Oleh:
Muhammad Hafiz, S.Kep
NIM. 2130913310005
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
Oleh:
Muhammad Hafiz, S.Kep
NIM. 2130913310005
A. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Harga diri
rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri sendiri
sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi (Keliat,
2010).
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tangguang jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan idial diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotype peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur social (Iskadar, 2014).
2. Faktor presipitasi
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakan, perkosaan
atau dipenjara, termasuk dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasanagan alat bantu
yang mebuat yang mebuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat
. Tanda dan Gejala
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang peseimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. Tidak memperhatikan perawatan diri
7. Berpakaian tidka rapi
8. Lebih banyak menunduk
9. malu
. Jenis-Jenis HDR
1. Situasional
Terjadinya terutama yang tiba-tiba, misalnya harus di operasi,
kecelakaan, dicerai sumai atau istri, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu.
2. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit
atau di rawat. Klien ini mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi
ini mengakibatkan respon mal yang adaktif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau klien pada
gangguan jiwa (Iskadar, 2014).
2. Pohon Masalah
Isolasi Sosial (Effect)
Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
aspek positif pasien (buat daftar kegiatan) pasien
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) : terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet)
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan pasien 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif yang
saat ini. dimiliki pasien baik sebelum dan setelah sakit.
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang 4. Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama
dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. memberikan pujian semua hal positif pada pasien
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara 5. Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan
melakukannya) pertama yang dipilih pasien : bimbing dan beri
5. Masukan dalam jadwal kegiatan untuk latihan pujian.
dua kali per hari 6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal harian
yang telah dibuat
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama yang dipilih
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dan dilatih pasien, berikan pujian.
dilatih 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara kegiatan kedua yang dipilih pasien.
melakukannya) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : memberi pujian.
dua kegiatan masing-masing dua kali per hari
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama dan kedua
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan yang dipilih dan dilatih pasien, berikan pujian.
dilatih 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara kegiatan ketiga yang dipilih pasien.
melakukannya) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : memberi pujian.
dua kegiatan masing-masing dua kali per hari
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
yang telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua dan
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan ketiga yang dipilih dan dilatih pasien, berikan
dilatih pujian.
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan
melakukannya) kegiatan keempat yang dipilih pasien.
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM tanda kambuh dan
dua kegiatan masing-masing dua kali per hari rujukan.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga pasien melakukan kegaitn yang dipilih oleh pasien
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri dan berikan pujian
4. Masukan nilai apakah harga diri pasien 2. Nilai kemampuan keluarga dalam membimbing
meningkat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA