perlu diminimalisir. hat bahwa nilai FKK dari faktor pendorong
Berdasarkan Tabel 7 nilai FKK tertinggi un- tertinggi adalah D5 yaitu tenaga kerja
tuk faktor penghambat adalah H2 (fluktua- dan faktor penghambat H2 yaitu fluktuasi
si harga). Nilai TNB untuk faktor tersebut harga. Jumlah nilai TNB faktor pendorong
adalah sebesar 2,26. Fluktuasi hargamer- adalah 6,47 sedangkan jumlah nilai TNB faktor
upakan salah satu penghambat, karena penghambat adalah sebesar 6,46. Hal tersebut
harga produk SIR 20 yang ada pada PTPN menunjukkan bahwa nilai TNB faktor pendorong
VII Unit Padang Pelawi Bengkulu mengi- lebih besar dari nilai TNB faktor penghambat. Hal
kuti harga Karet dunia, yang mana apabila tersebut menunjukkan bahwa usaha karet
terjadi fluktuasi harga di mana ketika mata pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Beng-
uang dolar melambung tinggi dan nilai tu- kulu memiliki keunggulan untuk terus di-
kar rupiah menurun, maka akan sangat lakuakan.
berdampat pada perubahan harga karet Selain memfokuskan faktor pen-
pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Beng- dorong, pada suatu usaha juga perlu
kulu. Medan kekuatan dari kedua faktor memfokuskan FKK penghambat agar da-
yaitu faktor pendorong dan faktor peng- pat meminimalisir adanya faktor pengham-
hambat mengenai pengembangan usaha bat. FKK penghambat pada usaha karet
karet pada PTPN VII Unit Padang Pelawi di PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
28 | Deny Kurnia Sisti, dkk., Kelayakan dan Pengembangan Pabrik Karet

Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Gambar 3
Diagram Medan Kekuatan pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu

adalah fluktuasi harga. Fokusnya adalah usaha salah satunya adalah fluktuasi
semakin tinggi fluktuasi harga yang ter- harga. Pada saat ini PTPN VII Unit Padang
jadi maka akan merugikan PTPN VII Unit Pelawi Bengkulu mengalami pasang
Padang Pelawi Bengkulu dengan keun- surut dalam melakukan pengembangan
tungan yang rendah. Cara yang dilakukan usaha karet karena fluktuasi harga yang
untuk meminimalisir faktor penghambat terjadi. Secara ekonomi resiko yang
tersebut adalah meramalkan harga ber- dihadapi pada saat penjualan produk
dasarkan pola fluktuasi harga yang terjadi adalah ketidakpastian harga, semua
sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar ini merupakan suatu ketidakpastian
perusahaan dapat terus melanjutkan usa- yang terjadi dan PTPN VII Unit Padang
ha karet yang sedang dijalankan. Pelawi harus menentukan keputusan,
Berdasarkan hasil analisis, da- sehingga perlu dilakukan peramalan harga
pat dirumuskan beberapa strategi yang berdasarkan pola fluktuasi harga yang
dapat dilakukan untuk mendorong fak- terjadi sebelumnya.
tor pendorong dan meminimalisir faktor
penghambat. Strategi fokus pada hasil SIMPULAN
analisis FFA dapat dirumuskam bahwa PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu
kekuatan atau pendorong kunci yang secara financial dan teknis layak. Peru-
telah dipilih difokuskan kearah tujuan sahaan juga tidak sensitiv terhadap peru-
yang telah ditetapkan yaitu tenaga kerja. bahan harga input, output dan produksi.
Fokusnya adalah dengan tenaga kerja Pengembangan perusahaan harus me-
yang terampil, terlatih, berkualitas maka maksimalkan faktor pendorong yakni tena-
akan menguntungkan bagi PTPN VII Unit ga kerja dan meminimalkan dampak faktor
Padang Pelawi Bengkulu dengan kinerja penghambat yakni fluktuasi harga output.
yang dimiliki oleh tenaga kerja. Faktor
Kunci Keberhasilan (FKK) penghambat
yaitu fluktuasi harga. Kendala yang biasa
dihadapi oleh perusahaan atau usaha-
Agriekonomika, 7(1) 2018: 19-29 | 29

DAFTAR PUSTAKA Nazir, M. (2005). Metodologi Penelitian.


Jakarta: Ghalia Pustaka.
Anwar, C. (2006). Manajemen dan teknolo-
Nugroho, P. A. (2012). Potensi Pengem-
gi budidaya karet 1. In Pusat Peneli-
bangan Karet Melalui Pengusahaan
tian Karet (pp. 1–24).
Hutan Tanaman Industri. Warta
Azizah, F. A., Wijana, S., & Effendi, M. Perkaretan, 31(2), 95. https://doi.
(2015). Analisis Kelayakan Teknis org/10.22302/ppk.wp.v31i2.271
dan Finansial pada Industri Pengola-
Titik Widyasari, Slamet Hartono, I. (2015).
han Karet Skala Kecil di Kabupaten
Peremajaan Optimal Tanaman Karet
Musi Rawas Sumatera Selatan. Jur-
Di Pt . Perkebunan Nusantara Ix (
nal Industria, 4(1), 53–65. Retrieved
Analisis Simulasi Pada Kebun Ge-
from http://www.industria.ub.ac.id/in-
tas ). Jurnal Penelitian Karet, 33(1),
dex.php/industri/article/view/132
47–56.
Barani, A. M. (2012). Karet Alam Sebagai
ATM Petani dan Sumber Devisa Ne-
gara. Media Perkebunan.
Janudianto, Rahayu, S., Joshi, L., & Wu-
landari, D. (2010). Agrobiodiversity
pada sistem wanatani berbasis ka-
ret klonal. Warta Perkaretan, 29(1),
7–14.
Marampa, Y. P. (2014). Analisis Kelayakan
Finansial Budidaya Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) Skala Rakyat di
Kampung Tering Seberang Kecama-
tan Tering Kabupaten Kutai Barat.
Jurnal AGRIFOR, Vol XIII(No 1),
231–240.

Anda mungkin juga menyukai