Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Lombok

Tengah Berdasarkan Kemenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004


NTB
Dwi Monika Ningrum1), Ahmad Zainudin1), Depi Yuliana1), Faizul Bayani1)
Email: DwiMonika9088@gmail.com
1)Fakultas Kesehatan, Program Studi D3 Farmasi, Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu

ABSTRAK

Apoteker dalam menjalankan tugasnya di Apotek harus sesuai dengan Kepmenkes


No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Standar
tersebut disusun sebagai pedoman praktek Apoteker dalam menjalankan profesinya, sehingga
masyarakat terlindungi dari pelayanan yang tidak profesional serta meminimalkan terjadinya
kesalahan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi standar pelayanan
kefarmasian di Apotek. Penelitian ini dirancang secara non eksperimental yang hasilnya
ditampilkan secara deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, sehingga dari
67 Apotek diperoleh sampel sebanyak 38 Apotek di Lombok Tengah . Pengumpulan data
berdasarkan hasil wawancara terhadap Apoteker dan pengamatan langsung untuk mengetahui
kesesuaian dengan petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek (SK
No.1027/Menkes/SK/IX/2004). Perolehan skor dilakukan dengan menjumlahkan nilai setiap
indikator pada masing-masing Apotek yang meliputi sumber daya manusia, pelayanan dan
evaluasi mutu pelayanan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa terdapat 1 Apotek (2,33%) dalam
kategori baik, 13 Apotek (30,23%) dalam kategori cukup dan 29 Apotek (67,44%) dalam
kategori kurang.

Kata Kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, Apotek, Apoteker

ABSTRACT

Pharmacists in carrying out their duties at the Pharmacy need to comply with Kepmenkes
No.1027 / Menkes / SK / IX / 2004, concerning Pharmaceutical Service Standards at the
Pharmacy. These standards are structured as guidelines for the practice of pharmacists in
carrying out their work, so that the public is protected from unprofessional services and
minimizes the occurrence of medication errors. This study aims to determine the standard
application of pharmaceutical services at the Pharmacy. This study was designed in a non-
experimental manner, in which the results were displayed descriptively. Sampling process was
using the Slovin formula, therefore from 67 pharmacies that existed in this particular area were
obtained sample of 38 pharmacies in Central Lombok. Data collection was based on the results
of interviews with pharmacists and direct observation to determine compliance with the standard
technical implementation of pharmaceutical services at the pharmacy (SK No.1027 / Menkes /
SK / IX / 2004). Scoring was done by summing the value of each indicator in each Pharmacy
which includes human resources, services and evaluation of service quality. The results of the
assessment indicate that there is 1 Pharmacy (2.33%) in the good category, 13 Pharmacies
(30.23%) in the sufficient category and 29 Pharmacies (67.44%) in the less category.

Kata Kunci: Pharmaceutical Service Standards, Pharmacy, Pharmacists

A. LATAR BELAKANG kesehatan serta pelayanan sosial lain yang


Kesehatan merupakan hak azasi manusia. diperlukan [4]. Tenaga kefarmasian sebagai
Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan
baik dalam kesehatan pribadi maupun kesehatan kepada masyarakat mempunyai
keluarganya termasuk didalamnya mendapatkan peranan penting karena terkait langsung dengan
makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan pemberian pelayanan, khususnya Pelayanan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 57


Kefarmasian [3]. Pelayanan kefarmasian pada tersebut adalah sebagai pedoman praktik
saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke Apoteker dalam menjalankan profesi, untuk
pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang melindungi masyarakat dari pelayanan yang
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat tidak profesional dan untuk melindungi profesi
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang dalam menjalankan praktik kefarmasian [2].
komprehensif yang bertujuan untuk Contoh kasus Medication Error yang pernah
meningkatkan kualitas hidup dari pasien [9]. terjadi di Kabupaten Lombok Tengah menurut
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi salah satu Apoteker di Madiun adalah kesalahan
tersebut, Apoteker Pengelola Apotek dituntut seorang Asisten Apoteker dalam memberikan
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan obat kepada pasien hingga mengakibatkan pasien
dan perilaku agar dapat melakukan interaksi meninggal. Sehingga perlu mendapat perhatian
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi khusus dari para tenaga kesehatan khususnya
tersebut antara lain adalah melaksanakan Apoteker yang seharusnya selalu hadir pada jam
pelayanan resep, pelayanan obat bebas, obat Apotek buka. Sebab Medication Error tersebut
bebas terbatas, obat wajib Apotek dan sebenarnya dapat dicegah apabila Apotek
perbekalan kesehatan lainnya juga pelayanan menerapkan standar pelayanan kefarmasian di
informasi obat dan monitoring penggunaan obat Apotek yang dibuat pemerintah menurut
agar tujuan pengobatan sesuai harapan dan Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004. Hal
terdokumentasi dengan baik [4]. ini menjadi dasar pemikiran dilakukan penelitian
Apoteker harus memahami dan menyadari mengenai standar pelayanan kefarmasian di
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan Apotek Kabupaten Lombok Tengah apakah telah
(Medication Error) dalam proses pelayanan menerapkan standar pelayanan kefarmasian
kefarmasian. Untuk itu Apoteker harus berupaya sesuai dengan Kepmenkes
mencegah dan meminimalkan masalah yang No.1027/Menkes/SK/IX/2004.
terkait obat (Drug Related Problems) dengan
membuat keputusan profesional untuk B. METODE PENELITIAN
tercapainya pengobatan yang rasional [4]. 1. Desain Penelitian
Apoteker memiliki tanggungjawab besar dalam Desain penelitian adalah sesuatu yang
mencegah terjadinya Medication Error. Oleh memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa
sebab itu Apoteker dalam menjalankan praktek faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu
harus sesuai standar untuk menghindari hasil. Desain penelitian merupakan suatu strategi
terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya sebelum perencanaan akhir pengumpulan data
dalam menetapkan terapi untuk mendukung dan digunakan untuk mengidentifikasi struktur
penggunaan obat yang untuk meningkatkan dimana penelitian dilaksanakan [1]. Penelitian
kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek, ini dirancang secara non eksperimental dengan
pemerintah telah menetapkan standar pelayanan metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data
kefarmasian yang berasas Pharmaceutical Care secara lengkap dengan menggunakan
[2]. pengamatan dan wawancara secara langsung
Untuk menjamin mutu pelayanan kepada Apoteker di Apotek.
kefarmasian kepada masyarakat, pemerintah
telah memberlakukan suatu standar pelayanan 2. Populasi dan Sampel
kefarmasian di Apotek dengan dikeluarkannya Populasi adalah keseluruhan objek
Kepmenkes No.1027 / Menkes / SK /IX/ 2004 penellitian atau objek yang diteliti [1]. Populasi
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di dalam penelitian ini adalah Apoteker yang
Apotek. Tujuan diberlakukannya standar bekerja di Apotek Kabupaten Lombok Tengah.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 58


Sampel adalah sebagian dari populasi yang 5. Prosedur Kerja
masih mempunyai ciri dan karakteristik yang
sama dengan populasi dan mampu mewakili
keseluruhan populasi penelitian [1] Sampel pada
penelitian adalah seluruh Apoteker yang berada
dan bekerja di Apotek Kabupaten Lombok
Tengah.

3. Cara Pengambilan Sampel


Untuk pengambilan sampel menggunakan
rumus Slovin dengan “selang kepercayaan 90 %
dan presisi 10 %” [1] dengan populasi sebanyak
58 Apotek, maka jumlah sampel yang akan
diambil adalah sebagai berikut :
𝑁
𝑛 = 1+𝑁 𝑒 2
(1)
Keterangan : Gambar 1. ProsedurKerja
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi 6. Analisis Data
e : kelonggaran ketidaktelitian karena Data yang diperoleh dianalisis secara
kesalahan pengambilan sampel yang deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
ditolerir, misalnya 10% = 0,1 dengan tujuan utama untuk mendapatkan
58
𝑛 = 1+58(0.1)2 gambaran deskripsi tentang suatu keadaan secara
(2) objektif serta dilakukan penilaian terhadap
5 masing-masing Apotek. Data yang dikumpulkan
𝑛 = 1,58
mengenai aspek pengelolaan sumber daya,
(3)
pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan.
𝑛 = 36,71 Apotek
𝑛 ≈ 37 Apotek Penilaian menggunakan bobot skor sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksanaan standar
Berdasarkan perhitungan jumlah penentuan pelayanan kefarmasian di Apotek (SK No.
sampel diatas, maka dalam penelitian ini jumlah 1027/Menkes/SK/IX/2004)
sampel yang diambil sebanyak 37 Apotek.
Sedangkan untuk teknik pengambilan sampelnya C. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan random sampling dengan cara Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis
undian yaitu pada kertas kecil-kecil kita tuliskan dengan metode deskriptif. Dilakukan wawancara
nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. dan pengamatan ke 51 Apotek dari 73 Apotek
Kemudian kertas ini digulung. Dengan acak yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Daftar
diambil 37 gulungan kertas, sehingga nomor- sampel Apotek ditunjukkan pada tabel VI.
nomor yang tertera pada gulungan kertas yang Wawancara dan pengamatan dari masing-masing
terambil itulah yang merupakan nomor subjek Apotek meliputi aspek pengelolaan sumber
sampel penelitian [1]. daya, pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan.
Data wawancara yang digunakan sesuai
4. Tempat dan Waktu Penelitian pedoman dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Standar Pelayananan Kefarmasian di Apotek
Lombok Tengah bulan November 2017 – Maret (SK No.1027/Menkes/SK/IX/2004).
Tahun 2018.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 59


Tabel 1. Data Apotek Terwawancara
No Nama Apotek No Nama Apotek 2. Kehadiran Apoteker di Apotek
1. Apotek Nanu 20. Apotek Angkasa Terkait kode etik farmasi maka kehadiran
Farma Farma Apoteker di Apotek sangat penting. Hal ini
2. Apotek Ar-Rahman 21. Apotek Ridho
disebabkan karena setiap penyerahan dan
3. Apotek Kopang Farma
4. Apotek Nine Farma 22. Apotek Karin
pelayanan obat berdasarkan resep dokter
5. Apotek TAO 23. Apotek Matahari dilaksanakan oleh Apoteker (PP 51 tahun 2009
6. Apotek Dana 24. Apotek Cahaya tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 21 ayat 2).
Farma Medika Adanya peraturan ini, menjelaskan bahwa
7. Apotek Praya 25. Apotek Among keberadaan Apoteker di Apotek adalah mutlak.
Farma Farma
8. Apotek Alodie 26. Apotek Nasuha Tabel 3. Data Kehadiran Apoteker di Apotek
Farma 27. Apotek Kabupaten Lombok Tengah
9. Apotek Blue Island AdikarsaMadiun Keterangan Jumlah Persentase
II 28. Apotek Wahyu (%)
10. Apotek Bhumi Farma Frekuensi kehadiran :
Bunda 29. Apotek Risa Rafana a. Selama Apotek buka 7 16,28
11. Apotek Asri Farma 30. Apotek Lubna b. Setiap hari, pada jam 20 46,51
12. Apotek HK Farma tertentu
13. Apotek Sejahtera 31. Apotek Quinn c. 2-3 kali seminggu 14 32,56
14. Apotek Rahayu 32. Apotek Barokah d. 1 kali seminggu 2 4,65
15. Apotek Galang 33. Apotek Annisa e. 1 kali sebulan
0 0
Pasha 34. Apotek Adham
16. Apotek ADHAM Pancor Dao
Untuk frekuensi kehadiran Apoteker
17. Apotek Al Kahfi 35. Apotek QBI Farma
18. Surya Cendrawasih 36. Apotek X Farma
terdapat 7 Apoteker (16,28%) yang hadir selama
19. Apotek Erlia 37. Apotek Amylia Apotek buka, dikarenakan Apotek tersebut
Farma menyatu dengan tempat tinggalnya. Kemudian
terdapat 20 Apoteker (46,51%) yang hadir setiap
1. Sumber Daya Manusia di Apotek hari pada jam tertentu, dengan rata-rata jam kerja
Sumber daya manusia di Apotek meliputi jumlah 7 jam. Sehingga dengan adanya Apoteker yang
tenaga Apoteker, jumlah asisten Apoteker, dan selalu hadir di Apotek dapat mengurangi
jumlah tenaga non teknis. terjadinya Medication Error, Apoteker
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
Tabel 2. Jumlah Sumber Daya Manusia di Apotek baik dengan pasien maupun dengan profesi
Kabupaten Lombok Tengah
kesehatan lainnya, dapat mengintegrasikan
No Keterangan Jumlah Persentase
(%) pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan
1. 1 APA + 1 AA + 10 23,25 secara keseluruhan sehingga dihasilkan sistem
TNT pelayanan yang berkesinambungan. Sedangkan
2. 1 APA + 2 AA + 12 34,88
untuk Apoteker yang datang ke Apotek 2-3 kali
TNT
3 1 APA + > 2 AA + 12 32,56 sebanyak 14 Apoteker (32,56%) dan terdapat 2
TNT Apoteker (4,65%) yang datang ke Apotek 1 kali
4 1 APA + 1 Aping + 2 6,98 seminggu. Hal ini disebabkan adanya pekerjaan
> 2 AA + TNT
5 1 APA + > 2 Aping 1 2,33 lain selain sebagai Apoteker, sehingga pelayanan
+ > 2 AA + TNT di Apotek oleh Apoteker kurang optimal.
Keterangan :
APA = Apoteker Pengelola Apotek 3. Keikutsertaan Apoteker dalam
Aping = Apoteker Pendamping
AA = Asisten Apoteker Mengikuti Pelatihan Pelayanan
TNT = Tenaga non Teknis Kefarmasian

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 60


Sesuai dengan Kepmenkes mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 mengenai sumber dengan kebutuhan dan anggaran, serta
daya manusia, Apoteker harus selalu belajar baik menghindari kekosongan obat.
pada jalur formal maupun informal sepanjang
kariernya, sehingga ilmu dan keterampilannya Tabel 5. Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan
yang dipunyai selalu baru (up to date). Perbekalan Kesehatan di Apotek Kabupaten Lombok
Tengah
No. Keterangan Jumlah Persentase
Tabel 4. Data Keikutsertaan Apoteker dalam (%)
Mengikuti Pelatihan Pelayanan Kefarmasian 1. Perencanaan pengadaan 37 100
Keterangan Jumlah Persentase sediaan farmasi
(%) 2. Pembelian obat dari 37 100
Apoteker pernah mengikuti sumber resmi
pelatihan yang berkaitan dengan 3. Penyimpanan obat 9 20,9
pelayanan kefarmasian : sesuai FIFO
a. Ya 35 94,59 4. Penyimpanan obat 2 4,65
b. Tidak 2 5,41 sesuai FEFO
5. Penyimpanan obat 32 74,42
Tabel ini menunjukkan bahwa sebanyak 35 sesuai FIFO dan FEFO
Apoteker (94,59%) pernah mengikuti pelatihan 6. Penyimpanan narkotika 37 100
dan psikotropika pada
yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di lemari tersendiri
Apotek dan hanya 2 Apoteker (5,41%) yang
belum pernah mengikuti. Artinya sebanyak 35 Pembelian obat yang resmi merupakan
Apoteker (94,41%) di Kabupaten Lombok faktor penting dalam pengadaan produk
Tengah peduli terhadap perannya sebagai kefarmasian. Pembelian obat melalui jalur resmi
Apoteker dengan mengikuti pelatihan dengan sudah dilaksanakan oleh 37 Apotek (100%) di
harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan di Kabupaten Lombok Tengah, dengan tujuan
Apotek. untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian,
sehingga mutu sediaan farmasi dan perbekalan
4. Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan kesehatan dapat dipertanggungjawabkan
Perbekalan Kesehatan a
(Anonim, 2004 ). Apabila pembelian obat tidak
Dalam Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 melalui jalur resmi dikhawatirkan adanya obat
disebutkan bahwa pengelolaan persediaan palsu yang tidak jelas asalnya dan akan berakibat
farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi fatal terhadap pengobatan dan kesehatan
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan konsumen.
pelayanan. Terselenggaranya pengelolaan Ada dua sistem pengeluaran barang di
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang Apotek, yaitu menggunakan sistem FIFO dan
sesuai standar pada Apotek merupakan salah satu sistem FEFO. Sistem FIFO (First In First Out)
faktor penunjang berjalannya bentuk pelayanan yang akan mengatur barang yang masuk ke
suatu Apotek. Dari 37 Apotek dalam penelitian dalam stok terlebih dahulu juga akan dikeluarkan
didapatkan hasil pada tabel 5. terlebih dahulu, sistem ini sudah dilaksanakan
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah oleh 9 Apotek (20,9%) di Kabupaten Lombok
memilih dan menentukan sediaan farmasi dan Tengah. Demikian pula halnya dengan obat-obat
perbekalan kesehatan yang akan diadakan. Tabel yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat
V menunjukkan bahwa sebanyak 37 Apotek disimpan paling depan yang memungkinkan
(100%) di Kabupaten Lombok Tengah sudah diambil terlebih dahulu (First Expire First Out)
melaksanakan perencanaan pengadaaan sediaan atau FEFO, terdapat 2 Apotek (4,65%) di
farmasi. Artinya Apotek di Kabupaten Lombok Kabupaten Lombok Tengah yang melaksanakan
Tengah sudah sesuai standar yaitu untuk

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 61


sistem FEFO ini. Sedangkan yang melaksanakan oleh pasien, sehingga bisa dilihat ada tidaknya
sistem FIFO dan FEFO sebanyak 32 Apotek interaksi obat, efek samping dan hal-hal apa saja
(74,42%). Sistem yang dilakukan Apotek yang perlu dimonitoring ke pasien. PMR
tersebut yaitu setiap ada barang datang dicek bertujuan membantu Apoteker untuk memantau
tanggal kadaluarsa dan dibandingkan dengan dan mencegah terjadinya Drug Related
stok lama. Tanggal kadaluarsa yang lebih singkat Problems. PMR dilakukan kepada pasien yang
dikeluarkan lebih dahulu. menderita penyakit kronis seperti : hipertensi,
Tujuan penyimpanan narkotika dan penyakit jantung, diabetes, gout dll. Hasil
psikotropika yaitu untuk menjamin mutu, penelitian dari 37 Apotek di Kabupaten Lombok
keamanan dan ketersediaan serta memudahkan Tengah terdapat satu Apotek (2,33%) yang
pelayanan dan pengawasan Narkotika dan sudah melakukan pencatatan data pasien ini.
Psikotropika [10].. Penyimpanan obat-obat Hasil wawancara menunjukkan bahwa Apoteker
narkotika disimpan dalam almari khusus dan mengetahui tentang makna Medication Record
terkunci, sesuai dengan Permenkes no. 35 tahun tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan, alasan
2009 untuk menghindarkan dari hal-hal yang yang disampaikan karena keterbatasan sumber
tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat- daya manusia dan keterbatasan waktu Apoteker
obat narkotika. Apabila tempat khusus tersebut di Apotek. Padahal dengan PMR ini, tidak hanya
berupa almari berukuran kurang dari 40 x 80 x mampu mengikat pasien sebagai pelanggan kita,
100 cm, maka almari tersebut harus dibaut pada namum lebih pada optimalnya perhatian kita
tembok atau lantai agar tidak mudah terhadap pasien itu sendiri, sehingga tujuan
dipindahkan. Ketentuan tersebut merupakan terapi bisa tercapai secara optimal. Sedangkan
syarat wajib untuk mendirikan Apotek, sehingga untuk 36 Apotek di Kabupaten Lombok Tengah
sebanyak 37 Apotek (100%) di Kabupaten belum memenuhi standar mengenai pencatatan
Lombok Tengah sudah memiliki almari pengobatan pasien ini.
narkotika.
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 37 Tabel 6. Data Administrasi di Apotek Kabupaten
Apotek (100%) di Kabupaten Lombok Tengah Lombok Tengah
No. Keterangan Jumlah Persentase
telah melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi (%)
dan perbekalan kesehatan sesuai standar menurut 1. Pencatatan 1 2,33
Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004. pengobatan data
Dengan terlaksananya pengelolaan sediaan 2. pasien 37 100
(Medication
farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai 3. Record) untuk 7 16,28
standar maka sudah tersedia perbekalan farmasi penyakit kronis
yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tertentu
tepat. Pencatatan,
pengarsipan dan
pelaporan
5. Data Administrasi pemakaian obat
Merupakan rangkaian aktivitas pencatatan Narkotika dan
Psikotropika
dan pegarsipan, penyiapan laporan dan
Pengarsipan
penggunaan laporan untuk mengelola sediaan pemakaian obat
farmasi. Tabel 6 merupakan hasil perolehan data generic
administrasi di masing-masing Apotek
Kabupaten Lombok Tengah. Narkotika dan psikotropika hanya
Patient Medication Records (PMR) adalah diberikan kepada pasien yang membawa resep
catatan tentang riwayat penyakit pasien, riwayat dokter. Resep yang terdapat narkotika dan
alergi, riwayat pengobatan yang telah dilakukan psikotropika diberi tanda bawah berwarna,

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 62


kemudian dipisahkan untuk dicatat dalam buku Untuk pengarsipan resep pemakaian obat
register. Pencatatan meliputi tanggal, nomor golongan narkotika dan psikotropika dibendel
resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama setiap bulan, begitu juga dengan faktur.
pasien, alamat pasien, dan nama dokter. Dokumen tersebut disimpan di tempat khusus
Dilakukan pencatatan tersendiri untuk masing- minimal selama 3 tahun, untuk selanjutnya dapat
masing nama obat narkotika dan psikotropika. dimusnahkan dengan dilengkapi berita acara
Untuk setiap pengeluaran narkotika dan [10]. Pengarsipan narkotika dan psikotropika
psikotropika dicatat dalam kartu stok, kemudian selalu dilakukan oleh 37 Apotek di Kabupaten
dicatat pada buku yang digunakan sebagai Lombok Tengah tetapi untuk obat generik hanya
pedoman dalam pembuatan laporan bulanan. 7 Apotek yang melakukan pengarsipan, alasan
Untuk setiap penggunaan obat tersebut dicatat yang dikemukakan karena obat terlalu banyak
jumlah pengeluaran dan sisa yang ada, jika ada dan terlalu sering keluar sementara tenaga teknis
perbedaan dilakukan pengontrolan lebih lanjut. terbatas.
Pencatatan dilakukan untuk menghindari Kegiatan pencatatan, pengarsipan dan
terjadinya penyalahgunaan obat. pelaporan pemakaian obat narkotika dan
Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika telah dilaksanakan di Apotek
psikotropika setiap bulannya dikirim ke Dinas Kabupaten Lombok Tengah, sehingga
Kesehatan Kota melalui email, untuk selanjutnya kemungkinan terjadi penyalahgunaan obat
Dinas Kesehatan merekap seluruh hasil laporan narkotika dan psikotropika sangat kecil. Maka
se Kota untuk dikirim ke pusat di Surabaya. untuk data administrasi di Apotek Kabupaten
Laporan bulanan narkotika berisi nomor urut, Lombok Tengah sudah sesuai dengan Standar
nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan, pelayanan kefarmasian di Apotek.
pemasukan, pengeluaran, dan persediaan akhir
bulan serta keterangan. Tabel 11 menunjukkan 6. Pelayanan
bahwa 37 Apotek (100%) di Kabupaten Lombok Pelayanan kefarmasian di Apotek
Tengah telah melakukan pencatatan, pengarsipan merupakan salah satu wujud dalam
dan pelaporan narkotika dan psikotropika meningkatkan kualitas mutu dan kemajuan
meskipun terdapat 4 Apotek yang tidak memiliki Apotek, memberi pelayanan yang baik kepada
narkotika tetapi pencatatan, pengarsipan dan konsumen serta untuk menjamin tercapainya
pelaporan tetap harus dilakukan. Hasil laporan penggunaan obat yang aman dan tepat sehingga
Narkotika Psikotropika di email ke Dinas terapi terpenuhi. Dari 37 Apotek dalam
Kesehatan Kota maksimal tanggal 10 bulan penelitian didapatkan hasil pada tabel 7.
berikutnya. Pemeriksaan kelengkapan resep ini
Tujuan dari pencatatan dan pelaporan merupakan syarat utama dalam pelayanan
tersebut adalah sebagai bukti bahwa suatu kefarmasian di Apotek. Data dokter atau instusi
kegiatan telah dilakukan serta sebagai sumber sangatlah mutlak diperlukan untuk mengetahui
data untuk melakukan pengaturan dan legalitas resep yang akan dilayani. Seandainya
pengendalian. Di setiap Apotek Kabupaten pada resep ditemukan data yang belum lengkap
Lombok Tengah memiliki buku register kemungkinan besar Apotek akan menolak untuk
pencatatan resep narkotika dan psikotropika melayani.
yang digunakan untuk mencatat penggunaan atau Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 37
pengeluaran obat narkotika dan psikotropika Apotek di Kabupaten Lombok Tengah telah
setiap hari sesuai dengan resep dokter. Buku melakukan pemeriksaan keabsahan dan
tersebut ditutup setiap akhir bulan supaya kelengkapan resep, 16 pemeriksaan resep
diketahui jumlah pemakaian narkotika dan dilakukan oleh Apoteker dan 27 pemeriksaan
psikotropika setiap bulannya. resep dilakukan oleh Asisten Apoteker. Sehingga

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 63


pelayanan resep berupa persyaratan administratif Pemeriksaan obat meliputi memeriksa
sudah sesuai dengan standar. obat yang tersedia di Apotek dengan permintaan
Tabel 7. Data Pelaku Skrining Resep di Apotek pada resep sudah dilakukan oleh 37 Apotek di
Kabupaten Lombok Tengah Kabupaten Lombok Tengah. Apabila obat
No. Keterangan Jumlah
tersebut tidak terdapat di Apotek, solusinya
Apoteker Asisten
adalah Apoteker meminta persetujuan dari
Apoteker
1. Pemeriksaan 16 27 pasien untuk menggantinya dengan merk lain
kelengkapan dan yang memiliki bahan aktif dan komposisi yang
keabsahan resep sama. Apoteker harus menjelaskan kepada
2. Pertimbangan
pasien bahwa yang diganti adalah merknya,
klinik yang
dilakukan tetapi isinya tetap sama. Atau bisa juga
meliputi : ditawarkan produk generiknya. Jika tetap tidak
a. Jumlah obat, 16 27 ada obat yang komposisi ataupun generiknya
Aturan pakai,
Dosis obat
yang sama maka di copy resep.
b. Medikasi 0 0 Memeriksa kualitas fisik obat dan tanggal
rangkap, kadaluarsa obat sudah rutin dilakukan oleh 37
Kontra Apotek Kabupaten Lombok Tengah. Apabila
indikasi,
Interaksi obat terdapat obat-obat yang rusak dan kadaluarsa
c. Reaksi alergi 1 0 merupakan kerugian bagi Apotek, oleh
3. Memeriksa obat 16 27 karenanya diperlukan pengelolaan agar
yang tersedia di jumlahnya tidak terlalu besar. Obat-obat yang
Apotek dengan
permintaan pada rusak akan dimusnahkan, namun jika ada
resep, memeriksa perjanjian yang telah disepakati sebelumnya
kualitas fisik maka obat yang sudah kadaluarsa dapat
obat, memeriksa
dikembalikan ke PBF, ada yang 3 bulan maupun
tanggal
kadaluarsa obat 1 bulan sebelum kadaluarsa harus dikembalikan.
4. Apabila ada hal- 0 0 Apabila obat sudah kadaluarsa, obat tersebut
hal dalam resep harus dimusnahkan. Berdasarkan Peraturan
yang meragukan,
melakukan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
konsultasi dengan No.922/Menkes/Per/X/1993 pasal 12 ayat (2),
dokter menyebutkan bahwa obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak
Untuk pertimbangan klinik berupa jumlah dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan,
obat, aturan pakai dan dosis obat sudah dilakukan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau
di 37 Apotek Kabupaten Lombok Tengah. ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan
Sedangkan pertimbangan klinik untuk medikasi oleh Direktur Jenderal.
rangkap, kontra indikasi dan interaksi obat tidak Pemeriksaan obat yang meliputi
dilakukan oleh 37 Apotek di Kabupaten Lombok memeriksa obat yang tersedia di Apotek dengan
Tengah. Hal tersebut disebabkan karena permintaan pada resep, memeriksa kualitas fisik
membutuhkan waktu yang lebih lama, obat, memeriksa tanggal kadaluarsa obat telah
sedangkan resep yang datang banyak dan dilaksanakan di Apotek Kabupaten Lombok
kurangnya tenaga Apoteker di Kabupaten Tengah, sehingga standar pelayanan kefarmasian
Lombok Tengah yang mayoritas hanya sudah sesuai.
berjumlah 1 Apoteker tiap Apoteknya. Sehingga Apabila Apoteker menganggap dalam
pertimbangan klinik yang tidak lengkap dapat resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep
mengakibatkan terjadinya Medication Error. yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 64


dokter penulis resep. Bila karena aturan pakai. Hal ini menunjukkan bahwa
pertimbangannya dokter tetap pada pelayanan Apotek di Kabupaten Lombok Tengah
pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda belum berorientasi sepenuhnya pada pasien.
tangan di atas resep. Salinan resep harus Maka standar pelayanan kefarmasian terkait
ditandatangani oleh Apoteker. Dalam hal ini dengan informasi penyerahan obat belum
pada saat pengamatan tidak ada Apoteker yang sepenuhnya sesuai. Padahal menurut standar
berkonsultasi dengan dokter karena pada saat pelayanan farmasi, semua informasi seharusnya
penelitian resep dianggap tidak ada yang diberikan dan merupakan hak pasien, sehingga
meragukan. dapat dimungkinkan penyebab utama pasien
tidak menggunakan obat dengan tepat adalah
Tabel 8. Data Pelaku Dispensing di Apotek karena tidak mendapatkan penjelasan secara
Kabupaten Lombok Tengah lengkap. Oleh sebab itu sangatlah penting
No. Keterangan Jumlah
memberikan informasi secara lengkap kepada
Apoteker Asisten
Apoteker pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
1. Yang 16 27 serta terhindar terjadinya Medication Error.
melakukan
dispensing Tabel 9. Data Jenis dan Pelaku Pemberi Informasi
2. Obat yang akan 16 27 Obat di Apotek Kabupaten Lombok Tengah
diserahkan No Keterangan Jumlah Perse
diperiksa ulang Apoteker Asisten ntase
Apoteker (%)
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 16 1. Pada saat
(37,21%) proses dispensing dilakukan oleh penyerahan
obat, informasi
Apoteker dan 27 (62,79%) proses dispensing obat yang
dilakukan oleh Asisten Apoteker. Maksud dari diberikan
dispensing disini adalah yang menerima, kepada pasien :
memeriksa, menyiapkan, memberi etiket hingga a. Frekuensi 16 27 100
pemakaian
resep diserahkan kepada pasien. Kelemahan obat, lama
apabila dilakukan oleh Asisten Apoteker adalah pengobatan,
belum mampu memberikan pelayanan obat Cara
pemakaian
secara maksimal serta belum mampu melakukan
b. Efek samping 1 0 2,33
tugas-tugas yang diemban oleh Apoteker. dan kontra
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, indikasi
perlu dilakukan pemeriksaan akhir dari resep c. Cara 3 0 6,98
penyimpanan
meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara obat
pemakaian. Hal ini dilakukan untuk 2. Konseling 7 0 16,28
menghindari terjadinya kekeliruan atau kepada pasien
kekurangan sesuai pada resep, sehingga 3. Home Care 1 0 2,33
pada pasien
kemungkinan terjadi kesalahan sangat sedikit. penyakit kronis
Pemeriksaan ulang telah dilakukan oleh 37 yang
Apotek di Kabupaten Lombok Tengah, sehingga terdokumentasi
standar pelayanan kefarmasian sudah sesuai.
Selesai pengemasan dan pemberian etiket, Konseling dapat dilakukan secara langsung
pada saat penyerahan obat hendaknya diberikan pada saat penyerahan obat pada pasien. Terdapat
informasi yang cukup berkaitan dengan obat 7 Apotek (16,28%) di Kabupaten Lombok
yang diserahkan. Informasi yang didapatkan oleh Tengah yang melakukan konseling oleh
sebagian besar pasien baru sebatas cara dan Apoteker dan 36 Apotek yang belum melakukan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 65


konseling karena terkadang dibutuhkan waktu terkait dengan pelayanan Home Care,
yang cukup panjang dalam konseling, sehingga disebabkan terbatasnya tenaga teknis di masing-
dapat mengganggu kelancaran pelayanan yang masing Apotek.
lain. Waktu menjadi salah satu permasalahan
dalam konseling, apalagi pada Apotek yang 7. Evaluasi Mutu Pelayanan
jumlah kunjungan pasiennya tinggi dan rasio Evaluasi penting dilakukan untuk
jumlah pengunjung dibanding jumlah pelayan memperbaiki diri , hasil evaluasi akan
cukup tinggi sehingga konseling yang dilakukan bermanfaat bagi efektifitas proses perbaikan.
pada saat penyerahan resep bisa menjadi kurang Tiga indikator yang digunakan dalam evaluasi
optimal. Maka standar pelayanan kefarmasian mutu pelayanan di Apotek meliputi tersedianya
terkait dengan konseling belum sepenuhnya SOP tertulis, melaksanakan evaluasi terhadap
sesuai, sehingga proses yang sistematis untuk tingkat kepuasan konsumen melalui kotak saran
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan mempunyai informasi obat secara aktif
yang berkaitan dengan pengambilan dan berupa leaflet, brosur, komputerisasi. Berikut
penggunaan obat belum sepenuhnya didapatkan merupakan tabel 10 mengenai hasil data evaluasi
oleh pasien. mutu pelayanan di Apotek Kabupaten Lombok
Pelayanan Home Care di Apotek Kabupaten Tengah :
Lombok Tengah hanya dilakukan oleh 1 Apotek
(2,33%). Home Care dilakukan oleh Apoteker Tabel 10. Data Evaluasi Mutu Pelayanan di Apotek
yang berkunjung ke rumah pasien untuk Kabupaten Lombok Tengah
No. Keterangan Jumlah Persentase
memonitor terapi obat yang diberikan. Home (%)
Care merupakan bentuk dari tanggungjawab 1. Tersedianya SOP
Apoteker untuk memonitor keberhasilan terapi tertulis untuk setiap
obat yang diberikan. Home Care dilakukan proses :
a. Pemeriksaan 14 32,56
kepada pasien yang menderita penyakit kronis resep 5 11,63
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, b. Dispensing 14 32,56
gout, gangguan ginjal, dll. Home Care dilakukan c. Penyerahan obat
untuk memonitor terapi obat yang diberikan, d. Pengelolaan 5 11,63
sediaan farmasi
apakah pasien sudah sembuh atau belum, apakah 2. dan alat 4 9,30
pasien patuh dalam minum obat atau tidak, kesehatan
melihat langsung bagaimana kondisi pasien. Melaksanakan
evaluasi terhadap
Dengan adanya Apoteker yang langsung datang
3. tingkat kepuasan 37 100
ke rumah pasien maka pasien akan merasa sangat konsumen melalui
diperhatikan dan apabila ada kesulitan-kesulitan kotak saran
atau gejala-gejala yang timbul setelah minum Mempunyai
informasi obat
obat maka Apoteker akan bisa secara langsung
secara aktif berupa
memberi saran atau kebijakan yang bisa leaflet, brosur,
dilakukan oleh pasien. Saran-saran atau komputerisasi, dll.
kebijakan yang diberikan oleh Apoteker
tentunya harus sejalan dengan saran yang Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 14
diberikan oleh dokter. Dengan adanya Home Apotek (32,56%) yang memiliki SOP (Standar
Care ini maka akan meningkatkan kepuasan Operasional Prosedur) tertulis untuk setiap
pelayanan dari pasien yang datang ke Apotek proses pemeriksaaan resep dan penyerahan obat,
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa 36 Apotek di 5 Apotek (11,63%) yang memiliki SOP proses
Kabupaten Lombok Tengah belum sesuai dispensing dan 5 Apotek (11,63%) yang
dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek memiliki SOP untuk proses pengelolaan sediaan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 66


farmasi dan perbekalan kesehatan. Sehingga yang menunjukkan hasil penilaian dari masing-
standar pelayanan kefarmasian terkait masing Apotek :
tersedianya SOP tertulis belum sepenuhnya Tabel 11. Hasil Penilaian dari Masing-Masing
sesuai. Maka perlu disarankan agar setiap Apotek di Kabupaten Lombok Tengah
No. Skor Keterangan Jumlah Persentase
Apotek memiliki SOP karena dipastikan melalui Apotek (%)
SOP ini dapat meningkatkan efisiensi dan 1. 81-100 Baik 1 2,71
efektifitas kerja. 2. 61-80 Kurang 11 29,72
Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan 3. 20-60 Cukup 25 67,57
dimana keinginan, harapan dan kebutuhan
pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 37
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat Apotek di Kabupaten Lombok Tengah terdapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. 1 Apotek (2,71%) dengan kategori baik, 11
Salah satu indikator yang dilakukan dalam Apotek (29,72%) dengan kategori cukup, dan 25
evaluasi mutu pelayanan adalah mengukur Apotek (67,57%) dengan kategori kurang,
tingkat kepuasan konsumen melalui kotak saran. sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
Dari hasil penelitian terdapat 4 Apotek (9,30%) keseluruhan Apotek di Kabupaten Lombok
yang memiliki kotak saran, artinya terdapat 39 Tengah belum melaksanakan standar
Apotek yang belum peduli terhadap pelayanan pelayananan kefarmasian dengan baik. Ini
kefarmasian di Apotek menurut konsumen yang menunjukkan bahwa umumnya Apoteker dalam
berkunjung. Sehingga standar pelayanan menjalankan praktik kefarmasian di Apotek
kefarmasian terkait tersedianya kotak saran belum optimal.
belum sepenuhnya sesuai. Padahal pengukuran
kepuasan pelanggan merupakan elemen penting D. KESIMPULAN
dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, 1. Apotek di Kabupaten Lombok Tengah
lebih efisien dan lebih efektif. belum sesuai dengan Petunjuk Teknis
Untuk informasi obat secara aktif berupa Pelaksana Standar Kefarmasian di Apotek
leaflet atau brosur sudah dimiliki oleh 37 Apotek berdasarkan Kemenkes No.
(100%) di Kabupaten Lombok Tengah. Leaflet 1027/MenKes/SK/IX/2004
yang dimaksud disini adalah leaflet yang 2. Apotek di Kabupaten Lombok Tengah masih
disediakan oleh PBF langganan Apotek tersebut, belum optimal dalam melaksanakan
sehingga informasi obat bisa tersalurkan ke Pelayanan Kefarmasian.
pasien secara tidak langsung. Terkait hal tersebut
pelayanan kefarmasian di Kabupaten Lombok E. UCAPAN TERIMA KASIH
Tengah sudah sesuai standar. Terima kasih kepada Universitas Qamarul
Huda Badaruddin terutama Fakultas Kesehatan
8. Hasil Penilaian Pelayanan Kefarmasian Program Studi Farmasi yang mendukung
di Apotek berjalannya penelitian ini, selaku pemberi dana
Perolehan skor total pelayanan kefarmasian sehingga penelitian ini dapat berjalan lancer
di Apotek secara keseluruhan diperoleh dengan hingga akhir.
menjumlahkan nilai setiap indikator pada
masing-masing Apotek. DAFTAR PUSTAKA
Jumlah Apotek yang memenuhi standar
dengan nilai baik apabila skor 81-100, nilai [1] Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial
cukup apabila skor 61-80 dan nilai kurang dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta
[2] Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi,
apabila skor 20-60. Berikut merupakan tabel 11
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 67


[3] Anonim, 1962, Peraturan Pemerintah 280/MENKES/SK/V/1981 Tentang
Nomor 20 Tahun 1962 Tentang Lafal Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan
Sumpah/Janji Apoteker,Depkes RI, Jakarta Apotik, Depkes RI, Jakarta
[4] Anonim, 1965, Peraturan Pemerintah [8] Anonim, 1981c, Peraturan Menteri
Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Depkes RI, Jakarta 26/MENKES/ PER/I/1981, Depkes RI,
[5] Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Jakarta
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 [9] Anonim, 1991, Kamus Besar Bahasa
Tentang Perubahan Atas Peraturan Indonesia, cetakan kedua, Balai Pustaka,
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Jakarta
Apotek, Depkes RI, Jakarta [10] Anonim, 1993b, Peraturan Menteri
[6] Anonim, 1981a, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang
278/MENKES/SK/V/1981 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin
Persyaratan Apotik, Depkes RI, Jakarta Apotek, Depkes RI, Jakarta
[7] Anonim, 1981b, Keputusan Menteri
Kesehat an Republik Indonesia Nomor

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 68

Anda mungkin juga menyukai