Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kelayakan Lokasi dan Finansial Pembangunan Industri Pengolahan

Karet di Pesisir Timur Provinsi Aceh

Akhmad Baihaqi*

Abstract

Aceh is one among 15 provinces which are centers of rubber plantations in


Indonesia. Rubber plantations in Aceh divided by smallholder plantations and large
estates. Until 2011, BPS recorded that communities rubber plantation area was
122.660 ha with a production of 69.972 tons per year, and a large farming area was
21.631 ha with a production of 17.435 tons per year .
This study aimed to determine the location of the development of the rubber
industry and calculate the cost of investment required to establish rubber industry.
The data collected was obtained from field surveys and literatures in the district that
has rubber production in the Eastern Region of the Aceh Province.
The results of location analysis showed that East Aceh, Aceh Tamiang and
South East Aceh are the three priority ranking area which feasible to set up a rubber
processing industry in Aceh. Financial calculation was done for the rubber
processing industry (crumb rubber) with capacity of 10,000 tons per year and
assuming 20-year economic life. Results showed that: Investment Cost;
IDR 36.189.274.000, Operating Costs; IDR 116.22 billion, Production and Revenue;
71.040 Tons; IDR 1.842.720.768.000, Gross Benefit; IDR 163.432.239.000 Net
Benefit; Rp. 114.402.567.000, NPV; IDR 32.375.726.000, NBCR; 1,38, 21,58
percent of IRR, and Payback Period is 7 year and 6 months

Keyword: Rubber Plantation, Investment, Rubber Crum, Faktory location.

PENDAHULUAN Indonesia pada tahun 2010


Konsumsi karet dunia dalam hanya mampu memberikan kontribusi
beberapa tahun terakhir mengalami untuk kebutuhan karet dunia sebanyak
peningkatan. Jika pada tahun 2009 2,41 juta ton karet alam atau urutan
konsumsi karet dunia sebesar 9,277 kedua setelah Thailand dengan
juta ton, untuk tahun 2010 naik kontribusi sebesar 3,25 juta ton.
menjadi 10,664 juta ton. Sementara Menurut data Gabungan Perusahaan
produksi karet mentah dunia hanya Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk
mampu memenuhi 10,219 juta ton pada tahun 2011 produksi karet alam dunia
tahun 2010, naik jika dibandingkan diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta
dengan produksi tahun 2009 sebesar ton sementara untuk konsumsi
9,702 juta ton karet alam atau minus diperkirakan mencapai 11,151 juta ton
sekitar 445.000 ton. Harga karet di sehingga terjadi kekurangan pasokan
pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh sekitar 181.000 ton.
tingginya permintaan terhadap
Kurangnya produk karet alam
komoditas tersebut dari negara - negara
dunia di tahun 2011 salah satunya di
yang mengalami pertumbuhan ekonomi
karenakan terganggunya produksi karet
yang pesat seperti China, India, dan
di beberapa negara produsen.
Asia Pasifik.
_______
* Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 1


Dengan adanya asumsi tersebut, Perkebunan, Dinas Perindustruan dan
dipastikan Indonesia berpeluang besar Perdagangan, dan BAPPEDA. Data
untuk memasok karet alam ke luar luas tanam, produksi, dan produktivitas
negeri/ekspor dan tentunya dengan karet diperoleh dari instansi teknis
catatan produksi karet Indonesia dapat yang berkaitan dengan perkebunan
lebih ditingkatkan. Data dari karet. Demikian juga dengan data
GAPKINDO, produksi karet Indonesia harga, nilai ekspor, perindustrian dan
secara berlahan meningkat dari 2,44 berbagai bentuk produk karet di Aceh
juta ton di tahun 2009 menjadi 2,99 dikumpulkan dari laporan dinas dan
juta ton pada 2011. Peningkatan terus instansi teknis di Provinsi Aceh dan
terjadi di tahun 2012 sebesar 3,04 juta kabupaten sentra produksi.
ton dan diperkirakan pada tahun 2013
Data primer dikumpulkan
sebesar 3,10 juta ton.
dengan cara wawancara terstruktur
Aceh merupakan salah satu dengan kepala bidang produksi dan
penghasil karet dan tercatat sebagai industri pengolahan karet masing-
salah satu dari 15 provinsi sebagai masing di Dinas Perkebunan, Dinas
sentra perkebunan karet nasional. Perindustrian dan Perdagangan baik di
Perkebunan karet di Aceh terbagi dari Provinsi dan Kabupaten. Wawancara
perkebunan rakyat dan perkebunan terstruktur dilakukan dengan
besar. Potensi perkembangan berpedoman pada quesinoer yang telah
perkebuanan karet dibagi dalam 2 dipersiapkan sebelumnya.
wilayah, yaitu wilayah pesisir timur
aceh dan wilayah pesisir barat aceh.
Model Dan Metode Analisis
Pada tahun 2013, BPS mencatat luas
lahan perkebunan karet rakyat pesisir
Analisis yang digunakan dalam
aceh adalah seluas 55.321 ha dengan
penelitian ini dimulai dari analisis
produksi 34.902 ton/tahun, dan luas
kelayakan teknis dan analisis kelayakan
perkebunan besar 19.303 ha dengan
finansial. Model analisis kelayakan
produksi 889.144 ton/tahun. Dengan
lokasi yang digunakan didasarkan pada
potensi yang dimiliki wilayah pesisir
volume produksi bahan baku karet dan
Aceh dari perkebunan karet, masih
ongkos angkut ke calon lokasi pabrik
terbuka peluang bagi peningkatan nilai
dengan menggunakan metode pusat
ekonomi dari agribisnis karet melalui
gravitasi (centre gravitation methode),
berbagai kegiatan investasi.
dengan rumus:

METODE PENELITIAN
Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup
(Apple, 1990)
Lokasi penelitian dilakukan di Dimana :
wilayah pesisir Timur Provinsi Aceh, m : Jumlah alternatif lokasi
potensi wilayah pengembangan karet n : Jumlah daerah pemasaran
dengan ruang lingkup kelayakan lokasi atau sumber material
dan kelayakan finansial dari industri (Xi , Yi) : Koordinat lokasi pabrik
pengolahan karet. (ai , Bi) : Koordinat lokasi pasar atau
sumber material.
Wj : Besar demand pada pasar
Metode Pengumpulan Data atau jumlah source material
Data skunder dikumpulkan dari yang tersedia.
laporan instansi terkait, seperti Aceh
Dalam Angka, Laporan Dinas

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 2


Untuk analisis kelayakan Ket :
finansial dilakukan terhadap kelayakan i1 = tingkat bunga i1 (NPV +)
industri pengolahan karet dengan i2 = tingkat bunga i2 (NPV -)
beberapa kriteria berikut ini: NPV1= nilai NPV pada tingkat bunga
i1 (positif menuju nol)
a. Net Present Value NPV2= nilai NPV pada tingkat bunga
Net present Value (NPV) i2 (positif menuju nol)
merupakan selisih antara Present Layak bila IRR > i
Value Benefit dengan Present
Value Cost selama umur tanaman d. Break Even Point (BEP)
dengan formula sebagai berikut : Untuk menghitung dan
menggambarkan suatu perusahaan
n
( Bt  Ct )
NPV = 
t 0 (1  i )t
dalam keadaan seimbang atau
tidak untung dan tidak rugi secara
Jika : finansial, maka digunakan formula
NPV > 0 : pengembangan Industri sebagai berikut:
pengolahan karet n
menguntungkan.
NPV < 0 : pengembangan Industri BEP = T0-1 +
 TC  B
t 0
t p

pengolahan karet tidak n n

menguntungkan atau tidak Ket : 


i 1
Btcp1. Bp.
i 1
layak diusahakan. Tp-1 = satu tahun sebelum terdapat
tahun BEP
b. Net benefit Cost Ratio (NBCR) Tct = jumlah total cost yang telah
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) didiscount sampai dengan
adalah perbandingan antara Net tahun BEP
Present Value Positif dengan Btcp-1 = jumlah benefit yang telah
jumlah Net Value Negatif dengan didiscount satu tahun
formula sebagai berikut : sebelum terdapat tahun BEP
Bp = jumlah benefit yang telah
didiscount yang terdapat
Net B/C = pada tahun BEP

Ket : Batasan Variabel


Bt = Benefit pada tahun ke-t 1. Luas lahan (Ha)
Ct = Cost pada tahun ke-t 2. Produksi (Ton)
I = Tingkat bunga yang berlaku 3. Produktivitas (Ton/Ha)
n = Umur ekonomis dari proyek 4. Jarak (Km)
5. Biaya transportasi (Rp/Km)
c. Internal Rate of Return (IRR) 6. Biaya investasi (Rp/Tahun)
Internal rate of Return (IRR) 7. Biaya variabel (Rp/Tahun)
adalah untuk mengetahui
persentase keutungan dari suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
proyek tiap tahunnya dan IRR juga
merupakan alat ukur kemampuan Aspek Teknis
proyek dalam mengembalikan Topografi wilayah Aceh
bunga pinjaman, dengan formula bervariasi dari datar hingga bergunung.
sebagai berikut: Wilayah topografi datar dan landai
sekitar 32 persen dari luas wilayah
IRR = i  NPV1 Aceh, sedangkan berbukit hingga
(i2  i1 )
NPV1  NPV2
1

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 3


bergunung sekitar 68 persen dari luas sangat curam (> 40 persen) dengan
wilayah Aceh. Daerah dengan total luas 175.498,3 Ha merupakan
topografi bergunung terutama terdapat punggung pegunungan Seulawah,
di bagian tengah Aceh yang termasuk Gunung Leuser, dan tebing sungai.
ke dalam gugusan pegunungan bukit
barisan, sedangkan daerah dengan
1. Sarana dan Prasarana
topografi berbukit dan landai terutama
a. Bahan Baku
terdapat dibagian utara dan timur Aceh.
Ketersediaan bahan baku di
Berdasarkan kelerengan dominasi oleh suplai dari perkebunan
wilayah Aceh memiliki kelerengan rakyat, usaha budidaya tanaman
datar (0 – 8 persen) tersebar di perkebunan tersebut diusahakan oleh
sebagian besar sepanjang Pantai Utara rumah tangga dan tidak berbentuk
– Timur dan Pantai Barat – Selatan badan usaha maupun badan hukum.
seluas 2.795.650,22 Ha; dataran landai Sebagian besar hasil karet Indonesia
(8 – 15 persen) tersebar di antara dijual dalam bentuk karet alam. Karet
pegunungan Seulawah dengan Sungai alam tersebut umumnya tidak melalui
Krueng Aceh, di bagian tengah proses pengolahan, umumnya
kabupaten/kota yang berada di wilayah pengolahan pasca panen dilakukan
Barat – Selatan dan Pantai Utara – hingga karet alam menjadi bahan olah
Timur dengan luas 1.209.573,1 Ha; karet. Saluran pemasaran umumnya
agak curam (16 - 25 persen) seluas melibatkan perantara hingga mencapai
1.276.759,5 Ha hingga curam (26 – 40 indutri pengolahan, bentuk saluran
persen) dengan luas 219.599,85 Ha pemasaran di dapat dilihat pada
tersebar di daerah tengah; dan wilayah Gambar 1 berikut.

Pengumpul Pengumpul Pedagang Besar Prosesor Lokal dan


Petani
Desa/Keliling Kecamatan Kabupaten (industri pengolah) Ekspor

Gambar 1. Saluran Pemasaran Karet Rakyat

b. Jenis dan Mutu Karet Alam c. Jenis dan Mutu Produk Karet
SNI Bokar No.06-2047-2002: Olahan
kriteria bokar menyangkut nilai KKK, Perdagangan karet alam untuk
kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan jenis karet olahan ekspor Indonesia
penggumpal. dikenal dengan Standard Indonesia
Bokar mutu tinggi: Rubber (SIR). Istilah lain yang sering
1. Tidak ditambahkan bahan-bahan digunakan adalah crumb rubber atau
non karet; karet remah. SIR adalah karet alam
2. Digumpalkan dengan asam Indonesia yang telah ditentukan standar
format/asam semut atau bahan lain dan mutunya dengan spesifikasi teknis
yangdianjurkan dengan dosis yang tertentu. Berdasarkan SNI 06-1903-
tepat; 1994 dikenal enam jenis SIR, yaitu
3. Segera digiling dalam keadaan SIR-3CV, SIR-3L, SIR-3WF. SIR-5,
segar; SIR-10 dan SIR-20. Perbedaan ke
4. Disimpan di tempat yang teduh enam jenis SIR tersebut adalah sumber
dan terlindung; dan bahan olah dan mutu yang dihasilkan
5. Tidak direndam dalam air. melalui proses pengolahan. SIR-3CV,
SIR-3L dan SIR-3WF dibuat dari
bahan olah lateks kebun, penulisan CV

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 4


adalah kependekan Constant Viscosity, diperkirakan sebesar Rp
L adalah Lovibond, dan WF adalah 116.220.000.000,- per tahun atau Rp
Whole Field. Jenis SIR-5 dibuat 9.685.000.000,- per bulan.
dengan koagulumlateks yang bersih
Produksi merupakan output
dan ditipiskan, atau dikenal dengan sit
yang dihasilkan pabrik pengolahan
angin atau slep tipis. Untuk SIR-10 dan
selama umur ekonomisnya. Produksi
SIR-20 dibuat juga dari koagulum. Bila
yang dihasilkan pabrik berupa SIR-20.
proses pengolahan SIR yang telah
Sedangkan nilai produksi yang
dijelaskan diatas tidak dilakukan
dihasilkan pabrik merupakan produksi
dengan benar maka seluruh produk
yang dikalikan dengan harga jual yang
olahan karet masuk ke dalam mutu
berlaku. Perkiraan produksi sebesar
SIR-20.
71.040 ton dan nilai produksi pabrik
Berdasarkan hasil mutu, adalah sebesar Rp 1.842.720.768.000,-
perbedaan SIR-3CV, SIR-3L, dan SIR atau rata-rata pertahunnya adalah
3-WF terletak pada sifat PRI, Po, sebesar Rp 92.136.038.000,-.
ASTH, VM dan warna. Sementara itu
Penerimaan merupakan selisih
perbedaan mutu SIR-5, SIR-10, dan
dari nilai hasil produksi dan biaya yang
SIR 20 terletak pada kadar kotoran,
dikeluarkan dalam suatu proses
abu, dan PRI.
produksi pada suatu periode tertentu.
Besar kecilnya penerimaan yang
Aspek Finansial Industri Pengolahan diperoleh sangat ditentukan oleh
Karet (Crumb Rubber) jumlah produk yang dihasilkan dan
Analisis kelayakan industri harga yang berlaku pada periode
pengolahan karet mengacu kepada tertentu. Adapun besarnya penerimaan
harga-harga berlaku tahun 2013, dalam perkebunan karet rakyat berupa
perhitungan diasumsikan harga beli penerimaan kotor dan penerimaan
lateks petani adalah sebesar Rp 10.300 bersih.
per kilogram dan harga jual produk
Jumlah produksi karet yang
crumb rubber yang berlaku pada saat
dihasilkan dikalikan dengan harga
kajian adalah rata-rata Rp 25.939 per
produksi dan dikurangi biaya
kilogram atau US $ 2.316 per ton.
operasional. Jumlah penerimaan kotor
Biaya investasi adalah biaya (gross benefit) pabrik pengolahan karet
yang dikeluarkan untuk investasi sebesar Rp. 163.432.239.000,- (selama
pabrik pengolahan karet dengan 20 tahun) atau Rp. 8.171.612.000,- per
kapasitas produksi sebesar 10.000 ton tahun dengan asumsi harga produk
per tahun (biaya investasi fisik dan olahan karet adalah sebesar
modal kerja) dengan asumsi umur Rp. 25.939 /kg.
ekonomis selama 20 tahun adalah
Penerimaan bersih yaitu
sebesar Rp 36.177.715.250,-. Dalam
penerimaan kotor (gross benefit)
analisis ini juga di hitung biaya
dikurangi dengan keseluruhan biaya
reinvestasi pada tahun ke 11 sebesar
yang dikeluarkan (biaya investasi dan
11.558.750.000,-.
operasional). Besarnya penerimaan
Biaya operasional pada pabrik diperkirakan sebesar Rp.
pembangunan pabrik pengolahan 114.402.567.000,- (selama 20 tahun)
merupakan keseluruhan biaya yang atau rata-rata per tahun Rp
digunakan pada proses produksi (umur 5.720.128.000,-.
ekonomis 20 tahun), yang terdiri dari
Analisis finansial adalah suatu
biaya operasional, asuransi dan pajak. analisis dimana proyek dilihat dari
Besarnya total biaya operasional

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 5


aspek usaha atau orang yang Analisis payback period untuk
mengadakan investasi pada proyek mengetahui waktu yang diperlukan
tersebut. Analisis finansial bertujuan pada saat total arus kas masuk sama
untuk menguji kelayakan proyek yang dengan total arus kas keluar. Dari hasil
diusahakan dengan menggunakan dari analisis payback period ini
kriteria investasi NPV, NBCR, IRR. nantinya alternatif yang akan dipilih
Berdasarkan hasil analisis finansial adalah alternatif dengan periode
tersebut maka pembangunan pengembalian lebih singkat. Analisis
perkebunan karet rakyat di Kabupaten ini hanya untuk mendapatkan informasi
Aceh Jaya cukup layak diusahakan, tambahan guna mengukur seberapa
karena NPV > 0, NBCR > 1, IRR > cepat pengembalian modal yang
suku bunga yang berlaku, dan BEP diinvestasikan. Hasil Payback Period
terjadi dalam umur tanaman ekonomis industri karet crumb rubber adalah 7
tanaman. tahun 6 bulan.
Nilai NPV dihitung sebagai
selisih antara nilai sekarang atas benefit Aspek Pasar
(penerimaan) yang akan diterima a. Peluang Pasar
dikurangi dengan nilai sekarang atas Sebagai salah satu komoditi
biaya (cost) yang dikeluarkan selama industri, produksi karet sangat
umur proyek. Berdasarkan hasil tergantung pada teknologi dan
perhitungan pada Discount Faktor (DF) manajemen yang diterapkan dalam
sebesar 18 persen selama umur sistem dan proses produksinya. Produk
ekonomis 20 tahun, maka nilai NPV industri karet perlu disesuaikan dengan
sebesar Rp. 32.375.726,- berarti kebutuhan pasar yang senantiasa
pembangunan perkebunan karet berubah. Status industri karet Indonesia
menguntungkan. akan berubah dari pemasok bahan
Net Benefit Cost Ratio (NBCR) mentah menjadi pemasok barang jadi
atau setengah jadi yang bernilai tambah
merupakan nilai perbandingan antara
present value positif dan present value lebih tinggi dengan melakukan
negatif. Berdasarkan perhitungan pada pengolahan lebih lanjut dari hasil karet.
DF 14 persen selama umur tanaman 20 Kawasan utama ekspor produk
tahun, maka diperoleh NBCR karet Indonesia adalah Asia, di ikuti
pembanguan industri karet sebesar Amerika Utara dan Eropa. Ekspor
1,38. Berarti pembanguan pabrik produk karet Indonesia di dominasi
pengolahan karet cukup layak oleh produk Standard Indonesian
diusahakan. Rubber dengan jenis 3CV, 10 dan 20
Internal Rate of Return (IRR) dengan total ekspor mencapai 729.759
merupakan tingkat suku bunga metric ton dalam kurun waktu tahun
(discount rate) yang mempersamakan 2007 – 2012. Untuk jenis Ribbed
nilai sekarang pada jumlah benefit dan Smoked Sheet, produk yang diekspor
jumlah biaya. Berdasarkan hasil adalah jenis RSS1 dimana tahun 2010 –
2012 total ekspor sebanyak 57.600
hitungan selama umur pabrik 20 tahun,
diperoleh nilai IRR pabrik karet metric ton.
sebesar 21,58 persen. Berarti Peluang investasi industri karet
pembangunan pabrik pengolahan dan turunannya, menunjukkan terdapat
tersebut cukup layak diusahakan karena lima jenis industri yang memiliki
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku peluang investasi dalam kurun waktu
bunga bank yang berlaku. beberapa tahun mendatang. Kelima
jenis industri tersebut adalah crumb

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 6


rubber, lateks pekat, sarung tangan b. Persaingan
karet, conveyor belt dan ban vulkanisir. Persaingan usaha adalah
Hasil kajian lebih lanjut terdapatnya industri sejenis di lokasi
memperlihatkan bahwa berdasarkan atau daerah yang sama atau di
proyeksi konsumsi dan produksi karet wilayah/propinsi yang berbeda secara
alam dunia pada tahun 2020 terdapat nasional. Semakin banyak pelaku usaha
defisit persediaan karet alam hingga atau industri yang bergerak dalam
400 ribu ton. Defisit ini dapat dianggap kegiatan sejenis maka semakin
sebagai peluang pasar yang sangat baik bersaing pula pemasaran hasil. Di
bagi Indonesia untuk meningkatkan Indonesia terdapat 183 industri crumb
produksi karet alam, terutama crumb rubber yang tersebar di beberapa
rubber. Hal ini menjadi menarik provinsi. Peta persaingan industri
mengingat negara produsen karet alam pengolahan karet dilihat dari berapa
lainnya memiliki berbagai hambatan banyak jumlah indusrti yang ada atau
dalam perluasan areal perkebunan melihat kapasitas industri yang
karetnya, dimana saat ini terbatas tersedia. Lebih jelasnya persaingan
sebagai penyedia bahan olah yang industri crumb rubber berdasarkan
bentuk dan mutunya masih sangat kapasitas produksi dan wilayah dapat
bervariasi. dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 11. Kapasitas Terpasang dan Terpakai Industri Crumb Rubber Nasional

Kapasitas Terpasang Kapasitas Terpakai


Propinsi
(ton/Thn) (ton/Thn)
Sumatra Utara 678.000 491.000
Riau 221.000 160.000
Sumbar, Bengkulu 205.000 148.000
Jambi 388.000 281.000
Sumatra Selatan 968.000 701.000
Lampung 70.000 51.000
Jawa 200.000 145.000
Kalimantan Barat 257.000 186.000
Kalimantan Selatan dan 280.000 203.000
Tengah
Sumber: Departemen Perindutrian, 2011.

Berdasarkan data sebaran beberapa wilayah Timur dan Wilayah


industri dan kapasitas terpasang pabrik, Barat Provinsi Aceh.
diperkirakan kapasitas terpakai rata-
c. Ekspor dan Impor Produk
rata dari pabrik crumb rubber baru
Karet
mancapai 72 persen. Bagi Aceh, Gambaran pasar ekspor dan
persaingan terjadi dengan Sumatra impor produk karet Indonesia
Utara, dimana kapasitas industri yang dikatagorikan ragam produk karet yang
masih tersedia sebesar 27 persen dari diperdagangkan adalah katagori; karet
kapasitas terpasang. Disisi lain Aceh alam, balata, getah perca, guayule,
masih memiliki keuntungan lokasi chicle dan getah alam semacam itu,
bahan baku yang lebih dekat, sehingga dalam bentuk asal atau pelat, lembaran
menciptakan keunggulan biaya bagi

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 7


atau strip (Badan Kebijakan Fiskal Ditinjau dari aspek pasar yaitu
Depkeu, 2013). peluang pasar dan persaingan. Analisa
Ekspor-impor produk karet bagi peluang pasar menjelaskan hasil
industri manufaktur, selain hasil industri karet di ekspor ke kawasan
produk crumb rubber produk lain Asia, Amerika Utara dan Eropa.
adalah lateks konsentrat sentrifunggal, Ekspor produk karet didominasi oleh
Technically Specified Natural Rubber produk Standard Indonesian Rubber
(TSNR), Ribbed SmokedSheet dan dengan jenis 3CV, 10 dan 20.
Karet alam dengan spesifik teknik lain. Persaingan usaha adalah terdapatnya
Kinerja ekspor menjelaskan 96,97 industri sejenis di lokasi atau daerah
persen produk yang diekspor adalah yang sama atau di wilayah/propinsi
jenis TSNR yang terdiri dari TSNR-10, yang berbeda secara nasional. Di
TSNR-20, TSNR-L, TSNR-CV, Indonesia terdapat 183 industri crumb
rubber yang tersebar di beberapa
TSNR-GP, dan sisanya adalah Ribbed
Smoked Sheet 2,25 persen, serta 0,38 provinsi. Berdasarkan data sebaran
persen disumbangkan oleh jenis industri dan kapasitas terpasang pabrik,
Konsentrat sentrifugal (lateks karet kapasitas terpakai rata-rata dari pabrik
alam) amoniak >0,5 persen, RSS Grade crumb rubber baru mancapai 72 persen.
2, RSS Grade 3, RSS Grade 4, RSS Khusus nya Provinsi Aceh, persaingan
Grade 5. Untuk impor karet olahan terjadi dengan Sumatra Utara, dimana
kapasitas industri yang masih tersedia
didominasi oleh Konsentrat sentrifugal
(lateks karet alam) amoniak >0,5 di Provinsi Sumatra Utara adalah
persen sebesar 69,33 persen, TSNR-10 sebesar 27 persen dari kapasitas
4,91 persen, TSNR-20 15,64 persen terpasang. Kekuatan tawar Provinsi
dan Karet alam dengan spesifik teknik Aceh adalah keuntungan kedekatan
lainnya sebesar 10,11 persen. lokasi bahan baku, sehingga
menciptakan keunggulan biaya bagi
beberapa wilayah Timur dan Barat
KESIMPULAN Aceh.

Pengembangan industri
pengolahan karet di wilayah Timur DAFTAR PUSTAKA
Aceh dengan lokasi Kabupaten Aceh
Timur yaitu di Kecamatan Birem Anonymous, 2001. Evaluasi Proyek
Bayeun dan Kabupaten Aceh Tamiang Analisis Ekonomis. Edisi Dua.
Lembaga Penerbit Fakultas
di Kecamatan Indra Makmu. Biaya
investasi pabrik pengolahan karet Ekonomi. Universitas Indonesia.
(crumb rubber) kapasitas 10.000 ton Jakarta.
per tahun (umur ekonomis 20 tahun), Anonymous,2007. Gambaran Sekilas
biaya investasi Rp. 36.189.274.000,- Industri Karet. Pusdatin.
biaya operasional Departemen Perindustrian RI.
Rp. 116.220.000.000,- per tahun Jakarta.
produksi dan nilai produksi Rp Anonymous, 2013. Aceh Dalam
1.842.720.768.000,- penerimaan kotor Angka, Badan Pusat Statistik
Rp 163.432.239.000,- penerimaan Aceh. Banda Aceh.
bersih sebesar Rp. 114.402.567.000,-. Anonymous, 2012. Gambaran Sekilas
NPV Rp. 32.375.726.000,- NBCR 1,38 Industri Karet. Sekjen
dan IRR 21,58 persen serta Payback Kementrian Perindutrian RI.
Period 7 tahun 6 bulan. www.kemenperin.go.id. Jakarta.
Anonymous, 2013. BPS Pusat.
bps.go.id.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 8


Apple, James, M, 1990. Tata Letak Ikhsan, S. dan Aid, A. 2011. Analisis
Pabrik dan Pemindahan Bahan. SWOT untuk Merumuskan
ITB. Bandung. Strategi Pengembangan
Komoditas Karet. Jurnal
Choliq, dkk. 1993. Evaluasi Proyek Agribisnis Perdesaan No. 166.
(Suatu Pengantar). Pionir Jaya. Volume 01 Nomor 03 September
Bandung. 2011. Univ. Lambung
Dalimunthe, R., 2012. Produksi Karet Mangkurat. Banjarmasin.
Indonesia 2013. Kidder, L.H. 1981. Research Methods
okezone.com/ekonomi. in Social Relations. New York:
F. Hero K. Purba. 2012. Potensi dan Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Perkembangan Pasar Ekspor Nazir, M. 2005. Metode Penelitian.
Karet Indonesia di pasar Dunia. Ghalian Indonesia. Jakarta.
http://pphp.deptan.go.id. Saaty, T.L., 2000. The Analytic
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Hierarchy Process, Mc. Graw-
Proyek-Proyek Pertanian Hill Inc. USA.
(Terjemahan). Universitas Sianturi, M. 2010. Proses Pengolahan
Indonesia. Press, Jakarta. Karet Crumb Rubber. http://
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. mangasasianturi.blogspot.com.
Kesesuaian Lahan dan Siregar, T. H. S., dan Suhendry, I.
Perencanaan Tata Guna Tanah. 2013. Budidaya dan Teknologi
Departemen Ilmu Tanah dan Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumberdaya Lahan. Fakultas Yuniarti, R. 2012. Perencanaan
Pertanian – IPB, Bogor. Fasilitas, Manajemen Trasportasi
dan Logistik. Universitas
Brawijaya. Malang.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 9

Anda mungkin juga menyukai