22 Jakarta 2011
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO KASUS
Sesi I Lembar 1
Seorang wanita 42 tahun, ibu rumah tangga, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RS
oleh keluarganya dengan keluhan sakit kepala dan penglihatan menurun.
Sesi I Lembar 2
Sejak beberapa minggu terakhir pasien mengeluh nyeri kepala yang makin memberat,
sampai 2 hari yang lalu pasien merasa nyeri kepala sangat berat dan disertai mual muntah
sehingga pasien datang ke UGD. Pasien sudah merasakan nyeri sejak hampir 1 tahun yang
lalu, hilang timbul dan sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perbaikan.
Sejak 6 bulan yang lalu pasien merasa penglihatan mata kiri menjadi menurun,
awalnya mata kiri masih bisa melihat, namun makin lama makin memberat sehingga hanya
bisa melihat jarak 1 meter. Pasien mengeluh tidak mendapat haid sejak 1 tahun terakhir.
Pada pemeriksaan neurologik, kaku kuduk (-), pupil bulat isokor, diameter ODS
3mm, refleks cahaya +/+, visus OD 6/60; OS 1/60, lapang pandang kanan dan kiri menyempit
(hemianopsia bitemporal), funduskopi papil ODS batas kabur, gerak bola mata baik ke segala
arah, motorik hemiparesis (-), refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, sensorik dalam
batas normal.
Sesi II Lembar 1
Pemeriksaan laboratorium:
Sesi II lembar 2
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Otak
Otak terdiri dari cerebrum, cerebellum, dan truncus encephali yang dibentuk oleh
mesencephalon, pons, dan medulla oblongata. Cavitas cranii ditempati oleh otak dan
meningesnya. Atap cavitas cranii dibentuk oleh calvaria (tulang tengkorak), dan dasarnya
oleh dasar cranium. Uraian singkat berikut mengenai struktur otak dalam garis-garis besar
disajikan untuk menjelaskan hubungan antara otak dan cranium, nervus cranialis, cairan
serebrospinal (CSS), dan meninges craniales.
Bila calvaria dan durameter cranialis disingkirkan, di bawah lapisan arachnoidea dan
piameter terlihat gyrus, sulcus dan fissure cortex cerebri. Sulcus dan fissure cerebri
merupakan patokan distingtif yang membagi hemispherium cerebri menjadi daerah lebih
kecil, seperti lobus.
Hipofisis
Hipofisis atau kelenjar pituitari berukuran kira kira 1×1 cm, tebalnya sekitar 1/2 cm,
dan beratnya sekitar 1/2 gr pada pria, dan sedikit lebih besar pada wanita. Kelenjar ini
terletak di dalam lekukan tulang sphenoid yang disebut sella tursika, di belakang kiasma
optikum. Hipofisis memiliki dua subdivisi : (1) adenohipofisis, pada bagian anterior, hasil
perkembangan dari evaginasi ektoderm dorsal atap faring embrionik (stomodeum); dan (2)
neurohipofisis, hasil perluasan diensefalon. Selanjutnya adenohipofisis dan neurohipofisis
menempel membentuk kelenjar tunggal. Secara topografis, kelenjar ini merupakan salah satu
yang paling dilindungi dan tidak terjangkau dalam tubuh. Hipofisis dilapisi duramater dan
dikelilingi oleh tulang kecuali pada bagian infundibulum berhubungan dengan hipotalamus.
Hipofisis mendapat perdarahan dari arteri karotis interna. Arteri hipofisial superior
memperdarahi pars tuberalis, infundibulum, dan membentuk sistem pleksus kapiler primer
pada bagian eminensia media. Arteri hipofisial inferior terutama memperdarahi lobus
posterior walau memberi sedikit cabang ke lobus anterior. Aliran darah dari arteri hipofisial
lalu akan membentuk pleksus kapiler sekunder pada pars distalis dan berlanjut ke vena portal
hipofisial.
Nervus Optikus
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut
saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf
dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-
serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus
superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut
yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus
optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari
radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus
oksipital.
HISTOLOGI
Adenohypophysis
1. Parsdistalis
Bagian utama dari kelenjar hypofisis krn meliputi 75% dari seluruh kelenjar
Dengan sedian yang diberi pewarnaan HE dapat dibedakan menjadi 2 macam sel :
1) Sel Acidophil
Ukurannya lebih besar dengan batas yang jelas dan dengan pewarnaan
HE rutin sitoplasmanya berwarna merah muda. dibedakan menjadi 2 sel :
a. Sel orangeophil (alpha acidophil = sel somatrotope)
Sel ini dapat dicat dengan orange-G, menghasilkan hormon GH
b. Sel carminophil (epsilon acidhophil = sel mammotrope)
Sel ini bereaksi baik terhapat cat azocarmin. Jumlah sel ii
meningkat selama dan setelah kehamilan. Hormon yang dihasilkan
hormon prolaktin.
2) Sel Basophil
Sel ini memiliki inti lebih besar dari sel acidiphil dan dengan
pewarnaan HE sitoplasmanya tampak berwarna merah ungu atau biru. Bila
memakai pengecatan khusus aldehyde – fuchsin, dapat dibedakan 2 macam
sel :
a. Sel beta basophil (sel thyrotrophic)
Sel ini tercat baik dengan aldehyde – fuchsin dan menghsilkan
hormon thyrotropic hormone
b. Sel delta basophil
Dengan perwarnaan aldehyde – fuchsin tidak tercat dengan
baik. Berdasarkan hormone yang dibentuk, diduga sel ini ada 3
macam :
(1) Sel gonadotrophin type 1
Sel ini menghasilkan FSH.
(2) Sel gonadotropin type 2
Sel ini menghasilkan LH.
(3) Sel corticotrophic
Sel ini menghasilkan hormon ACTH, pada manusia sel
ini membentuk melanocyte stimulating hormone (MSH).
2. Pars intermedia
Bagian hypophysis ini pada manusia mengalami rudimenter, dan tersusun dari
suatu lapisan sel tipis yang berupa lempengan – lempengan yang tidak teratur dan
gelembung yang berisi koloid. Pada manusia diduga membentuk melanocyte
stimulating hormon ( MSH ) yang akan merangsang kerja sel melanocyte untuk
membentuk pigmen lbh bnyk. Tetapi hal ini masih dlm penelitian lbh lanjut.
Neurohypophyse
Terdiri dari 2 macam struktur :
a. Pars nervosa : infundibular processus
b. Infundibulum : neural stalk ( merupakan tangkai yang menghubungkan neuro
hypophyse dengan hypothalamus )
Ciri khas yang terdapat dalam neuro – hipophyse ini adalah adanya suatu struktur
yang disebut Herring’s Bodies yang merupakan neurosekret dari neuro-secretory cell dari
hypotalamus yang kemudian dialirkan melalui axon dan ditimbun dalam neuro hypophyse
sebagai granul. Hormon–hormon yang dihasilkan oleh bagian ini adalah : ADH
(vasopressin), oxytocin.
FISIOLOGI
TUMOR HIPOFISIS3
Epidemiologi
Tumor hipofisis adalah neoplasma intrkranial yang relatif sering dijumpai, serta
merupakan 10-15 % dari seluruh neoplasma intrkranial. Terutama terdapat pada usia 20-50
tahun, dengan insiden yang seimbang pada laki-laki dan wanita. Insidens per tahun dari
neoplasma hipofisis bervariasi yaitu antara 1-7/100.000 penduduk.
Adenoma hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis,pada lobus posterior
(neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya jinak. Tumor jenis ini seringkali sulit
diobati dan tidak jarang terjadi kekambuhan, meskipun telah dilakukan tindakan bedah.
Klasifikasi
Gejala klinis:
a. Nyeri kepala
b. Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,
timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang
terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagian
temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang
pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjadi atrophi.
c. Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII, IV, VI,
V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinus akan menyebabkan
proptosis, chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi komplit jarang)
d. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang
progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa:
Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
Diabetes insipidus, sangat jarang
Pemeriksaan :
a. pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka
pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP dari
kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada
yang lainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak lebih
jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.
c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi dari
kelenjar hipofisis.
Diagnosa banding :
a. Tubercullum sella meningiomas, mirip dengan adenoma hipofisis, tetapi pada foto
lateral tengkorak tidak menunjukkan pembesaran dari sella. Tubercullum sella
meningioma mungkin akan menyebabkan penipisan dari tubercullum
b. Aneurisma a. carotis interna yang besar akan mengisi sella turcica, dengan MRI dan
arteriografi akan tampak lebih jelas
c. Craniopharyngioma walaupun biasanya supra sellar tetapi kadangkadang terdapat
pada sella turcica.
d. Tumor metastase ke sella, biasanya berhubungan dengan adanya parese otot extra
oculer dan diabetes insipidus, pada adenoma hipofisis gejala ini jarang terdapat.
e. Kista celah kantung Rathke’s kadang berupa masa yang besar di supra sellar atau
sellar
f. Tuberculoma
g. Giant cell hypophysitis
h. Sarcaidosis
Terapi :
a. Operasi
Operasi secara mikroskopik transsphenoidal, dengan indikasi adanya visual loss
dan hypopituitarism yang progressif
Pada pasien dengan gangguan fungsi tiroid atau ACTH, operasi ditanguhkan 2-3
mg sampai pasien mendapat terapi tiroid atau terapi pengganti hidrocortison
Pada pasien dengan visual loss yang akut atau adenoma yang berhubungan dengan
perdarahan atau abcess maka operasi segera perlu dipikirkan
Tujuan utama dari operasi transphenoidal yaitu mengangkat adenoma sekomplit
mungkin, tetapi adanya invasi ke dura dan sinus kavernosus menyulitkan hal
tersebut.
b. Radiasi
Indikasi : Pada pasien dengan usia yang lanjut dengan kesehatan yang tidak stabil,
pada pasien post operasi dengan residual tumor yang besar atau tumor yang
tumbuh kembali.
c. Obat-obatan
Dimasa mendatang terapi obat-obatan akan berperan pada penderita adenoma
non fungsional, dimana pada kenyataannya ternyata adenoma ini memproduksi
hormon glikoprotein atau subarakhnoid unit dari salah satu hormon tersebut. Terapi
dengan somatostatin dan Gonadotropin releasing hormon antagonis mungkin menjadi
kenyataan.
d. Evaluasi
Evaluasi dengan MRI dan CT scan sebaiknya dilakukan 4-6 mg post optikus,
sesudah perdarahan dan intra seluler akan diikuti dengan perbaikan lapang
pandang
Sekitar 20% pasien post optikus transphenoidal akan mengalami rekurensi, jika
terapi ditambah dengan terapi radiasi rekurensi akan menurun sampai sekitar 13%
Sesudah operasi dekompresi, fungsi penglihatan akan membaik pada sekitar 80%
pasien dan kembali normal pada sekitar 50% pasien, sedangkan status endokrin
kadang-kadang membaik (miss kesuburan akan kembali pada sekitar 70% pasien)
Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien
merupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari:
Gejala :
Diagnosa :
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi
pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis
karena operasi), akibat obat-obatan misalnya phenothiazines dan pada hipotiroidisme
primer.
Diagnosa banding:
Terapi :
Obat-obatan
Bromocrptine (parlodel) suatu dopamin agonist, merupakan terapi pilihan
untuk prolactin secreting adenoma, menggantikan terapi operasi. Obat ini secara
langsung akan merangsang dopamin reseptor pada lactotrops (prolactin screeting
cells). Respon terhadap terapi bromocrpitin sangat jelas, kadar prolactin akan
menurun dalam beberapa hari, disertai dengan membaiknya lapang pandang,
fungsi endokrin akan kembali normal, siklus mens kembali teratur dan fungsi
libido pada laki-laki membaik. Selain kehamilan dan perburukan yang cepat dari
fungsi penglihatan, tidak ada kontra indikasi lain dari pemakaian obat ini.
Operasi
Indikasi : Pasien yang intoleran atau respon yang minimal terhadap
bromocriptine, pasien dengan perburukan yang cepat dari fungsi
penglihatan dan pasien sesudah 2 bulan terapi medis tidak ada
kemajuan.
Radiasi
Indikasi primer : Pasien usia lanjut atau debil yang mempunyai tumor yang
besar yang mengancam struktur neurovaskuler dimana dengan
terapi medis tidak menolong. Sebagai terapi tambahan sesudah
operasi, dimana masih terdapat residual tumor yang tidak
membaik dengan bromocriptin. Pada pasien dengan
microprolactinoma yang asimptomatik apakah perlu diterapi
masih kontraversil. Beberapa pasien tanpa terapi ternyata
ukuran tumor dan kadar prolactinnya menurun setelah
beberapa tahun.
Gejala dini berupa ukuran sepatu dan baju membesar, lalu timbul
visceromegali, sindroma jeratan saraf, hiperhidrosis, macroglossia, muka yang kasar
dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutis yang lambat berupa
fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir, telinga dan lidah. Adanya
skin tags ini penting karena hubungannya dengan keganasan pada kolon, sekitar 40%
pasien dengan akromegali disertai polip kolon dimana lebih dari 50% adalah
adenomatous. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa insiden Ca kolon lebih
tinggi pada penderita akromegali dari pada populasi umumnya. Oleh karena itu pada
penderita akromegali yang berusia > 50 tahun, pada pasien yang menderita
acromegali > 10 tahun, penderita akromegali dengan lebih dari 3 skin tags sebaiknya
menjalani skrining untuk penyakit kolon.
Diagnosa:
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang
berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml,
pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita
biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karena
kadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml,
pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan
sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini
menunjukkan adanya hipersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan
infus akan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi
telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak
terdapat sesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
Terapi:
Pada pemberian bromokriptin dengan dosis yang lebih tinggi dri pada yang
diperlukan untuk mengontrol prolactinomas, bisa menurunkan kadar GH 5-10 ng/ml
pada > 20% pasien, keluhan somatik membaik,pembengkakan jaringan lunak
berkurang dan jumlah keringat menurun.
Idealnya hipersekresi dari GH ini bisa ditekan dengan pemberian somatostatin,
tetapi ini memerlukan dosis yang multipel karena half life dari somatostatin yang
sangat pendek. Sekarang dipakai analog somatostatin yaitu octreotide (sandostatin)
yang mempunyai half life yang lebih panjang sehingga pemberian bisa dilakukan
3x/heroin 100-200 mg SC, pada acromegaly obat ini 90% efektif, efek sampingnya
yaitu diarhea dimana insidennya meningkat seiring dengan bertambah lamanya
pemakaian.
Terapi radiasi pada pasien ini mempunyai resiko yang besar, dimana > 25%
akan menyebabkan hypopituitarism, gangguan pada N opticus dan chiasma. Lethargy,
gangguan daya ingat, cranial nerve palsies dan nekrosis tumor disertai perdarahan.
Banyak pasien kadar Ghnya tetap tinggi sesudah terapi radiasi.
Gejala:
Diagnosa :
Hormon TSH, LH dan FSH masning-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoid unit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon, sedang
beta subarakhnoid unitnya berebda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik
bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta
subarakhnoid unit. Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit,
walaupun pada adenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga
meningkat. MRI dengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan
antara adenoma yang satu dengan yang lainnya
Terapi:
Diagnosa:
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenihipofisis, ACTH akanmeningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenal cortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan
ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara
klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya
dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
Cushing’s syndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan
etiologinya.
Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun
dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa
dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau
sumber keganasan ektopi.
Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test
perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada
aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s
disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi
menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi hipersereksi
ACTH.
Terapi:
1) Operasi
2) Radiasi
3) Obat-obatan
Terapi dengan obat-obatan bertujuan untuk memblok ACTH atau produksi
cortisol, dimana terapi hanya mengobati gejalanya saja tanpa menghilangkan
tumornya. Hal ini seringkali perbaikan yang didapat tidak lengkap dan sangat potensil
untuk timbulnya efek samping yang berbahaya. Obat-obatan yang digunakan sebagai
berikut:
Ketoconazole
Cyproheptadin
Bromocriptine
KRANIOFARINGIOMA
Kraniofaringioma merupakan tumor kongenital. Tumor ini berasal dari sisa Rathke’s
pouch. Terutama terdapat pada anak dan dewasa muda. Letak tumor tersebut di suprasellar.
Gejalanya mirip dengan tumor hipofisis. Biasanya tumor ini terjadi kalsifikasi atau
membentuk kista
GLAUKOMA4
Definisi
Faktor Resiko
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-
satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang
berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
Manifestasi Klinis
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain : bila memandang lampu neon/sumber
cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena
posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan
akan kembali normal. Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis.
Deteksi dan Diagnosa Glaukoma
Pemeriksaan mata secara teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik untuk mencegah
kerusakan penglihatan akibat glaukoma. Riwayat penyakit Anda akan diteliti dokter spesialis
mata Anda untuk mencari faktor resiko glaukoma. Sebuah alat khusus yang disebut
Tonometer digunakan untuk mengukur tekanan pada mata. Pemeriksaan lapang pandang
bertujuan untuk melihat luasnya kerusakan syaraf mata.
Tatalaksana
Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang terjadi
akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau operasi
yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan
penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat
kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.
HIPERTENSI5
Definisi
Hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara
kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis.
Klasifikasi
Etiologi
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak napas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik
yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum
diketahui pasti.
Pengobatan
Diuretik
Betabloker
Vasodilator
Antagonis kalsium
pain & other headaches
Cranial neuralgias & central causes of facial pain central & primary facial
Others headache, cranial neuralgia & central or primary facial pain Cranial neuralgias,
Headache attributed to head and/or neck trauma
Headache attributed to cranial or cervical vascular disorders
Headache attributed to non-vascular intracranial disorders headaches
Headache attributed to a substance or its withdrawal
Headache attributed to infection The secondary
Headache attributed to disorders of homeostatis
Headache or facial pain attributed disorder of facial or cranial structures
Headache attributed to psychiatric disorders
Migrain
headaches
Tension-type headche
Cluster headche
The primary
Classification of Headache Disorders dibedakan menjadi 3 yaitu
oleh berbagai macam penyakit. Pembagian nyeri kepala menurut The Intenational
Berdasarkan keluhan utama pasien, timbulnya keadaan sakit kepala dapat disebabkan
Keluhan utama : Sakit kepala dan penglihatan menurun.
Status pernikahan : -
: Ibu rumah tangga Pekerjaan
: - Alamat
: Wanita Jenis kelamin
: 42 tahun Usia
: - Nama
Identitas
PEMBAHASAN KASUS
BAB IV
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan di
wilayah kepala dan leher yang peka nyeri. Sakit kepala merupakan keluhan yang sangat
sering dijumpai dan selalu memerlukan pemeriksaan yang cermat karena sejumlah kecil
keluhan sakit kepala timbul akibat keadaan yang menyebabkan kematian. Deskripsi sakit
kepala yang lengkap yang dialami pasien harus didapatkan. Atribut yang paling penting pada
keluhan sakit kepala adalah pola kronologis dan tingkat keparahannya. Tanyakan tentang
keluhan lain yang menyertainya. Khususnya tanyakan secara spesifik apakah sakit kepala
tersebut disertai rasa mual serta muntah-muntah dan gangguan neurologi seperti perubahan
penglihatan atau gangguan sensorimotorik. Pada pasien ini keluhan nyeri kepala disertai
dengan perubahan penglihatan yang semakin menurun. Aura visual dapat menyertai
migraine. Nausea dan vomitus dapat pula dijumpai pada tumor otak dan perdarahan
subaraknoid. Berdasarkan keluhan utama pasien tersebut dapat dipikirkan beberapa penyakit
yang bisa menyebabkan keluhan tersebut adalah tumor, meningitis, migraine. nyeri kepala
cluster, DM yang berkomplikasi, galukoma dan trauma.6
Untuk menentukan penyebab keluhan utama pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan
lanjut berupa anamnesis.
Apakah sakit kepalanya hanya satu sisi atau mengenail kedua sisi?
Apakah serangan terus-menerus atau hilang timbul?
Apakah keluhan ini baru dirasakan dan bersifat akut?
Apakah kronis dan hilang timbul disertai dengan sedikit perubahan pola sakit kepala?
Kronis dan kambuhan, tetapi disertai terjadinya perubahan pola yang baru atau yang
menjadi progresif?
Apakah rasa sakit tersebut terjadi kembali pada saat yang sama setiap harinya?
Apakah penurunan pengliahatan bersifat mendadak atau terjadi secara berangsur-
angsur?
Apakah terdapat serangan seperti kejang?
Sudah berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut?
Apa pasien mempunyai keluhan tambahan selain keluhan utama?
Faktor apa yang memperberat dan memperingan keluhan pasien?
Apakah ada gejala peringatan terlebih dahulu?
Apakah pasien sedang berdiri, duduk atau tidur ketika kejadian itu mulai terasa?
Seberapa cepat pasien pulih kembali?
Apakah ada trauma yang menyertai?
Apakah ada keluhan badan panas sebelumnya?
Apakah disertai mual dan muntah?
Dari hasil anamnesis didapatkan sejak beberapa minggu terakhir pasien mengeluh
nyeri kepala yang makin memberat yang menandakan adanya suatu progresifitas dari nyeri
kepala tersebut yang bisa disebabkan oleh tumor,abses, atau lesi massa lainnya. Sampai dua
hari yang lalu pasien merasa nyeri kepala sangat berat dan disertai mual dan muntah yang
menunjukkan adanya peningkatan intracranial yang menyebabkan mual muntah. Nausea dan
vomitus sering terjadi pada migraine, tetapi dapat pula dijumpai pada tumor otak. Nyeri
kepala dirasakan sejak satu tahun yang lalu dan dilakukan pengobatan namun tidak ada
perbaikan, ini menunjukkan perjalanan penyakit ini kronis.
Sejak 6 bulan yang lalu pasien merasa penglihatan mata kirinya menurun, awalnya
mata kiri masih bisa melihat namun makin lama memberat, sehingga hanya bisa melihat jarak
1 meter. Penurunan pengliahatan yang terjadi secara berangsur-angsur tetapi semakin lama
semakin memburuk, yang tidak disebabkan oleh kausa oftalmogik, adalah karena penekanan
pada nervus optikus atau khiasmanya. Penekanan tersebut dapat disebabkan oleh
meningioma, aneurisma, karsinoma nasofaring dan adenoma hipofisis. Pasien juga mengeluh
tidak mendapat haid sejak 1 tahun terakhir yang bisa disebabkan oleh kelainan yang
berhubungan dengan keluhan pasien yang lain atau pasien mengalami penyakit lain yang
menyebabkan keluhan tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Hipotesis
Tumor
Retinopati diabetikum
Glaukoma
Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ini dapat dibuat suatu diagnosis pasti pada
pasien ini adalah Adenoma hipofisis dan hipertensi dengan diagnosa banding adalah
Kraniofaringoma.
Diagnosis ini dapat ditegakan dengan melihat hasil anamnesis yang menunjukan
adanya nyeri kepala progresif yang disebabkan oleh tumor intracranial, penurunan
penglihatan yang secara perlahan yang disebakan oleh tumor yang menekan chiasma
opticum, dan ammenore yang dialami pasien karena overproduksi dari prolaktin yang
diakibatkan oleh tumor pada hipofisis dan berdasarkan hasil pemeriksaan lab yang
menunjukkan adanya peningkatan hormone prolaktin. Diagnosis ini juga ditegakan
berdasarkan hasil CT SCAN yang menunjukan adanya tumor di sella turcica. Hipertensi
esensial pada pasien ini ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukan
adanya peningkatan tekanan darah dan hasil foto thorax yang menunjukkan adanya
pembesaran jantung dikarenakan hipertensi dan hasil lab yang menunjukkan hormone
kortisol dalam batas normal, ini menyingkirkan diagnosis kami bahwa hipertensi ini
disebakan meningkatnya hormone cortisol yang disebakan oleh tumor pada hipofisis.
Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi yang digunakan untuk tumor hipofisis, yaitu:
Prolaktin diperlukan untuk laktasi normal pada wanita post partum, dimana
pada wanita menyusui kadarnya 150-200 ng/ml. Normal kadar prolaktin pada laki-
laki kurang dari 15 ng/ml, pada waita tidak hamil kurang dari 20 ng/ml. Selain oleh
karena adanya adenoma kadar prolaktin akan meningkat pada keadaan kehamilan,
stress, hipoglikemi, gagal ginjal, hypothyroidism dan terapi dengan phenothiazine.
Kadar prolaktin yang berlebihan akan menyebabkan dilepaskannya dopamin oleh
hypothalamus, kontrol inhibisi ini penting dalam terapi medis dari prolactinomas.
Penatalaksanaan
Kemoterapi
Operasi
Indikasi:
Apabila terdapat indikasi-indikasi di atas pada pasien, maka terapi operasi bisa
dilakukan pada pasien ini dengan merujuk pasien ke bedah saraf.
Radioterapi
- Memberitahukan dengan jelas dan benar mengenai penyakit pada pasien ini
kepada pasien sendiri maupun pada keluarganya.
- Memberikan edukasi mengenai dukungan/support kepada pasien ini.
- Menjelaskan mengenai operasi (jika perlu dilakukan) yang akan dilakukan
kepada pasien dan rujuk ke bedah saraf.
- Edukasi kepada pasien tentang gaya hidup yang harus diubah setelah
menjalani pengobatan.
Prognosis
BAB V
KESIMPULAN
BAB VI
SARAN
BAB VII
KESIMPULAN
1. Adenoma hipofisis. Availabke at http://www.scribd.com/doc/57833969/ADENOMA-
HIPOFISIS. accessed on July, 21st 2011.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5 th ed. In: Dimanti A,
Hartanto H, editors. Jakarta: EGC; 2006.
3. Adenoma Hipofise. Accesed on july 21th , 2011. Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar
%20japardi50.pdf
6. Bickley SL. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatanJakarta: EGC;
2009. p. 138-139.