Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan mengembangkan
pengetahuan yang berkaitan dengan kebumian meliputi bentuk muka bumi, jenis
material penyusun, sifat-sifat fisika dan kimia yang terjadi dalam proses-proses
pembentukannya dan sejarah bumi, serta upaya-upaya pengendalian bumi demi
mendukung kehidupan manusia. Sedangkan dalam proses-proses geologi dapat
bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi kelangsungan hidup manusia.
Salah satu bentuk proses yang merugikan seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-
lain. Oleh karena itu Penyelidikan Geoteknik dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek-aspek geologi dan melakukan rekayasa geoteknik untuk
mengurangi dampak negatif yang merugikan bagi manusia secara langsung.
Pendidikan Geologi dilaksanakan dengan membekali mahasiswa Teknik
Geologi dengan keterampilan-keterampilan di bidang Teknologi Kebumian yang
bersifat aplikatif serta berguna bagi masyarakat secara luas. Dalam mendukung
tujuan pendidikan tersebut mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar secara
langsung melakukan Kerja Praktik agar memiliki pengalaman dalam melakukan
pekerjaan Geologi laboratorium, maupun di lapangan yang sesuai dengan bidang
yang diambil oleh pelaksanan kerja praktik.
Ilmu-ilmu geologi yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan
dipraktikan dan dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau
lapangan. Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan
berupa kegiatan penyelidikan tanah Bendungan Karangtalun, Kecamatan
Ngluwar, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dibawah naungan PT.
Selimut Bumi Adhi Cipta.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Kerja Praktik ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan
membekali mahasiswa geologi pada dunia kerja dengan melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan geologi pada instansi terkait. Selain
itu, dimaksudkan pula sebagai salah satu syarat kurikulum pembelajaran
tingkat S1 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
1.2.2. Tujuan
1. Mengetahui prosedur dan proses suatu kerja secara langsung yang
berkaitan dengan kegiatan kegeologian.
2. Mampu melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan ilmu geologi
pada suatu institusi.
3. Mengetahui gambaran umum mengenai dunia pekerjaan sebelum
mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.

1.3. Ruang Lingkup


Kerja praktik yang dilakukan merupakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bidang geologi. Adapun pekerjaan yang telah dilakukan selama kerja
praktik yaitu :
1. Melakukan kegiatan lapangan berupa Penyelidikan Geoteknik Bendungan
Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah dengan mengikuti Proses Pemboran dan Pemetaan.
2. Melakukan analisis laboratorium data-data lapangan hasil pemboran dan
pemetaan, serta melakukan interpretasi bawah permukaan berdasarkan hasil
pemboran dan pemetaan permukaan.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik


1.4.1. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik

2
Pelaksanaan kerja praktik dilakukan selama 30 hari terhitung dari
tanggal 23 Juni 2014 sampai 23 Juli 2014.
1.4.2. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan di PT. Selimut Bumi Adhi Cipta yang
beralamat di Jalan Karang Anyar Gunung No. 267 Semarang, Jawa
Tengah.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan Laporan Kerja Praktik dibagi dalam urutan sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, waktu pelaksanaan dan lokasi pelaksanaan kerja praktik, serta
sistematika penulisan laporan.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang profil perusahaan PT. Selimut Bumi Adhi Cipta
sebagai lokasi pelaksanaan kerja praktik.
Bab III Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori-teori sebagai landasan pelaksanaan pekerjaan
penyelidikan Geoteknik di lapangan serta teori yang digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan analisa laboratorium
Bab IV Pelaksanaan Kerja Praktik
Bab ini menjelaskan mekanisme pekerjaan yang dilaksanakan mahasiswa
kerja praktik, meliputi pembahasan mengenai proses pekerjaan pemboran
yang dilakukan dan kegiatan analisa laboratorium.
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kerja praktik yang telah dilakukan
dan rekomendasi-rekomendasi yang perlu dicantumkan.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil PT. Selimut Bumi Adhi Cipta


2.2 Visi dan Misi PT. Selimut Bumi Adhi Cipta

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penyelidikan Geoteknik


Penyelidikan Geoteknik merupakan suatu pekerjaan pendahuluan dalam
rencana rekayasa geologi untuk mendapatkan informasi yang cukup mengenai
kondisi batuan bawah permukaan yang bersifat consolid maupun yang bersifat
unconsolid (soil) untuk membuat desain konstruksi yang aman dan ekonomis.
Tujuan utama dari penyelidikan tersebut adalah
1. Untuk menentukan urutan dan ketebalan lapisan tanah kearah lateral dan
konfigurasinya secara vertikal.
2. Untuk memperoleh contoh-contoh tanah maupun batuan yang mewakili
kondisi batuan bawah permukaan untuk keperluan identifikasi dalam uji
laboratorium guna menentukan parameter-parameter fisik tanah dan batuan
tergantung jenis dan fungsi proyek seperti permeabilitas, konsolidasi,
tegangan geser, batas-batas atterberg, kadar air, kadar pori, kepadatan relatif,
pembagian butir, kepekaan dan sebagainya.
3. Untuk mengidentifikasi kondisi air tanah.
Metode-metode yang digunakan dalam penyelidikan tanah secara lengkap
terdiri dari tiga tahapan seperti terdapat dalam bagan sebagai berikut
Tahap 1 Tahap Pengenalan dan Perencanaan, terdiri dari pekerjaan
pengenalan medan, interpretasi peta udara, pengambilan data dari
peta geologi dan peta lainnya, studi pustaka mengenai informasi-
informasi pendukung dan penyelidikan-penyelidikan terdahulu.
Tahap 2 Tahap Eksplorasi, meliputi penyelidikan geofisika sebagai
pendukung, seperti seismik dan geolistrik kalau ada, pembuatan
sumur-sumur uji, pengambilan contoh-contoh tanah, yang diikuti
dengan pekerjaan laboratorium, kegiatan pemboran dengan
deskripsi sampel cutting dan sampel tidak terganggu (undisturb
sample) yang kemudian diikuti dengan penyelidikan laboratorium.

5
Tahap 3 Tahap Pungujian, meliputi pekerjaan-pekerjaan percobaan
penetrasi, vane test, penyelidikan muka airtanah yang diikuti
dengan penyelidikan tekanan pori, pompa uji, percobaan
pembebanan, dan uki pemampatan. Kedua pekerjaan dilakukan di
laboratorium.
1. Pemboran
Kegiatan Pemboran memberikan informasi data mengenai keadaan
bawah tanah melalui garis lubang pemboran. Pemboran dapat dilakukan
secara vertikal maupun menyudut. Dari sebuah pemboran dibuat sebuah
laporan pemboran. Di dalamnya dicatat dengan cermat material-material apa
saja yang ditemukan, dan selain itu juga kecepatan penetrasi dan perilaku dari
alat pemboran. Kita dapat menggunakan berbagai metode, yang bervariasi
mulai dari pendesakan sebuah besi sonda (sondir) atau pipa pancang ke dalam
bawah tanah, penjatuhan sebuah puls atau pahat (perkusi), penyemprotan
tanah hingga lepas dengan sebuah tombak semprot, sampai kepada pemutaran
atau teknik perkusi putar. Pada hampir semua metode ini, material akan
muncul dalam keadaan sangat terganggu di permukaan bumi. Dengan
demikian hanya dapat diterangkan jenis material yang ditemukan di
kedalaman tertentu (Verhoef, 1985).
Adapun beberapa macam metode dalam pemboran adalah sebagai
berikut :
 Teknik Bor Tangan (Hand Bores)
 Pemboran Dengan Mesin (Machine Drilling)
Metode pemboran yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
pemboran mesin (machine drilling).

6
Metode pemboran ini menggunakan mesin sebagai tenaga
penggeraknya, bukan dari tenaga penggerak manusia seperti pada pemboran
tangan. Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian
berikut (Wesley 1977) :
1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang
bisa diatur dan dapat memberikan gaya ke bawah.
2. Pompa untuk memancarkan air pencuci (wash water) kebawah,
melalui bagian dalam stang bor.
3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menaikan dan
menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.

7
Sistem pemboran mesin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem
rotary drilling (pemboran putar). Berdasarkan sistem penetrasinya, metode
rotary drilling terdiri dari 2 sistem tricone dan drag bit. Disebut tricone jika
penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya
berupa potongan. Sistem tricone digunakan untuk tanah sedang hingga lunak
dan sistem drag bit pada tanah lunak.

2. Daya Dukung Tanah


Istilah tanah dipakai untuk mencakup semua bahan seperti lempung,
pasir, kerikil dan batu-batu yang besar (Wesley, 1977). Untuk membedakan
serta menunjukkan dengan tepat masing-masing sifat bahan-bahan ini, telah
dipakai metode-metode sistematik, sehingga untuk tanah-tanah tertentu dapat
diberikan nama yang tepat dan istilah-istilah tentang sifatnya dapat dipilih
dengan tepat. Metode sistematik ini pada umumnya disebut sistem klasifikasi.
Untuk membedakan dan menentukan berbagai tanah tentunya berbeda dengan
metoda-metoda yang dipakai dalam bidang geologi atau ilmu tanah. Sistem
klasifikasi yang dipakai dalam hal ini dimaksudkan untuk memberikan
keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara yang
sama seperti halnya pernyataan-pernyataan secara geologis dimaksudkan
untuk memberikan keterangan mengenai asal geologis dari bahan-bahan itu.
Tanah dapat dibagi dalam tiga kelompok (Verhoef, 1994) :
1. Tanah berbutir kasar (pasir, kerikil)
2. Tanah berbutir halus (lanau, lempung)
3. Tanah campuran
Perbedaan antara pasir/kerikil dan lanau/lempung dapat diketahui dari
sifat-sifat material tersebut : lanau/lempung seringkali terbukti kohesif
(saling mengikat), sedangkan yang berbutir (pasir, kerikil) adalah tidak
kohesif (tidak saling mengikat).
Sifat tanah selalu tergantung pada ukuran butir-butirnya, dan ini
dipakai sebagai titik tolak untuk klasifikasi teknis dari tanah. Berdasarkan
ini, gambar berikut ini akan menunjukkan batas-batas interval ukuran

8
butiran lempung, lanau, pasir, dan kerikil menurut Unfined Soil
Classification System, ASTM, MIT, dan International Nomenclature :

Gambar 2.1 Klasifikasi butiran tanah menurut Unfined Soil


Classification System, ASTM, MIT, dan International Nomenclature
(Christady, 2010).

Sudah diketahui bahwa sifat-sifat tanah yang berbutir kasar sangat


tergantung pada ukuran butir-butirnya, jadi karena itu distribusi ukuran
butir-butir itu adalah satu-satunya sifat yang dipakai untuk
mengklasifikasikan tanah-tanah tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan
tanah yang berbutir halus. Pada tanah-tanah ini diketahui bahwa tidak ada
hubungan langsung antara sifat-sifatnya dengan ukuran butir-butirnya. Oleh
karena itu, maka untuk menyatakan sifat-sifat dan mengklasifikasikannya
dipakai metoda-metoda lain, yaitu terutama percobaan Batas Atterberg dan
percobaan dilatasi.

2.1. Kadar Air Asli


Semua macam tanah, secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu butiran
tanah, air serta udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut,
dan ruangan ini di sebut pori. Tanah yang benar-benar kering tidak terdapat
air sama sekali didalam porinya, sehingga pori hanya berisi udara. Dengan
demikian tanah tersebut hanya terdiri dari dua unsur yakni butiran tanah dan
udara pengisi pori.

9
Sebaliknya kita dapat menemukan keadaan dimana pori tanah tidak
mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi air.
Dalam hal ini tanah dikatakan jenuh sempurna (fully saturated).
Partikel padat, air dan udara yang terkandung di dalam tanah, masing-
masing mempunyai berat dan volume.
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butiran
V = volume total
Wa = berat udara
Ww = berat air(Ww = w . GS . ɣW)
Ws = berat butiran(Ws = GS . ɣW)
W = berat total
Untuk mencari kadar air, dapat di gunakan rumus :
Keterangan :
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan +tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering oven

2.2. Berat Isi (Density)


Berat isi adalah perbandingan antara berat tanah basah dan isi tanah.
Besaran tersebut dinyatakan dalam satuan gr/cm . Pengujian isi tanah ini
dilakukan untuk mengetahui besarnya berat isi yang dimiliki tanah dalam
keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah juga mempengaruhi fungsi sebagai
dasar atau landasan bawah dari suatu kontruksi.

2.3. Berat Spesifik (Gs)


Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran
padat dengan berat volume air pada temperature tertentu. Harga berat jenis
butiran tanah sering dibutuhkan dalam bermacam–macam perhitungan

10
mekanika tanah, harga-harga tersebut diperoleh dari pengujian di
laboratorium. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,6 – 2,9.

2.4. Menentukan Nilai Batas Atteberg


Nilai-nilai batas atterberg (konsistensi) ditemukan pada tahun 1919 oleh
seorang bernama Atterberg. Nilai-nilai ini terdapat pada tanah berbutir halus
(clay atau silt) yang terdiri dari :
a. Batas Cair (Liquit Limit) = LL
b. Batas Plastis (Plastis Limit) = PL
c. Batas Susut (Skrink Limit) = ST
Bayangkanlah satu sample tanah berbutir halus yang telah di campur air
sehingga mencapai keadaan cair. Jika campuran ini kemudian dibiarkan
menjadi kering sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan melalui beberapa
tahapan keadaan, dari keadaan padat sampai keadaan cair.
Suatu hal yang sangat penting pada tanah berbutir halus adalah sifat
plastisnya. Plastisnya disebabkan oleh adanya partikel lempung dalam tanah.
Plastisitas digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam menyesuaikan
perubahan bentuk dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang
konstan tanpa retak-retak atau remuk.
Kadar air (w) membentuk tanah menjadi : Cair, Plastis, Semi plastis dan
padat. Hal ini berhubungan dengan konsistensi yakni gaya tarik menarik
antara partikel lempung. Batas cair dan batas plastis merupakan nilai yang
sangat penting, selisih antara batas cair dan batas plastis di sebut indeks
plastis.
Kadar air dinyatakan dalam persen,dimana terjadi transisi dari keadaan
padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air
dimana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan
batas plastis dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair,
dan batas-batas ini dinamakan dan dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.
Batas cair (LL) adalah batas antara keadaan cair dan plastis atau kadar
air dimana tanah mempunyai kekuatan geser yang kecil, yang menyebabkan

11
dapat dengan mudah mengalir menutup celah. Nilai LL diperoleh dari
pengujian dengan menggunakan alat Casagrande. Alat tersebut terdiri dari
mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok
kuningan dapat di angkat dan di jatuhkan di atas dasar karet keras tersebut
dengan sebuah pengungkit eksentris di jalankan oleh suatu alat pemutar.
Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah di letakkan didalam mangkok
kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan alat penggores
standar,dengan menjalankan alat pemutar,mangkok kemudian dinaik-
turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam
persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5
in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25
kali pukulan di definisikan sebagai batas cair.
Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Keadaan
ini ditandai dengan mulainya terjadi retak-retak rambut apabila tanah tersebut
dibentuk batang dengan dimeter 3,2 mm. Pengujian batas plastis di lakukan
dengan cara memplintir tanah kohesif (butiran halus) dengan kadar air
tertentu pada permukaan kaca datar, sehigga pada diameter sekitar 3 mm
tanah hasil plintiran tersebut menjadi retak-retak. Tanah akan berperilaku
plastis pada rentang kadar air antara batas plastis (PL) sampai batas cair (LL),
rentang kadar air tersebut di namakan indeks plastisitas yang dapat di hitung
dengan rumus :
P = LL-PL
Keterangan :
IP = indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,
dimana tanah apabila digulung samapai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisitasan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu

12
dengan menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan
di atas kaca datar.
Sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di
sekeliling permukaan lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan
jumlah mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan
mempengaruhi batas batas plastis dan batas cair yang bersangkutan.
Skempton (1953) menyelidiki bahwa indeks plastis suatu tanah akan
bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase dari
fraksi berukuran lempung yang di kandung oleh tanah.
Batas susut adalah kadar air dimana tanah mulai berbentuk padat. Pada
kadar air ini, apabila tanah tersebut dikeringkan lebih lanjut tidak akan terjadi
penyusutan volume.
 Kegunaan batas-batas Atterberg
Batas Atterberg khususnya batas cair dan batas plastis tidak secara
langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai dalam perhitungan,
yang kita peroleh dari percobaab Atterberg adalah suatu gamabaran secara
garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas
cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu
kekuatannya rendah, kompresibilitasnya tinggi. Tanah yang indek
plastisitasnya besar biasanya mempunyai penyusutan dan pengembangan
volume yang besar.

13
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

3.1 Jenis Pekerjaan Yang Dilakukan


Pekerjaan yang dilakukan melakukan pengujian sampel yaitu uji
atterberg, uji soil test dan melakukan deskripsi core.

3.2 Peralatan Pekerjaan Yang Digunakan


3.2.1Peralatan Pekerjaan Uji Mekanika Tanah di Laboratorium
a. Uji Compaction
Uji Compaction adalah pengujian untuk mengetahui kadar air
optimum, berat isi kering maksimum dan kepadatan tanah. Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1.Cetakan/Mould

Gambar 3.1 Mould

14
2.Alat pemukul seberat 5,5 pound.

Gambar 3.2 Alat pemukul

3.Peralatan lain
Peralatan lain yang digunakan untuk uji compaction
adalah cetok, oli untuk pelumasan pada cetakan agar tanah tidak
melekat, cawan, timbangan

Gambar 3.3 Peralatan Uji Compaction

15
b. Uji Atterberg
Uji Atterberg adalah pengujian untuk mengetahui sifat
keplastisan suatu tanah. Batas atterberg terdiri dari batas cair, batas
plastis, dan batas susut. Batas cair adalah kadar air dimana tanah
berada dalam batas keadan cair dan plastis. Batas plastis
merupakan kadar air tanah pada kedudukan antara daerah plastis
dan semi padat. Sedangkan batas susut merupakan kadar air pada
kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase
kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak
mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Pengujian atterberg
ini mencakup uji batas cair, batas plastis, dan batas susut. Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1.Alat Casagrande

Gambar 3.4 Casagrande

16
2.Spatula

Gambar 3.5 Spatula


3.Cawan Sample

Gambar 3.6 Cawan sample

4.Timbangan

Gambar 3.7 Timbangan

17
5.Oven

Gambar 3.8 Oven

6.Alat penumbuk

Gambar 3.9 Alat penumbuk

7.Saringan berukuran 40μm

Gambar 3.10 Saringan

18
c. Uji Soil Test
Uji soil test adalah pengujian untuk mengetahui kadar air dan
berat sampel, baik dalam keadaan basah maupun kering. Alat-alat
yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai
berikut :
1.Cawan sampel ukuran kecil

Gambar 3.11 Cawan sampel

2.Timbangan

Gambar 3.12 Timbangan

19
3.Oven

Gambar 3.13 Oven

4.Alat Cetakan

Gambar 3.14 Cetakan

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan


3.3.1 Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan kerja praktik yang dilakukan di PT.
Selimut Bumi Adhi Cipta meliputi uji atterberg, unit weight, uji soil test
dan melakukan deskripsi core.
3.3.2 Deskripsi Pekerjaan Yang Dilakukan
Uji laboratorium yang kami laksanakan di kantor PT. Selimut
Bumi Adhi Cipta adalah Uji batas plastisitas tanah Atterberg, unit
weight, uji soil test dan melakukan deskripsi core. Sample yang kami

20
uji adalah BH-1 kedalaman 4,5-15m , BH-1 kedalaman 9,5-10m, BH-1
kedalaman 14,5-15, BH-2 kedalaman 4,5-5m , BH-2 kedalaman 9,5-
10m, BH-2 kedalaman 14,5-15m, BH-3 kedalaman 4,5-10m, BH-3
kedalaman 9,5-10m, BH-3 kedalam 14,5-15 daerah kota lama, yang
digunakan untuk penyelidikan geologi dan mekanika tanah daerah kota
lama, semarang jawa tengah.
1. Uji Atteberg
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Ambil sampel secukupnya, kemudian lakukan pengeringan
dengan menggunakan oven selama 24 jam
- Haluskan sampel yang telah kering dengan menggunakan alat
penumbuk, kemudian saring dengan ayakan berukuran 20µm.
- Campur lempung yang telah diayak dengan air
- Masukkan kedalam alat uji berupa cawan pada casagrande
hingga permukaannya merata
- Buat alur ditengah-tengah dengan menggunakan spatula.
- Ketuk menggunakan putaran pengungkit pada casagrande,
dengan kecepatan 1-2 ketukan per detik sampai tanah kembali
menyatu (1,25cm)
- Hitung jumlah ketukan
- Ambil sedikit sampel dan letakan didalam cawan
- Timbang cawan tersebut dan masukan ke dalam oven selama 24
jam.
- Timbang kembali cawan (dalam keadaan kering).
- Lakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk satu sampel.

21
Gambar 3.15 Uji Atterberg

2. Uji Soil Test


Uji soil test meliputi berbagai macam uji sifat – sifat tanah
yaitu water content dan unit weight.
a. Water content
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Siapkan sampel yang akan diuji.
- Potong sampel secukupnya yang kemudian dimasukkan
kedalam cawan yang telah ditimbang terlebih dahulu pada
keadaan kosong.
- Selanjutnya sampel ditimbang yang menghasilkan berat tanah
basah.
- Kemudian sampel dioven selama 24 jam
- Timbang sampel ketika dalam keadaan kering.
b. Unit Weight
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Siapkan sampel yang akan diuji.
- Selanjutnya sampel tersebut dipotong membentuk sebuah
tabung yang memiliki permukaan rata
- Ukur diameter dan tinggi dari sampel yang telah dipotong
tersebut.

22
- Timbang sampel yang telah diukur. Apabila sampel terlalu
rapuh, maka sampel dapat dicetak menggunakan cetakan
yang ada.

3.3.3 Hasil Deskripsi Core


BH-1
a Pasir, berwarna coklat kehitaman, bersifat lepas. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 0.0 – 0.5 m.
b Tanah Urug, berwarna merah, bersifat setengah padat. Lapisan ini terdapat
pada kedalaman 0.5 – 1 m.
c Pasir, berwarna hitam, bersifat lepas, terdapat pecahan cangkang. Lapisan
ini terdapat pada kedalaman 1.0 – 1.6 m.
d Tanah Urug, berwarna merah, bersifat setengah padat. Lapisan ini terdapat
pada kedalaman 1.6 – 2.0 m.
e Pasir, berwarna hitam, bersifat setengah padat dengan nilai SPT 16 – 20,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 2.0 – 7.5
m. Sisipan pasir kelempungan pada kedalaman 6.2 – 6.4 m.
f Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 2 – 3,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 7.5 –
15.0 m.

Gambar 3.16 BH-I Kota Lama Kedalaman 0.5-5 m

23
BH-2
a Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat
pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 0.0 – 1.0 m.
b Pasir, berwarna hitam, bersifat setengah padat dengan nilai SPT 12 – 13,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.0 – 7.1
m. Sisipan lempung pasiran pada kedalaman 1.0 – 1.2 m.
a) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 2 – 3,
terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 7.1 – 15
m.

Gambar 3.17 BH-II Kota Lama Kedalaman 10-15 m

24
BH-3
a Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat
pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 0.0 – 1.2 m.
b) Pasir, berwarna hitam, bersifat lepas – setengah padat dengan nilai SPT 5 –
20, terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.2 –
8.7 m.
c) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 3, terdapat
pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 8.7 – 15 m.

25
Gambar 3.18 BH-III Kota Lama Kedalaman 0.5-5 m BAB IV

KESIMPULAN

5.1. Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium meliputi uji atterberg, uji soil
test dan deskripsi sampel core.
5.2. Sampel yang digunakan dalam uji laboratorium berasal dari kota lama,
yang digunakan untuk penyelidikan geoteknik dan mekanika tanah kota
lama, Semarang.
5.3. Hasil uji laboratorium mekanika tanah mendapatkan nilai
 Pada uji water content, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki water content
43,41%, BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki water content 59,29%, BH-1
kedalaman 14,5-15 memiliki water content 60,94%, BH-2 kedalaman 4,5-
5 memiliki water content 45,91%, BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki water
content 61,17%, BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki water content 61,14%,
BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki water content 50,08%, BH-3 kedalaman
9,5-10 memiliki water content 55,54%, BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki
water content 55,51%.
 Pada uji unit weight, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi basah 1,72
gr/cm³, dan berat isi kering 1,200 gr/cm³. BH-1 kedalaman 9,5-10
memiliki berat isi basah 1,844% gr/cm³ dan berat isi kering 1,158 gr/cm³.
BH-1 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,688% gr/cm³ dan
berat isi kering 1,549 gr/cm³. BH-2 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi
basah 1,984 gr/cm³, dan berat isi kering 1,359 gr/cm³. BH-2 kedalaman
9,5-10 memiliki berat isi basah 1,726 gr/cm³ dan berat isi kering 1,071.
BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,717% gr/cm³ dan
berat isi kering 1,066 gr/cm³. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi
basah 2,013 gr/cm³, dan berat isi kering 1,341 gr/cm³. BH-3 kedalaman
9,5-10 memiliki berat isi basah 1,669 gr/cm³, dan berat isi kering
1,073gr/cm³. BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,738%
gr/cm³ dan berat isi kering 1,118 gr/cm³.

26
 Pada uji direct shear, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,056
kg/cm², dan sudut geser dalam 21,86˚. BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki
kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 6,82˚. BH-1 kedalaman 14,5-
15 memiliki kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,82˚. BH-2
kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,066 kg/cm², dan sudut geser dalam
18,30˚. BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut
geser dalam 6,82˚. BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,102
kg/cm², dan sudut geser dalam 7,22˚. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki
kohesi 0,061 kg/cm², dan sudut geser dalam 20,10˚. BH-3 kedalaman 9,5-
10 memiliki kohesi 0,102 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,62˚. BH-3
kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut geser dalam
6,82˚.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://civillabtech.blogspot.com/2011/12/pengujian-compaction-test-set.html
http://home-civil.blogspot.com/2011/06/uji-batas-batas-atterberg-tanah-batas.html
http://pocongkesurupan.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-tanah-dan-atterberg-
limit.html

LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai