Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT


INFEKSI
“Disusun Guna Memenuhi Tugas Askep Angkatan Semester 6”

DISUSUN OLEH :

DELLA AYU SETYORINI

NIM 1020183128

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Jl.Ganesha l Purwosari Kudus Jawa Tengah (59316) | Email : sekretariat@umkudus.ac.id


A. DEFINISI
Dalam medis penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit, bukan
disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. Penyakit
menular merupakan  penyakit yang ikut bertanggung jawab terhadap tingginya angka
kematian di dunia. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan mikroorganisme,
baik bakteri, virus, maupun  jamur, yang bisa ditularkan dari satu orang penderita kepada
orang sehat hingga menyebabkan sakit seperti sumber penularan.

Salah satu penyakit infeksi adalah sifilis, Sifilis merupakan infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh spiroseta Treponema pallidum, bersifat kronis, dan dapat
mengenai hampir seluruh struktur tubuh. Sifilis ditularkan melalui kontak seksual atau
luka pada kulit dari lesi infeksius, in utero dari ibu ke anak, dan melalui transfusi darah

Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan


melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktuwaktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila
sudah dapat dideteksi sejak dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus
plasenta sehingga dapat menginfeksi janin.( Soedarto, 1990 ).
Penyakit sifilis atau yang dikenal dalam istilah indonesia disebut raja singa,
penyakit ini tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit yang berat. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita
hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga
menyebabkan sifilis konginetal yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematian  

Jadi, Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti
bakteri, jamur, virus dan salah satu penyakit infeksi adalah sifilis dimana sifilis di
Indonesia disebut raja singa. Sifilis adalah penyakit infeksi seksual yang disebabkan oleh
spiroseta treponema pallidum.

B. ETIOLOGI

Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFMAN ialah Treponema


palidum yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus Treponema bentuknya spiral
panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa
rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka  botol membiak secara
pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada
umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman tersebut mudah mati
sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-
rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan:

1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat
yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan,
leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita
hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.
Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan
segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai
nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan
mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening
terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.

Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga


seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12
minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.

2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang
muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru.

Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50%


penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya
dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya
tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata
sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami
peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal
bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati
bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita
mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang
menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.

Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit


yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata).
Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta
berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami
kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak
gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak
badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan
anemia.

3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan
memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini
bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi
kembali muncul .

4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala
bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3
kelompok utama :

1) Sifilis tersier jinak.


Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua
bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang
tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan
nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam
hari.

2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma
aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal
jantung atau kematian.

3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak
diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler,
neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.

a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi
tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan
medulla spinalis: Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala,
pusing, konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur,
kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan
saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan
dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot
bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis);
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan
sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian
terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika
otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).

b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal
secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara
perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang,
kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat
sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran
dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati,
lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan
penurunan persepsi.

c. Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla
spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya
berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul
secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam
keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh,
kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa
ketika kandung kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap kandung
kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih.

Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh


penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca.
Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang
memelas. Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian
tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah.
Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita
suara. Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di
telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya
sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka
sendi penderita bisa mengalami cedera.

5. Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)


a) Kelainan kongenital dini
 Makulopapular pada kulit
 Retinitis
 Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
 Hepatosplenomegali
 Ikterus
 Limfadenopati
 Osteokondrosis
 Kordioretinitis
 Kelainan pada iris mata

b) Kelainan kongenital terlambat (lanjut)


 Gigi hutchinnson
 Gambaran mulberry pada gigi molar
 Keratitis intertinal
 Retaldasi mental
 Hidrosefalus

D. PATHOFISIOLOGI
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan
menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan
cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak
diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler.

Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan


sehingga terjadi kondisi parenchymatousneurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan
lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda endotelialarteritis.
Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat
sembuh dengan jaringan parut.

Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat
tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan
sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika
cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika
tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh
lain di luar alat kelamin.
E. PATHWAY
sex beresiko tinggi, hygiene rendah, orang tua sifilis, kontak langsung

sifilis

limfatik, mukosa, plasenta

infeksi primer

palpula jadi ulkus bersih, tidak nyeri, dan menonjol

Kerusakan ulserasi soliter dan keras yang tidak nyeri


intregitas kulit

diobati pengungkapan tidak mengetahui penyakit &


penanganan, informasi tidak adekuat
sembuh

Kurangnya
infeksi sekunder
pengetahuan

nyeri kepala kenaikan suhu tubuh

nyeri hipertermi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi sekunder
2. Hipertermi berhubunan dengan proses infeksi sekunder
3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ulserasi soliter
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal

G. NURSING CARE PLAN


NO DIAGNOSA Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan 2x 24 jam 1) Kaji TTV
infeksi sekunder diharapkan nyeri 2) Kaji keluhan lokasi,
berkurang/ hilang dengan intensitas, frekuensi dan
kriteria hasil: waktu terjadinya nyeri
3) Dorong ekspresi, perasaan
 Pasien tidak tentang nyeri
mengeluh nyeri 4) Ajarkan tehnik relaksasi
 Skala nyeri 0-4 5) Jelaskan dan bantu pasien
 Pasien tidak dengan tindakan pereda
gelisah nyeri nonfarmakologi dan
non infasif
6) Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesic
sesuai indikasi

2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan


berhubunan dengan keperawatan selama 2×24 1) Pantau suhu pasien
proses infeksi jam dengan kriteria hasil : 2) Berikan kompres hangat
sekunder 3) Anjurkan pasien untuk
 Suhu tubuh normal banyak minum
(36,5-37,2 drajat 4) Anjurkan pasien untuk
celcius) menggunakan pakaian
 Akral teraba yang tipis dan mudah
hangat, tidak menyerap keringat
kemerahan 5) Kolaborasi dalam
 Turgor kulit elastic pemberian cairan
 Mukosa bibir intravena
lembab 6) Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
antipiretik

3. Kerusakan intregitas Setelah dilakukan tindakan


kulit berhubungan keperawatan selama 2 x 1) Kaji kerusakan kulit yang
dengan ulserasi 24jam dengan kriteria terjadi pada klien
soliter hasil : 2) Catat ukuran atau warna,
 Pertumbuhan kedalaman luka dan
jaringan meningkat kondisi sekitar luka
 Keadaan luka 3) Lakukan perawatan luka
membaik dengan tehnik steril
 Luka menutup 4) Bersihkan area perianal
 Mencapai dengan membersihan feses
penyembuhan luka dengan air mengalir
tepat waktu 5) Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat antibiotikatopikal

4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1) Kaji tingkat pengetahuan
ketidakmampuan jam diharapkan pasien
mengenal terpenuhinya pengetahuan 2) Lakukan komunikasi dua
pasien tentang kodisi arah untuk menggali
penyakit, dengan criteria informasi tentang persepsi
hasil: diri dan manajemen
koping pasien
 Mengungkapkan 3) Lakukan simulasi personal
pengertian tentang hygine dan perawatan luka
proses penyakit pada area yang terjadi
pencegahan, efloforasi terutama ulkus
perawatan tindakan 4) Beri informasi
yang dibutuhkan pasien/orang terdekat
dengan tentang perawatan pasien
kemungkinan di rumah sakit dan
komplikasi dirumah (hygine dan
 Mengenal pentingnya pengomsusian
perubahan gaya obat sesuai dosis) serta
hidup/tingkah laku komplikasi jika
untuk mencegah pengobatan tidak
terjadinya dilakukan.
komplikasi 5) Beri informasi tentang
bahaya perilaku sex
beresiko dan cara
penanggulangan/
pencegahan serta
komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adhi.2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI


Doenges,Marilyin E.2012. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis  Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC
Ratna, Eni, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer,Suzzanne C 2012. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai