Anda di halaman 1dari 21

Panduan Praktik Klinis

SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

Kanker laring adalah tumor ganas asal mukosa yang berasal dari
supraglotis, glotis, dan subglotis. Secara khusus struktur supraglotis
meliputi epiglotis baik fasies lingual dan laringeal, plika ariepiglotika,
plika ventrikularis dan aritenoid. Struktur glotis meliputi plika vokalis,
komisura anterior, area interaritenoid dan dasar ventrikularis. Struktur
subglotik meliputi 1 cm di bawah apek ventrikularis sampai tepi
bawah kartilago krikoid

PENGERTIAN Kanker laring paling sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa.
(DEFINISI) Kanker laring lainnya sangat jarang misalnya sarkoma, limfoma atau
tumor neuroendokrin

Stadium dini : lesi neoplastik asal mukosa yang mengivasi ke dalam


jaringan lunak, tetapi tidak ke tulang rawan yang mendasarinya.
Mayoritas laporan literatur meliputi karsinoma in situ (CIS), lesi Tl dan
T2 dalam spektrum kanker laring dini.
Stadium lanjut : kanker laring stadium III atau IV, yang mencakup
tumor T3, T4 dan tumor dengan metastasis KGB regional yaitu Nl
hingga N3 berapapun status T nya
STADIUM DINI
ANAMNESIS
Supraglotis :
o Keluhan tidak khas seperti sakit tenggorokan atau nyeri yang
menyebar ke telinga
o Adanya benjolan di leher karena aliran limfatik yang melimpah
Glotis
o Keluhan utama parau (gejala dini) lebih dari 2 minggu
Subglotis
o Kadang bisa parau

STADIUM LANJUT
Supraglotis
o Sulit atau sakit menelan menetap, tersedak sampai aspirasi
o Sesak napas makin memberat
o Suara muffled atau hot potato voice, ngorok
o Batuk darah
o Benjolan di leher
Glotis
o Parau menetap, makin memberat
o Sesak napas makin memberat (progresif)
Subglotis

1
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
o Sesak napas

Keluhan lain yang terkait keganasan :


o Keluhan konstitusional seperti berat badan menurun, demam,
keringat malam
o Faktor risiko :
 Riwayat merokok, minum alkohol, pengobatan radiasi, sakit
lambung (refluk gastroesofagus), infeksi virus human papiloma
 Riwayat paparan pekerjaan terhadap debu kayu, hidrokarbon
polisiklik dan asbes
 Riwayat kanker dalam keluarga, status imunitas
 Pola makan yang buruk kurang buah dan sayuran, tinggi
daging merah atau olahan
 Usia > 40 tahun
o Status generalis
 Keadaan gizi (berat badan)
 Tanda sumbatan jalan napas atas (SJNA) :
 Stridor, sianosis, hipoksia
 Retraksi suprasternal, interkostal, epigastrial
o Status lokalis kepala dan leher
 Pemeriksaan THT-KL dasar
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan laring dengan laringokopi indirect pada pasien
FISIK yang kooperatif untuk melihat :
 Adanya massa di daerah supraglotis, glotis dan subglotis
 Patensi jalan napas
 Pemeriksaan leher dengan inspeksi/palpasi untuk melihat :
 Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) meliputi level I,II
dan III, ukuran, jumlah, mobilitas
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Adanya pelebaran kartilago tiroid dan krikoid
 Keadaan kulit di leher bagian depan
1. Fiberoptic laryngoscopy (FOL) (grade IIA)
Dilakukan dengan lokal anestesi secara poliklinis, untuk melihat :
 Adanya massa di daerah supraglotis, glotis dan subglotis
meliputi : ukuran, lokasi, perluasan tumor primer
PEMERIKSAAN
 Mobilitas korda vokalis
 Patensi jalan napas
PENUNJANG  Evaluasi traktus aerodigestif bagian atas

2. BIOPSI (grade IA)


2.1 Direct laryngoscopy (grade IIA), dilakukan dengan :
A. Lokal anestesi, indikasi :
2
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
 Pasien kooperatif
 Massa tumor besar
 Tidak ada ancaman SJNA
B. General anestesi, pada pasien yang tidak bisa dilakukan
dengan lokal anestesi, tujuannya :
 Untuk biopsi dilakukan dengan Bedah laring mikroskopis
(BLM)
 Eksposure transoral adekuat
 Menentukan ukuran, lokasi, perluasan tumor primer ke arah
supraglotis, glotis atau subglotis
 Mobilitas korda vokalis
 Evaluasi traktus aerodigestif bagian atas
 Catatan : Kontra indikasi direct laryngoscopy (LD) : ankylosing
vertebra cervikalis yaitu keadaan leher pasien tidak bisa
hiperektensi maksimal
2.2 Fiberoptic laryngoscopy (FOL), indikasi : dilakukan pada
pasien yang ada kontra indikasi LD
 Panendoskopi (triple endoscopy) meliputi laringoskopi,
trakeoskopi dan esofagoskopi diperlukan untuk evaluasi
stadium pra bedah

3. Radiologi
o Foto Thorak (grade IA), tujuanya :
 Melihat proses metastasis ke paru atau synchronous tumor
 Evaluasi fungsi paru, adanya penyakit paru akut atau kronis
 Penentuan stadium
 Pasien dengan foto thorak tidak normal perlu dilakukan CT
Scan thorak
o CT Scan/MRI (grade IIA), tujuannya :
 Melihat perluasan tumor primer kearah supraglotik, glotik,
subglotik atau ke luar laring
 Melihat pembesaran KGB
 Merencanakan luas operasinya
o Positron Emission Tomography (PET) scan (grade IIB)
 Pengertian : Teknik kedokteran nuklir itu menghasilkan gambar
tiga dimensi dari proses fungsional tubuh. Menggunakan
molekul glukosa yang ditandai dengan fluoresensi dan
kemudian mengukur penyerapan dalam jaringan. Pada
sebagian besar keganasan keadaannya hipermetabolik
sehingga akan menyebabkan peningkatan serapan glukosa
 Indikasi :

3
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
 Kanker laring stadium lanjut (stadium III dan IV), menilai
keterlibatan KGB regional dan metastasis jauh
 Identifikasi penyakit residual dan rekurensi pasca terapi
o Ultrasonography(USG) (grade IIB)
 Indikasi : untuk mendeteksi keterlibatan KGB leher dan
guidance FNAB

4. Laboratorium (grade IA)


 Hematologi : darah lengkap, faal hemostasis
 Kimia klinik :
 Fungsi ginjal : BUN, serum creatinin
 Fungsi liver : SGOT, SGPT
 Seru elektrolit
 Gula darah
 Albumin

5. Konsultasi (grade IIA)


 Terapi wicara
 Spesialis Jantung
 Spesialis paru
 Spesialis anestesi
Diagnosis berdasarkan :
 Anamansis
KRITERIA  Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
 Panendoskopi
 CT scan laring
 Histopatologi : jenis karsinoma sel skuamosa
Karsinoma laring + TNM (sesuai tabel 1)
ICD 10 : C32
Malignant neoplasm of larynx primary or metastatic malignant tumor
involving the larynx. The majority are carcinomas
DIAGNOSIS  C32.0 Malignant neoplasm of glottis
KERJA  C32.1 Malignant neoplasm of supraglottis
 C32.2 Malignant neoplasm of subglottis
 C32.3 Malignant neoplasm of laryngeal cartilage
 C32.8 Malignant neoplasm of overlapping sites of larynx
 C32.9 Malignant neoplasm of larynx, unspecified
DIAGNOSIS 1. Tuberkulosis laring
BANDING
2. Tumor jinak laring : papiloma, kista atau polip
3. Tumor kelenjar air liur minor

4
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
a. Adenoid cystic carcinoma
b. Mucoepidermoid carcinoma
c. Malignant mixed carcinoma
4. Subtype non-Hodgkin lymphoma
5. Tumor skunder perluasan langsung dari tiroid

Stadium Kanker Laring

Tabel 1. Stadium TNM pada Kanker Laring

5
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

6
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

Tabel 2. Klasifikasi Stadium Kanker Laring

7
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

STADIUM DINI

Supraglotis
o Radioterapi (grade IIA)
 Indikasi radioterapi (RTx): pasien yang secara fisiologis tidak
cocok untuk operasi konservasi karena kelainan jantung, paru
atau menolak operasi
 Keberhasilan RTx dikaitkan dengan volume tumor, hasil lebih
baik pada tumor superfisial dan volume kecil
 Kurang efektif untuk kontrol lokal
TERAPI
 Rekurensi tumor 27,28 %, dengan tingkat laringektomi yang
tinggi 14% - 31%
 Tingkat kontrol lokal berkisar 75% - 100% untuk tumor TI dan
71% - 83% untuk tumor T2, dengan tingkat preservasi laring
sekitar 80%
 Surgical salvage : laringektomi total pada kasus rekuren risiko
komplikasi yang lebih besar terutama fistula faringokutan,
nekrosis jaringan, kerusakan luka dan ruptur arteri karotis

8
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
o Operasi (grade IIA)
 Tumor T1 dan T2 yang memenuhi syarat operasi
 Kontrol lokal optimal dan gangguan fungsi laring minimal
Prosedur Operasi
1. Endoskopi (grade IIB)
Transoral Laser CO2 Microsurgery (TLM)
 Teknik dasar pemotongan transtumoral adalah untuk
mencapai kedalaman penyakit. Reseksi laser transoral
multibloc berbeda dari prinsip waktu reseksi tumor en bloc,
yang dianut dalam teknik terbuka yaitu paparan area
permukaan dari jaringan yang dibedah cukup luas
 Pendekatan transoral, memungkinkan untuk reseksi tumor
primer dengan margin histologis yang dibersihkan secara
optimal dan pada saat yang sama menjaga integritas anatomi
dan fungsional dari jaringan sekitarnya yang tidak terlibat
 Persyaratan mendasar untuk TLM meliputi pelatihan teknik
yang cermat, pengetahuan anatomi "luar-dalam" yang spesifik
lokasi, akses endoskopi yang baik dan tindakan pencegahan
khusus laser di ruang operasi dengan ketat
 Kontraindikasi : akses transoral yang tidak memadai ke
seluruh tumor, misalnya gigi menonjol, trismus, lengkung
mandibula sempit, lidah besar, pengobatan radio atau
kemoradioterapi sebelumnya, letak ukuran dan ukuran tumor
 Jenis pembedahan SGL endoskopi dilihat di tabel 2
Transoral Robotic Surgery (TORS)
 TORS tidak menawarkan keuntungan dibandingkan reseksi
laser endoskopi meskipun penerapannya pada tumor
supraglotis dapat meningkat dengan perbaikan di masa depan

Tabel 2. Jenis Pembedahan Endoskopi Pada Kanker Supraglotik Stadium Dini

9
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

Keterangan : PES : pre-epiglottic space; SGL : supraglottic laryngectomy


2. Konservasi Terbuka (open surgery) (grade IIA)
Horizontal Supraglottic Laryngectomy
 Prosedur ini tindakan reseksi melibatkan epiglotis, plika
ventrikularis, lipatan aryepiglotis, hyoid, dan bagian ½ atas
tulang rawan tiroid termasuk reseksi lengkap PES
 Prosedur ini menyisakan plika vokalis, setidaknya satu
arytenoid dan pangkal lidah. Struktur ini penting untuk fonasi,
respirasi dan deglutisi, dan juga menghindari trakeostomi
permanen
 Kontra indikasi : Keterlibatan ruang paraglotis, fiksasi plika
vokalis, invasi tulang rawan tiroid, keterlibatan ruang bilateral
aritenoid atau interaritenoid, ekstensi tumor ke puncak sinus
TERAPI
pyriform dan keterlibatan dasar lidah yang luas. Pasien dengan
motivasi buruk dan insufisiensi pernapasan
Supracricoid laryngectomy (SCL)
 Prosedur ini tindakan reseksi meliputi enbloc PES, ruang
paraglottic dan tulang rawan tiroid
 Memberikan hasil yang sebanding dengan laringektomi total
dalam kasus-kasus tertentu tetapi mempertahankan fungsi
fonasi dan deglutisi tanpa trakeostoma permanen
 Indikasi : kanker supraglotis T2
 Kontra indikasi : invasi kartilago krikoid, keterlibatan aritenoid
bilateral, ekstensi ke pangkal lidah, vallecula atau hipopharing
dan fiksasi aritenoid
10
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

o Menejemen Kelenjar Getah Bening Leher (Neck dissection)


(grade IIA)
 Indikasi : penyakit dengan N+ secara klinis atau radiologis
 Leher N + ipsilateral membutuhkan diseksi ipsilateral, N +
bilateral atau kontralateral memerlukan diseksi leher bilateral
 Diseksi leher dilakukan pada sesi operasi yang sama dengan
reseksi tumor primernya, meskipun diseksi leher kontralateral
dapat dilakukan bertahap dikemudian hari jika leher ipsilateral
positif secara patologis didapatkan dari jaringan operasi
 Selective lateral neck dissection level II, III, dan IV adalah
prosedur yang efektif dan memadai
 Kanker Tl-T2 dari epiglotis infrahyoid atau lesi yang melintasi
garis tengah, dengan hati-hati menilai N ipsilateral dan
kontralateral dengan ± FNA yang dipandu USG
 Indikasi Rtx atau kemoradioterapi adjuvan adalah adanya N+
multinodal atau multilevel dengan penyebaran ekstrakapsular
 Terapi adjuvan digunakan dengan hati-hati karena berpotensi
tinggi timbulnya gangguan jalan napas karena stenosis atau
edema arytenoid

Glotis
o Tujuan mendasar terapi kanker glotis stadium dini adalah
penyembuhan penyakit, pelestarian fungsi suara, perlindungan
jalan nafas dan manajemen kekambuhan
o Pilihan terapi : transoral laser microsurgical cordectomy, bedah
terbuka (cordectomy, hemilaryngectoy) atau RTx adalah tiga
modalitas yang efektif
o Dasar pemilihan : kemauan pasien, usia, harapan untuk kualitas
suara, stadium tumor, lokasi, misalnya ekstensi ke komisura
anteriorr, keahlian dan keterampilan dokter dan faktor terkait
pengobatan seperti morbiditas, efektivitas biaya, dan ketersediaan
opsi penyelamatan fungsi laring

A. Carcinoma In situ (CIS)


o CIS dapat eksis sendiri, melibatkan area terbatas atau luas dari
plika vokalis atau dapat bersamaan dengan fokus kanker
skuamosa invasif
o Manajemen : watchful waiting (menunggu yang waspada),
kerokan, biopsi eksisi, eksisi laser transoral atau RTx (grade IIA)

11
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
B. Invasive Squamous Cell Carcinoma
o Radioterapi (grade IIA)
 Dapat digunakan sebagai terapi pilihan
 Tingkat kesembuhan untuk lesi T1 sekitar 71% - 95%
 Rekurensi perlu tindakan operasi pembersihan dengan total
laringektomi
 Indikasi : pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang
buruk berisiko lebih besar mengalami komplikasi terkait
operasi, tumor meluas ke kedua plika vokalis atau dokter tidak
memiliki keahlian bedah
 Kontra indikasi : pasien yang lebih muda. Hal ini terkait
komplikasi Rtx akut ataupun kronis, meliputi : xerostomia,
edema laring yang menetap, fibrosis leher, stenosis glotis,
hipotiroid, chronronekrosis, dan keganasan yang disebabkan
oleh radiasi
 Kombinasi kemoterapi dengan regimen cisplatin base
meningkatkan hasil terapi
o Operasi
Prosedur operasi
1. Endoskopi
a. Transoral Laser CO2 Microsurgery (TLM) (grade IIB)
b. Eksisi dengan bedah laring mikroskopis (laryngeal
microsurgery) (Grade IIA)
 Eksisi dilakukan dengan menggunakan pisau bedah
 Perawatan pasca operasi :
 Trakeostomi umumnya tidak diperlukan dalam
kordektomi karena perluasan inlet laring dengan reseksi
plika vokalis, pengecualian adalah pasien dengan
kondisi tubuh yang tidak menguntungkan.
 Pemberian makan dapat dimulai dengan sukses pada
hari setelah operasi. Emfisema subkutan telah
dilaporkan sebagai salah satu komplikasi dan dapat
dicegah dengan pembalut bertekanan dan drainase luka
 Eksisi laser endoskopi untuk tumor glotis awal biasanya
tidak memerlukan rekonstruksi defek glotis seperti pada
operasi konservasi terbuka
 Namun dalam kordektomi yang membutuhkan eksisi
otot plika vokalis, kualitas suara menjadi lebih buruk
karena kekurangan glotis aerodinamik yang disebabkan
oleh cekungan plika vokalis. Dalam kasus seperti itu,
teknik fonosurgical untuk menambah ruang paraglottic

12
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
dengan injeksi lipo microlaryngoscopic atau medialisasi
dengan Gore-Tex dapat digunakan
 Jenis pembedahan endoskopi pada kanker glotis stadium
dini dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Jenis Pembedahan Endoskopi Pada Kanker Glotis Stadium Dini

TERAPI 2. Konservasi Terbuka (open surgery) (grade IIA)


a. Laringofisur dan kordektomi
 Indikasi : lesi T1 dari pita suara terbatas membran mukosa
ketika reseksi transoral tidak memungkinkan
 Endoskopi dilakukan sebelum operasi untuk mengevaluasi
kembali kesesuaian tumor dengan prosedur yang dipilih
b. Laringektomi parsial vertikal (hemilaringektomi)
 Indikasi : lesi T1 dengan kecurigaan tumor infiltrasi lebih
dalam atau esi pita suara dengan ekstensi ke aritenoid
c. Hemilaringektomi vertikal frontolateral
 Indikasi : lesi korda T1 yang mendekati atau meluas ke
komisura anterior dan tidak lebih dari 1 sampai 2 mm korda

13
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
kontralateral
d. Parsial laringektomi vertikal anterofrontal
 Indikasi : lesi plika vokalis T1 dan T2 dengan keterlibatan
yang signifikan “horse shoe” pada plika vokalis yang kontra
lateral
e. Laringektomi supracricoid
 Indikasi : konservasi laring untuk kanker glotis T2 yang
melibatkan komisura anterior, plika ventrikularis, plika
vokalis bilateral

 Ilustrasi operasi konservasi terbukadapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. Luasnya resesi pada laringofisur dan kordektomi (A) dan


hemilaringectomi (B). Perpanjangan (garis putus-putus) pada dua

14
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
prosedur dapat termasuk proses vokalis, aritenoid jika diperlukan

3. Fotodinamik (grade IIB)


 Terapi Photodynamic (PDT) memanfaatkan aktivasi agen
fotosensitisasi selektif tumor dengan cahaya untuk
menginduksi nekrosis tumor dengan meningkatkan produksi
radikal oksigen dan mengurangi suplai vaskular
 Phosensensizer diberikan secara intravena, topikal atau oral
diikuti dengan laser pewarna berdenyut
 PDT biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan dan
komplikasi yang terjadi meliputi edema glotis, nyeri, nekrosis
dan fotosensitifitas yang disebabkan oleh sinar matahari
 PDT direkomendasi oleh BPOM AS yang disetujui untuk terapi
kanker glotis awal, namun penerapannya sebagai modalitas
tunggal masih terbatas

Subglotis
o Operasi sebagai bagian dari modalitas gabungan atau sebagai
pengobatan definitif untuk semua stadium kanker
o Radioterapi sebagai terapi definitif ke tumor primer, leher bawah,
dan mediastinum atas

STADIUM LANJUT
o Radioterapi (grade IIA)
 Sebagai terapi paliatif pada tumor yang tidak dapat dioperasi
dan pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk
pembedahan
 Sebagai adjuvan pasca operasi pada kasus penyakit stadium
lanjut, margin positif, penyebaran tumor ekstrasapsular di
kelenjar getah bening, penyebaran tumor perineural atau
angiolimfatik, keterlibatan beberapa nodus limfa leher, dan
perluasan tumor subglotis
o Kemoterapi (grade IIA)
 Ada dua metode pemberian yaitu induksi dan konkomitan
 Regimen : cisplatin + 5FU
Induksi
 Jika ada respons parsial, putaran ketiga diberikan diikuti oleh
radiasi
 Respons yang buruk setelah pemberian dua siklus kemoterapi,
selanjutnya diterapi dengan operasi
Konkomitan (konkuren) kemoradiasi
 Indikasi pasien stadium III dan IV yang masih operable
15
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
 Indikasi untuk laringektomi total :
 Respon yang tidak adekuat setelah dua siklus kemoterapi
induksi
 Penyakit masih positif dibuktikan dengan biopsi di lokasi
primer setidaknya 8 minggu setelah terapi radiasi
 Disfungsi laring dengan aspirasi atau nekrosis laring
o Operasi
 Total Laringektomi (grade IA)
 Laringektomi total adalah pengobatan gold standart untuk
kanker laring dan memiliki hasil onkologis terbaik
 Indikasi : kanker laring stadium lanjut T3 dan T4, kegagalan
kemoterapi dan radiasi dan kegagalan operasi konservasi
laring
 Total laringektomi memberikan tingkat kontrol yang sangat
baik tetapi dengan pengorbanan suara alami
 Prosedur :
 Reseksi en bloc laring, termasuk tulang hyoid, tulang rawan
tiroid dan tulang rawan krikoid ke inferior cincin trakea
bagian proksimal
 Reseksi dinding faring dan pangkal lidah
 Trakea kemudian dijahit ke kulit untuk membentuk
trakeostoma
 Dinding faring tertutup pada dindingnya sehingga
membentuk jalur pencernaan yang terpisah dari
pernapasan
 Kunci keberhasilan total laringektomi adalah memaksimalkan
kualitas hidup dengan memaksimalkan fungsi tanpa laring
 Pemulihan suara diperoleh melalui bicara trakeoesofagal,
esofagus atau laring buatan (artificial larynx)
 Salvage Total Laryngectomy
 Indikasi : pasien yang gagal dengan terapi preservasi organ
dengan kemoradiasi

o Menejemen Kelenjar Getah Bening Leher (Neck dissection)


(grade IIA)
 Dasar pertimbangan dilakukan neck dissection adalah lokasi
tumor primer, pada supraglotis kaya pembuluh limfatik
sehingga risiko penyebaran ke KGB tinggi, sedangkan tumor
glotis miskin pembuluh limfatik sehingga risiko penyebaran
rendah kecuali T3 atau lebih besar
 KGB yang paling beresiko adalah level II-IV dan kompartemen
central VI

16
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
 Pada N0 dan N1 bisa dilakukan terapi dengan operasi atau Rtx
tergantung terapi pada tumor primernya :
Bila diberi Rtx maka N juga diberi Rtx yang mencakup
seluruh KGB yang berisiko metastasis
 Bila dioperasi maka pada KGB dilakukan selective neck
Dissection
 Pada N2 dan N3 dilakukan modified radical neck dissection
tergantung pada organ yang dikorbankan + Rtx
MONITORING Komplikasi pasca operasi
Dini
1. Hematoma, infeksi dan nekrosis flap kulit
2. Fistel faringokutan
 Risiko komplikasi fistel meningkat pada pasien gisi buruk,
mendapat radiasi, kemoterapi atau kombinasi kemoradiasi
sebelumnya
3. Aspirasi pneumonia
4. Hipokalsemia
5. Cylus fistula
6. Dehisensi luka
Lambat
7. Striktur faring atau esofagus (disfagia)
8. Stenosis stoma
9. Hipotiroid
1..
Kekambuhan
 Kekambuhan bisa lokal ataupun regional
 Lokasi paling umum untuk kekambuhan lokal adalah di di daerah
trakeostoma (stomal recurrence)
 Insiden kekambuhan stomal adalah 2% hingga 25%
 Klasifikasi Sisson dikembangkan untuk mengidentifikasi lokasi
kekambuhan dan manajemen serta hasil yang sesuai
o Tipe I terlokalisasi pada aspek superior stoma tanpa
keterlibatan esofagus
o Tipe II terlokalisasi pada aspek superior stoma dengan
keterlibatan esofagus
o Tipe III berasal dari aspek inferior stoma dengan keterlibatan
mediastinum superior
o Tipe IV memiliki ekstensi lateral di bawah klavikula dan masuk
bagian superior mediastinum
 Terapi
17
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
o Rekurensi stomal tipe I dan II paling baik diobati dengan terapi
penyelamatan (operasi pembersihan)
o Sisson tipe III dan IV umumnya tidak dapat direseksi,
manajemen nonoperatif dengan kemoradiasi atau re-iradiasi
 Setiap pasien yang akan menjalani operasi laringektomi total perlu
mendapatkan penjelasan tentang :
o Penyakitnya, kemungkinan kesembuhan dan kekambuhan
o Perubahan fungsi laring, penciuman dan menelan
o Perlu rehabilitasi suara (wicara)

Rehabilitasi Suara (wicara)


 Prosedur operasi laringektomi total mengakibatkan pemisahan
saluran aerodigestif, membentuk trakeostoma permanen di
pangkal leher. Faring ditutup dengan hanya menutup mukosa atau
dalam kasus yang lebih kompleks dengan menempatkan flap
untuk mempertahankan lumen yang memadai untuk menelan
 Laringektomi total sangat mengubah bicara, fungsi paru,
pernapasan, indera penciuman dan rasa. Kehilangan suara yang
paling bertanggung jawab atas konsekuensi psikososial dan
ekonomi setelah laringektomi. Pemulihan suara yang efektif
sangat penting untuk rehabilitasi pasien ini
EDUKASI
 Ada tiga metode rehabilitasi suara yaitu : electrolarynx speech,
esophageal speech dan tracheoesophageal speech puncture
(TEP)
 Secara historis wicara esofagus (esophageal speech) adalah
metode pilihan yang digunakan sebagai pembanding metode yang
lain
o Dalam metode ini udara didorong ke dalam esofagus bagian
leher dan segera dikeluarkan menyebabkan getaran dari
permukaan mukosa yang berlawanan dari faringoesofagus
yang kemudian diartikulasikan menjadi ucapan oleh struktur
rongga mulut
o Metode ini sangat sulit dipelajari dan hanya sekitar 26%
pasien yang dapat menggunakan dalam komunikasi sehari-
hari. Sebagai alternatifnya standar emas menggunakan wicara
trakeoesofagus (TEP)
o Semua metode rehabilitasi wicara diajarkan oleh ahli patologi
wicara
Prognosis tergantung faktor host, tumor dan terapi
Host
PROGNOSIS
 Umur : usia lebih muda lebih baik dibanding tua
 Gender : wanita lebih baik dibanding pria
18
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
 Status gizi : BMI (body mass index) rendah prognosis lebih buruk
 Status penampilan berdasarkan karnofsky score atau status WHO
(tabel 3)

Tabel 3. WHO Performance Status

o Status penampilan berkaitan dengan faktor komorbid dan usia


tua
o Kondisi umum yang jelek meningkatkan risiko kekambuhan
dan respons terapi yang tidak komplet
 Respons imun
o Secara umum pada stadium dini respons imun lebih baik
dibandingkan dengan stadium lanjut
o Repons imun menurun pada pasien dengan usia lanjut,
alkoholisme, infeksi virus dan malnutrisi
Tumor
 Stadium TNM : stadium dini lebih baik dibanding stadium lanjut
 Histopatologi : Poorly differentiated lebih jelek dibanding well-
differentiated
 Second primary cancer : prognosis lebih buruk dengan adanya
second primary cancer
PENELAAH 1. Dr. Muhtarum Yusuf, dr., Sp.THT-KL(K), FICS
KRITIS 2. Bakti Surarso, dr., Sp.THT-KL(K), FICS
3. Dr. Achmad C. Romdhoni, dr., Sp.THT-KL(K),FICS

19
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32
4. Prof. Dr. Widodo Ario K. dr., Sp. THT-KL(K), FICS
 Angka komplikasi pasca operasi
INDIKATOR
 Keberhasilan wicara esofagus
MEDIS
 Angka kekambuhan dan kematian pada keganasan laring
1. Boesen JB, Falk RS, Morten Boysen M, Brøndbo K. Impact of
stage, management and recurrence on survival rates in laryngeal
cancer. Plos one 2017: 1-16
2. Bradford CR, etal. Prognostic factors in laryngeal squamous cell
carcinoma. Laryngoscope Investigative Otolaryngology.
2020;5:74–81
3. BMJ Best Practice. Laryngeal cancer. available from :
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/1115> [Accessed Ay 13,
2020]
4. Loehn BG, Kunduk M, Mcwhorter AJ. Advanced laryngeal cancer.
In bailey’s head and neck surgery otoaryngology  5th ed, Rosen
CA, Johnson JT eds. philadhelphia: wolters kluwer lippincott
williams & wilkins 2014 : 1961-77
5. NCCN clinical practice guideline in oncology head and neck
cancer version 1.2016
6. Pou AM. Voice rehabilitation following laryngectomy. In bailey’s
head and neck surgery otoaryngology  5th ed, Rosen CA,
Johnson JT eds. philadhelphia: wolters kluwer lippincott williams &
wilkins 2014 : 1978-89
KEPUSTAKAAN 7. Sheahan P. Management of advanced laryngeal cancer. Rambam
Maimonides Medical Journal 2014 : 2;5 : 1-12
8. Sinha P, Okuyemi O, Haughey BH. Early laryngeal cancer. In
bailey’s head and neck surgery otoaryngology  5th ed, Rosen CA,
Johnson JT eds. philadhelphia: wolters kluwer lippincott williams &
wilkins 2014 : 1940-60
9. Williamson JS, Biggs TC, Ingrams D. Laryngeal cancer : an
overview. Oncology 2012 : 14-17

20
Panduan Praktik Klinis
SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUD Dr Soetomo Surabaya
KANKER LARING
ICD-10 : C32

Surabaya, .........................

Ketua Komite Medik Ketua SMF THT-KL

Dr. Ahmad Lefi, dr., SpJP (K), FIHA Dr. Muhtarum Yusuf,dr. Sp.THT-KL(K),FICS
NIP. 19610604 198803 1 006 NIP. 19623108 198903 1 001

Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K)


19640620 199003 1 007

Keterangan :
GR : Grade of Recommendation

21

Anda mungkin juga menyukai