Anda di halaman 1dari 6

Lay / Pampaken

Lai, Durio kutejensis;
dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae (Bombacaceae)

Genus: Durio

Spesies: D. kutejensis

Nama binomial

Durio kutejensis
Hassk. & Becc.

Sinonim

Lahia kutejensis Hassk.
Lai adalah tumbuhan buah yang masih sekerabat dengan durian. Jenis ini juga dikenal dengan
beberapa nama lain, seperti durian kuning, durian tinggang, durian
pulu, nyekak, ruas, sekawi, pekawai dan lain-lain, dengan nama ilmiah Durio
kutejensis (kutejensis (Adj.) = "berasal dari Kutai").

Karakteristik LaiSunting
Pohon berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 24 m dan gemang 40 cm.
Daun-daun Pohon Lai sama dengan durian pada umumnya, tetapi memiliki daun yang
ukurannya lebih besar dan tebal. Panjang daunnya bisa mencapai 20–25 cm, dengan lebar
5–7 cm. Bunga besar, berwarna merah, berbau bangkai ketika mekar. Bunga ini diserbuki
baik oleh lebah madu hutan, burung, maupun kelelawar.
Buah kapsul serupa durian, beruang lima, bulat telur hingga berbentuk lonjong, kuning
kusam, dengan duri-duri yang agak membengkok. Biji lonjong, coklat mengkilap,
terbungkus oleh daging buah (arilus) yang berwarna kuning atau jingga, agak kering,
manis dan berbau enak. Buahnya kecil sampai sedang (1–2 kg), bertangkai pendek,
berwarna hijau muda atau hijau kekuningan saat mentah.

Varietas
Beberapa kultivar lai sudah beredar di masyarakat, baik yang sudah dilepas sebagai
kultivar unggul maupun yang belum dilepas, di antaranya adalah 'Lai Mas', 'Lai Kayan',
'Lai Rencong', 'Lai Nangka' dan 'Lai Batuah’. 'Lai Mas' merupakan kultivar yang pertama
kali diperkenalkan ke umum. Walaupun belum dilepas sebagai varietas unggul, ia sudah
cukup dikenal Di Taman Buah Mekarsari, varietas ini telah ditanam cukup banyak dan
sudah berproduksi Pada musim buah Lai menjadi salah satu daya tarik dalam pesta kebun
bertema durian 'Lai Kayan', 'Lai Rencong', 'Lai Nangka', dan 'Lai Batuah' merupakan
kultivar lai yang terbilang baru, dan telah dilepas sebagai varietas unggul dari Kalimantan
Timur Mereka sekarang sedang mulai dikembangkan. Beberapa kebun telah
menghasilkan dan ternyata cukup diminati konsumen Informasi terakhir, varietas ini juga
diminati oleh eksportir dari Singapura dan Malaysia Dan masih banyak lagi Lai yang
tersebar di kawasan lain di Kalimantan yang belum dieksplorasi atau dipromosikan ke
umum.

Ekologi dan penyebaran


Habitat asli pohon ini adalah hutan lereng berbukit di pedalaman Kalimantan bagian tengah. Di
daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah, buah ini disebut papaken. Pohon
ini merupakan pohon penyusun lapisan tajuk tengah, yang tumbuh di bawah lindungan atap tajuk
(kanopi) hutan.
Buah ini ditanam di berbagai wilayah Kalimantan, dan diintroduksi ke Queensland, di Brunei
Darussalam buah ini lebih disukai oleh orang lokal daripada durian.

Lahung

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tanpa takson): Angiospermae

(tanpa takson): Eudikotil

(tanpa takson): Rosidae

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae

Genus: Durio

Spesies: D. dulcis
Nama binomial

Durio dulcis

Lahung (Durio dulcis Becc.) adalah jenis durian endemik di Kalimantan yang jarang
ditemukan dan terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul karakter
habitat, distribusi, karakter, dan pengaruh faktor fisik dan kimia durian. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, pengambilan sampel dengan metode survei
(eksplorasi) yang dilakukan dengan menggabungkan metode kualitatif (wawancara
semi-terstruktur) dan metode kuantitatif (pengumpulan data GPS dan data biofisik) dan
pembuatan herbarium. Analisis data dianalisis oleh Quantum Gis Software Versi 1.7.3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lava durian tumbuh dalam kondisi optimal dengan
pH tanah netral (7,8), kelembapan tanah kering (3,2%), suhu udara (26,5°C), dan
kelembapan udara (80 %). Durian lahung memiliki kulit luar putih dengan bintik
kecoklatan, pusat merah bata, dan bagian dalam putih kekuningan dan bentuk daun
lonjong.

Durian Maharawin

Maharawin adalah salah satu jenis buah yang ada di Pedalaman Kalimantan.


Maharawin adalah nama buah-buahan asli Indonesia. Maharawin mungkin buah yang
namanya terdengar asing untuk banyak orang. Maharawin juga dikenal dengan
sebutan Durio oxleyanus Griff.
Masih ingat dengan buah Lai? Nah, Maharawin merupakan saudara dekat dengan dari
buah lai. Mereka berdua seperti kakak beradik dari sekian jenis dari durian. Keduanya
memiliki kedekatan bentuk fisik, terutama daging buahnya sama-sama berwarna kuning.

Secara umum, bentuk buahnya bulat dengan berat bervariasi, yaitu 200-400gram.
Kulitnya lebih tipis dibandingkan buah durian, biasanya yakni sekitar 1 sentimeter.
Meskipun buah sudah matang warna kulit tetap hijau. Daging buah selalu berwarna
kuning muda atau kuning tua dengan tekstur daging halus. Rasanya manis, menyengat
di lidah saat dicicipi dengan aroma yang khas. Karena kelezatan buahnya, Urang
Bukit ( orang-orang yaang bermukim di wilayah pengunungan) Pegunungan Meratus di
Provensi Kalimantan Selatan menyebutnya Marawin. Artinya memberikan kenikmatan
pada orang yang memakannya.
Tinggi pohonnya kira-kira 40 meter dengan bentuk batang silindris. Ukuran dan bentuk
daunnya sama seperti daun pohon durian yang kita kenal. Bunganya kecil berwarna
putih dan ada pula berwarna krem.Bunganya hanya muncul di ranting-ranting dan
cabang yang sudah tua sehingga buahnya bergelantungan pada ujung-ujung ranting.
Keadaan yang berbeda dengan durain pada umumnya yang buahnya bergelantungan di
cabang-cabang pohon saja. Melihat letak tangkainya, sebagian penduduk pedalaman
Kalimantan menamainya kerantongan. Maksudnya buah yang bergelantungan di ujung-
ujung ranting pohon.
Maharawin paling cocok tumbuh di daerah beriklim basah. Namun ada sebagian yang
tumbuh di lereng-lereng bukit. Asal lingkungannya sesuai. Masa berbunga tanaman ini
dimulai dari bulan Juni-September dan akan masak pada bulan Oktober-Februari.

Sampai sekarang belum ada usaha untuk membudidayakan tanaman ini karena nilai
ekonomis buahnya rendah. Oleh karena itu, buah ini sangat jarang dijumpai di pasaran,
kecuali di pasar tradisional di pedalaman.

DAFTAR PUSTAKA
 Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2:
 Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 427-
428.
 Lai, durian berwarna daging atraktif diakses 9 April 2015
 Yumoto, Takakazu (2000). "Bird-pollination of Three Durio Species (Bombacaceae) in a Tropical
Rainforest in Sarawak, Malaysia". American Journal of Botany. 87 (8): p. 1181–1188.
 lai durian dengan aroma lebih ramah Diarsipkan 2014-03-09 di Wayback Machine. diakses 9
April 2015
 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Identifikasi
Komoditas Unggulan Lokal Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda: Distan.
 M.B. Osman, Z.A. Mohamed, S. Idris and R. Aman (1995). "Tropical fruit production and genetic
resources in Southeast Asia: Identifying the priority fruit species". International Plant Genetic
Resources Institute (IPGRI). ISBN 92-9043-249-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-30.
Diakses tanggal 2007-03-14.
 Anonimus. (1998). Durio dulcis Becc. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2.3..
Downloaded on 06 April 2016. Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
 Keßler, P.J.A. & K. Sidiyasa. (1994). Trees of Balikpapan - Samarinda Area, East Kalimantan,
Indonesia. Serles 7. Netherlands: The Tropenbos Foundation.
 Lestari S., Fitmawati dan N.N. Wahibah. (2011). Keanekaragaman Durian (Durio zibethinus
Murr.) di Pulau Bengkalis Berdasarkan Karakter Morfologi. Bulletin Kebun Raya, 14 (2), 1-16
 Tjitrosoepomo, G. (2007). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University
Press.
 Uji, T. (2005). Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durian (Durio spp.) di
Indonesia. Buletin Plasma Nutfah, 11 (1), 28-33.
 Wiryanta, B.T.W. (2002). Bertanam Durian. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.
 Yuniarti. (2011). Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologis Tanaman Durian (Durio zibethinus
Murr.) di Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Plasma Nutfah, 25 (1), 53-62.
 Rohliansyah, Pahmi (2007). Mengenal Buah-Buahan Kalimantan. Yogjakarta: Adicita Karya
Nusa. hlm. 61–64. ISBN 979-9246-71-7.

Anda mungkin juga menyukai