Anda di halaman 1dari 4

Nama : Suci Destry Ananda

Nim : 18401015
MK : Pencegahan Kebakaran dan STD
KESIMPULAN

KELELAHAN KERJA

Kelelahan kerja menyebabkan penurunan kinerja yang dapat berakibat pada


peningkatan kesalahan kerja, ketidak hadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh
perilaku kerja. Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan kegiatan apapun
semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak dapat memusatkan pikiran
seperti dulu. Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi, performa
kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan. Pada keadaan yang sehat, tenaga kerja akan lebih cepat
merespon rangsang yang diberi daripada seseorang yang telah mengalami kelelahan akan
lama merespon rangsang yang diberi. Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat
subjektif. Berbagai macam kondisi kerja dapat menaikkan denyut jantung seperti bekerja
dengan temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot
yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat digolongkan
menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan
pada fungsi alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui perubahan :

1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Pengeluaran Energi
4. Peredaran udara dalam paru-paru
5. Temperatur tubuh
6. Konsentrasi asam laktat dalam darah
7. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
8. Tingkat penguapan

2 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja :

1. Akibat kelelahan fisiologis (fisik dan kimia)


Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang timbul karena adanya
perubahan– perubahan fisiologis dalam tubuh.
2. Kelelahan psikologis (mental dan fungsional)
Kelelahan psikologis merupakan kelelahan yang ditimbulkan dari perasaan orang
yang bersangkutan yang terlihat dari tingkah lakunya atau dari jiwa yang labil.
Contohnya kurangnya minat dalam pekerjaan.

Proses terjadinya kelelahan disebabkan berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot


dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bisa membatasi kelangsungan aktivitas
otot. Di samping itu produk-produk sisa ini dapat mempengaruhi serat-serat saraf dan sistem
saraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. Makanan
yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi
otot selalu diikuti reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen tersebut menjadi
tenaga panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu
proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari
pernafasan, sehingga memungkinkan otototot bisa bergerak secara kontinu. Hal ini berarti
keseimbangan kerja dapat dicapai dengan baik, apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Jadi,
pada dasarnya kelelahan ini terjadi karena terakumulasinya produk sisa dalam otot ataupun
peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung.
Pengukuran-pengukuran dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan. Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja
dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan yaitu : Pengukuran waktu reaksi, Uji
hilangnya kelipatan (Flicker Fusion Test), Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi
kegiatan fisik, Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2), Kuesioner
kelelahan 30 item. Sesaat setelah kita melakukan aktivitas kerja, pasti kita akan mengalami
suatu kelelahan. Kelelahan dapat mengakibatkan operator kehilangan konsentrasi saat
bekerja, hal ini tentu akan mengakibatkan produktivitas pekerja tersebut rendah, sehingga
sering melakukan kesalahan saat bekerja yang dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelelahan adalah dengan memberikan waktu
istirahat yang cukup untuk proses pemulihan pemulihan kondisi fisik yang lelah, dan
melakukan pengaturan waktu kerja. Waktu saat kita bekerja harus seimbang dengan waktu
saat kita istirahat. Semua orang mempunyai tingkat ketahanannya sendiri. Waktu istirahat
sewaktu kita bekerja dapat kita hitung melalui denyut nadi yang digunakan juga untuk
menghitung energi yang kita konsumsi. Waktu istirahat berfungsi untuk mengembalikan
kondisi tubuh kita untuk kembali pada keadaan semula.
GIZI KERJA

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan
derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki
peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap
akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja.
Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya
mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.
Gizi kerja adalah nutrisi / kalori yang dibutuhkan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan jenis pekerjaan yang bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan tenaga kerja
dan produktivitas yang setinggi-tingginya.

Masalah Gizi Kerja :

1. Kurangnya perhatian pengusaha dan pekerja


2. Diberikannya uang makan tanpa menyediakan makanan
3. Bagaimana cara menyediakan makanan
4. Berapa yang harus diberikan
5. Apa dan kapan makanan diberikan
6. Keracunan makanan

Keuntungan Memberikan Makanan Di Tempat Kerja :

1. Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja


2. Meningkatkan produktivitas
3. Meningkatkan derajat kesehatan
4. Menurunkan absensi
5. Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar pekerja
6. Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja
7. Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali

Standar penyediaan makanan bagi pekerja, setelah mengetahui kebutuhan energi


(kalori), perlu dipikirkan cara memenuhi kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari.
Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu
diperhatikan proporsinya agar seimbang (WNPG VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65%
dari total energi), Protein (10-20% dari total energi), Lemak (20-30% dari total energi).
Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja)
diselingi pemberian kudapan (makanan selingan).

Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaan yang dilakukannya. Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap produktifitas dan
efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja. Dalam ergonomi atau
hygiene Industri diatur suatu metode pengaturan menu makanan untuk para pekerja agar
memenuhi gizi dan kebutuhan kalori mereka sesuai dengan beban kerja fisik yang dilakukan.
Beban kerja fisik selalu berkaitan dengan pergerakan otot. Salah satu kebutuhan umum dalam
pergerakan otot adalah oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam
menghasilkan energi, dan satusan energi adalah kalori, sedangkan menghitung kalori adalah
menghitung asupan energi. Energi diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat,
lemak dan protein.

Anda mungkin juga menyukai