Penyelidikan Geoteknik
Penyelidikan Geoteknik
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Kerja Praktik ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan
membekali mahasiswa geologi pada dunia kerja dengan melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan geologi pada instansi terkait. Selain
itu, dimaksudkan pula sebagai salah satu syarat kurikulum pembelajaran
tingkat S1 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
1.2.2. Tujuan
1. Mengetahui prosedur dan proses suatu kerja secara langsung yang
berkaitan dengan kegiatan kegeologian.
2. Mampu melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan ilmu geologi
pada suatu institusi.
3. Mengetahui gambaran umum mengenai dunia pekerjaan sebelum
mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.
2
Pelaksanaan kerja praktik dilakukan selama 30 hari terhitung dari
tanggal 23 Juni 2014 sampai 23 Juli 2014.
1.4.2. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan di PT. Selimut Bumi Adhi Cipta yang
beralamat di Jalan Karang Anyar Gunung No. 267 Semarang, Jawa
Tengah.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
Tahap 3 Tahap Pungujian, meliputi pekerjaan-pekerjaan percobaan
penetrasi, vane test, penyelidikan muka airtanah yang diikuti
dengan penyelidikan tekanan pori, pompa uji, percobaan
pembebanan, dan uki pemampatan. Kedua pekerjaan dilakukan di
laboratorium.
1. Pemboran
Kegiatan Pemboran memberikan informasi data mengenai keadaan
bawah tanah melalui garis lubang pemboran. Pemboran dapat dilakukan
secara vertikal maupun menyudut. Dari sebuah pemboran dibuat sebuah
laporan pemboran. Di dalamnya dicatat dengan cermat material-material apa
saja yang ditemukan, dan selain itu juga kecepatan penetrasi dan perilaku dari
alat pemboran. Kita dapat menggunakan berbagai metode, yang bervariasi
mulai dari pendesakan sebuah besi sonda (sondir) atau pipa pancang ke dalam
bawah tanah, penjatuhan sebuah puls atau pahat (perkusi), penyemprotan
tanah hingga lepas dengan sebuah tombak semprot, sampai kepada pemutaran
atau teknik perkusi putar. Pada hampir semua metode ini, material akan
muncul dalam keadaan sangat terganggu di permukaan bumi. Dengan
demikian hanya dapat diterangkan jenis material yang ditemukan di
kedalaman tertentu (Verhoef, 1985).
Adapun beberapa macam metode dalam pemboran adalah sebagai
berikut :
Teknik Bor Tangan (Hand Bores)
Pemboran Dengan Mesin (Machine Drilling)
Metode pemboran yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
pemboran mesin (machine drilling).
6
Metode pemboran ini menggunakan mesin sebagai tenaga
penggeraknya, bukan dari tenaga penggerak manusia seperti pada pemboran
tangan. Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian
berikut (Wesley 1977) :
1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang
bisa diatur dan dapat memberikan gaya ke bawah.
2. Pompa untuk memancarkan air pencuci (wash water) kebawah,
melalui bagian dalam stang bor.
3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menaikan dan
menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.
7
Sistem pemboran mesin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem
rotary drilling (pemboran putar). Berdasarkan sistem penetrasinya, metode
rotary drilling terdiri dari 2 sistem tricone dan drag bit. Disebut tricone jika
penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya
berupa potongan. Sistem tricone digunakan untuk tanah sedang hingga lunak
dan sistem drag bit pada tanah lunak.
8
butiran lempung, lanau, pasir, dan kerikil menurut Unfined Soil
Classification System, ASTM, MIT, dan International Nomenclature :
9
Sebaliknya kita dapat menemukan keadaan dimana pori tanah tidak
mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi air.
Dalam hal ini tanah dikatakan jenuh sempurna (fully saturated).
Partikel padat, air dan udara yang terkandung di dalam tanah, masing-
masing mempunyai berat dan volume.
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butiran
V = volume total
Wa = berat udara
Ww = berat air(Ww = w . GS . ɣW)
Ws = berat butiran(Ws = GS . ɣW)
W = berat total
Untuk mencari kadar air, dapat di gunakan rumus :
Keterangan :
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan +tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering oven
10
mekanika tanah, harga-harga tersebut diperoleh dari pengujian di
laboratorium. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,6 – 2,9.
11
dapat dengan mudah mengalir menutup celah. Nilai LL diperoleh dari
pengujian dengan menggunakan alat Casagrande. Alat tersebut terdiri dari
mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok
kuningan dapat di angkat dan di jatuhkan di atas dasar karet keras tersebut
dengan sebuah pengungkit eksentris di jalankan oleh suatu alat pemutar.
Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah di letakkan didalam mangkok
kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan alat penggores
standar,dengan menjalankan alat pemutar,mangkok kemudian dinaik-
turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam
persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5
in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25
kali pukulan di definisikan sebagai batas cair.
Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Keadaan
ini ditandai dengan mulainya terjadi retak-retak rambut apabila tanah tersebut
dibentuk batang dengan dimeter 3,2 mm. Pengujian batas plastis di lakukan
dengan cara memplintir tanah kohesif (butiran halus) dengan kadar air
tertentu pada permukaan kaca datar, sehigga pada diameter sekitar 3 mm
tanah hasil plintiran tersebut menjadi retak-retak. Tanah akan berperilaku
plastis pada rentang kadar air antara batas plastis (PL) sampai batas cair (LL),
rentang kadar air tersebut di namakan indeks plastisitas yang dapat di hitung
dengan rumus :
P = LL-PL
Keterangan :
IP = indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,
dimana tanah apabila digulung samapai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisitasan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu
12
dengan menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan
di atas kaca datar.
Sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di
sekeliling permukaan lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan
jumlah mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan
mempengaruhi batas batas plastis dan batas cair yang bersangkutan.
Skempton (1953) menyelidiki bahwa indeks plastis suatu tanah akan
bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase dari
fraksi berukuran lempung yang di kandung oleh tanah.
Batas susut adalah kadar air dimana tanah mulai berbentuk padat. Pada
kadar air ini, apabila tanah tersebut dikeringkan lebih lanjut tidak akan terjadi
penyusutan volume.
Kegunaan batas-batas Atterberg
Batas Atterberg khususnya batas cair dan batas plastis tidak secara
langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai dalam perhitungan,
yang kita peroleh dari percobaab Atterberg adalah suatu gamabaran secara
garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas
cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu
kekuatannya rendah, kompresibilitasnya tinggi. Tanah yang indek
plastisitasnya besar biasanya mempunyai penyusutan dan pengembangan
volume yang besar.
13
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
14
2.Alat pemukul seberat 5,5 pound.
3.Peralatan lain
Peralatan lain yang digunakan untuk uji compaction
adalah cetok, oli untuk pelumasan pada cetakan agar tanah tidak
melekat, cawan, timbangan
15
b. Uji Atterberg
Uji Atterberg adalah pengujian untuk mengetahui sifat
keplastisan suatu tanah. Batas atterberg terdiri dari batas cair, batas
plastis, dan batas susut. Batas cair adalah kadar air dimana tanah
berada dalam batas keadan cair dan plastis. Batas plastis
merupakan kadar air tanah pada kedudukan antara daerah plastis
dan semi padat. Sedangkan batas susut merupakan kadar air pada
kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase
kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak
mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Pengujian atterberg
ini mencakup uji batas cair, batas plastis, dan batas susut. Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1.Alat Casagrande
16
2.Spatula
4.Timbangan
17
5.Oven
6.Alat penumbuk
18
c. Uji Soil Test
Uji soil test adalah pengujian untuk mengetahui kadar air dan
berat sampel, baik dalam keadaan basah maupun kering. Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1.Cawan sampel ukuran kecil
2.Timbangan
19
3.Oven
4.Alat Cetakan
20
uji adalah BH-1 kedalaman 4,5-15m , BH-1 kedalaman 9,5-10m, BH-1
kedalaman 14,5-15, BH-2 kedalaman 4,5-5m , BH-2 kedalaman 9,5-
10m, BH-2 kedalaman 14,5-15m, BH-3 kedalaman 4,5-10m, BH-3
kedalaman 9,5-10m, BH-3 kedalam 14,5-15 daerah kota lama, yang
digunakan untuk penyelidikan geologi dan mekanika tanah daerah kota
lama, semarang jawa tengah.
1. Uji Atteberg
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Ambil sampel secukupnya, kemudian lakukan pengeringan
dengan menggunakan oven selama 24 jam
- Haluskan sampel yang telah kering dengan menggunakan alat
penumbuk, kemudian saring dengan ayakan berukuran 20µm.
- Campur lempung yang telah diayak dengan air
- Masukkan kedalam alat uji berupa cawan pada casagrande
hingga permukaannya merata
- Buat alur ditengah-tengah dengan menggunakan spatula.
- Ketuk menggunakan putaran pengungkit pada casagrande,
dengan kecepatan 1-2 ketukan per detik sampai tanah kembali
menyatu (1,25cm)
- Hitung jumlah ketukan
- Ambil sedikit sampel dan letakan didalam cawan
- Timbang cawan tersebut dan masukan ke dalam oven selama 24
jam.
- Timbang kembali cawan (dalam keadaan kering).
- Lakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk satu sampel.
21
Gambar 3.15 Uji Atterberg
22
- Timbang sampel yang telah diukur. Apabila sampel terlalu
rapuh, maka sampel dapat dicetak menggunakan cetakan
yang ada.
23
BH-2
a Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat
pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 0.0 – 1.0 m.
b Pasir, berwarna hitam, bersifat setengah padat dengan nilai SPT 12 – 13,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.0 – 7.1
m. Sisipan lempung pasiran pada kedalaman 1.0 – 1.2 m.
a) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 2 – 3,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 7.1 – 15
m.
24
BH-3
a Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat
pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 0.0 – 1.2 m.
b) Pasir, berwarna hitam, bersifat lepas – setengah padat dengan nilai SPT 5 –
20, terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.2 –
8.7 m.
c) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 3, terdapat
pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 8.7 – 15 m.
25
Gambar 3.18 BH-III Kota Lama Kedalaman 0.5-5 m BAB IV
KESIMPULAN
5.1. Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium meliputi uji atterberg, uji soil
test dan deskripsi sampel core.
5.2. Sampel yang digunakan dalam uji laboratorium berasal dari kota lama,
yang digunakan untuk penyelidikan geoteknik dan mekanika tanah kota
lama, Semarang.
5.3. Hasil uji laboratorium mekanika tanah mendapatkan nilai
Pada uji water content, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki water content
43,41%, BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki water content 59,29%, BH-1
kedalaman 14,5-15 memiliki water content 60,94%, BH-2 kedalaman 4,5-
5 memiliki water content 45,91%, BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki water
content 61,17%, BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki water content 61,14%,
BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki water content 50,08%, BH-3 kedalaman
9,5-10 memiliki water content 55,54%, BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki
water content 55,51%.
Pada uji unit weight, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi basah 1,72
gr/cm³, dan berat isi kering 1,200 gr/cm³. BH-1 kedalaman 9,5-10
memiliki berat isi basah 1,844% gr/cm³ dan berat isi kering 1,158 gr/cm³.
BH-1 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,688% gr/cm³ dan
berat isi kering 1,549 gr/cm³. BH-2 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi
basah 1,984 gr/cm³, dan berat isi kering 1,359 gr/cm³. BH-2 kedalaman
9,5-10 memiliki berat isi basah 1,726 gr/cm³ dan berat isi kering 1,071.
BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,717% gr/cm³ dan
berat isi kering 1,066 gr/cm³. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi
basah 2,013 gr/cm³, dan berat isi kering 1,341 gr/cm³. BH-3 kedalaman
9,5-10 memiliki berat isi basah 1,669 gr/cm³, dan berat isi kering
1,073gr/cm³. BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,738%
gr/cm³ dan berat isi kering 1,118 gr/cm³.
26
Pada uji direct shear, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,056
kg/cm², dan sudut geser dalam 21,86˚. BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki
kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 6,82˚. BH-1 kedalaman 14,5-
15 memiliki kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,82˚. BH-2
kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,066 kg/cm², dan sudut geser dalam
18,30˚. BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut
geser dalam 6,82˚. BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,102
kg/cm², dan sudut geser dalam 7,22˚. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki
kohesi 0,061 kg/cm², dan sudut geser dalam 20,10˚. BH-3 kedalaman 9,5-
10 memiliki kohesi 0,102 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,62˚. BH-3
kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut geser dalam
6,82˚.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://civillabtech.blogspot.com/2011/12/pengujian-compaction-test-set.html
http://home-civil.blogspot.com/2011/06/uji-batas-batas-atterberg-tanah-batas.html
http://pocongkesurupan.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-tanah-dan-atterberg-
limit.html
LAMPIRAN
28