Anda di halaman 1dari 6

Nama 

       : Widayati Rahayuningsih


No absen    : 31
Kelas        : XII MIPA 5
Unsur Instrinsik Cerbung
“Bagai Rembulan” karya Tien Kumalasari
Bagai Rembulan 31

Tema Perjuangan seorang gadis menemukan kebenaran dan jati diri dalam
kehidupannya dan memperjuangkan haknya yang telah di ambil alih oleh
ibu angkatnya. 

Alur Cerbung “Bagai Rembulan” memiliki alur maju. Cerita disusun berdasarkan
urutan waktu yang berjalan ke depan. Ada bagian dimana penulis
menceritakan kejadian masa lalu/lampau tetapi sang tokoh tidak mengalami
kejadian masa lampau.

a. Pengenalan 

Susan adalah seorang anak yang cantik dan pandai. Ia pada awal
cerita mempunyai karakter yang kurang baik , namun pada
pertengahan cerita ia menyadari bahwa perbuatan di masa lalunya
itu tidak benar.

b. Pemunculan konflik

Ibu Lusi dan Anjas merencanakan perbuatan kejahatan yaitu


penculikan terhadap Dayu karena ibu Lusi mengira bahwa Dayu-lah
yang merusak semua rencananya yang menginginkan anaknya Susan
untuk menikah dengan seorang pewaris perusahaan terbesar
yaituAliando.

c. Konflik memuncak

Saat melakukan kejahatan tersebut ibu Lusi dan Anjas tertangkap


karena ada seorang kakek yang menyelamatkan Dayu. Akhirnya ibu
Lusi dan Anjas dibawa ke kantor polisi dan dijatuhkan hukuman
pidana.Ibu Lusi sebagai ibu angkat Susan yang sudah di anggap
seperti ibu kandungnya sendiri mengungkapkan fakta bahwa Susan
bukanlah anak kandungnya saat ibu Lusi sedang di penjara karena
kejahatannya

d. Penurunan konflik

Setelah mendengar kata-kata dari ibunya Susan kembali


kerumahnya dan berusaha mencari fakta apkah benar ia bukan anak
ibu Lusi. Dan waktu pencarian bukti-bukti Susan dibantu oleh Naya.
Ia pun menyadari dan mengetahui bahwa ia bukan anak kandung
dari ibunya.

e. Penyelesaian 

Setelah beberapa saat ia menemukan sebuah surat yang ada di


almari kamar ibunya. Ia menemukan foto dan sertifikat tanah atas
nama bapak Kuncoro yang akan diserahkan kepada Susanti. Setelah
mengetahui bahwa rumah tersebut adalah miliknya ia mengurusnya
ke kantor BPN untuk mngecek kebenaran dari sertifikat tersebut.
Dan benar akhirnya rumah itu adalah hak milik Susan.

Tokoh dan  Susan (Tokoh utama)


Penokohan Seorang remaja yang cantik, cerdas dan apa adanya namun ia mudah
terhasut ibunya (tidak punya pendirian). Pada awalnya ia memiliki
sifat yang kurang baik namun akhirnya ia menyadarinya dan
berusaha menjadi lebih baik lagi.

 Ibu Lusi (ibu angkat yang merawat Susan)


Licik, jahat tidak berperikemanusiaan, pendendam dan seperti
seorang wanita yang tidak mempunyai harga diri.
Bukti :
“Lega aku sekarang Njas, sa’at ini Indra pasti sudah ditangkap
polisi.” 
“Dan kebencianku terhaddap Dayu juga tak pernah berakhir. Gadis
itulah yang mematahkan harapanku untuk berbesan dengan keluarga
Diana.”
“ Aku tidak sabar Njas, belum puas rasanyaa kalau belum menyiksa
dia dan keluarganya.”

 Anjas (kakak Susan , anak kandung ibu Lusi)


Memiliki sifat yang tidak beda jauh dari ibunya, ia adalah
berandalan yang kejam tidak punya moral.
Bukti : 
“Tunggu dong cantik, sombong sekali sih. Yuk pulang bareng.” 

 Dayu 
Baik hati, cerdas, lemah lembut, manja.
Bukti : 
“Itu bu, mas Adit.. mengganggu saja.” “ Manja !!” 

 Adit ( kakak Dayu)


Tempramental, tapi dia sangat sayang terhadap keluarga dan juga
adiknya Dayu.
Bukti  :
“Jangan sentuh adikku, kalau kamu tak ingin aku menghajarmu !”

 Naya (kekasih Susan)


Pendiam, pemalu, perhatian, rajin bekerja, pandai.
Bukti :
“Aku menyusul kamu ya?” “Susan, lagi ngapain kamu?”  “Karena
aku tahu bahwa kamu itu pemalu, aku tak sabar menunggu.”

 Yayi (adik Naya)


Cerewet, cerdas, baik hati, sedikit nyebelin.
Bukti :
 “Mas Naya sedang bingung..” 
“Syukurlah bapak, jadi kita tidak usah berurusan dengan perempuan
jahat itu,” 

 Pak Indra (Bapak dari Naya dan Yayi)


Penengah dari konflik yang terjadi, baik hati, tegas, berwibawa, ia
selalu memberi solusi untuk masalah Susan.
Bukti : 
“Oh... iya. Benar.. nanti aku bilang sama Naya, bahwa dia bisa
menanyakannya kepad Diana siapa tau dia mengenal keluarga
sahabatnya tu.”

 Seruni (istri pak Indra , ibu Naya dan Yayi)


Lemah lembut, baik hati sama seperti suaminya
Bukti : 
“Dia anak baik, pasti nanti semuanya juga akan selesai dengan
baik.”

Latar  Waktu : 

 Malam 
Bukti : 
“Mas Naya sedang bingung..” kata Yayi kepada bapak ibunya
malam itu.

 Siang 
Bukti :
“Selamat siang bu..” Naya mendahului menyalami bu Diana, lalu
mencium tanganya.

Tempat : 

 Kantor polisi
Bukti : 
“Kamu lama sekali? Masih di lapas?”

 Rumah Susan
Bukti :
Susan mengunci rumahnya sebelum ia menuju kamar mamanya.

 Rumah Bu Diana
Bukti :
Simbok membuka pintu, terkejut melihat Susan.

 Kantor Indra tempat Susan bekerja 


Bukti :
“Kita akan mengurusnya sekarang?” tanya Naya kepada Susan
dikantornya.

Suasana : 
 Mengejutkan 
Bukti :
Susan mencekeram meja di depannya agar tak sampai limbung dan
jatuh dari tempat duduknya. Seperti mimpi mendengar kata-kata
yang seperti menggelegar membelah perasaannya.
“Tapi Kuncoro itu sering berpergian. Sudah tua belum juga punya
isteri. Pacarnya banyak”

 Kebingungan 
Bukti :
“Mas Naya sedang bingung..” kata Yayi kepada bapak ibunya
malam itu.

 Haru 
Bukti :
Mata Susan berbinar, duduknya beringsut, lebih mendekat bu Diana.
Lalu dengan mata berkaca-kaca, Susan menceritakan apa yang
terjadi beberapa hari terakhir ini, dan temuannya tentang surat
seorang laki-laki bernama Kuncoro.
 Gundah 
Bukti : 
Dengan perasaan gundah Susan melangkah kembali ke gudang. Ada
rasa nyeri di ulu hati mengingat mamanya, karena bagaimanapun
selama ini Lusi juga terkadang bersikap baik kepadanya, dan mereka
sudah hidup persama selama bertahun-tahun.

 Mengejutkan dan menakutkan


Bukti :
Dan tanpa diduga bu Triani tiba-tiba bertepuk tangan dua kali, lalu
dari dalam mobilnya keluar seorang laki-laki tinggi besar yang
tampak sangar, wajahnya kasar, matamya tajam dan tampak garang.
Susan terkejut, karena ada ancaman dengan datangnya laki-laki itu.
Lalu Susan menyesal mengapa tadi tidak menunggu Naya, dan nekat
pulang sendiri.

 Kecemasan 
Bukti : 
“Aduuh, mengapa polisi lama sekali..” bsiknya khawatir sambil
terus mengawasi pertarungan itu.

 Ketakutan 
Bukti :
“Dia kan teman Anjas, bisa jadi mendapat perintah untuk
menghabisi aku karena rahasia mamanya sudah terbongkar.”

Amanat  Melalui cerbung ini, di ingantkan kepada pembaca bahwa kehidupan di


dunia ini tidak ada yang abadi, jangan tinggi hati hanya karena bergelimang
harga sampai mabuk akan indahnya dunia, percayalah bahwa harta itu
hanya titipan Tuhan yang dapat ia ambil sewaktu-waktu tanpa memberi
isyarat dan aba-aba.

Sudut Sudut pandang orang ketiga yang serba tau Si penulis bertindak layaknya
pandang seorang dalang yang bisa masuk ke semua pikiran dan perasaan tokoh
dalam cerita.
Bukti :
Lalu dengan mata berkaca-kaca, Susan menceritakan apa yang terjadi
beberapa hari terakhir ini, dan temuannya tentang surat seorang laki-laki
bernama Kuncoro.

Gaya  Majas asosiasi (tidak langsung)


bahasa Bukti :
Susan mencekeram meja di depannya agar tak sampai limbung dan
jatuh dari tempat duduknya. Seperti mimpi mendengar kata-kata
yang seperti menggelegar membelah perasaannya.
Bukan dibawah kamboja seperti pesanmu.

 Majas metafora
Bukti :
“Jahanam kamu Susan ! Sepantasnyalah kamu berbuat seperti itu,
karena kamu bukan darah daging aku !!’ 

 Majas personifikasi (pengorangan)


Bukti :
Kubisikkan dengan lembut melalui angin lalu.

 Majas retorik 
Bukti : 
“Ma’afkan ibu karena kamu tidak terlahir dari keluarga terpandang,
ya?”

 Majas litotes 
Bukti : 
“Syukurlah, nak Liando mau mampir ke gubugnya Dayu ini.”

 Sarkasme 
Bukti :
“Ooow... ternyata ada anak-anak pembantu berada disini.?”

 Majas pleonasme 
Bukti : 
“Bajunya basar keringat, tolong Yayi, ambil kaos kakakmu yang
bersih.”

Anda mungkin juga menyukai