Askep Komunitas Penyakit Infeksi
Askep Komunitas Penyakit Infeksi
DISUSUN OLEH :
NIM 1020183128
Salah satu penyakit infeksi adalah sifilis, Sifilis merupakan infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh spiroseta Treponema pallidum, bersifat kronis, dan dapat
mengenai hampir seluruh struktur tubuh. Sifilis ditularkan melalui kontak seksual atau
luka pada kulit dari lesi infeksius, in utero dari ibu ke anak, dan melalui transfusi darah
Jadi, Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti
bakteri, jamur, virus dan salah satu penyakit infeksi adalah sifilis dimana sifilis di
Indonesia disebut raja singa. Sifilis adalah penyakit infeksi seksual yang disebabkan oleh
spiroseta treponema pallidum.
B. ETIOLOGI
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat
yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan,
leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita
hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.
Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan
segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai
nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan
mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening
terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang
muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan
memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini
bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi
kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala
bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3
kelompok utama :
2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma
aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal
jantung atau kematian.
3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak
diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler,
neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi
tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan
medulla spinalis: Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala,
pusing, konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur,
kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan
saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan
dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot
bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis);
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan
sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian
terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika
otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).
b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal
secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara
perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang,
kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat
sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran
dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati,
lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan
penurunan persepsi.
c. Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla
spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya
berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul
secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam
keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh,
kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa
ketika kandung kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap kandung
kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih.
D. PATHOFISIOLOGI
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan
menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan
cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak
diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler.
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat
tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan
sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika
cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika
tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh
lain di luar alat kelamin.
E. PATHWAY
sex beresiko tinggi, hygiene rendah, orang tua sifilis, kontak langsung
sifilis
infeksi primer
Kurangnya
infeksi sekunder
pengetahuan
nyeri hipertermi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi sekunder
2. Hipertermi berhubunan dengan proses infeksi sekunder
3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ulserasi soliter
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal