Anda di halaman 1dari 6

Jujur itu Berat, tapi Harus!

Seorang muslim wajib berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, dan


  keyakinannya. Sebab, sesungguhnya kejujuran itulah yang akan
ِ َ‫ َون َ ُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ْو ِر َأنْ ُف ِسنَا َو ِم ْن َس ِِّيئ‬،‫َّن الْ َح ْمدَ ِهلل حَن ْ َمدُ ُه َون َ ْس َت ِع ْي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه‬
‫ات‬ mengangkat seseorang ke level derajat yang sangat tinggi baik di hadapan
‫ِإ‬ Allah ‘azza wajalla ataupun di hadapan makhluk-Nya.
ُ ‫ أ ْشهَدُ أ ْن َال هٰل إ الَّ اهّٰلل‬،ُ ‫هللا فَاَل ُم ِض َّل هَل ُ َو َم ْن يُضْ ِل ْل فَاَل هَا ِد َي هَل‬ ُ ‫ َم ْن هَي ْ ِد ِه‬،‫َأمْع َ ا ِلنَا‬ Apa itu kejujuran? Apa itu ash-Shidqu?
‫ِإ‬ Kejujuran adalah menyelaraskan antara yang tampak dan yang tersembunyi,
.ُ ‫َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َوَأ ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬ yang diperlihatkan di hadapan manusia atau pun yang disembunyikan dari
‫ ن ََّك‬، َ ‫َاللَّه َُّم َص ِ ّل عَىَل ُم َح َّم ٍد َوعَىَل آلِ ُم َح َّم ٍد اَمَك َصل َّ ْي َت عَىَل ْب َرا ِهمْي َ َوعَىَل آلِ ْب َرا ِهمْي‬ mereka, dengan tidak melakukan kedustaan antara hati, perkataan, dan
‫ٍ ىَل آلِ ٍ اَمَك ِإ ْ ىَل ِ ِإ ىَل آلِ ِإ‬ perbuatan seseorang.
َ‫ُم َح َّمد اَب َرك َت عَ ْب َراهمْي َ َوع‬ َ‫ َواَب ِركْ عَىَل ُم َح َّمد َوع‬.‫مَح ِ ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬
‫ِإ‬ Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
.‫ ن ََّك مَح ِ ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬، َ ‫ْب َرا ِهمْي‬ Kejujuran adalah akhlak yang sangat mulia. Karakter jujur ini tidak akan
‫ َأع ُْو ُذ اِب ِهلل‬، ‫هللا َع َّز َو َج َّل َح ْي ُث قَا َل تَ َب َاركَ َوتَ َعاىَل‬ ِ ‫ ُأ ْو ِص ْيمُك ْ َون َ ْفيِس ْ ِب َت ْق َوى‬،‫هللاِإ‬ ِ ‫ِإ ِع َبا َد‬ melekat kecuali pada diri orang-orang yang memiliki hati yang lurus. Oleh
karena itu, Allah ‘azza wajalla memerintahkan hamba-Nya agar selalu
َّ ‫ِم َن‬
:ِ ‫الش ْي َط ِان َّالر ِجمْي‬ mendekat dan membersamai orang-orang yang jujur setelah memerintahkan
untuk bertakwa.
‫اَي َأهُّي َا النَّ ُاس ات َّ ُقوا َربَّمُك ُ اذَّل ِ ي َخلَ َقمُك ْ ِم ْن ن َ ْف ٍس َوا ِحدَ ٍة َو َخلَ َق ِمهْن َا َز ْوهَج َا َوب َ َّث ِمهْن ُ َما‬
ّ ٰ ‫ٰ ٓ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُوا ات َّ ُقوا اهّٰلل َ َو ُك ْون ُْوا َم َع‬
َ ‫الص ِد ِقنْي‬ ‫ي‬
‫ون ِب ِه َواَأْل ْر َحا َم َّن اهَّلل َ اَك َن عَلَ ْيمُك ْ َر ِقي ًبا‬ َ ُ‫ِر َجااًل َك ِث ًريا َو ِن َس ًاء َوات َّ ُقوا اهَّلل َ اذَّل ِ ي ت َ َس َاءل‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan
ْ ‫ اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا ات َّ ُقوا اهَّلل َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدً ا ي ُ ْص ِل ِْإح لَمُك ْ َأمْع َ الَمُك ْ َوي َ ْغ ِف ْر لَمُك‬:‫َوقَا َل‬ bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Tawbah: 119)
Kejujuran adalah akhlak yang dimiliki oleh para Nabi. Bahkan, kejujuran
‫ُذنُوبَمُك ْ َو َم ْن ي ُ ِطع ِ اهَّلل َ َو َر ُسوهَل ُ فَ َقدْ فَ َاز فَ ْو ًزا َع ِظميًا‬ inilah karakter pertama yang selalu tampak pada diri setiap nabi sejak
ّ ‫ َورَش‬، َ ‫ َو َخرْي َ الْهَدْ ىِ َهدْ ُى ُم َح ّم ٍد َصىّل هللا عَلَ ْي ِه َو َسمّل‬،‫هللا‬ ِ ‫اب‬ ُ ‫فَ ِأ ّن َأ ْصدَ َق الْ َح ِديْ ِث ِك َت‬ sebelum diutus sebagai seorang Nabi.
Dengan berbekal akhlak kejujuran inilah para Nabi diutus oleh Allah ‘azza
: ُ‫ َأ َّما ب َ ْعد‬.‫ َولُك ّ ضَ َالةَل ِ يِف النّ ِار‬، ً ‫ َولُك ّ ُم ْحدَ ثَ ٍة ِبدْ عَ ٌة َولُك ّ ِبدْ عَ ٍة ضَ َالةَل‬،‫ْاُأل ُم ْو ِر ُم ْحدَ اَث هُت َا‬ wajalla untuk memerangi segala bentuk kedustaan yang telah menyeret
manusia menuju jurang kejahiliyahan.
  Allah ‘azza wajalla berfirman,
‫َو ْاذ ُك ْر ىِف ْال ِك ٰت ِب ِا ْب ٰر ِهمْي َ ەۗ ِان َّ ٗه اَك َن ِص ِّديْقًا ن َّ ِبيًّا‬
Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah, “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al–
Pertama, kami wasiatkan kepada diri kami dan kepada jamaah sekalian Quran), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan,
untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah seorang Nabi.” (QS. Maryam: 41)
‘Azza wa Jalla. Karena pada hakikatnya, apa yang kita cari dan kita lakukan Dalam surat Maryam ayat 54 Allah ‘azza wajalla juga berfirman tentang
di dunia ini semuanya kembali kepada tujuan yang satu, menghamba akhlak jujur pada Nabi Ismail ‘alaihissalam,
kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya.
  ۚ ‫َو ْاذ ُك ْر ىِف ْال ِك ٰت ِب ِامْس ٰ ِع ْي َل ۖ ِان َّ ٗه اَك َن َصا ِد َق الْ َو ْع ِد َواَك َن َر ُس ْواًل ن َّ ِبيًّا‬
Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al– berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai
Quran). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan seorang pendusta.” (HR. Muslim)
nabi.” (QS. Maryam: 54)  
Karena betapa mulianya manusia yang memiliki akhlak kejujuran inilah Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
sampai-sampai orang jahiliyah pun tak berkutik manakala bersosial dengan Seseorang yang senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak kejujuran,
mereka. Bahkan, mereka pun akhirnya harus mengakui kejujuran orang dengan izin Allah ‘azza wajalla, ia akan selalu mendapatkan ketenangan
tersebut sebagaimana posisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hati. Jaminan ini telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
mendapat julukan al-Amiin dari orang-orang jahiliyah di Mekkah saat itu. sallam,
  ‫ َو َّن ْال َك ِذ َب ِري َب ٌة‬،‫الصدْ َق ُط َمْأ ِنينَ ٌة‬
ِ ّ ‫َد ْع َما يَ ِري ُب َك ىَل َما َال يَ ِري ُب َك؛ فَ َّن‬
Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
“Tinggalkanlah segala yang‫ ِإ‬meragukanmu kepada segala yang tidak
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Jujur itu berat. Apalagi ketika kondisi diri kita terlanjur terbiasa berdusta.
Kenapa? Karena memang kejujuran itu sebenarnya bentuk akhlak yang meragukanmu. Karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada
mampu membangun kepribadian seseorang yang positif dan kuat. ketenangan, dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada keragu-
Oleh sebab itu setan selalu berusaha, mengerahkan segala daya upaya untuk raguan.” (HR. At-Tirmidzi No. 2518; Hadits Shahih)
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kedustaan. Dan setan telah  
mempersiapkan jurang kedustaan itu sedemikian rupa sehingga siapa pun Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
yang telah terjerumus ke dalamnya, ia akan sulit keluar dari lingkaran Derajat kejujuran tertinggi adalah kejujuran lisan. Menjaga lisan untuk
jurang tersebut. tetap jujur adalah upaya yang cukup berat. Sebab, untuk merealisasikan
Tujuan setan hanya satu, yaitu menghancurkan kepribadian positif manusia, kejujuran lisan ini, seseorang harus senantiasa memerhatikan tiga hal
sehingga ia tersesat selama-lamanya. sebelum menggerakkan lisannya untuk berucap.
Itulah mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu Pertama, ia harus jujur dalam menyampaikan informasi. Informasi yang ia
mengingatkan umatnya tentang pentingnya akhlak kejujuran ini. terima dari pihak lain; baik itu dari atasannya, atau dari saudaranya, atau
Beliau bersabda, dari sumber lainnya, harus disampaikan dengan sejujur-jujurnya.
Ia tidak boleh menambah atau mengurangi informasi tersebut, apalagi
‫ َو َما يَ َز ُال َّالر ُج ُل‬،‫ َو َّن الْرِب َّ هَي ْ ِدي ىَل الْ َجنَّ ِة‬، ِّ ‫الصدْ َق هَي ْ ِدي ىَل الْرِب‬ِ ّ ‫عَلَ ْيمُك ْ اِب ّ ِلصدْ ِق؛ فَ َّن‬ menyengaja untuk mengubah informasi tersebut, sehingga orang yang
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ِ ّ ‫ي َ ْصدُ ُق َوي َ َت َح َّرى ِإ‬
.‫الصدْ َق َحىَّت يُ ْكتَ َب ِع ْندَ اهَّلل ِ ِإ ِص ِّدي ًقا‬ mendapat informasi dari dirinya menjadi tersesat tanpa disadari.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
“Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu
menunjukkan (pelakunya) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan
‫يٰ ٓ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْوٓا ِا ْن َج ۤا َءمُك ْ فَ ِاس ٌۢق ِبن َ َب ٍا فَتَ َبيَّنُ ْوٓا َا ْن ت ُِص ْي ُب ْوا قَ ْو ًم ۢا جِب َهَاةَل ٍ فَ ُت ْص ِب ُح ْوا عَىٰل َما‬
kepada surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur
sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.”
َ ‫فَ َعلْمُت ْ نٰ ِد ِمنْي‬
‫ َو َما يَ َز ُال‬،‫ َو َّن الْ ُف ُج َور هَي ْ ِدي ىَل النَّ ِار‬،‫ور‬ ِ ‫َو اَّي مُك ْ َو ْال َك ِذ َب؛ فَ َّن ْال َك ِذ َب هَي ْ ِدي ىَل الْ ُف ُج‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ِإ َّالر ُج ُل يَ ْك ِذ ُب َوي َ َت َح َّرى ْال َك ِذ َب َحىَّت يُ ْكتَ َب ِع ْندَ ِإاهَّلل ِ َك َّذااًب‬ tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurāt: 6)
“Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu
menunjukkan pelakunya kepada keburukan, dan keburukan itu Kedua, menghindari buruk sangka dan angan-angan palsu atau klise.
menunjukkan kepada api neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫الظ َّن َأ ْك َذ ُب الْ َح ِد‬
‫يث‬ َّ ‫اَّي مُك ْ َو‬
َّ ‫الظ َّن؛ فَ َّن‬ Yang pertama adalah orang yang mengaku di hadapan Allah ‘azza wajalla
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ yang meninggalnya mati syahid. Kemudian Allah ‘azza wajalla berfirman,
“Waspadalah dengan buruk sangka karena buruk sangka adalah sejelek-
jeleknya perkataan dusta.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
.‫ َج ِري ٌء‬:‫ َولَ ِكن َّ َك قَاتَلْ َت َأل ْن ي ُ َقا َل‬.‫َك َذبْ َت‬
“Engkau dusta, akan tetapi engkau mati agar disebut sebagai pejuang.”
Ketiga, waspada membicarakan setiap informasi yang didapat. Tidak setiap Kemudian orang kedua adalah orang yang di hadapan Allah ‘azza wajalla
informasi yang didapat harus disampaikan kepada orang lain. mengaku sebagai orang yang berilmu ketika di dunia. Kemudian Allah
Ada keadaan dimana kita harus diam meskipun kita tahu terhadap satu ‘azza wajalla berfirman,
informasi, di samping ada keadaan yang memang menuntut kita untuk .ٌ‫ ه َُو قَ ِارئ‬:‫ َوقَ َرْأ َت الْ ُق ْرآ َن ِل ُي َقا َل‬،‫ عَا ِل ٌم‬:‫ َولَ ِكن َّ َك تَ َعل َّ ْم َت الْ ِعمْل َ ِل ُي َقا َل‬.‫َك َذبْ َت‬
menyampaikan suatu informasi kepada seseorang.
Ada kalanya kita harus tidak berkata-kata, tidak menuliskannya di sosial “Engkau dusta, akan tetapi engkau mempelajari ilmu agar disebut sebagai
media. Karena bisa jadi, jika kita memaksakan diri untuk melakukan itu, orang yang berilmu.”
justru akan menimbulkan fitnah dan kegaduhan bagi siapa yang membaca Orang yang ketiga mengaku di hadapan Allah ‘azza wajalla sebagai orang
atau mendengarnya. Bisa jadi jika memaksakan diri untuk menyampaikan yang dermawan. Kemudian Allah ‘azza wajalla berfirman,
itu, orang yang membaca atau mendengarnya tidak dapat memahami ‫ ه َُو َج َوا ٌد‬:‫ َولَ ِكن َّ َك فَ َعلْ َت ِل ُي َقا َل‬.‫َك َذبْ َت‬
dengan baik, atau akan membuat kesimpulan yang keliru. “Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan itu (infaq harta) agar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, disebut sebagai dermawan.”
‫َك َفى اِب لْ َم ْر ِء َك ِذاًب َأ ْن حُي َ ِّد َث ِبلُك ِّ َما مَس ِ َع‬
“Cukup seseorang itu disebut berdusta ketika ia menyampaikan setiap apa Kemudian ketiga jenis orang tersebut diseret di atas wajahnya lalu
yang ia dengar.” (HR. Muslim) dilemparkan ke dalam neraka karena ketidakjujurannya di hadapan Allah
  ‘azza wajalla. (HR. Muslim)
Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,  
Derajat kejujuran yang kedua adalah kejujuran dalam niat dan keinginan. Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
Setiap bentuk niat, keinginan, perencanaan, motivasi untuk berbuat, Derajat kejujuran ketiga setelah kejujuran lisan dan kejujuran niat adalah
seluruhnya jujur diniatkan demi Allah ‘azza wajalla. kejujuran perbuatan.
Seluruh bentuk perbuatan dan aktivitas yang tampak di hadapan manusia Kejujuran ini juga berat karena seseorang dituntut untuk selalu
harus selaras dengan amalan hati yang tak kasat mata. menyelaraskan antara perbuatan yang ia lakukan di hadapan manusia
Jika seseorang mengucapkan atau menuliskan sesuatu yang bertolak lainnya dengan perbuatan yang ia lakukan dalam kesendirian.
belakang dengan apa yang ada di dalam hatinya, maka ini menunjukkan Setan selalu menjebak hamba-hamba Allah ‘azza wajalla dengan perkara
keringnya kejujuran dalam persoalan niat. ini. Kita sering mendapati, atau bahkan itu diri kita sendiri, seseorang yang
Allah ‘azza wajalla berfirman, terlihat khusyuk ketika shalatnya dilihat oleh orang lain. Namun ketika ia
shalat dalam kesendirian, ia lakukan itu tanpa kekhusyukan. Di hadapan
‫ي َ ُق ْولُ ْو َن اِب َلْ ِسنَهِت ِ ْم َّما لَيْ َس يِف ْ ُقلُ ْوهِب ِ ْ ۗم‬ orang lain tampak khusyuk, namun sejatinya hatinya tidak sedang khusyuk.
“Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah berpesan, “Mintalah perlindungan
hatinya.” (QS. Al-Fath: 11) kepada Allah ‘azza wajalla dari Khusyuk Nifaq!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkisah tentang tiga jenis Lalu orang-orang di sekeliling beliau bertanya, “Apa itu Khusyuk Nifaq?”
orang yang termasuk golongan yang pertama kali disungkurkan di neraka.
Beliau menjawab, “Ketika engkau melihat jasad seseorang tampak “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka
khusyuk, namun hatinya tidak sedang khusyuk.” (HR. Ahmad No. 769 berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah
dalam kitab az-Zuhdu, 1/117) mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan
  bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS. Al-
Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah, Munāfiqūn: 1)
Derajat kejujuran keempat adalah kejujuran dalam menepati perjanjian Menepati perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
dan kesepakatan. Baik itu perjanjian atau kesepakatan terkait waktu, tempat, dengan menghidupkan sunnah-sunnah beliau, membela ketika ada orang
atau pun perihal tertentu. yang menghina dan melecehkan beliau, yang semua ini terangkum dalam
Kejujuran ini termasuk kejujuran yang jarang kita temui pada diri kalimat syahadat wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.
seseorang, bahkan diri kita sendiri. Kita dapati banyak sekali janji-janji  
yang tidak ditepati, kesepakatan-kesepakatan yang dikhianati, dan Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
persetujuan-persetujuan yang dilanggar. Ketiga, perjanjian dengan sesama manusia. Syariat Islam memerintahkan
kita untuk selalu menepati perjanjian dan kesepakatan antar sesama
Ada tiga bentuk perjanjian dan kesepakatan yang sering tidak ditepati manusia. Perjanjian dan kesepakatan dengan atasan dan pemimpin,
seseorang. perjanjian dan kesepakatan yang dibuat sesama manusia, dan semisalnya.
Pertama, perjanjian dan kesepakatan dengan Allah ‘azza wajalla. Dan Allah ‘azza wajalla mengharamkan hamba-Nya dari pengkhianatan dan
Allah ‘azza wajalla berfirman, pelanggaran terhadap sesuatu yang telah disepakati antar sesama manusia.
ْ ‫َو َا ْوفُ ْوا ِب َعهْ ِد اهّٰلل ِ ِا َذا عَا َهدْ مُّت ْ َواَل تَ ْن ُقضُ وا ااْل َيْ َم َان ب َ ْعدَ ت َْو ِك ْي ِدهَا َوقَدْ َج َعلْمُت ُ اهّٰلل َ عَلَ ْيمُك‬ Bahkan, Allah ‘azza wajalla menggolongkan perbuatan ini sebagai
perbuatan dusta yang tercela.
‫َك ِف ْياًل ۗ ِا َّن اهّٰلل َ ي َ ْعمَل ُ َما تَ ْف َعلُ ْو َن‬ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah ‫ َو َذا ْاؤتُ ِم َن خ ََان‬،‫ َو َذا َوعَدَ َأ ْخلَ َف‬،‫ َذا َحدَّ َث َك َذ َب‬:‫آي َ ُة الْ ُمنَا ِف ِق ثَ َال ٌث‬
kamu melanggar sumpah, setelah diikrarkan, sedang kamu telah “Tanda orang munafik itu ‫ِإ‬ada tiga; jika berkata ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ia berdusta, jika berjanji
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Al-Bukhari dan
Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An-Nahl: 91) Muslim)
Mentauhidkan Allah ‘azza wajalla dalam ibadah, berhukum hanya kepada Dalam kesempatan lain beliau bersabda,
hukum Allah ‘azza wajalla, mengingkari thaghut, dan senantiasa
menegakkan syariat Allah ‘azza wajalla, semua ini adalah perjanjian kita
‫ َو َم ْن اَك ن َْت ِفي ِه خ َْصةَل ٌ ِمهْن ُ َّن اَك ن َْت ِفي ِه خ َْصةَل ٌ ِم َن‬،‫َأ ْرب َ ٌع َم ْن ُك َّن ِفي ِه اَك َن ُمنَا ِفقًا خَا ِل ًصا‬
kepada Allah ‘azza wajalla yang terangkum dalam kalimat syahadat laa َ ‫ َو َذا َخامَص‬،‫ َو َذا عَاهَدَ غَدَ َر‬،‫ َو َذا َحدَّ َث َك َذ َب‬،‫ َذا ْاؤتُ ِم َن خ ََان‬:‫ال ِنّ َف ِاق َحىَّت يَدَ َعهَا‬
ilaaha illallah. Maka, perjanjian dan kesepakatan tersebut wajib hukumnya ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
untuk ditepati bagi siapa pun yang beriman kepada Allah ‘azza wajalla. ‫فَ َج َر‬
“Ada empat perkara, barang siapa yang empat perkara itu semuanya ada
Kedua, perjanjian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. di dalam dirinya, maka orang itu adalah seorang munafik yang murni –
Allah ‘azza wajalla berfirman, yakni munafik yang sebenar-benarnya – dan barang siapa yang di dalam
‫ِا َذا َج ۤا َءكَ الْ ُم ٰن ِف ُق ْو َن قَالُ ْوا ن َ ْشهَدُ ِان ََّك ل َ َر ُس ْو ُل اهّٰلل ِ َۘواهّٰلل ُ ي َ ْعمَل ُ ِان ََّك لَ َر ُس ْوهُل ٗ َۗواهّٰلل ُ ي َْشهَدُ ِا َّن‬ dirinya ada satu perkara dari empat perkara tersebut, maka orang itu
‫الْ ُم ٰن ِف ِقنْي َ لَ ٰك ِذب ُ ْو َۚن‬ memiliki pula satu macam perkara dari kemunafikan sehingga ia
meninggalkannya, yaitu: jikalau dipercaya berkhianat, jikalau berbicara
berdusta, jikalau berjanji dia tidak tepati dan jikalau bertengkar maka ia
berbuat kecurangan – yakni tidak melalui jalan yang benar lagi.” (HR. Al- Rasulullah pun berkata: “Orang ini telah berkata jujur dan benar.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Al-Bukhari No. 4066)
  ‫ فَ ْاس َت ْغ ِف ُر ْو ُه ن َّ ُه‬،‫هللا يِل ْ َولَمُك ْ َو ِل َسائِ ِر الْ ُم ْس ِل ِمنْي َ ِم ْن لُك ِ ّ َذن ٍْب‬
َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْويِل ْ هذا َوَأ ْس َت ْغ ِف ُر‬
Jamaah  khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah, ‫ِإ‬
Demikianlah gambaran betapa beratnya menjaga diri untuk selalu jujur. . ُ ‫ه َُو الْ َغ ُف ْو ُر َّالر ِحمْي‬
Dalam kehidupan kita, selalu ada bisikan-bisikan dari setan berbentuk jin  
dan manusia yang mengintai setiap saat. Mereka membisikkan ke telinga  
kita untuk berlaku dusta dan khianat. KHUTBAH KEDUA
Karena inilah salah satu pintu yang digunakan setan untuk menjerumuskan ِ َ‫ َون َ ُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ْو ِر َأنْ ُف ِسنَا َو ِم ْن َس ِِّيئ‬،‫َّن الْ َح ْمدَ ِهلل حَن ْ َمدُ ُه َون َ ْس َت ِع ْي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه‬
kita, menumbuhkan benih-benih pengingkaran dan penentangan, benih
‫ات‬
‫ِإ‬
kebencian antar sesama, benih permusuhan, dan akhirnya umat pun ُ ‫ أ ْشهَدُ أ ْن َال هٰل إ الَّ اهّٰلل‬،ُ ‫هللا فَاَل ُم ِض َّل هَل ُ َو َم ْن يُضْ ِل ْل فَاَل هَا ِد َي هَل‬ ُ ‫ َم ْن هَي ْ ِد ِه‬،‫َأمْع َ ا ِلنَا‬
terpecah belah. ‫ِإ‬
Berbuat jujur itu memang berat. Sangat berat. Apalagi jujur dalam .ُ ‫َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َوَأ ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬
mengutarakan sesuatu yang sebelumnya ia terlanjur berdusta. Namun, Jamaah khutbah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah,
seberat apa pun itu, kejujuran tetap harus dilakukan. Semoga nasehat-nasehat dalam khutbah Jumat pada siang hari ini benar-
Kita perlu mencontoh kisah salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu benar menyadarkan jiwa dan pikiran kita untuk senantiasa menghiasi diri
‘alaihi wa sallam, Kaab bin Malik, yang sempat mencari-cari alasan karena dengan akhlak kejujuran serta membuang kebiasaan-kebiasaan dusta yang
tidak ikut perang Tabuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. telah terlanjur menjadi karakter kita di masa lalu.
“Mengapa kamu tidak ikut serta bertempur bersama kami hai Lupakan masa lalu. Kita beristighfar kepada Allah ‘azza wajalla atas segala
Ka’ab? Bukankah kamu telah berjanji untuk menyerahkan jiwa ragamu kedustaan yang pernah kita lakukan.
untuk Islam?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kini, kita harus bangkit. Kita mulai hari-hari kita selanjutnya dengan
Kaab bin Malik menjawab, “Ya Rasulullah, demi Allah seandainya saya akhlak kejujuran dalam segala hal.
duduk di dekat orang selain diri engkau, niscaya saya yakin bahwasanya
saya akan terbebaskan dari kemurkaannya karena alasan dan argumentasi
‫ اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا َصلُّوا عَلَ ْي ِه َو َس ِل ّ ُموا ت َ ْس ِلميًا‬، ّ ِ ‫ون عَىَل النَّيِب‬ َ ُّ ‫َّن اهَّلل َ َو َماَل ئِ َكتَ ُه يُ َصل‬
‫ِإ‬
yang saya sampaikan.” ‫ ن ََّك‬، َ ‫َاللَّه َُّم َص ِ ّل عَىَل ُم َح َّم ٍد َوعَىَل آلِ ُم َح َّم ٍد اَمَك َصل َّ ْي َت عَىَل ْب َرا ِهمْي َ َوعَىَل آلِ ْب َرا ِهمْي‬
Ia melanjutkan, “Tetapi, demi Allah, saya tahu jika sekarang saya ‫ٍ ىَل آلِ ٍ اَمَك ِإ ْ ىَل ِ ِإ ىَل آلِ ِإ‬
menyampaikan kepada engkau alasan yang penuh dusta hingga membuat َ‫ُم َح َّمد اَب َرك َت عَ ْب َراهمْي َ َوع‬ َ‫ َواَب ِركْ عَىَل ُم َح َّمد َوع‬.‫مَح ِ ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬
engkau tidak marah, tentunya Allah lah yang membuat engkau marah ‫ِإ‬
kepada saya. Apabila saya mengemukakan kepada engkau ya Rasulullah
.‫ ن ََّك مَح ِ ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‬، َ ‫ْب َرا ِهمْي‬
alasan saya yang benar dan jujur, lalu engkau akan memarahi saya dengan ،‫ات ْاَأل ْح َيا ِء ِمهْن ُ ْم َو ْاَأل ْم َو ِات‬ ِ ‫ِإ َربَّنَا ا ْغ ِف ْرِإ لَنَا َو ِللْ ُم ْس ِل ِمنْي َ َوالْ ُم ْس ِل َم‬
ِ َ‫ َوالْ ُم ْؤ ِم ِننْي َ َوالْ ُم ْؤ ِمن‬،‫ات‬
alasan tersebut, maka saya pun akan menerimanya dengan senang hati.
Biarkanlah Allah memberi  hukuman kepada saya dengan ucapan saya ‫ن ََّك مَس ِ ْي ٌع قَ ِريْ ٌب ُمجِ ْي ُب ادلّ َع َو ِات‬
yang jujur tersebut.” ‫ِإ‬
“Demi Allah, sesungguhnya tidak ada uzur yang membuat saya tidak ikut
‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِل َوادِل ِ يْنَا َو ْارمَح ْ ه ُْم اَمَك َرب َّ ْواَن ِصغ ًَارا‬
serta berperang. Demi Allah, saya tidak berdaya sama sekali kala itu .‫ َو َد ِ ّم ْر َأ ْعدَ َاء ّ ِادل ْي ِن‬، َ ‫ َوَأ ِذ َّل الرِّش ْ كَ َوالْ ُمرْش ِ ِكنْي‬، َ ‫َاللَّه َُّم َأ ِع َّز ا ْساَل َم َو ْامل ُ ْس ِل ِمنْي‬
meskipun saya mempunyai peluang yang sangat longgar sekali untuk ikut ‫ِإْل‬
berjuang bersama kaum muslimin.’ Mendengar pengakuan yang tulus itu.”
‫َاللَّه َُّم َأ ْص ِل ْح َأ ْح َوا َل الْ ُم ْس ِل ِمنْي َ ُحاَّك ًما َو َم ْح ُك ْو ِمنْي َ ‪ ،‬اَي َر َّب الْ َعالَ ِمنْي َ ‪َ ،‬اللَّه َُّم ْاش ِف َم ْرضَ ااَن‬
‫َو َم ْرضَ امُه ْ ‪َ ،‬وفُ َّك َأرْس َ ااَن َوَأرْس َ امُه ْ ‪َ ،‬وا ْغ ِف ْر ِل َم ْواَت اَن َو َم ْواَت مُه ْ ‪َ ،‬وَأ ِل ّ ْف بَنْي َ قُلُ ْوهِب ِ ْم اَي َأ ْر َح َم‬
‫َّالرامِح ِ نْي َ ‪.‬‬
‫َاللَّه َُّم آ ِت ن ُ ُف ْو َسنَا تَ ْق َواهَا‪َ ،‬و َز ِكّهَا َأن َْت َخرْي ُ َم ْن َزاَّك هَا‪َ ،‬أن َْت َو ِلهُّي َا َو َم ْواَل هَا‪َ ،‬اللَّه َُّم َحبّ ِْب‬
‫لَ ْينَا ا يْ َم َان َو َز ِي ّ ْن ُه يِف قُلُ ْو ِبنَا‪َ ،‬و َك ّ ِر ْه ل َ ْينَا ْال ُك ْف َر َوالْ ُف ُس ْو َق َوالْ ِع ْص َي َان‪َ ،‬و ْاج َعلْنَا ِم َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َّالر ِاش ِِإْلد ْي َن‪.‬‬
‫َاللَّه َُّم ْاج َع ْل ه ََذا الْ َبدَل َ آمنًا ُم ْط َم ِئنًّا قَائِ ًما بِرَش ِ يْ َع ِت َك َو ُحمْك ِ َك اَي َر َّب الْ َعالَ ِمنْي َ ‪َ ،‬اللَّه ُّم ْارفَ ْع‬
‫َعنَّا الْ َغاَل َء َوالْ َواَب َء‪َ ،‬و َّالزاَل ِز َل َوالْ ِم َح َن َو ُس ْو َء ال ِفنَت ِ ‪َ ،‬ما َظه ََر ِمهْن َا َو َما ب َ َط َن‪َ ،‬ع ْن بَدَل ِ اَن‬
‫ه ََذا خ ََّاص ًة َو َع ْن َسائِ ِر ِباَل ِد الْ ُم ْس ِل ِمنْي َ عَا َّم ًة‪ ،‬اَي َر َّب الْ َعال َ ِمنْي َ ‪.‬‬
‫َربَّنَا آ ِتنَا يِف ادلُّ نْ َيا َح َسنَ ًة َويِف اآل ِخ َر ِة َح َسنَ ًة َو ِقنَا عَ َذ َاب النَّ ِار‬
‫هللا يَْأ ُم ُر اِب ل َعدْ لِ َوا ْح َس ِان َو ي َتا ِء ِذي ال ُق ْرىَب َويَهْن َى َع ِن ال َف ْحشَ ا ِء‬ ‫هللا‪َّ ،‬ن َ‬ ‫ِع َبا َد ِ‬
‫ِإ‬ ‫ِإل‬ ‫ِإ‬
‫ون‬‫َوامل ُ ْن َك ِر َوال َب ْغ ِي ي َ ِع ُظمُك ْ لَ َعلَّمُك ْ ت ََذكَّ ُر َ‬
‫الصاَل ة‬ ‫هللا الْ َع ِظمْي َ الْ َج ِل ْي َل ي َ ْذ ُك ْرمُك ْ‪َ ،‬وَأ ِق ِم َّ‬ ‫َو ْاذ ُك ُر ْوا َ‬

Anda mungkin juga menyukai