LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI I
IV.Dasar Teori
A . X = P
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑝1 𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑥 𝑝1
{𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑝2 diubah menjadi (𝑎2 𝑏2 𝑐2 ) (𝑦) = (𝑝2 ) (4.2)
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 = 𝑝3 𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑧 𝑝3
Matriks invers, jika A dan B adalah sebuah matriks berbentuk bujur sangkar dan berlaku
notasi AB = BA = I (I adalah matriks identitas), maka dapat dikatakan bahwa A dapat
dibalik dengan B, sehingga B adalah matriks invers dari A (notasi: A–1 ) (Yulian
dkk.,2019). Matriks identitas adalah Salah satu matriks yang sangat penting. matriks
identitas merupakan suatu matriks bujur sangkar dengan elemen diagonal utamanya
1(satu) dan elemen yang lain adalah nol(nol). suatu matriks identitas n x n dinyatakan
dengan simbol In.Elemen-elemen dari In dapat juga dinyatakan sebagai simbol delta
kronecher Sij sehingga dapat ditulis: In=[Sij]
Salah satu sifat matriks identitas n x n adalah dia komut dengan matriks apapun yang
berorde n x n jadi AI=IA(Gusnedi,1999).
V. Algoritma
Program 1
Step 1 : Mulai
3 2 1 12
Step 2 : Inisialisasi Matriks A = [2 7 2 ], Matriks B = [28], Matriks C
8 2 −1 4
Step 3 : Cetak Matriks A
Cetak Matriks B
Step 4 : Proses Matriks C = A−1 x B
Step 5 : Cetak Matriks C
Step 6 : Selesai
Program 2
Step 1 : Mulai
2 1 4 5 8
Step 2 : Inisialisasi Matriks A = [1 −2 −1 5 ], Matriks B = [ 4 ],
9 3 3 4 10
4 3 7 −1 47
Matriks C, matriks X, variabel X1, X2, X3, X4
Step 3 : Cetak Matriks A
Cetak Matriks B
Step 4 : Proses Matriks C = A−1 x B
Step 5 : Cetak Matriks C
Step 6 : Proses X1 = C (11 )
X2 = C (21 )
X3 = C (31 )
X4 = C (41 )
X1
X
Proses pembentukan matriks X = [ 2 ]
X3
X4
Step 7 : Cetak Matriks X
Step 8 : Selesai
VI. Flowchart
Program 1
Mulai
3 2 1 12
Inisialisasi Matriks A = [2 7 2 ], Matriks B = [28],
8 2 −1 4
Matriks C
Cetak Matriks A
Cetak Matriks B
Cetak Matriks C
Selesai
Program 2
Mulai
2 1 4 5 8
Inisialisasi Matriks A = [ 1 −2 −1 5 ], Matriks B = [ 4 ],
9 3 3 4 10
4 3 7 −1 47
Matriks C, matriks X, variabel X1, X2, X 3, X4
Cetak Matriks A
Cetak Matriks B
Cetak Matriks C
Proses X1 = C (11 )
X2 = C (21 )
X3 = C (31 )
X4 = C (41 )
X1
X
Proses pembentukan matriks X = [ 2 ]
X3
X4
Cetak Matriks C
Selesai
VII. Listing
Program 1
>>A=[3 2 1 ; 2 7 2 ; 8 2 -7]
>>B=[12 ; 28 ; 4]
>>C=inv(A)*B
Program 2
>>A= [2 1 4 5 ; 1 -2 -1 5 ; 9 3 3 4 ; 4 3 7 -1]
>>B= [8 ; 4 ; 10 ; 47]
>>C= inv(A)*B
>>X= [X1 ; X2 ; X3 ; X4 ]
A . X = P
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑝1 𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑥 𝑝1
{𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑝2 diubah menjadi (𝑎2 𝑏2 𝑐2 ) (𝑦) = (𝑝2 )
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 = 𝑝3 𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑧 𝑝3
Program 2
X. Analisa
Penyelesaian sistem persamaan linier kali ini menggunakan 3 variabel dan 4
variabel dengan cara invers. Untuk yang 3 variabel jika diubah kedalam bentuk matriks
akan menghasilkan matriks A yang berordo 3x3 dan matriks B berordo 3x1, dan hasil
penyelesaian persamaan liniernya akan menghasilkan matriks yang berordo 3x1 dengan
cara invers. Begitupun untuk sistem persamaan linier yang 4 variabel, jika diubah dalam
bentuk matriks akan membentuk matriks A yang berordo 4x4 dan matriks B yang berordo
4x1 dengan hasil penyelesaian persamaan liniernya dengan cara invers menghasilkan
matriks berordo 4x1. Jadi, ordo matriks dari persamaan linier tergantung dari variabel
yang dimiliki persamaan linier tersebut. Penyelesaian persamaan linier pada program
pertama maupun kedua tidak terjadi kesalahan karena memenuhi syarat dari sifat invers
matriks dan sifat matriks identitas. Karena penyelesaian sistem persamaan linier dengan
cara invers ini harus memenuhi syarat sifat tersebut.
Saat Matriks A dan matriks B telah di inisialisasi, maka untuk mendapat solusi
masing-masing variabel sistem persamaan linier dilakukan dengan membentuk matriks
C. Elemen matriks C berisi variabel-variabel yang akan ditentukan solusinya. Aturan
ukuran matriks C sama dengan ukuran matriks B. Variabel yang akan mengisi elemen
matriks C ditulis sesuai abjad dari atas ke bawah. Selain itu, matriks C ini didapat dari
proses mengkalikan hasil invers dari matriks A dengan matriks B. Artinya, Nilai solusi
variabel-variabel yang akan dicari ekivalen dengan elemen hasil dari proses perkalian dua
matriks tersebut.
Selain dengan cara invers, penyelesaian persamaan linier ini dapat juga dengan cara
eliminasi gauss. Dengan cara ini nilai-nilai dalam matriks akan teroperasi menjadi matriks
yang lebih sederhana. Penyelesaian persamaan linier dengan eliminasi gauss ini dengan
cara mengubah persamaan linier tersebut kedalam metode operasi matriks yang berbentuk
segitiga atas. Dimana semua koefisien dibawah diagonal utamanya bernilai nol. Bentuk
segitiga atas ini diselesaiakan dengan menggunakan substitusi balik. Untuk mendaptkan
persamaan linier yang segitiganya, dapat menggunakan operasi baris elementer dengan
cara mengalikan sebuah persamaan pada baris matriks terargumentasi dengan sembarang
konstanta yang tidak nol sehingga pada baris matriks yang terargumentasi atau koefisien
dibawah diagonal utamanya bernilai nol.
b. Mathlab
c.
XII. Kesimpulan
1. Jumlah ordo matriks dari perdsamaan linear tergantung banyaknya variable yang
digunakan.
2. Semua variable padapersamaan linear jika diubah dalam bentuk matriks berperan
sebagai baris dan kolom.
3. Penyelesaian persamaan linear dengan cara invers ini akan berjalan jika
memenuhi sifat dari invers matriks dan sifat matriks identitas.
4. Penyelesaian persamaan lineardengan eliminasi gauss menggunakan operasi baris
elementer untuk menghasilkan matriks yang lebih sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, F. dan Rizkiana, T., 2016. Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Kompleks
Dengan Invers Matriks Menggunakan Metode Faddev (Contoh Kasus SPL
Kompleks Dan Hermit). Jurnal sains Matematika dan Statistika, 1(2): 1.
Gusnedi, 1999. Matriks dan Ruang Vektor. Padang:Universitas Negeri Padang.
Irfan, M. dkk., 2018. Modul Praktikum Fisika Komputasi I. Indralaya: Universitas
Sriwijaya.
Irwan, M., 2017. Pengantar Matlab Untuk Sistem Persamaan Linier. Jurnal MSA, 2(5):
48.
Yulian, A. dkk., Aljabar Linear dan Matriks. Tanggerang Selatan: Unpam Press.
LAMPIRAN