Anda di halaman 1dari 29

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Karya Tulis Ilmiah

Border Molding & Pencetakan Fisiologis

Nama : Tsania Himayanti


NIM : J014201022
Pembimbing : Prof. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros(K)
Tanggal Baca : Kamis, 23 September 2021
Tempat : Zoom meeting

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar belakang...........................................................................................2
1.2 Tujuan penulisan.......................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Border Molding.........................................................................................4
2.1.1 Definisi dan tujuan......................................................................4
2.1.2 Bahan border molding................................................................4
2.1.3 Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan border
molding 7
2.1.4 Hubungan sendok cetak individual dengan border molding......7
2.1.5 Teknik border molding...............................................................8
2.1.6 Metode manipulasi peripheral tissue........................................10
2.1.7 Prosedur border molding..........................................................10
2.2 Pencetakan Fisiologis..............................................................................15
2.2.1 Definisi.....................................................................................15
2.2.2 Sifat bahan cetak.......................................................................15
2.2.3 Bahan cetak...............................................................................17
2.2.4 Teknik pencetakan fisiologis....................................................22
2.2.5 Prosedur pencetakan fisiologis.................................................23
BAB III..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.............................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, mengemukakan data yang
lebih lengkap mengenai jumlah penduduk yang mengalami dentulous dan
edentulous serta pengguna gigi tiruan adalah kelompok usia 65 tahun
dengan jumlah 79,8% dan 9%. Indeks kehilangan gigi di Indonesia sebesar
79,6% dan indeks penggunaan gigi tiruan sebesar 4,5%.1 Data tersebut
menunjukkan bahwa jumlah pengguna gigi tiruan di Indonesia cukup
besar.1,2
Rehabilitasi pada daerah gigi yang hilang dapat dicapai dengan
pembuatan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat. 3 Berdasarkan
penelitian perawatan mahkota penuh 32,71%, diikuti gigi tiruan lengkap
19,16%; gigi tiruan sebagian lepasan 16,82%; mahkota pasak 16,82%; gigi
tiruan jembatan 14,49%.4
Gigi tiruan penuh atau gigi tiruan lengkap didefinisikan sebagai
protesa gigi yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur
pendukungnya baik pada maksila maupun mandibula. Pada umumnya gigi
tiruan penuh dibuat untuk pasien geriatric, juga pada beberapa pasien
muda yang lahir dengan kelainan gigi atau tidak adanya gigi geligi pada
lengkung rahang.5 Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi dan atau
struktur pendukungnya, didukung oleh gigi serta mukosa yang dapat
dilepas dari mulut dan dipasang kembali oleh pasien.2 Pemilihan jenis gigi
tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah
gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang
hilang, usia pasien, kesehatan sistemik, serta keinginan dan kebutuhan
pasien.6
Salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan perawatan GTL
adalah memiliki derajat retensi dan stabilitas yang diinginkan, yang juga

2
penting untuk kemampuan bicara, pengunyahan, dan estetika. Retensi
adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap bersentuhan dengan mukosa
pendukungnya, yaitu resistensi terhadap pengangkatan dalam arah kira-
kira pada sudut kanan ke bidang oklusal. Untuk mencapai retensi yang
dibutuhkan tersebut, perlu untuk mendapatkan periferal seal dengan cara
border molding.7
Border molding adalah teknik mukofungsional yang dapat
mencetak gerakan fungsional pada mukosa saat dilakukan pencetakan
fisiologis. Dalam prosedur ini, dengan bahan green stick ditempatkan di
sepanjang tepi sendok cetak. Kemudian, dapat dilanjutkan pada prosedur
pencetakan fisiologis dengan operator melakukan gerakan fungsional pasif
pada bagian labial dan bukal untuk mendapatkan cetakan fungsional dari
area vestibular. Untuk bahan cetakan fisiologis ini dapat menggunakan
pasta zinc oxide eugenol dan medium-bodied elastomeric.8

1.2 Tujuan penulisan


Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan pada karya tulis
ilmiah ini adalah untuk mengetahui prosedur border moulding serta
pencetakan fisiologis sebagai salah satu prosedur dalam pembuatan gigi
tiruan penuh.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Border Molding


2.1.1 Definisi dan tujuan
Border molding menurut glossary of prosthodontics
didefinisikan sebagai pembentukan daerah tepi dari sendok cetak
yang dimanipulasi fungsional atau manual dari jaringan lunak yang
berdekatan dengan tepi untuk menduplikasi kontur dan ukuran
vestibulum. Border molding juga didefinisikan penentuan
perpanjangan protesa dengan menggunakan fungsi jaringan atau
manipulasi jaringan secara manual untuk membentuk area perbatasan
bahan cetak.9
Tujuan dari border molding dalam pembuatan gigi tiruan
lengkap adalah untuk mendapatkan peripheral seal, yaitu kontak
yang erat antara basis gigi tiruan lengkap dan mukosa di sekitar tepi
gigi tiruan lengkap untuk mencegah masuknya udara antara basis dan
mukosa. Hal ini adalah salah satu faktor penting yang akan
memberikan retensi yang optimal dari gigi tiruan yang meningkatkan
kenyamanan psikologis dan penerimaan pasien terhadap protesa
yang sudah jadi.10,11
2.1.2 Bahan border molding
Bahan awal yang digunakan untuk border molding adalah
modeling compound yang digunakan oleh Green Brothers pada tahun
1907. Bahan untuk border molding harus memuliki sifat yang ideal,
yaitu harus bisa mengalir ke semua area, tidak beracun, tidak
mengiritasi dan harus mampu mereproduksi jaringan dalam jumlah
percobaan yang terbatas. Adapun material/bahan yang dapat
digunakan untuk border molding sebagai berikut:
1. Greenstick compound12

4
Greenstick compound merupakan compound tipe 1 yang
low fusing yang mengikuti spesifikasi ADA nomor 3. Greenstick
compound terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu resin, filler,
dan pelumas. Greenstick compound adalah bahan termoplastik
yang melunak saat dipanaskan dan mengeras ketika didinginkan
dan tidak ada reaksi kimia yang terjadi ketika setting. Greenstick
compound dapat digunakan kembali dan dapat dimanipulasi
ketika dipanaskan, tidak beracun, dan tidak mengiritasi jaringan,
ekonomis.

Gambar 1. Greenstick compound


2. Silikon tipe putty12
Silikon tipe putty adalah silicon tambahan yang
diperkenalkan setelah silikon kondensasi dan memiliki sifat
yang lebih baik dibandingan silikon kondensasi. Silikon tipe ini
juga dikenal sebagai polyvinylsiloxane yang merupakan bahan
cetak yang mengikuti spesifikasi ADA nomor 3 yang terdiri dari
base dan katalis dalam tabung terpisah. Base dan katalis
dikeluarkan dengan bantuan alat secara otomatis. Bahan ini
tersedia dalam berbagai viskositas. Polyvinylsiloxane akan
setting oleh reaksi polimerisasi tambahan dan tidak ada produk
sampingan yang terbentuk selama setting. Bahannya bersifat
hidrofilik yang dapat menjadi keuntungan karena kontrol
kelembapan tidak penting selama pengambilan cetakan.
Polyvinylsiloxane memiliki akurasi yang sangat baik, waktu

5
simpan yang lama, stabilitas dimensi yang baik, waktu
pengerasan yang singat, namun harganya sedikit lebih mahal.

Gambar 2. Silikon tipe puty polyvinylsiloxane dengan


automatic dispensing device
3. Lowa wax12
Wax suhu mulut umumnya digunakan dalam kombinasi
dengan bahan lain seperti impression compound dan polisulfida
dan jarang digunakan sebagai bahan cetak lengkap. Bahan ini
tersedia dalam bentuk lembaran atau batangan dan dijual dengan
nama lowa wax.

Gambar 3. Lowa wax


4. Polycaprolactone (PCL)13
Polycaprolactone adalah polimer yang dapat terurai secara
alami (biodegradable) yang telah diteliti secara intensif sebagai
bahan biomedis. Bahan ini biokompatibel, memiliki ketahanan
air, minyak, pelarut, dan klorin yang baik, titik leleh rendah,
viskositas rendah, kuat secara mekanis dan mudah diproses.
Telah diteliti bahwa bahan ini tidak beracun dan kompatibel
dengan jaringan mulut. PCL juga memiliki harga yang lebih
rendah diantara semua produk polimer biodegradable yang

6
umum tersedia. Bahan ini juga lebih sedikit memakan waktu
pengerjaan. Koreksi border molding mungkin karena
polycaprolactone merupakan bahan reversible dan dapat
ditambahkan bahan baru juga. Tidak diperlukan armamentarium
khusus untuk manipulasi bahan ini.

Gambar 4. Border molding dengan bahan polycaprolactone


2.1.3 Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan border
molding
Sebelum melakukan border molding, sendok cetak individual
diletakkan dalam mulut pasien dan periksa hal-hal berikut:14
1. Tepi dari sendok cetak harus lebih pendek 2 mm dari sulkus dan
harus memberikan jarak ruang frenulum yang adekuat.
2. Perpanjangan posterior pada maksila harus menutupi hamular
notch dan diperpanjang sampai vibrating line.
3. Sendok cetak mandibular harus menutupi daerah retromolar pad.
4. Jika ada spacer, hanya boleh diambil setelah dilakukannya
border molding.
2.1.4 Hubungan sendok cetak individual dengan border molding
Sendok cetak individual yang telah dibuat harus mampu
mencetak jaringan di dalam rongga mulut secara detail karena akan
mempengaruhi retensi dari gigi tiruan lengkap. Selain itu kerapatan
antara tepi gigi tiruan dengan jaringan juga perlu diperhatikan.
Retensi dan kestabilan dari gigi tiruan sangat penting untuk
keberhasilan pemakaian gigi tiruan lengkap. Pasien sering
mengeluhkan gigi tiruan lengkap yang dipakainya longgar, terutama
pada rahang bawah. Hal ini biasanya terjadi karena kontak antara

7
mukosa dan gigi tiruan tidak maksimal, sehingga retensinya juga
tidak maksimal. Untuk mendapatkan hubungan yang rapat antara tepi
gigi tiruan dengan jaringan sekitarnya, harus dilakukan pencetakan
secara mukofungsional dengan melakukan border molding.
Pencetakan secara mukofungsional ini dilakukan pada tepi sendok
cetak individu yang telah dibuat sebelumnya untuk mendapatkan
peripheral seal.15
2.1.5 Teknik border molding
1. Sectional border molding
Teknik sectional border molding atau incremental
dilakukan dalam beberapa bagian, yaitu labial flange, buccal
flange, distobuccal, dan posterior palatal seal area. Labial flange
dicatat terlebih dahulu dengan melunakkan greenstick
compound diatas bunsen dan ditempatkan di tepi dari sendok
cetak sesuai dengan labial flange. Greenstick compound ditempa
dalam air hangat sebelum dimasukkan ke dalam mulut pasien
untuk dicetak. Ini dibentuk secara pasif dengan menarik pipi ke
luar, ke bawah dan kemudian ke dalam. Frenulum labial dicatat
dengan akurat melalui gerakan vertikal untuk menghasilkan
labial notch yang panjang dan sempit. Buccal flange dicatat
pada satu sisi. Buccal flange dicetak dengan cara menarik pipi
ke luar, ke bawah, dan ke dalam. Frenulum bukal akan direkam
secara akurat dengan memberikan gerakan horizontal dan
vertikal untuk menghasilkan lekukan berbentuk V yang lebar.
Area distobuccal direkam dengan menarik pipi secara pasif ke
luar, ke bawah, dan ke dalam. Pasien juga diminta untuk
membuka mulutnya lebar sambil menggerakkan rahang bawah
dari sisi ke sisi. Area posterior palatal seal adalah jaringan lunak
yang berjalan di sepanjang pertemuan palatum keras dan lunak.
Area posterior palatal seal menyerupai busur cupid dan batas
posterior palatal seal harus menyatu dengan jaringan palatal.

8
Area posterior palatal seal dicatat dengan menginstruksikan
pasien untuk duduk bersandar saat operator melakukan manuver
Valsava.8,12
Masalah umum yang terkait dengan teknik sectional
termasuk bahwa teknik ini membutuhkan waktu yang lama dan
membosankan serta sulit untuk dikuasai karena waktu
manipulasi yang singkat. Selain itu, kesalahan di satu bagian
dapat mempengaruhi kontur tepi di bagian lain dan ulsesari
jaringan lunak dapat terjadi karena kesan panas dari compound
yang digunakan, terutama untuk operator yang tidak
berpengalaman.16,17

Gambar 5. Sectional border molding menggunakan greenstick


2. Single-step technique
Border molding dengan teknik single step mungkin
dilakukan dengan menggunakan bahan cetak seperti silikon tipe
putty. Seluruh batas dari sendok cetak individual diisi dengan
silikon tipe putty dan ditempatkan di dalam mulut. Pasif border
molding dilakukan dengan menarik bibir dan pipi ke luar, ke
bawah, dan ke dalam diikuti dengan functional border molding
dengan meminta pasien untuk membuka dan menutup mulutnya,
mengisap pipi, dan menggerakkan rahang bawah ke kiri dan
kanan. Dengan teknik ini, seluruh batas sulkus dapat tercatat
dengan satu penempatan. Border molding teknk single step lebih
sensitif karena seluruh sulkus vestibular dan area posterior

9
palatal seal perlu dicatat secara akurat dalam sekali insersi. Oleh
karena itu, bahan yang digunakan untuk teknik ini harus
memberikan waktu kerja yang optimal, dan memungkinkan
koreksi border molding dengan penambahan.12,15,16

Gambar 6. Single step border molding menggunakan silikon tipe


putty
2.1.6 Metode manipulasi peripheral tissue
Ada dua metode memanipulasi jaringan perifer untuk
melakukan border molding:14,18
1. Metode aktif: pasien melakukan berbagai fungsi yang
berhubungan untuk memanipulasi bagian tepi seperti menelan,
menghisap, menyeringai, menjilat dll.
2. Metode pasif: dokter gigi secara fisik memanipulasi jaringan
untuk mencetak jaringan.
Salah satu dari metode ini atau kombinasi keduanya
digunakan untuk membentuk tepi cetakan.
2.1.7 Prosedur border molding
1. Alat dan bahan:19
a. Bunsen atau lampu spiritus
b. Air dalam wadah
c. Pisau malam
d. Vaseline
e. Greenstick compound
2. Prosedur:19

10
a. Aplikasikan vaseline ke jari-jari dan bibir pasien
b. Lunakkan greenstick compound pada salah satu ujung di
atas bunsen dan putar.
c. Letakkan greenstick yang telah lunak pada tepi sendok
cetak individual.
d. Lunakkkan kembali dengan tempo yang cepat.
e. Masukkan ke dalam wadah yang berisi air sebentar.
f. Masukkan ke dalam mulut pasien.
g. Tarik pipi ke luar, ke dalam untuk membentuk pada daerah
bukal.
h. Keluarkan sendok cetak dari dalam mulut.
i. Periksa hasil border molding.
j. Lunakkan kembali greenstick compound, masukkan ke
dalam air, kemudian ke dalam mulut pasien.
k. Prosedur ini dilanjutkan bagian demi bagian sampai seluruh
bagian tercetak dari bukal, labial, dan lingual.
Border molding rahang atas:14
a. Labial flange
Pasif: bibir diangkat dan ditarik ke luar, ke bawah, dan ke dalam.
Aktif: pasien diminta mengisap bibir dan jari operator.

Gambar 7. Border molding bagian labial flange


b. Buccal flange (area frenulum bukal)
Pasif: pipi diangkat dan ditarik ke luar, ke bawah, dan ke dalam
dan digerakkan ke belakang dan depan.
Aktif: pasien diminta mengisap bibir dan tersenyum.

11
Gambar 8. Border molding bagian buccal flange (area frenulum
bukal)
c. Area distobukal
Pasif: pipi ditarik ke luar, ke bawah, dan ke dalam.
Aktif: pasien diminta untuk membuka mulut lebar, menutup, dan
menggerakkan mandibula ke kanan dan ke kiri. Membuka mulut
lebar menggambarkan kedalaman dan lebar sayap distobukal
seperti yang diatur oleh perlekatan otor, sambil menggerakkan
mandibula ke kanan-kiri, mengakomodasi pergerakan prosesus
koronoideus.

Gambar 9. Border molding bagian distobukal


d. Area posterior palatal seal
Aktif: pasien diminta untuk mengatakan “Ah” untuk mencetak
area ini.

12
Gambar 10. Border molding bagian posterior palatal seal
Border molding rahang bawah:14
a. Labial flange
Pasif: bibir ditarik ke luar, ke atas, dan ke dalam.

Gambar 11. Border molding bagian labial flange


b. Buccal flange (area frenulum bukal)
Pasif: pipi ditarik ke luar, ke atas, dan ke dalam dan digerakkan
ke belakang dan depan.
Aktif: pasien diminta untuk mengisap dan tersenyum.

Gambar 12. Border molding bagian buccal flange (frenulum


bukal)
c. Buccal flange (area distobukal)
Pasif: pipi ditarik ke arah bukal untuk memastikan tidak
tersangkut di sendok cetak kemudian di tarik ke atas dan ke
dalam.
Aktif: pasien diminta untuk menutup mulut sambil dokter gigi
memberikan tekanan ke bawah pada sendok cetak.

13
Gambar 13. Border molding bagian bukal flange (distobukal)
d. Anterior lingual flange
Aktif: pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya dan kemudian
dorong lidah ke arah anterior bagian dari palatum.

Gambar 14. Border molding bagian anterior lingual flange


e. Bagian tengah lingual flange
Aktif: pasien diminta untuk menjulurkan lidah dan menjilat bibir
atas dari sisi ke sisi.

Gambar 15. Border molding bagian tengah lingual flange


f. Distolingual flange
Aktif: pasien diminta untuk menjulurkan lidah dan letakkan lidah
ke bagian distal dari palatum di vestibulum bukalis kanan dan
kiri.

14
Gambar 16. Border molding bagian distolingual flange

2.2 Pencetakan Fisiologis


2.2.1 Definisi
Teknik pencetakan fisiologis adalah salah satu teknik pada
pencetakan akhir. Teknik ini digunakan pada keadaan yang sulit
untuk mendapatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan akibat
kurangnya dukungan dari jaringan yang tersisa, karena kurangnya
adaptasi otot. Pencetakan fisiologis harus mencetak struktur jaringan
pendukung dan membentuk tepi gigi tiruan atau peripheral border
yang dapat menutupi pinggiran atau border seal dengan baik
sehingga akan memberi retensi dan stabilitas yang maksimal pada
gigi tiruan.20
Tujuan pencetakan fisiologis adalah untuk memperoleh
retensi, kestabilan, dan dukungan bagi gigi tiruan. Retensi untuk gigi
tiruan adalah daya tahan terhadap gaya yang melepaskannya dalam
arah yang berlawanan dengan arah pemasangan, atau dengan kata
lain, retensi adalah cara memegang gigi tiruan pada posisinya di
dalam mulut.20
2.2.2 Sifat bahan cetak
1. Viskositas21
Zat dengan viskositas rendah ditandai dengan fluiditas
tinggi dan sebaliknya. Viskositas dari zat meningkat dengan
persentase pengisi. Thixotropy adalah sifat zat untuk mengalir
ketika di bawah kompresi, dan mempertahankan bentuknya

15
ketika dalam keadaan statis. Bahan dengan viskositas rendah
juga disebut korektif atau menyebar. Bahan yang dapat mengalir
memungkinkan detail permukaan yang halus, tetapi dalam
praktiknya tidak digunakan sendiri. Massa korektif sering
digunakan bersama dengan bahan yang lebih tebal, yang
mendukung bahan dengan viskositas rendah, memberikan
tekanan hidrolik.
2. Hidrofilisitas21
Bahan cetak dicirikan oleh derajat hidrofilisitas yang
berbeda. Bahan cetak dapat bersifat hidrofilik, hidrofobik, dan
hidroaktif. Zat hidrofilik dicirikan oleh afinitas tinggi terhadap
kelembaban (sudut pembasahan rendah), keterbasahan yang baik
dan mencetak detail terkecil di permukaan. Bahan cetak
hidrofobik memiliki afiliasi kelembaban rendah (sudut
pembasahan tinggi), ditandai dengan keterbasahan yang buruk
dan detail kecil yang tidak tercetak dengan baik. Bahan
hidroaktif adalah zat hidrofobik yang hidrofilisitasnya
ditingkatkan karena peningkatan surfaktan. Hasilnya,
permukaan dapat dibasahi dan kemampuan untuk mencetak
detail yang halus tercapai.
3. Setting time21
Waktu pengerasan bahan cetak meliputi seluruh periode
dari pengadukan sampai dengan pengerasan, mengeluarkan
cetakan dari rongga mulut tanpa deformasi. Waktu kerja
dipertimbangkan dari pengadukan ketika manipulasi bahan
hingga dikeluarkan. Bahan cetak harus benar-benar diaduk dan
ditempatkan di rongga mulut sebelum waktu kerja berakhir.
Karena suhu lingkungan berdampak pada waktu pengerasan
semua bahan cetak elastomer, salah satu cara untuk
meningkatkan waktu kerja adalah dengan mendinginkan bahan
atau memakai air dingin. Mendinginkan bahan cetak sebesar

16
2°C memungkinkan untuk meningkatkan waktu kerja 90 detik.
Selain itu, pendinginan bahan cetak ke suhu yang lebih rendah
dari +18,3°C dengan cara yang berbedah mengubah kemampuan
alir base dan katalis yang menyebabkan terganggunya
proporsinya. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu kerja dan
waktu pengerasan adalah kelembaban, rasio base dan katalis
serta metode pengadukan zat.
4. Stabilitas dimensi21
Pencetakan akurat struktur intraoral pada cetakan
bergantung pada stabilitas dimensinya. Distorsi dimensi cetakan
dapat dikondisikan oleh penyebab yang berbeda, misalnya
penyusutan polimerisasi, pelepasan produk sampingan dalam
proses setting bahan cetak, kelembapan lingkungan atau
penyerapan cairan mulut, serta perubahan suhu di lingkungan.
Zat dengan stabilitas dimensi tinggi dalam praktiknya tidak
dapat diubah dalam waktu sekitar 7 hari, terlepas dari perubahan
suhu di lingkungan.
5. Tear resistance dan elastic recovery21
Bahan cetakan harus cukup kuat untuk dikeluarkan dari
rongga mulut tanpa kerusakan (ruptur). Zat dengan energi sobek
tinggi memberikan ketahanan sobek yang tinggi. Sifat fisik ini
sangat penting dalam mendapatkan cetakan yang tepat,
mengeluarkannya dari rongga mulut dan pemisahan dari gips.
Bahan cetakan harus memiliki ketahanan sobek yang tinggi dan
pemulihan elastis dari satu cetakan.
2.2.3 Bahan cetak
Bahan cetak (impression material) digunakan untuk membuat
replica dari struktur rongga mulut. Bahan cetak yang ideal dapat
mencetak struktur rongga mulut secara akurat, dikeluarkan dari
mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses
laboratorium atau ketika diisi dental stone. Begitu dikeluarkan dari

17
mulut, cetakan harus dapat mempertahankan keakuratan
dimensinya.22
1. Polyvinyl siloxane (PVS)
Reaksi kimia dari PVS (atau silikon tambahan) terdiri dari
pasta base yang mengandung reaksi molekul hydrosilane-
terminated dengan pasta katalis atau akselerator yang
mengandung oligomer siloxane dengan gugus ujung vinil dan
katalis platinum. Bahan cetak PVS merupakan salah satu bahan
cetakan yang paling disukai dalam kedokteran gigi karena
sifatnya yang sangat baik dan viskositas yang beragam. Cetakan
yang dihasilkan sangat baik dan dapat dituangkan berkali-kali
karena kekuatan sobek yang tinggi dan pemulihan elastis yang
tinggi. Hal yang harus diperhatikan yaitu menghindari kontak
bahan dengan rubber dam lateks atau sarung tangan lateks yang
dapat meninggalkan senyawa belerang yang menghambat
polimerisasi bahan.23
2. Polieter
Polieter diperkenalkan pada akhir tahun 1960-an. Reaksi
pengerasan dari bahan ini adalah melalui polimerisasi kationik
dengan membuka cincin terminal etilen imina reaktif untuk
menyatukan molekul tanpa pembentukan produk sampingan.
Bahan ini bersifat hidrofilik, memungkinkan untuk digunakan di
lingkungan yang lembab. Sifat pembasahannya juga bagus
sehingga cetakan gips dibuat dengan lebih mudah. Bahan cetak
polieter yang lebih baru sedikit lebih fleksibel daripada produk
lama, sehingga lebih mudah dilepas dari mulut. Karena sifat
bahan yang menyerap air, cetakan tidak boleh terendam air
dalam waktu yang lama karena dapat menyebabkan distorsi.23
3. Zinc oxide eugenol impression paste
Bahan cetak non elastis memiliki sifat keras dan tidak
dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah

18
bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk
semua cetakan sebelum ditemukannya cetakan agar. Meskipun
bahan tersebut sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi,
bahan tidak elastis ini memiliki keunggulan dalam pembuatan
cetakan untuk pasien tak bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc
oxide eugenol dan plaster of paris disebut bahan cetak
mukostatik karena bahan tersebut tidak menekan jaringan
selama perlekatan cetakan. Biasanya ZnOE disediakan dalam
bentuk bubuk dan cairan, meskipun komponennya mungkin saja
dicampurkan dalam bentuk pasta oleh pabrik agar mudah
digunakan.22,24,25

Gambar 17. Zinc oxide eugenol impression paste


Cetakan dengan zinc oxide eugenol dapat dilakukan dengan
menggunakan sendok khusus yang sangat rapat atau
menggunakan basis gigi tiruan yang ada terutama basis gigi
tiruan yang hendak di-relining. Bahan ini dapat kompatibel
dengan bahan model dental stone. Pasta dapat dikeluarkan dari
stone dengan cara melunakkannya dalam air suhu 60 derajat.
Desinfeksi yang disarankan untuk zinc oxide eugenol adalah 2%
alkaline glutaraldehyde solution.22,24,25
4. Silikon kondensasi
Bahan ini tersedia dalam bentuk pasta base dan katalis
dalam viskositas yang low (pasta catalyst). Karena polimer
silikon merupakan suatu cairan, silicon koloidal atau logam

19
oksida ukuran mikro ditambahkan sebagai pengisi untuk
membentuk suatu pasta. Polimer ini tidak memilik karakteristik
warna seperti warna coklat dari timah dioksida yang digunakan
dalam polisulfida.
Pasta base mengandung poly (dimethylsiloxane) berat
molekul tinggi dengan terminal hydroxy groups (-OH),
orthoalkylsilicate dengan struktur cross link dan filler inorganik.
Pasta mengandung 30-40% filler, sementara pada putty
mengandung 75% filler. Pasta atau liquid/katalis mengandung
metal organik ester seperti tin octoate atau dibutyl tin dilaurate
dan oily diluent.26,27
5. Polisulfida
Bahan cetak polisulfida terdiri dari 2 tube yaitu polisulfida
rubber base dan oxidizing agents. Polisulfida rubber base adalah
cairan yang ditambah dengan beberapa komponen filler
sehingga membentuk pasta. Bahan akselerator dan retarder juga
ditambah jika diperlukan untuk memperpendek atau
memperpanjang setting time. Bahan polisulfida mempunyai
working time dan setting time yang panjang. Bahan ini
dicampur pada mixing pad dengan spatula. Panjang pasta base
sama dengan pasta katalis (rasio 1:1), lalu dicampur merata.
Mixing time 40-60 detik. Working time sekitar 5-7 menit.9,28
2.2.4 Teknik pencampuran bahan cetak fisiologis
Pencampuran material bahan cetak dapat dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain adalah hand mixing, static mixing, dan
dynamic mechanical mixing.29,30
1. Pencampuran manual (hand mixing)
Metode ini dilakukan dengan mengeluarkan kedua pasta di
atas mixing pad atau glass lab dengan ukuran panjang yang
sama. Kemudian kedua pasta tersebut diratakan di atas mixing
pad, kemudian diaduk dengan cara dilipat ke depan dan ke

20
belakang hingga homogen. Adonan sudah dikatakan homogen
apabila kedua warna pasta telah tercampur dengan baik. Untuk
material cetak elastomer jenis silikon yang memiliki viskositas
putty, metode pencampuran dilakukan dengan menakar kedua
pasta dengan sendok takar dan kemudian mencampur kedua
pasta dengan melipat adonan menggunakan tangan hingga
warnanya menjadi homogen.
Cara ini tergolong ekonomis karena tidak membutuhkan
alat yang rumit namun memungkinkan terjadi ketidaktepatan
antara takaran operator dengan ketentuan pabrik yang berpotensi
memengaruhi hasil cetakan. Selain itu, bahan cetak dengan
viskositas tinggi sulit untuk benar-benar mencampur basis dan
katalisnya hingga homogen.
2. Pencampuran otomatis (statistic mixing)
Metode ini dilakukan dengan menggunakan gun untuk
menekan material cetak elastomer yang terdiri dari base dan
katalis di dalam catridge. Pengaplikasiannya pada area yang
akan dicetak dibantu oleh mixing tip yang berbentuk silinder.
Material adonan cetak dapat langsung diaplikasikan pada tray
atau langsung pada gigi yang telah disiapkan.
3. Pencampuran mekanik (dynamic mechanical mixing)
Pasta base dan katalis dicampur menggunakan mesin
mekanik yang digerakkan oleh motor. Teknik ini mudah
dilakukan, cepat dan menghasilkan adonan yang homogen
namun biaya yang dibutuhkan untuk menilai mesin tersebut
cukup besar.

21
Gambar 18. Teknik pencampuran bahan cetak
2.2.4 Teknik pencetakan
1. Mukostatik / pressure less impression (open mouth technique)
Jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan
bahan yang mempunyai viskositas yang sangat rendah seperti
ZnOE, irreversible hidrokoloid, elastomer tipe monophase
(medium), dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang
dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak sama
sekali terjadi pergerakan dari mukosa. Operator aktif melakukan
trimming. Untuk kasus tahanan jaringan tinggi dan flabby, ridge
datar, atau pada kasus kehilangan gigi sebagian. Kelebihan dari
teknik ini adalah permukaan cetakan rapat dengan mukosa
ketika ada/tidak ada beban (retensi optimal). Kekurangannya
yaitu distribusi beban oklusal tidak merata.20,31,32
2. Mukokompresi / mukofungsional / mukodinamis (closed mouth
technique)
Jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai
viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah
mukosa di bawahnya. Dicetak dengan tekanan fungsional. Tepi
gigi tiruan saat otot-otot dalam keadaan berfungsi harus tercetak
secara optimal sehingga hasil cetakan mirip dengan kondisi saat
berfungsi. Pasien dianjurkan menggerakkan rahang seperti

22
gerakan fungsional untuk membentuk cetakan akhir dan
dilakukan muscle trimming.20,31,32
3. Teknik tekanan selektif / selective pressure
Merupakan kombinasi teknik mukokompresi dan
mukostatik. Daerah yang tidak boleh ditekan, dicetak dengan
tekanan minimal dalam kondisi menutup jaringan pendukung
secara maksimal dan tidak mengganggu kesehatan jaringan
sekitarnya. Pada kasus tahanan jaringan mukosa yang berbeda-
beda pada satu rahang.20,31,32
2.2.5 Prosedur pencetakan fisiologis
Pembuatan cetakan fisiologis menggunakan bahan jenis elastomer
dengan teknik mukokompresi. Adapun prosedur pencetakan
fisiologis yaitu:33
1. Siapkan alat dan bahan, posisi pasien dan operator.
2. Lubangi sendok cetak individual yang telah di border molding.
3. Instruksikan pasien untuk berkumur terlebih dahulu.
4. Keringkan daerah yang akan dicetak menggunakan tampon
atau three way syringe.
5. Campurkan base dan katalis di atas glassplate atau mixing pad
dan aduk hingga homogen.
6. Masukkan bahan cetak ke dalam sendok cetak individual,
kemudian letakkan ke dalam mulut pasien dan posisikan.
7. Sendok cetak individual ditekan dari arah posterior ke anterior.
8. Setelah cetakan jadi, bilas menggunakan air mengalir lalu
desinfeksi.

23
Gambar 19. Prosedur pencetakan fisiologis

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Border molding dan pencetakan fisiologis merupakan langkah
penting dalam pembuatan gigi tiruan lengkap. Border molding
merupakan pembentukan area perbatasan dari sendok cetak dengan
manipulasi fungsional atau manual dari jaringan yang berdekatan
dengan tepi untuk menduplikasi kontur dan ukuran vestibulum.
Pencetakan fisiologis dilakukan untuk mendapatkan perluasan
maksimal dari keseluruhan jaringan pendukung dan struktur pembatas
gigi tiruan. Batas gigi tiruan harus berakhir di jaringan lunak dan dapat
digerakkan sehingga dapat bergerak bebas selama berfungsi tanpa
merusak peripheral seal.
3.2 Saran
Dokter gigi harus memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan
mengenai border molding dan pencetakan fisiologis yang lebih baik
lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Laporan nasional riset kesehatan dasar. Kementerian


Kesehatan RI 2018; 1-582.
2. BPJS Kesehatan. Panduan praktis pelayanan gigi dan protesa gigi 2014; 1-
12.
3. Ahmad I. Prosthodontic at glance. UK: Wiley Blackwell; 2012. pp. 13,
103.
4. Sari NP, Ni WM, Vonny NS. Gambaran perawatan gigi tiruan di rumah
sakit gigi dan mulut prodi pendidikan dokter gigi fakultas kedokteran
unsrat tahun 2013-2013. Jurnal e-Gigi 2015; 3(2): 331.
5. Gunadi H, Margo A, Burhan L, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar
ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jakarta: Hipokrates; 2012. pp. 11-2.
6. Mangkat Y, Wowor VNS, Mayulu N. Pola kehilangan gigi pada
masyarakat desa roong kecamatan Tondano Barat Minahasa Induk. Jurnal
e-Gigi 2015; 3(2): 509.
7. Aung T, Kyaw PP, Win A, Hlaing S, Ko K. Effect of different border
molding materials on the retention of mandibular complete denture base.
Journal of Clinical Dentistry and Related Research 2020; 1(1): 19-25.
8. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd; 2003. pp. 46-7, 756.
9. Prindana S, Nasution ID, Nasution I, Utami Ritonga PW. Effect of border
molding materials and techniques on peripheral tissue morphology and
retention of denture bases in edentulous patients at RSGM USU.
International Journal of Oral Health Dentistry 2019; 5(1): 14.
10. Rady AA, Naby NA. The influence of border molding on retention and
time of complete denture impression. Egyptian Dental Journal 2017;
63(3): 2865.
11. Jone A, Jain AR. Clinical demonstration of border molding using various
material: a review. Journal of Pharmacy Research 2018; 12(2): 185-9.

26
12. Nirali S, Rajesh S, Uttkarsh S. A novel technique for single step border
moulding using new thermoplastic material (Polycaprolactone).
International Journal of Applied Dental Sciences 2019; 5(3): 23.
13. Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of prosthodontics. 2nd Ed.
India: Elsevier; 2017. pp. 126, 282-94.
14. Kusmawati FN, Taher P, Dewi SR. Luas kontak permukaan hasil cetakan
anatomis basis gigi tiruan penuh dengan bahan cetak polyvinyl siloxane.
Jurnal PDGI 2013; 62(2): 31, 33.
15. Qanungo A, Aras MA, Chitre V, Coutinho I, Rajagopal P, Mysore A.
Comparative evaluation of border molding using two different technique
in maxillary edentulous arches: a clinical study. The Journal of Indian
Prosthodontic Society 2016; 16(4): 341-2.
16. Veeraiyan DN. Textbook of prosthodontics. 2nd Ed. Jaypee: The Health
Sciences Publisher; 2017. pp. 114-8.
17. Pawar RS, Kulkarni RS, Raipure PE. A modified technique for single-step
border molding. The Journal of Prosthetic Dentistry 2018; 1(1): 1-4.
18. Soratur SH. Essential of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher (P) Ltd; 2006. p. 101.
19. George B. Textbokk of complete denture prosthodontics. CBS Publishers
& Distributors Pvt Ltd; 2019. pp. 102-3.
20. Muchtar M, Habar ID. Functional impression technique for making
complete denture in flat-ridge patient. Makassar Dent J 2019; 8(1): 16-21.
21. Heboyan AG, Muradyan RG. Impression material selection and soft tissue
management in contemporary fixed prosthodontics. International
Academy Journal Web of Scholar 2019; 5(35): 9-14.
22. Sulastri S. Dental material. Kementeriaan Kesehatan Republik Indonesia;
2017.
23. Punj A, Bompolaki D, Garaicoa J. Dental impression materials and
techniques. Dent Clin N Am 2017; 61: 779-83.
24. O’Brien W J. Dental materilas and their selection. 5 th Ed. Chicago:
Quintessence Pub. 2008.

27
25. Jayaraman S. Final-impression techniques and materials for making
complete and removable partial dentures (Review). Wiley Cochrane
library2018: 6-22.
26. Ritonga P W, Fauzia N. Pengaruh teknik pencetakan fisiologis terhadap
cacat permukaan cetakan. Cakradonya Dental Journal; 10(2): 129-33.
27. Levartovsky S, Folkman M, Alter E, Pilo R. Elastomeric impression
materials. Pubmed 2011; 28(2): 54-64.
28. Nayar S, Chandrakala S. Impression Materials: A Comparative Review of
Impression Materials Most Commonly Used in Prosthodontics. Indian
Journal of Public Health Research & Development 2019; 10(12): 1202-4.
29. Wulan K A, Fitriani D, Al-Hazmy L. Perbedaan stabilitas dimensi antara
hasil pencetakan polieter yang diperoleh melalui teknik pencampuran
manual dan pencampuran otomatis. E-Prodenta Journal of Dentistry 2019;
3(1): 196-207.
30. Rameez M. Clinical implications of elastomeric impression materials used
for complete denture construction. Dentistry and Medical Research 2018;
6(1): 19-22.
31. Tripathi A, et al. Effect of mucostatic and selective pressure impression
techniques on residual ridge resorption in individuals with different bone
mineral densities: A prospective clinical pilot study. Journal of Prosthetic
Dentistry 2018; 1-4.
32. Mehra M, et al. A Complete denture impression technique survey of
postdoctoral prosthodontic programs in the United States. American
College of Prosthodontist 2014: 320-7.
33. Tayari O. Final impression in complete denture. Dental News 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai